- Beranda
- Stories from the Heart
Gunung Hutan Dan Puisi
...
TS
arga.mahendraa
Gunung Hutan Dan Puisi
Pada pekat kabut yang menjalar di hamparan tanahtanah tinggi
Kulantunkan katakata sebagai penggalan doa
Untukmu yang kini telah sempurna hadir..
Pada peluh yang telah mengalir
Ketika kita ayunkan langkahlangkah
Menuju tempattempat teduh
Untuk menyemayamkan rasamu dan rasaku
Kini telah menyatu sudah
dan beku udara ini akan semakin kuat mengikatnya
Kita memang sering berbeda dalam banyak Hal
Namun Gunung, Hutan Dan Puisi selalu mampu menyatukannya..
***
Kulantunkan katakata sebagai penggalan doa
Untukmu yang kini telah sempurna hadir..
Pada peluh yang telah mengalir
Ketika kita ayunkan langkahlangkah
Menuju tempattempat teduh
Untuk menyemayamkan rasamu dan rasaku
Kini telah menyatu sudah
dan beku udara ini akan semakin kuat mengikatnya
Kita memang sering berbeda dalam banyak Hal
Namun Gunung, Hutan Dan Puisi selalu mampu menyatukannya..
***

Sebelumnya ijinkan saya untuk ikut berbagi cerita di forum ini. Forum yang sudah lumayan lama saya ikuti sebagai SR.. Salam kenal, saya Arga..
Cerita saya mungkin tidak terlalu menarik dan membahana seperti cerita-cerita fenomenal di SFTH ini. Hanya cerita biasa dari bagian kisah hidup saya. Semoga masih bisa dibaca dan dinikmati.
Seperti biasa, seluruh nama tokoh, dan tempat kejadian disamarkan demi kebaikan semuanya. Boleh kepo, tapi seperlunya saja ya.. seperti juga akan seperlunya pula saya menanggapinya..
Update cerita tidak akan saya jadwalkan karena saya juga punya banyak kesibukan. Tapi akan selalu saya usakan update sesering mungkin sampai cerita inI tamat, jadi jangan ditagih-tagih updetannya yaa..
Baiklah, tidak perlu terlalu berpanjang lebar, kita mulai saja...
****
Medio 2005...
Hari itu sore hari di sela kegiatan pendidikan untuk para calon anggota baru organisasi pencinta alam dan penempuh rimba gunung yang aku rintis tujuh tahun yang lalu sekaligus sekarang aku bina. Aku sedang santai sambil merokok ketika salah satu partnerku mendatangiku.
"Ga, tuh ada salah satu peserta cewek yg ikut pendidikan cuma karena Ada pacarnya yang ikut, kayaknya dia ga beneran mau ikut organisasi deh, tapi cuma ngikut pacarnya"
"Masak sih? Yang mana? Kok aku ga perhatiin ya" jawabku
"Kamu terlalu serius mikirin gimana nanti teknis di lapangan sih Ga, malah jadi ga merhatiin pesertamu sendiri" lanjutnya
"Coba deh nanti kamu panggil aja trus tanyain bener apa ga, namanya Ganis.. aku ke bagian logistik dulu" Kata temanku sambil meninggalkanku
"OK, nanti coba aku tanya" jawabku
"Pulangin aja kalo emang bener Ga.. ga bener itu ikut organisasi cuma buat pacaran" sahutnya lagi dari kejauhan sambil teriak
Dan aku pun cuma menjawab dengan acungan jempol saja
***
Pada malam harinya aku mengumpulkan seluruh peserta pendidikan di lapangan. Malam itu ada sesi pengecekan logistik peserta sekaligus persiapan untuk perjalanan ke gunung besok pagi untuk pendidikan lapangan.
Kurang lebih 2 jam selesai juga pengecekan logistik seluruh peserta pendidikan. Dan aku pun memulai aksiku.
