- Beranda
- Stories from the Heart
50 Episode Keistimewaan
...
TS
arako.santo93
50 Episode Keistimewaan

Di thread ini aku akan menceritakan pengalamanku bersama keistimewaan (atau kutukan) yang aku miliki. Pada awalnya aku enggan membagi pengalamanku ini karena muak sudah rasanya dianggap sebagai seorang penipu, pembohong, pencari sensasi atau apapun itu. Sedari awal aku pengen ingatkan ke temen- temen bahwa aku tidak memiliki bukti apapun dan tidak akan mencoba membuktikan apapun. Aku hanya ingin temen-temen merasakan sedikit perjalananku yang notabene adalah makhluk amphibi karena hidup di dua dunia. Well at least aku bisa melihat kedua dunia.
Sekali lagi motivasi saya hanya untuk membagi cerita. Jadi maaf kalau nantinya saya mendapat banyak comment atau pesan yang tidak saya balas.
Janji saya:
Saya akan menyelesaikan cerita ini sampai tuntas (episode ke 50), dan saya akan menghilang (dalam artian apapun) setelah cerita ini selesai saya bagi.
INDEX:
Prologue
Episode 1: Level 8
Episode 2: Kado Kelulusan
Episode 3: Perkenalan SMP
Episode 4: Pemain ke-15
Episode 5: Penjaga Rumah
Episode 6: Bencana
Episode 7: Jurit Malam
Episode 8: Penghuni Candi
Episode 9: Penghuni Candi bag.2
Episode 10: Lik Sri
Episode 11: Resep Rahasia
Episode 12: Peneman Tak Diundang
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 11 suara
Sisi apa yang temen-temen pengen baca secara detail?
Horror
73%
Asmara
9%
Keluarga
18%
Diubah oleh arako.santo93 05-02-2019 10:07
anasabila memberi reputasi
1
5.5K
39
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
arako.santo93
#2
Episode 1
Level 8
Hujan rintik-rintik membasahi kota pelajar dan pengrajin batik sore itu. “Akhirnya selesai juga! Nanti sampai rumah maen PS dulu apa sepedaan dulu ya”. Begitulah kataku dalam hati selepas menguras energi di bangku sekolah dasar tingkat 3 waktu itu. Sekolah ku adalah sekolah yang didirikan oleh seorang pendidik sejati. Seseorang yang menyadari bahwa melawan penjajah tidak harus berbuah darah. Dialah yang mengagas bahwa pena akan lebih tajam dibanding belati di tangan yang tepat.
Keluar kelas aku bergegas berjalan setengah berlari menuju mobil yang sudah menjemputku di depan pendapa (aula tradisional Jawa). Entah kenapa mobilku kala itu sangat dingin. Bagi kalian yang beragama muslim, kalian tentu tau rasanya bangun pagi dan mengambil air wudhu untuk sholat subuh, sedingin itu rasanya.
Aku sapa sopirku seperti biasa
Aku: “Pak sugeng, ayo kita pulang”.
Pak Sugeng: “Mas saya ajak dulu ke tempat saya ya”
Kusadari nada bicaranya begitu datar kala itu. Pikirku hanyalah dia akan membawaku ke rumahnya untuk mengambil keperluan pribadinya. Tak ada firasat buruk sama sekali waktu itu.
Sepanjang perjalanan tidak ada sepatah katapun yang keluar dari kami berdua. Aku juga sedang sibuk dengan Game Wot ku waktu itu.
Tepat setelah aku berhasil menyelesaikan level 8 di game wot ku, mobilku berhenti di suatu tempat. Kemudian Pak Sugeng yang sedari tadi diam menegurku
Pak Sugeng: “Mas nyuwun tulung mas (Mas tolong saya)”
Aku: Hah? Maksudnya tolong apa pak?
Pak Sugeng: “Kula pengen wangsul mas (Saya mau pulang mas)”
Aku yang sama sekali gak ngerti dengan apa yang sopirku bilang kala itu langsung melihat sekitaran. Bukan! Aku bukan sedang di tengah kuburan seperti yang kalian duga. Aku di lingkungan perumahan biasa kala itu. Lingkungan yang aku kenal. Tidak salah lagi ini rumah sopirku. Yang aneh adalah aku melihat rumahnya hitam legam dengan tumpukan kayu yang beberapa masih menyala merah menutupi setengah bagian rumahnya.
Aku: “Lhoh itu kan rumah Pak Sugeng”
Pak Sugeng: “Mas…”
Itu adalah kata-kata terakhir dari dia. Aku masih merasa ngeri ketika mengingatnya lagi. Tak lama setelah kata itu bau mobilku berubah menjadi bau daging busuk. Tidak seperti wangi sate kambing yang di bakar. Bau nya seperti daging tikus yang mati di loteng ditambah bau rambut yang terbakar. Mual rasanya waktu itu. Namun lebih dari itu, aku merasa ngeri yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Seiring dengan menguatnya bau itu, kulit sopirku berubah menjadi hitam legam, bola matanya lepas dan menghijau. Lidahnya menjulur dengan mimik wajah seperti menahan sakit yang sangat berat. Aku teriak sejadiku kala itu. Ku tutup mataku, dan ketika kubuka mataku, aku terbangun di kasurku karena Ibuku membangunkanku. “Sukurlah semua cuma mimpi” pikirku.
Ibu: “Ara, kamu kenapa? Mimpi buruk ya”
Aku: “Iya bu aku mimpi hantu. Ngeri banget” ucapku sambil terisak.
