- Beranda
- Stories from the Heart
Gunung Hutan Dan Puisi
...
TS
arga.mahendraa
Gunung Hutan Dan Puisi
Pada pekat kabut yang menjalar di hamparan tanahtanah tinggi
Kulantunkan katakata sebagai penggalan doa
Untukmu yang kini telah sempurna hadir..
Pada peluh yang telah mengalir
Ketika kita ayunkan langkahlangkah
Menuju tempattempat teduh
Untuk menyemayamkan rasamu dan rasaku
Kini telah menyatu sudah
dan beku udara ini akan semakin kuat mengikatnya
Kita memang sering berbeda dalam banyak Hal
Namun Gunung, Hutan Dan Puisi selalu mampu menyatukannya..
***
Kulantunkan katakata sebagai penggalan doa
Untukmu yang kini telah sempurna hadir..
Pada peluh yang telah mengalir
Ketika kita ayunkan langkahlangkah
Menuju tempattempat teduh
Untuk menyemayamkan rasamu dan rasaku
Kini telah menyatu sudah
dan beku udara ini akan semakin kuat mengikatnya
Kita memang sering berbeda dalam banyak Hal
Namun Gunung, Hutan Dan Puisi selalu mampu menyatukannya..
***

Sebelumnya ijinkan saya untuk ikut berbagi cerita di forum ini. Forum yang sudah lumayan lama saya ikuti sebagai SR.. Salam kenal, saya Arga..
Cerita saya mungkin tidak terlalu menarik dan membahana seperti cerita-cerita fenomenal di SFTH ini. Hanya cerita biasa dari bagian kisah hidup saya. Semoga masih bisa dibaca dan dinikmati.
Seperti biasa, seluruh nama tokoh, dan tempat kejadian disamarkan demi kebaikan semuanya. Boleh kepo, tapi seperlunya saja ya.. seperti juga akan seperlunya pula saya menanggapinya..
Update cerita tidak akan saya jadwalkan karena saya juga punya banyak kesibukan. Tapi akan selalu saya usakan update sesering mungkin sampai cerita inI tamat, jadi jangan ditagih-tagih updetannya yaa..
Baiklah, tidak perlu terlalu berpanjang lebar, kita mulai saja...
****
Medio 2005...
Hari itu sore hari di sela kegiatan pendidikan untuk para calon anggota baru organisasi pencinta alam dan penempuh rimba gunung yang aku rintis tujuh tahun yang lalu sekaligus sekarang aku bina. Aku sedang santai sambil merokok ketika salah satu partnerku mendatangiku.
"Ga, tuh ada salah satu peserta cewek yg ikut pendidikan cuma karena Ada pacarnya yang ikut, kayaknya dia ga beneran mau ikut organisasi deh, tapi cuma ngikut pacarnya"
"Masak sih? Yang mana? Kok aku ga perhatiin ya" jawabku
"Kamu terlalu serius mikirin gimana nanti teknis di lapangan sih Ga, malah jadi ga merhatiin pesertamu sendiri" lanjutnya
"Coba deh nanti kamu panggil aja trus tanyain bener apa ga, namanya Ganis.. aku ke bagian logistik dulu" Kata temanku sambil meninggalkanku
"OK, nanti coba aku tanya" jawabku
"Pulangin aja kalo emang bener Ga.. ga bener itu ikut organisasi cuma buat pacaran" sahutnya lagi dari kejauhan sambil teriak
Dan aku pun cuma menjawab dengan acungan jempol saja
***
Pada malam harinya aku mengumpulkan seluruh peserta pendidikan di lapangan. Malam itu ada sesi pengecekan logistik peserta sekaligus persiapan untuk perjalanan ke gunung besok pagi untuk pendidikan lapangan.
Kurang lebih 2 jam selesai juga pengecekan logistik seluruh peserta pendidikan. Dan aku pun memulai aksiku.
"Yang merasa bernama Ganis keluar dari barisan dan maju menghadap saya sekarang..!!!" Teriakku di depan mereka
Tak lama keluarlah seorang cewek dari barisan dan menghadapku. Aku tidak terlalu memperhatikan wajahnya, entah cantik atau biasa saja aku tak terlalu peduli karena aku sudah sedikit emosi sejak sore tadi temanku mengatakan kalau dia ikut kegiatan ini cuma karena pacarnya ikut.