"Yang merasa bernama Ganis keluar dari barisan dan maju menghadap saya sekarang..!!!" Teriakku di depan mereka
Tak lama keluarlah seorang cewek dari barisan dan menghadapku. Aku tidak terlalu memperhatikan wajahnya, entah cantik atau biasa saja aku tak terlalu peduli karena aku sudah sedikit emosi sejak sore tadi temanku mengatakan kalau dia ikut kegiatan ini cuma karena pacarnya ikut.
"Benar kamu yang bernama Ganis?"
"Ya benar, Kak"
"Kamu ngapain ikut kegiatan ini!?"
"Karena saya ingin jadi anggota Kak"
"Dasar pembohong..!!!" Bentakku seketika
Dan dia pun langsung menunduk
"Hey, siapa suruh nunduk?? Kalau ada yang ngomong dilihat!! Kamu tidak menghargai seniormu!!"
"Siap, maaf Kak" jawabnya sambil langsung melihatku
"Saya dengar kamu ikut kegiatan ini karena pacar kamu ikut juga!! Benar begitu? Jawab!!"
"Siap, tidak Kak, saya ikut karena saya sendiri ingin ikut, tidak ada hubungannya dengan pacar!" Jawabnya tegas
"Tapi pacar kamu juga ikut kan!?"
"Siap benar"
"Siapa namanya!?"
"Alan Kak"
"Yang merasa bernama Alan, maju ke depan" teriakku di depan peserta lainnya
Kemudian datanglah cowok bernama Alan itu di depanku
"Benar kamu yang bernama Alan?" Tanyaku pada cowok itu
"Siap, benar Kak" jawabnya
"Benar kamu pacarnya Ganis?"
"Siap benar Kak"
"Kamu ikut kegiatan ini cuma buat ajang pacaran!!?? Kamu cuma mau cari tempat buat pacaran??"
"Tidak Kak"
"Kalian berdua masih mau jadi anggota organisasi ga!!?"
"Siap, masih mau Kak" jawab mereka berdua
"Baik, saya berikan pilihan, kalian berdua saat ini juga putus dan lanjut ikut pendidikan, atau tetap pacaran tapi sekarang juga pulang tidak usah lanjut ikut pendidikan dan jadi anggota organisasi.. silahkan tentukan pilihan sekarang!!"
***
Spoiler for INDEX:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 10 suara
Siapakah yang bakal jadi istri TS?
Rika
30%
Winda
20%
Dita
0%
Ganis
40%
Tokoh Yang Belum Muncul
10%
Diubah oleh arga.mahendraa 20-10-2018 13:37
kimpoijahat dan anasabila memberi reputasi
3
31.4K
264
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
arga.mahendraa
#115
25. Rutinitas
Malam itu aku sedang tiduran di dalam kamar basecamp sambil baca buku. Sudah 3 hari sejak kepulanganku dari gunung, artinya sekarang hari sabtu. Anak-anak sudah tau tentang kejadian bodoh aku mengiris lenganku. Malam setelah aku pulang dari gunung, Rika langsung tau dari mulut comel Astri. Sedangkan Sandi tau sehari setelahnya setelah dikabari Rika dan Sandi langsung datang ke rumahku malamnya dan langsung membawaku ke basecamp. Ganis juga sudah tau dari Rika. Setiap hari setiap pulang sekolah Ganis selalu datang ke Basecamp untuk membersihkan lukaku dan mengganti perbannya. Sudah seminggu ini Ganis tidak menelponku karena memang aku belum beli HP lagi sejak hpku rusak karena kubanting. Tidak mengapa, setidaknya aku bisa tenang tanpa gangguan dari siapapun ketika malam hari. Di luar kamar terdengar anak-anak sedang ngobrol dan bercanda seperti biasanya. Aku tidak tertarik ikut obrolan mereka. Aku masih larut dalam imajinasiku sendiri akibat dari buku yang sedang kubaca sekarang.
"Men, ntar malem-malem kita jalan-jalan ke pantai" ucap Sandi ketika membuka pintu kamar.
"Ngapain malem-malem ke pantai? Mau lihat apaan?" Jawabku.
