- Beranda
- Stories from the Heart
This is Why I Need You (mbak Adele)
...
TS
Shootgun
This is Why I Need You (mbak Adele)

.
.
.
Spoiler for Baru 2 post, udah Top Threads lagi.:
Spoiler for Baru 10 post, belum 2 bulan, udah masuk Hot Threads lagi.:

Permisi bapak ibu sekalian. Udah lama juga baca-baca di thread ini dari semenjak SK2H, akhirnya baru sekarang nyoba bikin cerita. Monggo silakan duduk, silakan mendirikan tenda.
Cerita yang akan saya share kali ini menceritakan tentang cowok yang tinggal di kostan cewek.
Dibaca kalau kalian lagi nggak ada kerjaan aja.
Cerita ini cocok untuk semua umur.
Remaja, Dewasa, Anak SMA, bahkan baik juga untuk pertumbuhan janin.
Dari sini, kalian akan belajar beberapa hal penting mengenai sisi lain dunia perkuliahan dan anak-anak kost yang mungkin tidak pernah kalian tau sebelumnya. Hanya karena kalian tidak pernah lihat, bukan berarti hal itu tidak ada.
Monggo~
Selamat mendirikan tenda di sini.
Rulesnya ya ngikutin yang sudah ada saja. Diupdate tiap hari Jumat malem ya selepas akika beres kerja.
Akhir kata,
Wabillahi Taufiq Wal Hidayah,
Wassalamualaikum
*qomat*
Index Cerita
.
Diubah oleh Shootgun 06-12-2018 21:01
hllowrld23 dan 29 lainnya memberi reputasi
18
247.9K
Kutip
998
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Shootgun
#180
After The Fall
Quote:

Gue keluar dari kamar mandi cuma pakai celana panjang doang. Sedangkan anduknya gue pake buat ngeringin kepala. Pemandangan pertama yang gue lihat malam ini adalah mahluk aneh yang gue bawa dari toko itu lagi duduk di kursi komputer memangku salah satu bantal tidur sambil melipat tangan di dada dan menghadap ke gue.
Gue cuma ngeliatin doang sepintas, kemudian membuka lemari dan memakai baju. Gue buka pintu kamar kost lalu menaruh anduk di jemuran luar dan kembali menguncinya. Mbak Adele masih saja melihat sinis ke arah gue tanpa banyak bicara. Serem amat nih cewek, mana di luar udah ada suara Adzan pembuka waktu subuh lagi. Diem aja nggak ngomong nanti kalau kesurupan siluman laron baru tau rasa dah. Gue lihat kasur masih bersih, yaudah, badan gue sekarang sudah bersih dan gue udah ngantuk berat.
Gue matiin lampu kamar, lalu siap-siap tidur di kasur sebelum kemudian gue dilempar sama bantal dari belakang. Spontan gue langsung nyalain lampu lagi dan menengok ke arahnya.
Dia cuma ngeliatin gitu aja tanpa berbicara. Gue liatin lagi lebih lama, eh dia malah lebih melotot. Gue jadi takut. Gue ambil sarung di atas meja, menggelarnya di lantai, lalu kemudian menaruh bantal itu di atas sana.
Tanpa bicara, gue menunjuk ke arah sarung itu mengisyaratkan agar dia tidur di sana saja.
Gue kemudian mematikan lampu lagi. Sebelum tiba-tiba baju gue ditarik sampe gue jatuh ke lantai. Dan mbak Adele langsung loncat ke atas kasur. Gue buru-buru nyalain lampu lagi.
"MAU LO APAAN DAH!!!!" Gue akhirnya bete juga.
"Enak aja. Lo yang tidur di bawah! Jadi cowok kok seenaknya. Gue ngantuk! Besok ada kelas, nggak usah banyak ngobrol!" Katanya sambil kemudian mematikan lampu dan meninggalkan gue berdiri gitu aja sedangkan dia tidur di kasur.
Jadi cowok seenaknya gundulmu! Ini kan kostan gue. Ngapa juga gue yang harus tidur di lantai. Menyesal rasanya gue harus kenal sama dia. Dan malam ini gue benar-benar mengutuk kelakuan iseng gue beberapa jam sebelumnya yang mengakibatkan gue harus berada di keadaan sialan ini.
****
Tok Tok Tok tok!!