"Benar kamu yang bernama Ganis?"
"Ya benar, Kak"
"Kamu ngapain ikut kegiatan ini!?"
"Karena saya ingin jadi anggota Kak"
"Dasar pembohong..!!!" Bentakku seketika
Dan dia pun langsung menunduk
"Hey, siapa suruh nunduk?? Kalau ada yang ngomong dilihat!! Kamu tidak menghargai seniormu!!"
"Siap, maaf Kak" jawabnya sambil langsung melihatku
"Saya dengar kamu ikut kegiatan ini karena pacar kamu ikut juga!! Benar begitu? Jawab!!"
"Siap, tidak Kak, saya ikut karena saya sendiri ingin ikut, tidak ada hubungannya dengan pacar!" Jawabnya tegas
"Tapi pacar kamu juga ikut kan!?"
"Siap benar"
"Siapa namanya!?"
"Alan Kak"
"Yang merasa bernama Alan, maju ke depan" teriakku di depan peserta lainnya
Kemudian datanglah cowok bernama Alan itu di depanku
"Benar kamu yang bernama Alan?" Tanyaku pada cowok itu
"Siap, benar Kak" jawabnya
"Benar kamu pacarnya Ganis?"
"Siap benar Kak"
"Kamu ikut kegiatan ini cuma buat ajang pacaran!!?? Kamu cuma mau cari tempat buat pacaran??"
"Tidak Kak"
"Kalian berdua masih mau jadi anggota organisasi ga!!?"
"Siap, masih mau Kak" jawab mereka berdua
"Baik, saya berikan pilihan, kalian berdua saat ini juga putus dan lanjut ikut pendidikan, atau tetap pacaran tapi sekarang juga pulang tidak usah lanjut ikut pendidikan dan jadi anggota organisasi.. silahkan tentukan pilihan sekarang!!"
***
Spoiler for INDEX:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 10 suara
Siapakah yang bakal jadi istri TS?
Rika
30%
Winda
20%
Dita
0%
Ganis
40%
Tokoh Yang Belum Muncul
10%
Diubah oleh arga.mahendraa 20-10-2018 13:37
kimpoijahat dan anasabila memberi reputasi
3
31.4K
264
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
arga.mahendraa
#82
20. Pergulatan Hati
Malamnya, usai mengantar Dita pulang dan mampir ke rumah sebentar untuk mandi dan ganti baju, aku segera meluncur ke basecamp. Sesampainya di basecamp aku merebahkan tubuhku di kasur lantai di dalam kamar. Aku meraba saku celanaku dan mengambil hpku. Aku baru ingat kalau aku belum mengaktifkan hpku sejak sore tadi. 10 sms langsung berebutan masuk ke inbox setelah hp menyala. Aku membuka satu per satu sms itu.
"Hufffftttt" aku hanya menghela nafas lalu meletakkan hpku di meja tv. Aku beranjak keluar kamar lalu menuju ke dapur untuk menyeduh kopi pahit. Tak lama terdengar suara motor berhenti di depan basecamp.
"Kemana aja loe, men? HP gak diaktifin segala" cerocosnya tiba-tiba ketika masuk ke basecamp.
"Jalan sama Dita" jawabku pendek
"Iye gw tau loe jalan sama Dita, dodol.. maksud gw posisi loe dimana tadi? Rika nelpon gw mulu nyariin loe"
"Gw di air terjun ****** tadi"
"Ngabarin doang seberapa berat sih? Bini loe ribut mulu nyariin. Gw yang ditelponin dari tadi"
"Bini gw??"
"Iye.. Rika"
"Sialan loe"
"Bagi kopinya sini. Btw, men.. gw mau nanya nih"
"Apaan?"
"Diem dulu ngapa.. dengerin gw ngomong dulu"
"Iya... Iya..."
"Menurut loe nih men.. gw cocok gak kalo sama Ganis?"
"Kagak"
"Sialan.. serius gw men"
"Ya kalo dia mau sama lo ya berarti cocok kalo gak mau ya gak cocok" jawabku asal.
"Kayaknya gw beneran jatuh cinta nih sama Ganis, men"
"Serah loe.. tiap loe suka ma cewek juga loe selalu bilang gitu.. ujung2nya buat maenan doang"
"Kali ini kaga Men.. gw ngerasa beda"
Belum sampai aku jawab kata-kata Sandi, terdengar nada dering dari hpku. Aku pun segera beranjak dan mengambil hpku yang tadi aku letakkan di dalam kamar. Ternyata panggilan telpon dari Rika.
