Kaskus

Story

markibo96Avatar border
TS
markibo96
Bagian Satu --- Clara : pertemuan Bulan dan Matahari
Bagian Satu --- Clara : pertemuan Bulan dan Matahari

Bukan tentang siapa yang mengenalmu lebih lama, tapi tentang saling mengenal satu sama lain menerima kekurangan dan kelebihannya juga.
Bukan tentang siapa yang paling mencintaimu setiap waktu, tapi tentang siapa yang mencintaimu tiada henti walau terjangan badai membuatmu jatuh bangun memperjuangkan apa yang selama ini di perjuangkan.
Karena sejauh apapun, sedekat apapun, semuanya bisa lenyap hanya dengan sebuah kebohongan.
Jarak itu fana, tapi ketika salah satunya berusaha memangkas setiap jarak yang ada dengan berusaha menemuinya, yakinlah akan ada suatu waktu dimana kamu saar bahwa di perjuangkan dan memperjuangkan, di hargai dan menghargai, di percaya, dan mempercayai, itu semua perlu.
lalu, jika Sebuah hati akan terobati hanyalah oleh orang-orang yang berusaha membahagiakanmu dan,
Tentunya oleh waktu yang setiap harinya akan mengajarkanmu bahwa yang sudah terjadi ya terjadilah, terimalah dengan lapang dada.


Dalam Cerpen ; "Pemangkas Jarak"

Quote:
Diubah oleh markibo96 16-08-2018 20:33
anasabilaAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan anasabila memberi reputasi
2
2.3K
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
markibo96Avatar border
TS
markibo96
#9
Clara : pertemuan Bulan dan Matahari (Bagian Pertama)
Aku ingat tadi malam masih berbaring di atas ranjang, semuanya basah terkena badai air mata yang tak bisa kubendung lagi. Entahlah, mungkin saat ini aku sedang mengalami masa-masa paling kelam semasa hidupku, percaya atau tidak kamu bisa tanyakan pada saksi pada seprai yang kugunakan untuk menghapus air mataku.
Sudahlah, Pagi ini aku harus bergegas menuju kampus karena aku adalah seorang penanggung jawab dalam acara yang bertemakan "Mengawal Tahapan Pilkada Serentak 1996 yang Demokratis dan Berkualitas"
Hampir lupa, namaku Clara Yanika dari jurusan Sastra Indonesia di sebuah Universitas yang ada di Bandung. Panggil aja sesuka kamu, asal jangan panggil sayang aja.
Dalam acara seminar ini terbuka untuk umum, tentu saja aku sangat antusias karena ini menyangkut masa depan Indonesia. Terlebih karena siapapun bisa datang ke acara ini termasuk juga si Doi wkwk.
Pada acara hari ini kami sudah membuat perjanjian untuk bertemu di kampusku, karena wajar saja jika kami membuatnya janji seperti ini. Mau bagaimana lagi di zamanku hanya bisa bertukar surat saja, itu pun harus di kirim melalui kantor pos, tidak ada handphone seperti zaman kamu sekarang. Jika bertemu di taman kota pun kami harus bersusah payah bergonta-ganti angkot hanya demi memadukan rasa rindu yang selalu saja menggebu-gebu. Ada baiknya kamu banyak bersyukur karena segala sesuatunya terbilang sangat mudah untuk dilakukan.

Oke lanjut.
Acarapun sudah di mulai, aku sangat sibuk sekali, memang seperti inilah tugasku sebagai Penanggung Jawab, harus inilah harus itulah. ribet deh.
Adzan Dhuzur berkumandang, aku segera menuju tempat yang sudah di janjikan.
"... kita bertemu setelah shalat dzuhur di warung depan kampus aja ya. sekalian kita makan baso bareng-bareng, tunggu. aku pasti datang."
Begitulah penggalan yang aku ingat di surat yang di kirimnya.
Saat aku berjalan menuju gerbang untuk keluar, ada suara yang memanggilku.
"Clara... Clara..." teriaknya sambil sedikit berlari.
Oh ternyata Beni yang memanggilku.
"ada apa ben kok lari-lari?" tanya aku
"makan siang yuk bareng. ayo aku yang traktir, kasian yang sibuk kesana kemari kerjaannya cape. lumayan tuh di kantin belakang ada nasgor si bibi mantap." ajak Beni
"aduh ben, lain kali aja ya gapapa. ada temen nunggu depan kampus, udah ada janji." raut wajahku tak karuan saat menjawab Beni, karena aku kebingunggan harus bagaimana. jika aku menolak ajakannya pasti dia kecewa.
"alahhh udah ayo ayo kapan lagi kita makan bareng kaya gini hahaha." tangan beni menepuk bahuku.
Tanpa aku sadari dia memegang tanganku lalu menarikku menuju kantin
"ben, tapi bentar kan? aku udah ada janji ben." aku pasang muka serius.
"iya sebentar ra engga lama." Jawab Beni sambil tersenyum.
aku pun berjalan menuju kantin, disana aku melihat para panitia sudah berkumpul, lalu mereka tiba-tiba berteriak
"cieee yang gandengan tangan." siulan mereka terdengar kencang, aku hanya tersenyum sambil memikirkan apa yang akan terjadi jika aku malah berdiam diri disini sedangkan ....