"Nongkrong aja men, gitar-gitaran.. ntar si Wandi bawa mobil bokapnya"
"Terserah, gw ngikut aja"
Tepat tengah malam, kami berlima, Aku, Sandi, Ubay, Wandi, Seto pun berangkat juga ke pantai. Memang dasar gerombolan anak-anak sableng. Pergi ke pantai tengah malam. Pantai yang kami tuju memang jaraknya tidak terlalu jauh. Paling hanya 1,5 jam mengendarai mobil sudah sampai. Sesampainya di pantai, kami mencari spot yang nyaman buat nongkrong. Benar saja, pantai saat tengah malam begini pasti gelap dan sepi. Tapi memang itu yang kami cari. Kami membawa bekal berupa kompor lapangan, air, kopi dan beberapa cemilan. Tidak ada 'air surga', kami benar-benar nongkrong sehat.
"Gimana perasaan loe sekarang, men?" Tanya Sandi di sela obrolan kami.
"Ya gak gimana-gimana men. Gw sih udah ikhlas kalo emang yang loe tanyain soal Dita" jawabku.
"Sekarang loe pengen jadian sama siapa? Rika? Ganis?" Tanya Sandi lagi.
"Gak tau gw.. gw gak minat sama keduanya" jawabku.
"Ngomong-ngomong soal Ganis, katanya loe ditolak ya sama dia?" Lanjutku.
"Iye gw ditolak.. sebenernya gw sakit hati men.. tapi karena dia sukanya sama loe, gw batalin sakit hati gw. Gw ikhlas kalo emang Ganis sama loe" jawabnya.
"Terus kenapa loe marah sama gw kemarin? Kan loe tau kalo gw gak ada rasa sama Ganis?" Tanyaku lagi.
"Gw emosi doang sebenernya men. Sekarang udah gak. Gw kan sayang sama loe men" jawabnya dengan muka tengil.
"Najis.. gw gak sayang sama loe.. gw normal taik" sahutku.
"Hahahahaha... Tapi beneran gw ikhlas kalo Ganis sama loe men. Cuma, sori ya men, kayaknya habis ini gw bakal vakum dari organisasi" ucap Sandi.
"Kenapa? Loe masih sakit hati sama Ganis?"
"Sedikit sih iya. Tapi alasan utamanya gw mau fokus kerja" jawab Sandi.
"Terserah loe deh" jawabku.
Aku tau, sebenarnya Sandi sudah tidak bersemangat lagi untuk aktif di organisasi dikarenakan tidak ingin bertemu Ganis. Entah sedalam apa Sandi menyukai Ganis, yang jelas kalau sampai Sandi benar-benar berniat menghindar, artinya itu serius. Aku tidak bisa memaksanya, karena aktif di organisasi harus didasari keikhlasan. Dan nampaknya satu persatu partnerku yang sekarang akan segera pergi digantikan partner baru yang lebih muda. Sedangkan aku, entah kapan akan undur diri mengurus kehidupanku sendiri. Aku masih merasa nyaman dengan kondisi yang sekarang.
Menjelang pagi sebelum matahari terbit, kami pun meninggalkan pantai ini dan kembali ke basecamp. Sesampainya di basecamp kami mengunci semua pintu dan tidur.
***
Sore itu di teras basecamp ditemani Ganis aku sedang ngopi sambil asyik utak atik HP. Yaa, aku sudah beli hp lagi siang tadi. Hp baruku ini tipe hp yang populer di kalangan petualang saat itu, yaitu erricsson R310 alias sirip hiu. Meski second, tapi barangnya masih sangat bagus, karet-karet pengamannya masih utuh semua dan kencang, jadi masih cukup mumpuni waterproof nya dan harganya juga masih cukup tinggi saat itu untuk kelas hp second.
"Horee HPnya baru.. nanti malam bisa telpon-telponan lagi" ucap Ganis.
"Emang siapa yang mau nelpon kamu?" Sahutku meledeknya.
"Nyebelin" ucapnya sambil manyun.
"Hahahahahaha"
"Aku yang nelpon lah.. Kan emang Kak Arga gak pernah nelpon aku"
"Kamu nelpon aku malam-malam.. kadang sampe subuh.. emang kalo di sekolah gak ngantuk?" Ucapku.