Pintu kamar gue digedor keras dari luar. Bukan lagi diketok, tapi digedor. Dengan sigap gue langsung membuka pintunya. Begitu gue buka, ada sosok anak kost paling cerewet di sana, lengkap dengan tengtop dan celana gemas ciri khasnya kalau lagi tidur.
"RYAN!!" Teriak dia tepat di depan muka gue.
"Buseeet, gak usah sambil ngeludah gitu juga kalee." Gue ngelapin muka yang kena semburannya barusan.
"Ryaaan!! Gimana ih ini!" Rengeknya lagi
"Apaan sih pagi-pagi gini?"
"Air gue belum nyala juga!! Gue ada kelas dua jam lagi ini, Ryan! Mana kelasnya harus pake pakaian formal lagi. Kelas umum soalnya."
"Kan Budi udah bilang, jam 10 baru dateng tukang airnya."
"Terus masa gue nggak mandi?!"
"Ya mau gimana lagi?" Kata gue sambil melihat ke arahnya yang sedang ngedumel sendiri, "Btw, Ra? Terus kemarin lo nggak boker dong? Apa jangan-jangan elu boker, tapi nggak cebok?" Kata gue sambil cengengesan.
"IH!!"
Tanpa pikir panjang rambut gue langsung dia jenggut sambil diacak-acakin. Ciri khas ini bocah kalau lagi iseng dari semenjak kami SMA bareng dulu. Iya, gue sama dia dulu satu alamamater ketika SMA. Dan kemudian ketika tahu gue ngekost di sini, dia langsung pindah kostan dan hinggap di tempat ini juga sampai sekarang.
"Ryan jelek~, gue mandi di tempat lo lagi yaaak~" Rayu dia sambil maju-majuin mukanya sampai deket banget sama muka gue.
Gue langsung mundurin muka sedikit, "Nggak usah deket-deket begini."
"Gue kalau belum mandi dan baru bangun gini lucu kan? Kan lo dulu juga bilang gitu." Dia makin mendekat.
Gue langsung mendorong mukanya jauh-jauh pake jari telunjuk, "Yaudah, jangan pake peralatan mandi gue tapi ya." Sambung gue.
Dan dia cuma angguk-angguk doang sebelum kemudian mencoba menerobos masuk ke dalam kamar gue.
"Eh eh eh, mau ngapain lo masuk?!" Gue langsung kelabakan.
"Numpang tiduran bentar~ Masih ngantuk gu..."
Tiba-tiba omongannya terhenti begitu melihat ke arah kasur. Matanya mendelik dan langsung nengok ke arah gue sambil mundur beberapa langkah.
"i.. i... i-tu.. Si..siapa?" Tanyanya sambil sesekali ngintip dari luar pintu.
"Orang lah masa lu kira kangkung."
"Iya gue juga tau, Ryan!! Maksud gue, kenapa dia bisa sampe nempel di kasur lo begitu?!" Kata Rara tidak terima.
"Nempel di kasur emangnya permen karet. Dia numpang tidur doang di tempat gue, kemarin kemaleman pulangnya. Pelanggan gue di toko, kebetulan anak kampus juga. Seangkatan."
Rara memicingkan matanya mendengar penjelasan gue.
"Kok lo bisa tau detail gitu? Jangan-jangan.." Rara mendekat dengan wajah makin serius.
Gue geleng-geleng, "Enggak, enggak kok. Nggak yang kaya lo pikirkan." Gue kembali mendorong mukanya, kini dengan lima jari penuh. Dan ketika gue mendorong mukanya pake telapak tangan, dia malah melet sampe kemudian tangan gue jadi kena lidahnya.
"ASTAGA!! KEBIASAAN YA LO!!!" Gue langsung ngelapin tangan gue ke anduk yang lagi asik santai ngegantung di situ.
"Pfft asin. Abis ngapain sih lo, yan? Jangan-jangan abis olahraga lima jari ya pagi-pagi?"
"Tolol."
"Hahahaha." Dia ketawa kenceng banget, "Eh jelasin dong! Kok malah ngomongin begituan sih jadinya?!"
"Ya yang ngebahas itu kan elo."
