Aku sibuk membantu menurunkan barang dari truk, dan sekilas aku lihat Novi dan Riri masih ngobrol di serambi masjid. Setengah jam berlalu dan barang sudah di tempatkan sesuai posisinya. Aku dan beberapa orang yang ikut ambil bantuan disuruh makan siang dulu. Aku memang sudah lapar tapi aku gak peduli, karena sekarang yang aku lihat di serambi masjid hanya ada Riri, Novi sudah gak ada. Kemana dia? Aku lihat sekeliling gak kelihatan sama sekali batang hidungnya, cepet amat perginya.....



Riri , nambahin masalahku aja sih kamu. Walaupun aku pengen marah,tapi aku gak bisa. Aku ambil si biru putih, putar kunci dan engkol. Oh iya ,di kampungku kunci motor itu gak pernah di cabut, nancep terus di motor, karena curanmor itu gak ada. Satu kali engkol gak mau nyala,dua kali juga masih sama gak mau nyala, empat lima enam tujuh sampai kaki pegel masih gak mau nyala. Cek bensin, habis...... Asuuuuuuu. Akhirnya aku jalan kaki, 5 menit jalan cepat dan aku sudah sampai di rumah Ika.

Suasana rumah Ika terlihat sepi, gak ada orang. Di dalam tenda kosong, aku lalu coba ketok pintu rumah, juga gak ada tanda-tanda orang di dalamnya. Lalu ada tetangga Ika lewat.....



Gak pake lama aku langsung nyusul ke rumah pakdhenya Ika. Sampai sana aku kaget,kok rame banget. Semua anak cucu Mbah Pawiro ngumpul disana semua. Budhenya yang dari Jawa timur juga  ada. Dari segitu banyaknya orang,aku gak lihat ada Novi. Ika juga gak kelihatan,tapi bapak ibunya ada. Aku lalu mendekati bapaknya Ika, menanyakan Novi ada dimana. Dan katanya sedang di belakang sama Ika dan sepupu-sepupunya,dan aku langsung di suruh kebelakang saja. Saat sampai di belakang aku lihat Novi ,Ika dan 3 orang saudara sepupunya. Novi langsung membuang muka begitu lihat aku, dan matanya masih kelihatan merah.

Rumah pakdhenya ini agak unik, terasnya ada dua,jadi bisa dua arah. Belakang bisa jadi depan ,depan bisa jadi belakang tergantung kita posisinya dimana, bingung ya? Ya gitu lah pokoknya,aku anggap paham. Novi dan sepupunya  ada di teras belakang (kalo dilihat dari posisinya bapaknya Ika dan para tetua ngumpul). Kalo dari posisinya Novi, para tetua ada di teras belakang hahaa, mumet mumet dah. Di halaman depan teras yang di pakai Novi kumpul ini ada pohon talok/cherry di bawahnya ada planggrok(tempat duduk dari bambu).

Aku gak pake salam, ya karena beda(kecuali Ika). Aku mengajak Novi ngobrol di bawah pohon talok, biar agak privasi dikit. Gak langsung mau sih, karena masih marah, tapi akhirnya mau juga dan langsung di cie-cie'in sama yang lain kecuali Ika. Di bawah pohon talok Novi masih saja diam.



Dan kita terus ngobrol sampai menjelang adzan magrib. Aku pamit pulang, lalu mandi dan adzan magrib. Amplifier masjid bisa pake aki, jadi walaupun listrik masih padam masih bisa pake toa.



Malamnya aku ikut ronda, maklum gan banyak isu pencurian hewan ternak. Ronda di gilir bergantian sampai pagi. Aku jelas ikut kelompok yang ada geng mercon, gak seru kalo gak bareng mereka. Di kecamatan lain aku dengar ada maling yang di kubur hidup-hidup. Ya bodoh aja malingnya, orang lagi pada kena musibah kok malah di maling, kan pekok.

Hari ke3 listrik sebagian sudah ada yang nyala. Lumayan lah bisa numpang nge-cas hp, udah 2 hari hp mati soalnya. Dan Alhamdulillah nya udah ada sinyal walaupun cuma 1 bar. Banyak SMS masuk, dan yang aku balas cuma dari mbak Nova dan Tante Siska.... Biasa sih nanya keadaannya gimana. Di hari ketiga ini juga, relawan dari Japan, Perancis dan Jerman berdatangan. Di sini bapak ku unjuk gigi hahaa, ya hanya bapak lah yang fasih bahasa Inggris dan bahasa Jerman. Dan mereka bangun tenda  di samping tenda keluarga ku. Ada satu cewe Japan yang cantik banget. Sakura,sebut saja namanya begitu. aku sempat oleng huahaaha lupa kalo udah punya Novi.  Dengan bahasa Inggris yang kacau di bantu bahasa tubuh aku sering ngobrol dengannya. Mahasiswi peternakan dari Aomori. Sayang sekarang sudah hilang kontak. Mulai hari itu aku suka yang namanya JAV, eh.......lupakan....

Beberapa tahun kemudian, saat Japan kena tsunami, Jogja mengirimkan banyak relawan dan bantuan atas perintah langsung ngarsa dalem, dari kampungku ada Eko(anggota geng mercon) yang ikut ke Japan. Gudjob braderrr.....sampaikan salamku buat sakura kalo ketemu hehe....