"Kan biasanya aku tidur dulu lebih awal Kak. Jam 8 malam gitu aku udah tidur. Tar jam 12 malam bangun terus nelpon, habis subuh tidur lagi bentar" jawabnya.
"Gak pernah belajar dong" ucapku.
"Udah belajar di sekolah Kak. Lagian kalo ada PR Kan aku selalu kerjain di sini tiap pulang sekolah. Jadi malamnya bebas.. hehehehe" jawabnya.
"Dasar" ucapku singkat.
Saat itu memang sedang ada promo dari salah satu operator seluler berlogo matahari. Kalau tidak salah setiap pembelian pulsa 25rb atau pulsa minimal 25rb bisa nelpon gratis sesama operator tiap jam 12 malam sampai jam 5 pagi. Akibatnya, setiap hari aku menjadi mahluk malam yang melayani telpon dari Ganis. Terkadang kalau aku sudah tidak kuat menahan kantuk, telpon masih tersambung aku letakkan saja dan kutinggal tidur. Hebatnya, Ganis hampir tidak pernah absen telpon tiap malam. Padahal tidak pernah ada hal penting yang dibicarakan. Aku cuma khawatir nilai sekolahnya turun gara-gara telpon-telponan tiap malam.
Hubunganku dengan Rika juga masih seperti biasanya. Aku masih sering bertemu dengannya, main ke kost-nya ataupun ke rumahnya juga jalan berdua. Sekarang Rika sudah punya pacar teman kuliahnya. Seperti biasanya, setiap ada yang mendekatinya aku yang melakukan seleksi. Dan Kali ini aku meloloskannya karena sepertinya dia anaknya baik. Semoga saja. Dan yang terpenting tidak mempermasalahkan jika aku jalan berdua dengan Rika. Tidak boleh cemburu. Hahahaha.
***
Akhir Mei 2006
Pagi-pagi sekali aku terbangun karena sebuah berita cukup heboh. HPku sejak tadi selalu berdering. Teman-temanku dari daerah jogja dan sekitarnya banyak yang mencoba menghubungiku untuk mengabarkan berita gempa yang cukup dahsyat mengguncang wilayah jogja dan sekitarnya. Kota tempatku tinggal memang jauh dari jogja dan sama sekali tidak terdampak bencana itu. Tapi mereka menyampaikan kabar supaya aku siaga dan siap terjun memberikan bantuan ke sana. Sejak pagi hingga siang aku terus sibuk telpon sana sini, koordinasi sana sini untuk memberikan bantuan. Aku sudah instruksikan kepada anak-anak organisasi untuk menggalang dana. Aku juga sudah berkoordinasi dengan teman-temanku di jogja sana dan berjanji akan datang kesana dalam waktu paling lambat dua hari untuk membawa bantuan kepada korban sekaligus terjun langsung membantu penanganan bencana.
Hari berikutnya, sumbangan sudah terkumpul lumayan banyak, baik dari lingkungan sekolah, organisasi lain, instansi maupun perusahaan yang aku tembusi. Sore nanti rencananya aku akan berangkat ke jogja bersama beberapa kawan membawa bantuan tersebut. Setelah berkoordinasi dengan teman-temanku di jogja, ternyata mereka menyarankan membawa bantuan dalam bentuk barang saja, bukan uang. Karena bantuan barang akan lebih cepat bisa dimanfaatkan. Berdasarkan informasi dari mereka, kebutuhan paling pokok saat ini adalah bahan makanan, selimut, popok bayi, pakaian anak, dan peralatan mandi. Sedangkan mereka sudah membuat posko dapur umum sejak kemarin. Akupun membelanjakan seluruh uang sumbangan itu untuk membeli barang-barang tersebut. Sore harinya aku berangkat ke jogja bersama 4 orang kawanku menggunakan mobil, sekaligus mengangkut barang-barang yang akan disumbangkan.