"Halo Rik"
"Kamu kemana aja? HP ga diaktifin segala"
"Kamu udah kayak Sandi aja ngomel-ngomel gara-gara hp ga aktif"
"Ganis nyariin kamu dari sore. Nelpon aku mulu nanyain kamu ada di mana"
"Lah ngapa pada panik sih.. aku kan bukan bapaknya"
"Dih bener-bener deh kamu, Ga... Dia bilang mau cerita sesuatu sama kamu. Aku bilang cerita aja sama aku kalo ada masalah. Dia gak mau, maunya cerita sama kamu doang. Ngerti gak?"
"Gak.."
"Terserah kamu deh Ga. Capek bilangin kamu"
Tut Tut Tut...
Telpon dimatikan sepihak oleh Rika. Aku benar-benar tidak habis pikir dengan mereka. Rika getol banget menjodohkan aku dengan Ganis. Sedangkan Sandi menjodohkan aku dengan Rika. Ada apa ini? Bukannya mereka tau kalau hatiku saat ini hanya untuk Dita?
***
Maret 2006
Hari ini aku berencana untuk mengajak anak-anak organisasi latihan bersama dengan organisasi sekolah lain dari kota sebelah, sebut saja nama organisasinya Tempepala. Organisasi itu sudah beberapa waktu menjalin kerjasama dengan organisasiku dalam bentuk kegiatan bersama dan latihan bersama. Kerjasama kedua organisasi ini bisa dikatakan sama-sama menguntungkan. Mereka berbasis di sekolah kejuruan yang mayoritas siswanya laki-laki. Mereka termasuk organisasi yang cukup solid dan memiliki fasilitas latihan yang lengkap, seperti wall climbing, peralatan rock climbing dan lain-lain. Tetapi mereka tidak memiliki pelatih, alhasil mereka hanya berlatih secara otodidak dengan bantuan buku panduan. Oleh karenanya ilmu yang mereka miliki kurang terarah. Dari organisasiku, mereka meminta diajari dengan cara yang terarah dari aku dan kawan-kawan alumni organisasiku lainnya. Sedangkan dari Tempepala, kami bebas menggunakan fasilitas dan peralatan mereka tanpa dikenakan biaya sewa. Sama-sama menguntungkan.
"Aku nanti bonceng Kak Arga aja ya" ucap Ganis padaku saat kami bersiap berangkat.
"Kamu sama Sandi aja kalau mau. Aku sama Rika. Kenapa gak sama Alan?" Ucapku.
"Ya udah" jawabnya singkat dengan mimik agak kecewa. Mungkin.
Singkat cerita, akhirnya kami pun berangkat. Latihan sore ini berjalan lancar. Sebagian anak-anak mencoba berlatih panjat dinding dipandu anak-anak Tempepala. Sebagian lagi berlatih SRT. Sedangkan aku ngobrol-ngobrol saja dengan senior mereka. Hingga waktu menjelang petang akhirnya latihan kali ini diakhiri dan kami pun pulang. Sesaat sebelum perjalanan pulang, Rika minta bertukar posisi. Dia membonceng Sandi sedangkan aku dipaksa memboncengkan Ganis. Ya sudahlah. Terlihat raut wajah kurang enak dari Sandi ketika aku melihatnya sekilas. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa jika Rika sudah berkehendak.
"Ganis kayaknya suka sama loe, Men" ucap Sandi padaku pada malam harinya di basecamp.
"Loe orang kedua yang bilang kayak gitu, San" sahutku
"Yang pertama siapa?"
"Rika"
"Pantesan dia berusaha deketin loe ke Ganis" ucapnya
"Loe tenang aja, San. Gw gak akan deketin Ganis. Gw gak ada perasaan apa-apa sama dia. Gw gak akan halangin loe kalo loe mau sama dia"
"Tapi gw gak akan nyuruh dia menjauhi gw. Dia juga punya hak buat deket sama gw. Loe paham kan?" Sambungku
"Mendingan loe segera pastiin hubungan loe sama Dita, Men. Atau loe jadian aja sama Rika. Biar Ganis ngerti" ucapnya lagi.