aku lupa,ngenalin cowo aku. Namanya Reyhan Pratama. tolong ingat-ingat ya. wkwk

Sedangkan Reyhan di luar sana pasti lagi nunggu aku sendirian. padahal dia sudah datang jauh-jauh dari Yogya hanya untuk bertemu aku. tapi aku malah menyia-nyiakan kesempatan bertemu dengannya.
ahh, sial, hatiku campur aduk tidak karuan, aku kesal karena tidak bisa pergi menemui Reyhan secepatnya. Menurut kamu setelah ini apa Reyhan masih menunggu di luar sana? ataukah dia sudah kembali ke Yogyakarta lagi? ah sudahlah bertanya pun percuma. aku tidak bisa pergi begitu saja saat semua panitia kumpul seperti ini.
...
...
...
...
...
waktu istirahat selesai, acara berlanjut, aku sibuk. pikiranku kacau, tidak fokus, memikirkan "Reyhan gimana ya? Reyhan pasti marah sama aku. Reyhan maafin aku ga nepatin janji kita." seperti itulah isi hatiku. semua pernyataan bahwa Reyhan kecewa karena aku tidak menepati janjinya sudah berterbangan di atas kepalaku.
acara pun berlanjut hingga selesai. Aku pun berlari menuju ruang panitia untuk mengambil barang-barangku untuk bergegas menemui Reyhan karena pada saat itu langit sudah hitam, matahari sudah tidur, bulan dan bintang sudah asyik mengobrol.
saat aku keluar gerbang, aku menuju warung yang sudah di janjikan. Penerangan di sana sudah gelap, terlihat hanya ada beberapa angkot, tukang bajigur dan tukang bubur ayam. Aku tak melihat Reyhan dari kejauhan. Perasaanku sudah tak karuan, rasanya air mata di mataku sudah protes ingin keluar karena sudah terlalu lama aku tahan saat tadi siang.

Sesampainya aku di warung tersebut aku hanya berdiri di depan warung yang sudah tutup, di terangi lampu 5 watt, suara kendaraan pun hanya terdengar beberapa kali melewati warung tempat aku berdiri. Suasana sunyi senyap iti membuatku sangat resah. "ahh!!! betapa bodohnya aku. sudah jauh jauh hari aku kirim surat untuk Rey, janji untuk bertemu karena selama ini yang kita lakukan adalah menunggu kesempatan bertemu seperti ini. Rey, maafin aku ya." tak sadar air mataku jatuh bertebaran di lapang pipiku yang halus ini, semuanya menjadi basah.
Lagi-lagi aku mengingat kembali kejadian 2 tahun lalu dimana saat Rey memutuskan untuk pindah menuju Yogyakarta dengan tuntutan pekerjaan Ayahnya, aku ingat ketika Dia memberitahuku bahwa dia akan pindah, raut wajahnya begitu kecewa, sedih tidak ingin berpisah denganku karena selama ini adalah seorang aku yang telah membantunya bersemangat menjalani hidupnya setelah Ibunya meninggal terkena serangan jantung. Saat itu aku hanya menatap matanya saja, dia tertunduk seolah dia tak sanggup jikalau harus meninggalkanku sendirian dengan sejuta kenangan di Bandung. Aku juga ingin menangis saat itu tapi aku tak ingin memberitahukan bagaimana perasaanku pada Rey, itu hanya akan menambah beban untuknya.
"Tidak apa Rey. semuanya akan baik-baik saja. kita hanya perlu bertukar surat dan membuat janji untuk bertemu suatu waktu. jangan khawatir." kataku sambil tersenyum penuh, karena ingin terlihat baik baik saja. padahal dalam hati ini, aku ingin sekali bicara kepada Ayahnya untuk membiarkan Reyhan melanjutkan kuliah di Bandung, tapi nyaliku saat masih Berseragam SMA sungguh tak ada.