Akhirnya gue jelasin semua dari pertama gue ketemu itu anak, sampai alasan kenapa malam ini dia bisa menclok di tempat gue. Penjelasan gue nggak pernah selesai dalam satu tarikan napas, baru ngejelasin A eh si Rara langsung nanya, gue jelasin B dia langsung nanya lagi. Apalagi waktu kejadian semalam. Dia penasaran banget apa gue tidur sama dia semalem? Dan gue menjelaskan bahwa dari semalem gue belum tidur. Gue malah main game online di meja komputer sampai kemudian kamar gue digedor sama orang yang miskin air.
Lagi asik ngobrol berdua di depan kamar, tiba-tiba pintu kamar gue dibuka dari dalem. Sontak kami berdua kaget dan nengok. Di sana ada mbak Adele yang sepintas terlihat seperti baru bangun, tapi juga sudah sedikit lebih rapih.
Mungkin dia terbangun gara-gara mendengar percakapan kami berdua.
"Mau ke mana?" Tanya gue
Dia menatap ke arah Rara, lalu melirik ke arah gue.
"Kelas." Jawabnya dingin.
"Eh mbak.." Tiba-tiba Rara memotong, sontak mbak Adele langsung melihat ke arahnya.
"Anak 2010 juga?" Tanya Rara.
Mbak Adele angguk-angguk.
"Kenal Rico nggak?"
"Rico ketua angkatan?" Tanya Mbak Adele.
"Iya, yang badannya agak gede. Tapi nggak setegap si gembel ini." Rara nunjuk ke arah muka gue. Dan entah kenapa gue jadi merasa tersinggung.
"Iya iya iya, kenal kok. Kenapa?"
"Dia kemarin gue tolak." Kata Rara polos.
"EH SERIUS?!?!" Kemudian mbak Adele makin mendekat ke arah Rara, semetara gue dicuekin gitu aja.
"Jadi.. elo yang selama ini diceritain Rico toh??" Kata mbak Adele makin akrab.
"Eh, emang Rico cerita apa?"
Dan.. seperti yang gue duga. Mereka sekarang tiba-tiba jadi akrab banget kaya teman lama hanya karena kenal dengan subjek gosip yang sama. Begitulah wanita, bisa mendadak akrab karena ngomongin hidup orang lain. Luar biasa.. Gue yang badannya gede begini aja dicuekin coba. Bahkan ketika gue ninggalin mereka berdua dan masuk ke dalam kamar pun mereka berdua tampak tidak menyadarinya.
Ya Allah.
Gue dicuekin kaya duit kerokan.
****
Gue rebahan di atas kasur dengan posisi tengkurap meninggalkan mereka berdua yang lagi asik di luar kamar ngegosipin orang yang namanya Rico.
"Ryaaan~, Dia tau loh kejadian waktu di taman belakang kampus.." Tiba-tiba kepala Rara nongol dari pintu, tapi gue masih asik merem tidak menggubris.
"Ish, dia malah tidur." Sambungnya lagi lalu kemudian pelan-pelan menutup pintu.
Meski gue merem, sebenarnya gue nggak tidur. Gue paling nggak bisa tidur dalam keadaan banyak suara kaya gini. Terlebih mereka berdua makin asik hahah-hihi ngomongin orang di luar sana.
Tapi, entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba alur topik pembicaraan mereka berubah.
"Ryan?" Terdengar ada pertanyaan dari Rara yang disambung dengan suara 'ssttttt' yang panjang.
"Baik kok. Gue nggak pernah nemu cowok yang sebaik dia. I mean, he always listen without judging people. Ada alasan juga kenapa anak-anak di sini fine-fine aja sama Ryan. Ya karena dia udah seperti sosok kakak di sini."
Kemudian ada hening panjang.
"Nggak, setau gue sih belum." Jawab Rara.
Kemudian ada suara kecil dari Mbak Adele, gue nggak bisa terlalu mendengar.
"Banyak banget!! Hahaha, kemarin aja waktu temen-temen gue tau ada Ryan di sini jadi pada mau pindah semua. Tapi Ryan mah gitu orangnya. Doyan PHP-in anak orang. Hahahaha."
Ah brengsek kenapa gue jadi yang diomongin sekarang?
"Bukan sih, baik kok. Baik banget malah. Karena terlalu baik itu jadi orang-orang ngira dia lagi pdkt, padahal mah engga. Emang pada dasarnya supel aja. Gue udah sering bilang jangan terlalu baik, tapi ya emang pada dasarnya Capricorn sih ya, jadi paling adem kalau dengerin curhatan orang. Pernah dulu ketika salah satu anak kost di sini lagi ada masalah sama keluarganya sampai mau silet-silet tangannya sendiri, terus Ryan dateng."