Riri sukses merebut hati para ibu-ibu di kampungku. Bahkan saat kami mau balik ke Jakarta ada ibu-ibu yang sampai nangis saat berpelukan buat pamitan. Para warga sangat berterima kasih karena sudah banyak membantu, aku juga ri, terimakasih. Sekarang kampungku juga kampungmu, pintu semua rumah di kampung ku selalu terbuka untuk mu, kalo ada waktu pulanglah ke kampung ini, warga rindu padamu. Hari terakhir sebelum balik ke Jakarta, Novi ke rumahku. Gak ada hal penting yang kita lakukan, hanya ngobrol biasa lalu pamit, hanya cium pipi,malu banyak orang.

Sore hari ke 4, mobil melaju meninggalkan kampungku,aku balik ke Jakarta. Keadaan kampung sudah kondusif meski masih tidur di tenda, soalnya gempa masih ada. Aku mengarahkan mobil ke im*g*ri, mau jemput Siti dulu. Sebelumnya aku sudah tanya, ke Jakarta nya mau bareng lagi apa nggak, dan dia jawab bareng aja. Mbak Eli juga aku tanya ,tapi gak ada jawaban, sms ku gak di balas telpon juga gak di angkat, ok mungkin dia sudah gak nganggap aku lagi tapi gak ada salahnya aku kesana setelah jemput Siti. Sampai di rumahnya , Siti sudah siap berangkat. Aku membantunya memasukkan beberapa kardus dan ranselnya ke bagasi. Setelah pamit dengan orang tuanya dan warga disana, kami pun berangkat.

Dari kemarin aku merasa ada yang ganjel di hati,resah saja hawanya. Bolak-balik aku mikir ada apa dan kenapa tapi gak ketemu jawabannya. Dari rumah Siti ke rumah mbak Eli seolah ada yang mengarahku untuk lewat jalan Paris saja, padahal kalo dari rumah Siti paling cepet lewat jalan im*g*ri timur. Saat lewat pertigaan yang menuju rumah Dewi, aku baru tau jawabannya.



Kenapa Aku bisa lupa dengan Dewi, temen mesum terbaik. Aku putar balik karena udah lewat hampir 500meter dari pertigaan menuju rumah Dewi. Gak lama aku sudah ada di depan rumah Dewi. Rumahnya masih berdiri hanya retak parah seperti rumahku. Rumahnya tampak sepi...

"Halo, kamu dimana wi?"

"Aku di rumah nenek, kenapa mas?"

"Aku lagi dirumahmu nih, rumah nenek mu dimana? Aku tak kesana"

"Aku aja yang kesana, tunggu ya"

"Ok,aku tunggu"

Syukur deh berarti Dewi gak kenapa-kenapa.



Siti juga ikut keluar, melihat-lihat kondisi sekitar dan ikut ngobrol. Tak berselang lama Dewi datang. Dan dia sedikit memicingkan mata melihat aku datang bareng 2 cewe asing.



Waktu sudah mulai magrib, dan aku ijin pamit buat melanjutkan perjalanan. "Jaga Novi baik-baik mas"kalimat yang dia bisikkan setelah aku mencium keningnya. Gak jauh setelah meninggalkan rumah Dewi ,kita mampir di mushola buat sholat Maghrib lalu berangkat lagi menuju rumahnya mbak Eli.

Sampai sana suasana tampak ramai, keluarga mbak Eli sedang bercengkrama di teras.



Mbak Eli kenapa sih, gak ada kabar tau-tau udah balik sendirian. Ok, mbak Eli udah gak anggap aku lagi. Begitu sampai Jakarta aku harus langsung pindah, walaupun aku gak tau akan tinggal dimana.



Kami mulai meninggalkan rumah mbak Eli. Jam di dashboard menunjukkan pukul 8 malam saat masuk ke jalan Wates. Lalu lintas lumayan sepi jadi aku bisa memacu lebih cepat. Di daerah Banyumas kita berhenti sebentar, aku jelas butuh asupan kopi dan tembakau. Kalau mereka langsung ngacir nyari toilet hehe. Setelah dirasa cukup,kami melanjutkan perjalanan lagi....



Aku gak banyak berhenti malam itu, paling sekedar isi bensin dan ngopi. Aku ambil jalur Pantura, musuhnya bis-bis malam, balapan dengan mereka,mantabbbbbb.  Jam 5 pagi aku sudah sampai kontrakan. Ini pengalaman perjalanan jauh pertamaku, sangat melelahkan ternyata. "Adik"ku rasanya seperti kram gimana gitu, kebanyakan duduk . Dan kayaknya aku nggak sanggup kalo jadi sopir bis malam hahaaaa.

Aku membangunkan Riri dan Siti yang masih tertidur. Mereka tidur nyenyak sekali, mungkin karena mobilnya yang nyaman atau kemampuan ku menyetir sudah seperti Takumi Fujiwarahaha.



Aku langsung membantu ngeluarin barangnya dari bagasi, lumayan banyak haha maklum titipan ibu-ibu dari kampung. Setelah beres dengan semua barangnya Riri, aku ke kontrakan mbak Eli. Aku coba buka pintunya,masih di kunci. Lalu aku ketuk...gak lama pintu terbuka...habis mandi dia....



Mbak Eli cuma diam, hufhhhh ok...... selamat tinggal mbak...... Mungkin kamu sudah tidak menganggap aku sebagai adikmu lagi, tapi kamu selalu jadi kakakku mbak, selamanya........