Setelah 6 bulan kepindahan Rey surat yang selama ini aku tunggu tiba. aku mengingat setiap suku kata dalam surat tersebut.
"...maaf selama ini aku belum sempat mengirim surat. Ini surat pertamaku untuk kamu, aku sampai lupa kalau surat itu harus di beri prangko, tapi aku malah menempelkan gambar unik yang kudapatkan dari koran. Pa pos juga sampai tertawa karena melihat keanehan dalam surat ini, malunya saat di tertawakan itu bukan main loh. soalnya para staff pegawai lain pun kebingunggan saat melihat prangko bergambar seorang tukang parkir. Sebab itulah surat ini mereka tunda dan aku pun telat mengirim suratnya. maafkan aku Clara, aku ceroboh hehehe.
oh iya, Cla aku rindu kamu. semoga cepat atau lambat surat ini akan hangus beserta rasa rindu yang hampir membakar setengah kesabaranku. jaga dirimu baik-baik Cla.
jika tidak ada gelap, bintang pun tidak akan gemerlap..."
aku mengingat semua isi surat pertamanya yang Rey kirim untukku pada saat itu.
ini adalah pertama kalinya kami membuat sebuah janji untuk bertemu setelah 2 tahun lamanya. pertemuan ini sudah kunanti-nantikan beserta rasa rindu dan ribuan cerita semasa aku berkuliah sudah membludak, karena apapun yang terjadi padaku selalu menceritakan semuanya pada Reyhan.
...
...
...
Aku pun duduk di kursi yang sudah tersedia di depan warung tersebut. kamu tau? Suasana di kampus saat itu sudah sangat sepi sekali. Jadi tidak masalah kalau aku menangis lalu berteriak karena menyesal telah menyia-nyiakan kesempatan yang telah Allah berikan. Aku berdo'a sekuat dan sekeras mungkin memohon pada Allah untuk memaafkan kesalahanku karena tidak menepati janji. Jam di tanganku yang terus menerus detiknya maju ke arah kanan seolah ingin membunuhku secara perlahan.
Saat aku memutuskan untuk pulang, aku mendengar suara gesekan sepatu kulit. Ada orang yang menghampiriku, aku sedikit takut. Orang tersebut semakin dekat, dekat dan dekat. Orang itu sudah berdiri tepat ditempat aku duduk, berhadapan denganku. Aku melihat orang itu membawa dua gelas bajigur di tangannya. Saat aku melihat ke arah matanya, aku tercengang. Seolah tidak percaya. Senyumannya yang begitu khas membuat air mataku keluar dengan derasnya. Aku pun segera merebahkan kepalaku tepat di perutnya, sambil terus menerus menangis.
"Selamat datang nyonya, ini pesanan bajigur hangatnya sudah selesai dibuat." guraunya padaku
"................"
Ya. itu Reyhan. Dia tidak pulang, dia ada disini, ini Reyhan. ah aku sangat bahagia. Reyhan berlutut setelah menyimpan bajigurnya.
"Cla..." kedua tangannya memegang bahuku.
Kemudian dia memeluk tubuhku dengan erat.
"hangat. hangat sekali pelukan ini. Rey, jangan pergi. tinggalah di Bandung lagi. aku ingin kita bisa bertemu setiap waktu. ya Allah kumohon!!!" begitulah, hatiku berdegup menyelaraskan dengan ritme jam di tanganku. Ini seperti mimpi, aku tidak percaya untuk pertama kalinya kami berpelukkan seperti ini. Hangatnya tubuh Rey, detak jantungnya, irama nafasnya, seolah dia ingin mengatakan bahwa "Aku disini. Aku tidak akan pergi. Aku sangat rindu kamu, cla." Aku hanya tersenyum dan tangisanku berubah menjadi kebahagiaan. Berkat Rey, dia sabar dan setia menunggu aku yang labil ini.
"aku tau kamu sibuk dengan acara hari ini. aku sudah bertanya pada ketua penyelenggara acara ini, bahwa kamu ditunjuk sebagai Penanggung Jawab acara. jadi waktu tadi siang pun aku liat tangan kamu ditarik sama seorang cowo pas menuju ke dalam lagi. ah pikiranku negatif loh, tapi mungkin saja karena kamu penanggung jawab acara ini, jadi kamu tidak boleh keluyuran kaya aku ini hahaha." Jelas Reyhan padaku.
"hahaha seperti biasanya mata kamu terlalu jeli, burung elang pasti sirik sama kamu.
oh iya aku minta maaf tadi siang aku emang udah niat ke warung ini, tapi tadi temen aku si Beni ngajak kumpul panitia dulu di kantin, jadi aku ga bisa nolak dan aku ikut juga karena terpaksa. sekali lagi maaf ya Rey." ah aku berbohong pada Rey, tidak apa kali ya. karena Beni sudah pernah menyatakan perasaannya padaku, tapi aku tolak karena aku punya Reyhan. ya mau bagaimanapun aku tidak ingin merusak suasana malam itu.
Kami pun menikmati secangkir Bajigur yang Reyhan beli, kami bercerita banyak hal. Tentang kuliah Reyhan, suasana baru Reyhan di Yogya, dan banyak lagi. Padahal pada saat itu jam sudah menunjukkan pukul 21.00 Waktu Bandung, sudah sangat larut untuk semua orang pada zamanku.