Gue hanya mendengarkan dalam diam. Sebuah kejadian yang nggak pernah mau gue inget-inget lagi itu.
"Dia satu-satunya orang yang bisa dari semua orang yang mencoba. Tapi.." Rara tampak tidak melanjutkan. Gue tau alasannya apa.
"Pokoknya paling bisa diandalkan deh dia itu! Kami semua di sini kalau lagi ada masalah pasti ngedatengin dia. Hahaha, dia lahir di bawah beduk kayaknya sampe bisa menarik gitu."
Tae! Lu kira rahim emak gue dari kulit sapi apa?! Lagi rebahan sambil masih diam-diam menguping, gue mendengar ada suara gerbang kost dibuka. Gue lirik ke arah jam dinding, sudah jam sepuluh ternyata. Ah tukang air udah dateng nih kayaknya.
Gue langsung membuka pintu kamar, dan mereka berdua kaget melihat gue di hadapan mereka.
"Ra, mandi tempat gue sana. Udah jam sepuluh. Gue mau ngurus kamar lo dulu, kang aer dah dateng." Kata gue sambil beranjak pergi menuju bawah.
"Eh yan!" Tiba-tiba Rara memanggil. Gue nengok.
"Di kamar mandi gue.." Sambungnya lagi.
"Iya iya gue tau. Lo lagi jemur celana dalem kan? Nanti gue amanin dulu. Yang renda merah itu lagi kan? Sering bener itu celana dalem lo cuci, emang abis ngapain sih lo?" Kata gue.
"BRENGSEK RYAN!!!"
Syuuung~
Dia lempar selopnya ke arah gue yang udah keburu ngabur duluan sambil ketawa ke lantai satu.
****
"Jadi, gimana kang?" Tanya gue yang ngawasin kerjaan kang aer dari luar kamar mandi.
"Tinggal diganti peralonnya aja pak. Sejam juga beres." Balas kang aer sambil masih ngodok-ngodok ke dalem tembok.
"Nggak perlu ditaplok kan itu?"
"Nggak usah, pak. Tapi saya juga harus ngecek ke arah toren penampungan di atas."
"Yaudah. Bud, nanti temenin ya." Kata gue kepada Budi yang juga ada di sana.
"Iya mas." Budi angguk-angguk doang.
Hnnnggghtt... Hnnggthh...
Hp gue bunyi.
Dari Rara.
"Paan, Ra?" Tanya gue.
"Ryan, lo di mana sekarang? Kampus ga?" Tanya Rara dengan suara tergesa-gesa.
"Di kostan, ngurus kamar lo. Btw ini mampet nih saluran pembuangan elo. Elo ngapain aja sih Ra kalau di kamar mandi?" Balas gue bercanda.
"Ok gue ke sana sekarang."
Kemudian secara tiba-tiba telepon diputus sepihak oleh Rara. Tumben-tumbenan dia nggak marah waktu gue bilang kaya tadi. Biasanya dia bakal ngamuk-ngamuk. Lagi kelas kali ya? Yaudah deh. Gue berjalan kembali masuk ke kamar lalu menyalakan komputer. Hari ini gue nggak ada kelas, jadi bebas bisa nyantai di kamar sampai kapanpun.
Selang 30 menit, ada mobil nglaksonin terus dari luar pagar kost. Waktu gue lihat dari jendela, ada mobil Honda Jazz warna merah. Tumben-tumbenan si Rara nggak buka pintu sendiri. Manja amat dah. Dari jauh Budi buru-buru membukakan pagar.
Kasian emang si Budi itu, terlalu polos. Sering banget disuruh-suruh sama anak kost yang lain dan dia nurut-nurut aja. Makanya tiap Budi mau pulang kampung, pasti anak-anak cewek pada nahan-nahan. Soalnya nggak ada yang ngurus mereka nantinya.
Gue nggak memedulikan lagi ada apa di lantai satu, gue kembali asik sama game online gue dan malah menaikkan volume lagu Kodaline - After The Fall yang lagi gue dengarkan saat itu. Ada sedikit suara ribut-ribut di luar, gue denger sih itu suara Rara. Apa dia berantem lagi sama mbok-mbok Bubur lemu ya?