"Kenapa jadi loe yang nekan gw, San?"
"Gw tau persis kapan waktunya gw ambil keputusan. Kalo loe emang suka sama Ganis, loe tembak dia lah. Gak perlu mikirin gw" sambungku
Sandi tak menjawab. Aku paham apa yang dia katakan. Tak lama kemudian hpku berdering, ternyata Ganis yang menelponku. Sekilas aku lihat Sandi melirik ketika aku melihat layar hpku. Aku pun mengangkat telpon dan tak lama Sandi pergi menggunakan motornya entah kemana. Mungkin pulang.
Obrolanku dengan Ganis di telpon tidaklah terlalu penting. Seperti biasa, hanya obrolan ringan yang tidak jelas arahnya. Hanya saja di akhir telpon dia sempat cerita bahwa dia sudah putus dengan Alan beberapa hari yang lalu. Aku hanya berpesan, meskipun sudah putus, mereka harus tetap aktif di organisasi. Aku juga sudah bicara dengan Alan beberapa hari yang lalu mengenai persoalan mereka ini.
***
Suatu hari di awal April 2006
Semakin hari aku semakin dekat dengan Dita. Hampir setiap hari aku bertemu saat makan siang. Aku menjemputnya di kantornya untuk makan siang bersama. Hubunganku dengan Ganis juga masih seperti biasanya. Dia masih sering mampir ke basecamp sepulang sekolah. Sandi masih aktif mendekati Ganis. Sedangkan Rika? Aku juga masih selalu luangkan waktu untuknya.
"Aku boleh main ke tempat kamu gak, Dit?" Tanyaku pada Dita di sela makan siang.
"Mau ngapain, Ga?" Jawabnya balik bertanya.
"Ya main saja. Silaturahmi. Boleh gak?"
"Jangan dulu deh. Nanti saja lain waktu" lagi-lagi Dita belum mengijinkanku main ke rumahnya.
"Emang kenapa Dit? Mama kamu kan dulu baik sama aku" ucapku lagi. Aku tahu bahwa Papanya Dita sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Papanya yang dulu tidak merestui hubunganku dengan Dita. Sedangkan Mamanya biasa saja. Aku pikir karena Papanya sudah meninggal, aku bisa mendekati keluarganya lagi.
"Iya. Tapi jangan sekarang. Nanti aku kabari kalau emang kamu bisa main ke rumahku" ucapnya sambil menunduk.
"Kamu ada masalah apa Dit?" Kecurigaanku atas sesuatu yang disembunyikannya semakin tidak tertahankan.
"Gak ada kok, Ga. Gak Ada masalah apa-apa. Kamu sabar yaa.. nanti kalau sudah waktunya aku bakal kasih tau kamu" ucapnya sambil tersenyum. Senyum yang dipaksakan.
"Ya sudah kalau begitu. Aku harap perasaan kamu padaku tidak pernah berubah, Dit" ucapku sembari meraih tangannya dan menggenggamnya.
Dita hanya tersenyum lalu menarik kembali tangannya dari genggamanku. Masih senyum yang dipaksakan.
Tak berapa lama kemudian ada SMS masuk di HP Dita. Dia membukanya dan seketika ekspresinya berubah seperti kaget kemudian berubah lagi jadi sedih.
"Ada apa Dit?" Tanyaku
"Eh.. ga pa2 kok Ga. Yuk anter aku balik ke kantor. Jam istirahat udah habis" jawabnya agak tergagap lalu buru-buru memasang senyum di wajahnya. Tetap senyum yang dipaksakan.
"Yuk" jawabku
Kami pun segera meninggalkan tempat ini dan mengantar Dita kembali ke kantornya. Dalam perjalanan ke kantornya, Dita memelukku erat dari belakang. Aku merasakan Ada suatu getaran yang berbeda dari pelukannya. Dita seolah menangis. Dalam hati aku bertekad untuk segera menghapus kesedihannya. Aku akan segera menemui keluarganya.
=================================
Suatu hari di awal tahun 2014
"Ciieeeee.. di add sama dek mantan" ucapnya ketika melihatku sedang bermain Facebook dari hp androidku.
"Cemburu yak?" Ucapku menggodanya.
"Biasa aja tuh" sahutnya tapi dengan ekspresi sedikit manyun.
"Kalo gak cemburu kenapa manyun gitu" ucapku lagi lalu kuusap kepalanya dengan lembut.