Kami pun memutuskan untuk pulang, saat itu aku ingat Vespa milik Reyhan berwarna merah, antik dan terlihat lucu di tambah kaca spion menjulang tinggi kesamping, seperti mata siput hahaha. Jangan salah, Motor Vespa milik Reyhan ini bisa saja terjual dengan harga puluhan juta jika dijual di zaman kamu sekarang. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin sulit mencari barang lawas zaman dulu.
Rumahku dan Rumah Reyhan satu daerah, hanya saja kami terpotong beberapa blok saja. Oh iya, rumah Reyhan yang ada di Bandung sengaja di kosongkan. katanya sih kalau di isi kenangannya bersama satu keluarga, termasuk ibunya akan terganti dengan yang baru. Itu katanya sewaktu sebelum dia pindah menuju Yogya.
Saat di perjalanan pulang.
"Rey, kapan akmu balik ke Yogya? tanyaku pada Reyhan
"besok siang jam 1 siang Cla. besok kamu ikut bareng anter aku ke stasiun ya. salam perpisahan tea gening hahaha." canda Reyhan. seperti itulah dia, selalu becanda di situasi apapun.
"siap laksanakan pa bos. hahaha" jawabku pada Reyhan dengan memperlihatkan aku sedang dalam posisi Hormat.
"aku akan ingat selalu momen ini Rey, aku bahagia sebagai seorang pacar kamu. walau kamu bukan seorang pria yang berbadan kekar, berambut rapih, dan berparas cakep, aku sangat bersyukur. Perbedaan kita ini yang menjadikan kita sempurna. karena kesempurnaan itu aku tidak mencarinya dalam diri kamu, tapi aku ciptakan kesempurnaan dengan segala hal yang mungkin dan tidak mungkin. terimakasih sudah mewarnai sebuah buku gambar yang selama ini belum sempat aku warnai." begitulah isi hatiku saat perjalanan menuju rumah.
...
...
...
Esok Paginya, kami sudah bertemu. Kami menuju stasiun Bandung untuk mengantarkan keberangkatan Reyhan yang akan kembali ke Yogya. selama dalam perjalanan menggunakan angkot, pandanganku tak lepas dari Reyhan. Hari ini aku merasakan sakit lagi setelah kemarin malam aku berbahagia berbunga-bunga. Sial, aku terlena rupanya. aku lupa, bahwa Reyhan sudah tidak tinggal lagi di Bandung.
Pada saat kami sampai di depan Stasiun, aku memandangi dari ujung kiri hingga ujung kanan stasiun. Kala itu Stasiun ini sangatlah ramai, karena orang-orang lebih memilih menggunakan Kereta api di bandingkan angkot atau bis. tidak seperti sekarang kan? kamu dan aku juga sama sama pengguna sepeda motor yang hampir semua orang memilikinya sekarang. Bandung asri yang ku kenal sudah dipenuhi polusi kendaraan dan juga polusi asap pabrik.
lanjut lagi.
Reyhan tertawa melihatku seolah terpaku dan tidak rela melihatnya akan berangkat.
"kalau kamu diem terus, nanti yang pamitan sama aku malah orang lain loh." begitu katanya.
aku hanya tersenyum. Reyhan menggenggam tanganku erat. Kami pun masuk menuju ruang tunggu. Tak sampai 5 menit kami duduk, kereta yang Reyhan akan gunakan menuju Yogyakarta akan segera berangkat.
Aku pun tak kuasa menahan rasa sakit ini, air mata yang ingin keluar aku coba tahan agar Reyhan tidak terlalu memikirkan dan tak memiliki beban.
"kamu yakin ga akan tinggal disini lagi?" tanyaku dengan mataku berkaca-kaca.
"kalau aku disini, pasti kamu senang terus sedangkan aku sedih kalau pulang kerumah. aku pasti inget ibu terus Cla." untuk pertama kalinya aku melihat Reyhan tersenyum sangat lebar daripada biasanya. mungkin dia merasa bahagia dan tidak ingin aku bersedih. kata anak gaul zaman sekarang di sebutnya Fake smile hehehe.
"iya benar juga. maaf Rey, karena aku kamu jadi bersedih seperti ini. maaf karena aku juga selalu mikirin egoisnya hati ini. maaf Rey." aku meminta maaf karena kupikir apa yang aku rasakan saat ini salah.
"sudahlah Cla, aku sama sedihnya. aku juga engga ingin berjauhan kaya gini. tapi aku sayang kamu Cla. aku janji sesampainya di Yogya, aku bakalan kirim surat dan bakalan sering-sering telepon kamu mulai saat ini. aku janji Cla." tak disadari, aku yang sebelumnya hanya melihat tatapannya dalam-dalam, nyatanya aku terjatuh begitu sangat dalamnya. Dia mencium dahiku, lalu dia menarik kepalaku untuk di rebahkannya di dadanya.
"jaga dirimu baik-baik. aku pasti kembali kesini secepatnya. ini ada surat dariku untuk kamu Cla. sengaja aku tulis untuk aku kasihin ke kamu langsung. aku berangkat, Selamat tinggal Cla, sampai berjumpa lain waktu. aku sayang kamu, Clara." Dilepaskannya kepalaku dan dia segera bergegas menaiki kereta dengan lambaian tangannya. aku tak banyak bicara, mungkin ini lebih baik karena ketika aku bicara rasa sedih Reyhan dan aku hanya akan bertambah. aku sudah sangat bersyukur karena pertemuan kali ini tidak menyisakan sesuatu hal yang buruk. Sudahlah! aku percaya Reyhan pasti akan baik-baik saja dan akan kembali kesini lagi.