"Mas ian!!" Tiba-tiba Budi memanggil dari bawah, dan gue masih diem aja.
"Mas!! Mas Ian!!" Teriakan Budi makin keras, kepala gue nongol ke luar jendela.
"Apaan, Bud?" Tanya gue.
"Tolong mas ini mas.." Kata Budi rusuh sampai-sampai dia gak jelas ngomong apaan.
"RYAN!!!" Mendadak Rara teriak kencang sekali. Gue langsung mengalihkan pandangan gue ke arah pagar.
Di sana ada Rara sama Mbak Adele. Lah ngapain tuh orang dateng lagi ke kostan gue?
"Ryan!! Tolong!! Ini ada cowok mau mukulin gueee Ryaaaan, tolong cepet turun!!" Suara Rara terlihat ketakutkan sekali.
Gue kaget banget mendengar penjelasan singat dari Rara barusan. Dengan gegas gue langsung keluar dari kamar dan turun ke lantai satu sambil meloncati tangga saking rusuhnya. Begitu sampai di halaman, gue lihat pintu pagar memang masih ditutup paksa sama Budi, tapi dari luar tampak ada seseorang yang sedang mencoba merengsek masuk sambil teriak-teriak.
Di teras gue menjumpai Rara sedang memeluk mbak Adele. Gue masih belum tau ini ada masalah apa, tapi yang jelas nggak boleh ada cowok yang masuk ke sini selain gue sama Budi. Dan sudah tentu, ada masalah apa pun yang terjadi sama penghuni kostan sini, semuanya akan menjadi tanggung jawab gue.
Gue datangin Rara yang lagi terduduk berdua di sana.
"Kenapa? Ada apa ini?" Gue memegang bahunya.
"Ryan, itu, pacarnya Lifana dateng, tadi di.. Di kampus, dia udah nyegat kita berdua. Ryan tolong, tadi Lifana sempat dijenggut. Gue takut, yan. Gue takut." Kata Rara sambil masih memeluk erat mbak Adele.
"Terus?! ELO DIPUKUL?!" Tanya gue dengan nada suara yang mulai tinggi.
Raraspati cuma geleng-geleng.
"Ah brengsek!"
Gue lihat mbak Adele tubuhnya gemetar ketakutkan meski saat itu sudah dipeluk erat oleh Rara. Mirip kaya di film-film hidayah jaman dulu waktu mayat ditanya sama malaikat Izroil. Melihat hal itu, gue langsung berjalan cepat ke arah pagar.
"Budi! Minggir!" Teriak gue, dan Budi langsung mundur ke belakang.
Sontak pintu pagar jadi terbuka dan orang itu langsung menerobos masuk. Namun belum sempat ia masuk lebih jauh. Dengan gegas gue langsung menangkap kerah bajunya, lalu membantingnya ke arah pagar yang lain.
JDUAK!!
Suara badan yang diadu dengan besi pagar terdengar keras banget, membuat beberapa tetangga jadi keluar rumah karena penasaran.
Dengan tubuh besar seperti ini, sangat mudah buat gue untuk membanting orang seenak yang gue mau. Udah kaya kang martabak lagi banting-banting adonan kulit martabak biar makin lebar.
Badan orang itu terpental hingga kini bersandar di pagar,
"Si Anjing!"
DUAK!!
Gue memukul pelipisnya keras. Dia langsung sempoyongan.
Gue tarik kerah bajunya lagi lalu sedikit mengangkatnya dan mendorongnya keras-keras ke arah pagar hingga pagar kostan jadi sedikit dekok. Orang itu meronta namun tetap kalah sama tenaga gue.
Dari jauh, Rara teruss menenangkan mbak Adele yang masih tampak histeris.
"Tenang, Ryan udah di sini..." Kata Rara bisik-bisik.
"Ta..Tapi.." Mbak Adele mencoba memotong namun kemudian Rara menahannya.
"Tenang aja, kalau urusan beginian Ryan emang jagonya semenjak SMA. Lo harus tau, ada satu alasan tersendiri kenapa Ryan terpaksa harus pindah ke Bandung semenjak lulus SMA dulu. Alasan yang sama kenapa Ryan bisa dengan mudahnya diterima kerja di tempat kamu pertama ketemu Ryan dulu itu.." Sambung Raraspati.
Diubah oleh Shootgun 05-08-2018 10:07
JabLai cOY dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Kutip
Balas