Dini hari di hari berikutnya, aku sudah sampai di jogja. Sepanjang perjalanan aku melihat kerusakan-kerusakan bangunan akibat goncangan gempa yang cukup dahsyat. Tenda-tenda pengungsian berjejer di lokasi-lokasi tertentu. Ambulan sering sekali berseliweran bersama suara sirinenya yang Cumiakkan telinga. Terkadang kami harus menepi untuk memberikan jalan kepada ambulan tersebut supaya tidak terhambat perjalanannya. Malam ini kami langsung menuju ke posko tempat temanku bertugas. Aku lupa nama desa dan kecamatannya, yang jelas di daerah Bantul dekat dengan pantai.
Sesampainya di posko, kami langsung menurunkan semua barang yang kami bawa. Temanku mendata dan menyimpan barang tersebut lebih dulu dan baru akan dibagikan ke pengungsi esok hari. Aku tinggal di posko tersebut untuk beberapa hari. Ikut membantu di dapur umum dan terkadang membantu membereskan rumah-rumah penduduk yang hancur akibat gempa. Hingga di rasa cukup, kamipun berpamitan untuk pulang. Meski hanya sedikit bantuan baik berupa barang ataupun tenaga yang kami berikan, semoga bisa bermanfaat untuk sesama yang sedang mengalami musibah. Jelas sekali tergambar kepedihan, kesedihan dan kegetiran dari para korban. Baik yang kehilangan harta benda maupun kehilangan keluarga karena menjadi korban bencana. Dengan ikut merasakan secara langsung bersama mereka, setidaknya bisa membuat rasa kemanusiaan dalam diri kita terus tergugah dan selalu peduli terhadap sesama, juga setidaknya bisa ikut membantu mengurangi penderitaan mereka. Semoga tidak ada lagi bencana di negeri ini.
***
Juni 2006
Hari demi hari terus berlalu. Aku menjalani hari dengan biasa. Rutinitas setiap hari yang itu-itu saja. Membosankan. Hanya dengan mendaki gunung aku bisa melepaskan segala beban dan menyegarkan pikiran. Setiap hari aku masih saja terbayang-banyang dengan Dita. Meski aku selalu berusaha melupakan, tapi bayangannya masih saja selalu datang mengangguku. Meski Ganis masih tetap rutin datang ke basecamp dan tiap malam telpon, aku masih belum tertarik dengannya. Masih sulit bagiku untuk membuka hati, baik pada Ganis maupun perempuan lainnya. Aku memang tipe orang yang tidak mudah jatuh cinta. Tapi ketika aku sudah mencintai seseorang, aku akan sangat mencintainya secara mendalam. Hingga saat ini, aku benar-benar jatuh cinta baru pada satu orang yaitu Dita, meskipun aku sudah beberapa kali pacaran, tapi tak ada satupun yang aku cintai selain Dita.
Rika sudah sangat sering memintaku untuk jadian dengan Ganis. Sampai panas telingaku mendengar ocehannya menyuruhku 'nembak' Ganis. Bukannya aku tidak mau, siapa sih yang tidak mau punya pacar seperti Ganis? Cantik, putih, rambut lurus panjang, bodinya bagus, pinter, baik, tajir. Tapi buatku semua kriteria itu belum ada artinya jika memang hatiku belum bisa menerimanya. Rika sering mengatakan, bahwa cinta akan datang seiringnya waktu bersama-sama. Jadi tidak ada salahnya aku mencoba dulu bersama Ganis sambil berusaha membuka hati untuknya. Tapi tetap saja aku masih enggan. Sudah kukatakan sebelumnya bahwa aku ini memang tipe orang yang tidak mudah jatuh cinta. Selain itu aku juga masih ada rasa tidak enak dengan Sandi.
Sore itu ada sms masuk di hpku dari nomor asing.
Aku membalas sms itu.
Singkat cerita aku pun janjian untuk bertemu dengan Winda besok sore. Siapakah Winda?
"Men, ntar malem-malem kita jalan-jalan ke pantai" ucap Sandi ketika membuka pintu kamar.
"Ngapain malem-malem ke pantai? Mau lihat apaan?" Jawabku.