"Kayaknya bahagia banget ketemu lagi sama mantan"
"Ketemu dari mana? Kan cuma di add di Facebook"
"Awalnya dari Facebook.. lama-lama ngajak ketemuan, lalu balikan"
"Ya gak bakalan lah.. aku juga tau posisi masing-masing sekarang seperti apa" ucapku.
"Gak Ada yang gak mungkin kok kalo Tuhan berkehendak dan kita mengusahakan" ucapnya.
"Aku tidak mengusahakan kok. Emang salah kalau silaturahmi?" Tanyaku
"Ya gak salah sih. Asal kamu bisa membatasi diri. Ingat aku ada di sini. Aku harap kamu bisa jaga perasaanku" ucapnya.
"Pastinya. Asal kamu tau, hatiku sekarang, nanti, besok dan selamanya hanya untuk kamu. Apalagi sebentar lagi kita nikah. Kamu percaya ya sama aku" ucapku menenangkannya.
"Iya aku percaya kok" jawabnya lalu tersenyum dan merebahkan kepalanya di pundakku. Aku pun meresponnya dengan melingkarkan tanganku di pinggangnya.
Spoiler for SMS from Ganis:
Spoiler for SMS from Ganis:
Spoiler for SMS from Ganis:
Spoiler for SMS from Ganis:
Spoiler for SMS from Ganis:
Spoiler for SMS from Ganis:
Spoiler for SMS from Sandi:
Spoiler for SMS from Sandi:
Spoiler for SMS from Dita:
Spoiler for SMS from Rika:
"Hufffftttt" aku hanya menghela nafas lalu meletakkan hpku di meja tv. Aku beranjak keluar kamar lalu menuju ke dapur untuk menyeduh kopi pahit. Tak lama terdengar suara motor berhenti di depan basecamp.
"Kemana aja loe, men? HP gak diaktifin segala" cerocosnya tiba-tiba ketika masuk ke basecamp.
"Jalan sama Dita" jawabku pendek
"Iye gw tau loe jalan sama Dita, dodol.. maksud gw posisi loe dimana tadi? Rika nelpon gw mulu nyariin loe"
"Gw di air terjun ****** tadi"
"Ngabarin doang seberapa berat sih? Bini loe ribut mulu nyariin. Gw yang ditelponin dari tadi"
"Bini gw??"
"Iye.. Rika"
"Sialan loe"
"Bagi kopinya sini. Btw, men.. gw mau nanya nih"
"Apaan?"
"Diem dulu ngapa.. dengerin gw ngomong dulu"
"Iya... Iya..."
"Menurut loe nih men.. gw cocok gak kalo sama Ganis?"
"Kagak"
"Sialan.. serius gw men"
"Ya kalo dia mau sama lo ya berarti cocok kalo gak mau ya gak cocok" jawabku asal.
"Kayaknya gw beneran jatuh cinta nih sama Ganis, men"
"Serah loe.. tiap loe suka ma cewek juga loe selalu bilang gitu.. ujung2nya buat maenan doang"
"Kali ini kaga Men.. gw ngerasa beda"
Belum sampai aku jawab kata-kata Sandi, terdengar nada dering dari hpku. Aku pun segera beranjak dan mengambil hpku yang tadi aku letakkan di dalam kamar. Ternyata panggilan telpon dari Rika.
"Halo Rik"
"Kamu kemana aja? HP ga diaktifin segala"
"Kamu udah kayak Sandi aja ngomel-ngomel gara-gara hp ga aktif"
"Ganis nyariin kamu dari sore. Nelpon aku mulu nanyain kamu ada di mana"
"Lah ngapa pada panik sih.. aku kan bukan bapaknya"
"Dih bener-bener deh kamu, Ga... Dia bilang mau cerita sesuatu sama kamu. Aku bilang cerita aja sama aku kalo ada masalah. Dia gak mau, maunya cerita sama kamu doang. Ngerti gak?"
"Gak.."
"Terserah kamu deh Ga. Capek bilangin kamu"
Tut Tut Tut...
Telpon dimatikan sepihak oleh Rika. Aku benar-benar tidak habis pikir dengan mereka. Rika getol banget menjodohkan aku dengan Ganis. Sedangkan Sandi menjodohkan aku dengan Rika. Ada apa ini? Bukannya mereka tau kalau hatiku saat ini hanya untuk Dita?