Dalam perjalanan pulang, aku menyimpang ke sebuah toko buku untuk membeli beberapa prangko, kertas, dan juga amplop. ya, persediaan untuk beberapa minggu ke depan. ketika aku sampai dirumah, aku ingin segera merebahkan badanku dan beristirahat tapi hatiku sangat penasaran akan isi surat yang Reyhan berikan langsung sebelum dia berangkat tadi.
Saat aku membuka kantong kecilku, suratnya tidak. aku pun berlari kembali menuju toko buku menanyakan kepada pemilik toko apakah melihat sebuah surat dengan prangko bergambar tukang parkir, tapi si pemilik toko bersikeras tidak melihatnya. di sepanjang jalan menuju rumah kucari kesana kemari tetap tidak ada. ahhhh perasaanku semakin kacau, aku segera menuju rumah dan menuju kamar. Ya, aku menangis lagi. Menangis adalah cara terbaik ketika apa yang kamu rasakan begitu berat, tak ada teman untuk bercerita, hanya dengan menangis barangkali semesta mendengarkan bahwa aku tak sanggup dengan keadaan gila ini. bilamana aku tak sanggup lagi, aku ingin memeluk Reyhan dan mengatakan semua ini.
"Reyhan maaf kali ini aku benar-benar mengecewakanmu, karena meghilangkan surat yang kamu berikan tadi. Kamu boleh mebenciku untuk saat ini, tapi kumohon jangan pernah berhenti menyayangiku beserta kekuranganku.
lantas kemana perginya secuil surat darimu, Reyhan!!!!!"

Pemangkas Jarak (1/3), 1996
(bersambung)

0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.