"Nongkrong aja men, gitar-gitaran.. ntar si Wandi bawa mobil bokapnya"
"Terserah, gw ngikut aja"
Tepat tengah malam, kami berlima, Aku, Sandi, Ubay, Wandi, Seto pun berangkat juga ke pantai. Memang dasar gerombolan anak-anak sableng. Pergi ke pantai tengah malam. Pantai yang kami tuju memang jaraknya tidak terlalu jauh. Paling hanya 1,5 jam mengendarai mobil sudah sampai. Sesampainya di pantai, kami mencari spot yang nyaman buat nongkrong. Benar saja, pantai saat tengah malam begini pasti gelap dan sepi. Tapi memang itu yang kami cari. Kami membawa bekal berupa kompor lapangan, air, kopi dan beberapa cemilan. Tidak ada 'air surga', kami benar-benar nongkrong sehat.
"Gimana perasaan loe sekarang, men?" Tanya Sandi di sela obrolan kami.
"Ya gak gimana-gimana men. Gw sih udah ikhlas kalo emang yang loe tanyain soal Dita" jawabku.
"Sekarang loe pengen jadian sama siapa? Rika? Ganis?" Tanya Sandi lagi.
"Gak tau gw.. gw gak minat sama keduanya" jawabku.
"Ngomong-ngomong soal Ganis, katanya loe ditolak ya sama dia?" Lanjutku.
"Iye gw ditolak.. sebenernya gw sakit hati men.. tapi karena dia sukanya sama loe, gw batalin sakit hati gw. Gw ikhlas kalo emang Ganis sama loe" jawabnya.
"Terus kenapa loe marah sama gw kemarin? Kan loe tau kalo gw gak ada rasa sama Ganis?" Tanyaku lagi.
"Gw emosi doang sebenernya men. Sekarang udah gak. Gw kan sayang sama loe men" jawabnya dengan muka tengil.
"Najis.. gw gak sayang sama loe.. gw normal taik" sahutku.
"Hahahahaha... Tapi beneran gw ikhlas kalo Ganis sama loe men. Cuma, sori ya men, kayaknya habis ini gw bakal vakum dari organisasi" ucap Sandi.
"Kenapa? Loe masih sakit hati sama Ganis?"
"Sedikit sih iya. Tapi alasan utamanya gw mau fokus kerja" jawab Sandi.
"Terserah loe deh" jawabku.
Aku tau, sebenarnya Sandi sudah tidak bersemangat lagi untuk aktif di organisasi dikarenakan tidak ingin bertemu Ganis. Entah sedalam apa Sandi menyukai Ganis, yang jelas kalau sampai Sandi benar-benar berniat menghindar, artinya itu serius. Aku tidak bisa memaksanya, karena aktif di organisasi harus didasari keikhlasan. Dan nampaknya satu persatu partnerku yang sekarang akan segera pergi digantikan partner baru yang lebih muda. Sedangkan aku, entah kapan akan undur diri mengurus kehidupanku sendiri. Aku masih merasa nyaman dengan kondisi yang sekarang.
Menjelang pagi sebelum matahari terbit, kami pun meninggalkan pantai ini dan kembali ke basecamp. Sesampainya di basecamp kami mengunci semua pintu dan tidur.
***
Sore itu di teras basecamp ditemani Ganis aku sedang ngopi sambil asyik utak atik HP. Yaa, aku sudah beli hp lagi siang tadi. Hp baruku ini tipe hp yang populer di kalangan petualang saat itu, yaitu erricsson R310 alias sirip hiu. Meski second, tapi barangnya masih sangat bagus, karet-karet pengamannya masih utuh semua dan kencang, jadi masih cukup mumpuni waterproof nya dan harganya juga masih cukup tinggi saat itu untuk kelas hp second.
"Horee HPnya baru.. nanti malam bisa telpon-telponan lagi" ucap Ganis.
"Emang siapa yang mau nelpon kamu?" Sahutku meledeknya.
"Nyebelin" ucapnya sambil manyun.
"Hahahahahaha"
"Aku yang nelpon lah.. Kan emang Kak Arga gak pernah nelpon aku"
"Kamu nelpon aku malam-malam.. kadang sampe subuh.. emang kalo di sekolah gak ngantuk?" Ucapku.