***
Maret 2006
Hari ini aku berencana untuk mengajak anak-anak organisasi latihan bersama dengan organisasi sekolah lain dari kota sebelah, sebut saja nama organisasinya Tempepala. Organisasi itu sudah beberapa waktu menjalin kerjasama dengan organisasiku dalam bentuk kegiatan bersama dan latihan bersama. Kerjasama kedua organisasi ini bisa dikatakan sama-sama menguntungkan. Mereka berbasis di sekolah kejuruan yang mayoritas siswanya laki-laki. Mereka termasuk organisasi yang cukup solid dan memiliki fasilitas latihan yang lengkap, seperti wall climbing, peralatan rock climbing dan lain-lain. Tetapi mereka tidak memiliki pelatih, alhasil mereka hanya berlatih secara otodidak dengan bantuan buku panduan. Oleh karenanya ilmu yang mereka miliki kurang terarah. Dari organisasiku, mereka meminta diajari dengan cara yang terarah dari aku dan kawan-kawan alumni organisasiku lainnya. Sedangkan dari Tempepala, kami bebas menggunakan fasilitas dan peralatan mereka tanpa dikenakan biaya sewa. Sama-sama menguntungkan.
"Aku nanti bonceng Kak Arga aja ya" ucap Ganis padaku saat kami bersiap berangkat.
"Kamu sama Sandi aja kalau mau. Aku sama Rika. Kenapa gak sama Alan?" Ucapku.
"Ya udah" jawabnya singkat dengan mimik agak kecewa. Mungkin.
Singkat cerita, akhirnya kami pun berangkat. Latihan sore ini berjalan lancar. Sebagian anak-anak mencoba berlatih panjat dinding dipandu anak-anak Tempepala. Sebagian lagi berlatih SRT. Sedangkan aku ngobrol-ngobrol saja dengan senior mereka. Hingga waktu menjelang petang akhirnya latihan kali ini diakhiri dan kami pun pulang. Sesaat sebelum perjalanan pulang, Rika minta bertukar posisi. Dia membonceng Sandi sedangkan aku dipaksa memboncengkan Ganis. Ya sudahlah. Terlihat raut wajah kurang enak dari Sandi ketika aku melihatnya sekilas. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa jika Rika sudah berkehendak.
"Ganis kayaknya suka sama loe, Men" ucap Sandi padaku pada malam harinya di basecamp.
"Loe orang kedua yang bilang kayak gitu, San" sahutku
"Yang pertama siapa?"
"Rika"
"Pantesan dia berusaha deketin loe ke Ganis" ucapnya
"Loe tenang aja, San. Gw gak akan deketin Ganis. Gw gak ada perasaan apa-apa sama dia. Gw gak akan halangin loe kalo loe mau sama dia"
"Tapi gw gak akan nyuruh dia menjauhi gw. Dia juga punya hak buat deket sama gw. Loe paham kan?" Sambungku
"Mendingan loe segera pastiin hubungan loe sama Dita, Men. Atau loe jadian aja sama Rika. Biar Ganis ngerti" ucapnya lagi.
"Kenapa jadi loe yang nekan gw, San?"
"Gw tau persis kapan waktunya gw ambil keputusan. Kalo loe emang suka sama Ganis, loe tembak dia lah. Gak perlu mikirin gw" sambungku
Sandi tak menjawab. Aku paham apa yang dia katakan. Tak lama kemudian hpku berdering, ternyata Ganis yang menelponku. Sekilas aku lihat Sandi melirik ketika aku melihat layar hpku. Aku pun mengangkat telpon dan tak lama Sandi pergi menggunakan motornya entah kemana. Mungkin pulang.
Obrolanku dengan Ganis di telpon tidaklah terlalu penting. Seperti biasa, hanya obrolan ringan yang tidak jelas arahnya. Hanya saja di akhir telpon dia sempat cerita bahwa dia sudah putus dengan Alan beberapa hari yang lalu. Aku hanya berpesan, meskipun sudah putus, mereka harus tetap aktif di organisasi. Aku juga sudah bicara dengan Alan beberapa hari yang lalu mengenai persoalan mereka ini.