Setelah aku puas dengan pelukan ibuku, kulepas pelukannya dan mulai kuceritakan mimpiku tadi. Kalian harus liat ekspresi ibuku setelah aku selesai menceritakan semua mimpiku. Ibuku benar-benar melongo untuk beberapa detik. Sebelum akhirnya memegang pundakku dan berkata
“15 menit yang lalu Ibu dapat telpon, Pak Sugeng rumahnya kebakaran, dan Pak Sugeng meninggal karena tertidur di kamar yang hangus terlahap api”
Jika kalian kira semua tidak bisa lebih mengejutkan lagi, kalian salah.
Aku merasa ada yang mengganjal di bantalku dan ternyata itu adalah Game Wot ku. Kalian tau yang tertulis di situ? Yap! Level 8!
PS: Game Wot tidak memiliki fungsi save, yang artinya akan mereset game ketika game wot pada mode off, dan game wot memiliki mode off otomatis jika tidak dipakai lebih dari 10 menit.
Level 8
Hujan rintik-rintik membasahi kota pelajar dan pengrajin batik sore itu. “Akhirnya selesai juga! Nanti sampai rumah maen PS dulu apa sepedaan dulu ya”. Begitulah kataku dalam hati selepas menguras energi di bangku sekolah dasar tingkat 3 waktu itu. Sekolah ku adalah sekolah yang didirikan oleh seorang pendidik sejati. Seseorang yang menyadari bahwa melawan penjajah tidak harus berbuah darah. Dialah yang mengagas bahwa pena akan lebih tajam dibanding belati di tangan yang tepat.
Keluar kelas aku bergegas berjalan setengah berlari menuju mobil yang sudah menjemputku di depan pendapa (aula tradisional Jawa). Entah kenapa mobilku kala itu sangat dingin. Bagi kalian yang beragama muslim, kalian tentu tau rasanya bangun pagi dan mengambil air wudhu untuk sholat subuh, sedingin itu rasanya.
Aku sapa sopirku seperti biasa
Aku: “Pak sugeng, ayo kita pulang”.
Pak Sugeng: “Mas saya ajak dulu ke tempat saya ya”
Kusadari nada bicaranya begitu datar kala itu. Pikirku hanyalah dia akan membawaku ke rumahnya untuk mengambil keperluan pribadinya. Tak ada firasat buruk sama sekali waktu itu.
Sepanjang perjalanan tidak ada sepatah katapun yang keluar dari kami berdua. Aku juga sedang sibuk dengan Game Wot ku waktu itu.
Tepat setelah aku berhasil menyelesaikan level 8 di game wot ku, mobilku berhenti di suatu tempat. Kemudian Pak Sugeng yang sedari tadi diam menegurku
Pak Sugeng: “Mas nyuwun tulung mas (Mas tolong saya)”
Aku: Hah? Maksudnya tolong apa pak?
Pak Sugeng: “Kula pengen wangsul mas (Saya mau pulang mas)”
Aku yang sama sekali gak ngerti dengan apa yang sopirku bilang kala itu langsung melihat sekitaran. Bukan! Aku bukan sedang di tengah kuburan seperti yang kalian duga. Aku di lingkungan perumahan biasa kala itu. Lingkungan yang aku kenal. Tidak salah lagi ini rumah sopirku. Yang aneh adalah aku melihat rumahnya hitam legam dengan tumpukan kayu yang beberapa masih menyala merah menutupi setengah bagian rumahnya.
Aku: “Lhoh itu kan rumah Pak Sugeng”
Pak Sugeng: “Mas…”
Itu adalah kata-kata terakhir dari dia. Aku masih merasa ngeri ketika mengingatnya lagi. Tak lama setelah kata itu bau mobilku berubah menjadi bau daging busuk. Tidak seperti wangi sate kambing yang di bakar. Bau nya seperti daging tikus yang mati di loteng ditambah bau rambut yang terbakar. Mual rasanya waktu itu. Namun lebih dari itu, aku merasa ngeri yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Seiring dengan menguatnya bau itu, kulit sopirku berubah menjadi hitam legam, bola matanya lepas dan menghijau. Lidahnya menjulur dengan mimik wajah seperti menahan sakit yang sangat berat. Aku teriak sejadiku kala itu. Ku tutup mataku, dan ketika kubuka mataku, aku terbangun di kasurku karena Ibuku membangunkanku. “Sukurlah semua cuma mimpi” pikirku.
Ibu: “Ara, kamu kenapa? Mimpi buruk ya”
Aku: “Iya bu aku mimpi hantu. Ngeri banget” ucapku sambil terisak.
Setelah aku puas dengan pelukan ibuku, kulepas pelukannya dan mulai kuceritakan mimpiku tadi. Kalian harus liat ekspresi ibuku setelah aku selesai menceritakan semua mimpiku. Ibuku benar-benar melongo untuk beberapa detik. Sebelum akhirnya memegang pundakku dan berkata
“15 menit yang lalu Ibu dapat telpon, Pak Sugeng rumahnya kebakaran, dan Pak Sugeng meninggal karena tertidur di kamar yang hangus terlahap api”
Jika kalian kira semua tidak bisa lebih mengejutkan lagi, kalian salah.
Aku merasa ada yang mengganjal di bantalku dan ternyata itu adalah Game Wot ku. Kalian tau yang tertulis di situ? Yap! Level 8!
PS: Game Wot tidak memiliki fungsi save, yang artinya akan mereset game ketika game wot pada mode off, dan game wot memiliki mode off otomatis jika tidak dipakai lebih dari 10 menit.
Diubah oleh arako.santo93 21-08-2018 14:38
1
Tutup