"Kan biasanya aku tidur dulu lebih awal Kak. Jam 8 malam gitu aku udah tidur. Tar jam 12 malam bangun terus nelpon, habis subuh tidur lagi bentar" jawabnya.
"Gak pernah belajar dong" ucapku.
"Udah belajar di sekolah Kak. Lagian kalo ada PR Kan aku selalu kerjain di sini tiap pulang sekolah. Jadi malamnya bebas.. hehehehe" jawabnya.
"Dasar" ucapku singkat.
Saat itu memang sedang ada promo dari salah satu operator seluler berlogo matahari. Kalau tidak salah setiap pembelian pulsa 25rb atau pulsa minimal 25rb bisa nelpon gratis sesama operator tiap jam 12 malam sampai jam 5 pagi. Akibatnya, setiap hari aku menjadi mahluk malam yang melayani telpon dari Ganis. Terkadang kalau aku sudah tidak kuat menahan kantuk, telpon masih tersambung aku letakkan saja dan kutinggal tidur. Hebatnya, Ganis hampir tidak pernah absen telpon tiap malam. Padahal tidak pernah ada hal penting yang dibicarakan. Aku cuma khawatir nilai sekolahnya turun gara-gara telpon-telponan tiap malam.
Hubunganku dengan Rika juga masih seperti biasanya. Aku masih sering bertemu dengannya, main ke kost-nya ataupun ke rumahnya juga jalan berdua. Sekarang Rika sudah punya pacar teman kuliahnya. Seperti biasanya, setiap ada yang mendekatinya aku yang melakukan seleksi. Dan Kali ini aku meloloskannya karena sepertinya dia anaknya baik. Semoga saja. Dan yang terpenting tidak mempermasalahkan jika aku jalan berdua dengan Rika. Tidak boleh cemburu. Hahahaha.
***
Akhir Mei 2006
Pagi-pagi sekali aku terbangun karena sebuah berita cukup heboh. HPku sejak tadi selalu berdering. Teman-temanku dari daerah jogja dan sekitarnya banyak yang mencoba menghubungiku untuk mengabarkan berita gempa yang cukup dahsyat mengguncang wilayah jogja dan sekitarnya. Kota tempatku tinggal memang jauh dari jogja dan sama sekali tidak terdampak bencana itu. Tapi mereka menyampaikan kabar supaya aku siaga dan siap terjun memberikan bantuan ke sana. Sejak pagi hingga siang aku terus sibuk telpon sana sini, koordinasi sana sini untuk memberikan bantuan. Aku sudah instruksikan kepada anak-anak organisasi untuk menggalang dana. Aku juga sudah berkoordinasi dengan teman-temanku di jogja sana dan berjanji akan datang kesana dalam waktu paling lambat dua hari untuk membawa bantuan kepada korban sekaligus terjun langsung membantu penanganan bencana.
Hari berikutnya, sumbangan sudah terkumpul lumayan banyak, baik dari lingkungan sekolah, organisasi lain, instansi maupun perusahaan yang aku tembusi. Sore nanti rencananya aku akan berangkat ke jogja bersama beberapa kawan membawa bantuan tersebut. Setelah berkoordinasi dengan teman-temanku di jogja, ternyata mereka menyarankan membawa bantuan dalam bentuk barang saja, bukan uang. Karena bantuan barang akan lebih cepat bisa dimanfaatkan. Berdasarkan informasi dari mereka, kebutuhan paling pokok saat ini adalah bahan makanan, selimut, popok bayi, pakaian anak, dan peralatan mandi. Sedangkan mereka sudah membuat posko dapur umum sejak kemarin. Akupun membelanjakan seluruh uang sumbangan itu untuk membeli barang-barang tersebut. Sore harinya aku berangkat ke jogja bersama 4 orang kawanku menggunakan mobil, sekaligus mengangkut barang-barang yang akan disumbangkan.