***
Suatu hari di awal April 2006
Semakin hari aku semakin dekat dengan Dita. Hampir setiap hari aku bertemu saat makan siang. Aku menjemputnya di kantornya untuk makan siang bersama. Hubunganku dengan Ganis juga masih seperti biasanya. Dia masih sering mampir ke basecamp sepulang sekolah. Sandi masih aktif mendekati Ganis. Sedangkan Rika? Aku juga masih selalu luangkan waktu untuknya.
"Aku boleh main ke tempat kamu gak, Dit?" Tanyaku pada Dita di sela makan siang.
"Mau ngapain, Ga?" Jawabnya balik bertanya.
"Ya main saja. Silaturahmi. Boleh gak?"
"Jangan dulu deh. Nanti saja lain waktu" lagi-lagi Dita belum mengijinkanku main ke rumahnya.
"Emang kenapa Dit? Mama kamu kan dulu baik sama aku" ucapku lagi. Aku tahu bahwa Papanya Dita sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Papanya yang dulu tidak merestui hubunganku dengan Dita. Sedangkan Mamanya biasa saja. Aku pikir karena Papanya sudah meninggal, aku bisa mendekati keluarganya lagi.
"Iya. Tapi jangan sekarang. Nanti aku kabari kalau emang kamu bisa main ke rumahku" ucapnya sambil menunduk.
"Kamu ada masalah apa Dit?" Kecurigaanku atas sesuatu yang disembunyikannya semakin tidak tertahankan.
"Gak ada kok, Ga. Gak Ada masalah apa-apa. Kamu sabar yaa.. nanti kalau sudah waktunya aku bakal kasih tau kamu" ucapnya sambil tersenyum. Senyum yang dipaksakan.
"Ya sudah kalau begitu. Aku harap perasaan kamu padaku tidak pernah berubah, Dit" ucapku sembari meraih tangannya dan menggenggamnya.
Dita hanya tersenyum lalu menarik kembali tangannya dari genggamanku. Masih senyum yang dipaksakan.
Tak berapa lama kemudian ada SMS masuk di HP Dita. Dia membukanya dan seketika ekspresinya berubah seperti kaget kemudian berubah lagi jadi sedih.
"Ada apa Dit?" Tanyaku
"Eh.. ga pa2 kok Ga. Yuk anter aku balik ke kantor. Jam istirahat udah habis" jawabnya agak tergagap lalu buru-buru memasang senyum di wajahnya. Tetap senyum yang dipaksakan.
"Yuk" jawabku
Kami pun segera meninggalkan tempat ini dan mengantar Dita kembali ke kantornya. Dalam perjalanan ke kantornya, Dita memelukku erat dari belakang. Aku merasakan Ada suatu getaran yang berbeda dari pelukannya. Dita seolah menangis. Dalam hati aku bertekad untuk segera menghapus kesedihannya. Aku akan segera menemui keluarganya.
=================================
Suatu hari di awal tahun 2014
"Ciieeeee.. di add sama dek mantan" ucapnya ketika melihatku sedang bermain Facebook dari hp androidku.
"Cemburu yak?" Ucapku menggodanya.
"Biasa aja tuh" sahutnya tapi dengan ekspresi sedikit manyun.
"Kalo gak cemburu kenapa manyun gitu" ucapku lagi lalu kuusap kepalanya dengan lembut.
"Kayaknya bahagia banget ketemu lagi sama mantan"
"Ketemu dari mana? Kan cuma di add di Facebook"
"Awalnya dari Facebook.. lama-lama ngajak ketemuan, lalu balikan"
"Ya gak bakalan lah.. aku juga tau posisi masing-masing sekarang seperti apa" ucapku.
"Gak Ada yang gak mungkin kok kalo Tuhan berkehendak dan kita mengusahakan" ucapnya.
"Aku tidak mengusahakan kok. Emang salah kalau silaturahmi?" Tanyaku
"Ya gak salah sih. Asal kamu bisa membatasi diri. Ingat aku ada di sini. Aku harap kamu bisa jaga perasaanku" ucapnya.
"Pastinya. Asal kamu tau, hatiku sekarang, nanti, besok dan selamanya hanya untuk kamu. Apalagi sebentar lagi kita nikah. Kamu percaya ya sama aku" ucapku menenangkannya.
"Iya aku percaya kok" jawabnya lalu tersenyum dan merebahkan kepalanya di pundakku. Aku pun meresponnya dengan melingkarkan tanganku di pinggangnya.
0