Dini hari di hari berikutnya, aku sudah sampai di jogja. Sepanjang perjalanan aku melihat kerusakan-kerusakan bangunan akibat goncangan gempa yang cukup dahsyat. Tenda-tenda pengungsian berjejer di lokasi-lokasi tertentu. Ambulan sering sekali berseliweran bersama suara sirinenya yang Cumiakkan telinga. Terkadang kami harus menepi untuk memberikan jalan kepada ambulan tersebut supaya tidak terhambat perjalanannya. Malam ini kami langsung menuju ke posko tempat temanku bertugas. Aku lupa nama desa dan kecamatannya, yang jelas di daerah Bantul dekat dengan pantai.
Sesampainya di posko, kami langsung menurunkan semua barang yang kami bawa. Temanku mendata dan menyimpan barang tersebut lebih dulu dan baru akan dibagikan ke pengungsi esok hari. Aku tinggal di posko tersebut untuk beberapa hari. Ikut membantu di dapur umum dan terkadang membantu membereskan rumah-rumah penduduk yang hancur akibat gempa. Hingga di rasa cukup, kamipun berpamitan untuk pulang. Meski hanya sedikit bantuan baik berupa barang ataupun tenaga yang kami berikan, semoga bisa bermanfaat untuk sesama yang sedang mengalami musibah. Jelas sekali tergambar kepedihan, kesedihan dan kegetiran dari para korban. Baik yang kehilangan harta benda maupun kehilangan keluarga karena menjadi korban bencana. Dengan ikut merasakan secara langsung bersama mereka, setidaknya bisa membuat rasa kemanusiaan dalam diri kita terus tergugah dan selalu peduli terhadap sesama, juga setidaknya bisa ikut membantu mengurangi penderitaan mereka. Semoga tidak ada lagi bencana di negeri ini.
***
Juni 2006
Hari demi hari terus berlalu. Aku menjalani hari dengan biasa. Rutinitas setiap hari yang itu-itu saja. Membosankan. Hanya dengan mendaki gunung aku bisa melepaskan segala beban dan menyegarkan pikiran. Setiap hari aku masih saja terbayang-banyang dengan Dita. Meski aku selalu berusaha melupakan, tapi bayangannya masih saja selalu datang mengangguku. Meski Ganis masih tetap rutin datang ke basecamp dan tiap malam telpon, aku masih belum tertarik dengannya. Masih sulit bagiku untuk membuka hati, baik pada Ganis maupun perempuan lainnya. Aku memang tipe orang yang tidak mudah jatuh cinta. Tapi ketika aku sudah mencintai seseorang, aku akan sangat mencintainya secara mendalam. Hingga saat ini, aku benar-benar jatuh cinta baru pada satu orang yaitu Dita, meskipun aku sudah beberapa kali pacaran, tapi tak ada satupun yang aku cintai selain Dita.
Rika sudah sangat sering memintaku untuk jadian dengan Ganis. Sampai panas telingaku mendengar ocehannya menyuruhku 'nembak' Ganis. Bukannya aku tidak mau, siapa sih yang tidak mau punya pacar seperti Ganis? Cantik, putih, rambut lurus panjang, bodinya bagus, pinter, baik, tajir. Tapi buatku semua kriteria itu belum ada artinya jika memang hatiku belum bisa menerimanya. Rika sering mengatakan, bahwa cinta akan datang seiringnya waktu bersama-sama. Jadi tidak ada salahnya aku mencoba dulu bersama Ganis sambil berusaha membuka hati untuknya. Tapi tetap saja aku masih enggan. Sudah kukatakan sebelumnya bahwa aku ini memang tipe orang yang tidak mudah jatuh cinta. Selain itu aku juga masih ada rasa tidak enak dengan Sandi.
Spoiler for SMS from asing:
Sore itu ada sms masuk di hpku dari nomor asing.
Spoiler for SMS to Asing:
Aku membalas sms itu.
Spoiler for SMS from Winda:
Spoiler for SMS to Winda:
Spoiler for SMS from Winda:
Spoiler for SMS to Winda:
Spoiler for SMS from Winda:
Singkat cerita aku pun janjian untuk bertemu dengan Winda besok sore. Siapakah Winda?
0