Kaskus

Story

chrishanaAvatar border
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2



Quote:


Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.


Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.


Terima kasih.



Spoiler for Perkenalan:


Quote:

Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 09:31
japraha47Avatar border
aripinastiko612Avatar border
jalakhideungAvatar border
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
274.3K
981
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
chrishanaAvatar border
TS
chrishana
#341
Chapter 25
Malam itu, Anna sedang menyendiri di dalam kamarnya. Berbaring di atas ranjang sambil memiringkan tubuhnya serta memeluk guling dan melihat-lihat kumpulan foto yang tersimpan dalam memori penyimpanan telepon genggamnya. Dia melihat satu per satu foto sesosok lelaki yang sampai saat ini masih terukir indah namanya di hati Anna. Anna menggeser layar ponselnya dengan jari tangannya setelah beberapa detik ia memandangi foto lelaki tersebut. Ada puluhan foto yang dia simpan dalam album galeri ponsel miliknya.

Sesekali Anna megusapkan tangannya untuk menghapus air matanya yang mengalir demi tetesnya membasahi pinggiran matanya. Dia sangat merindukan sosok lelaki tersebut. Rindu dengan cara lelaki itu menjaganya, melindunginya, dan mengorbankan diri untuk Anna. Apa lagi, darah yang mengalir di tubuh lelaki itu sebagian adalah darah milik Anna yang dengan ikhlas hati didonorkan pada masa lalu. Dulu, mereka berdua saling mengucap sayang di penghujung malam. Kini, mereka dipertemukan kembali tak lebih dari dua orang pejuang hidup yang merindukan masa lalu secara diam-diam.
“Anna...” ibunda Anna membuka pintu kamar dan masuk lalu duduk di samping Anna.

“Eh, Ibu...” Anna bangkit dari baringnya duduk bersampingan dengan ibunya.

“Kamu kenapa? Kamu nangis lagi?” tanya ibunda seraya menatap mata Anna.

“Hmm...” Anna menundukkan pandangannya.

“Kenapa sih, nak?” tanya ibunda Anna.

“Aku kangen sama Rendy yang dulu...” jawab Anna.

“Kamu masih cinta sama dia?”

“Masih... Dan memang gak pernah berubah perasaanku sama dia.”

“Kamu ditunggu Bapak di depan. Ada yang mau diomongin katanya.” ujar ibunda Anna.

“Iya nanti aku ke depan, Bu.”

Ibunda Anna mengusap lembut kepala Anna lalu berjalan keluar dari kamar. Anna kembali membaringkan tubuhnya dan melanjutkan kembali melihat foto dari lelaki yang membayangi hati dan pikirannya. Tak lama kemudian, Anna bangun dan berjalan perlahan menghampiri ayahanda yang sudah menunggu di ruang keluarga.
“Anna... Duduk sini.” ujarnya.

“Iya, kenapa Pak?” tanya Anna.

“Gimana keputusanmu? Kamu sudah kasih jawaban ke Gavin?” tanya ayahanda Anna.

“...”

“Ditanya kok diam aja, Nak?”

“Pak, aku gak bisa kasih jawaban apa-apa... Aku gak mau nerima dia setengah hati.” ujar Anna.

“Setengah hati gimana?”

“Pak, sejujurnya aku hanya mencintai Rendy seorang...” ujar Anna.

“Tapi, hubunganmu sama dia sudah berakhir...”

“Hubunganku memang sudah berakhir, Pak. Tapi perasaanku belum berakhir.”

“Nak, Bapak udah tua... Ibu udah tua... Bapak dan ibu juga ingin lihat kamu punya keturunan...” ujar ayahanda Anna.

“Apa Bapak tega lihat anak perempuan satu-satunya gak bahagia menikah dengan lelaki yang gak dicintainya?”

“...”

“Kasih aku waktu untuk meyakinkan hatiku, Pak... Apa lagi Rendy sekarang kembali masuk ke kehidupanku.” Anna menghela napas panjang. “Aku ke kamar ya, Pak.” Anna berdiri dan berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Anna menutup pintu dan menguncinya rapat-rapat. Duduk di sudut ranjang sambil memeluk kedua lututnya. Menangis terisak-isak menahan beban yang kini dipikulnya. Dilema di antara dua pilihan hati yang berbeda. Di satu sisi, orang tuanya ingin Anna cepat menikah dengan Gavin. Namun, hatinya masih memilih Rendy. Namanya tak akan pernah runtuh walau diguncang gempa dan diterjang badai sekalipun. Pondasi cinta yang terbuat dari rasa tulus ikhlas hatinya tak akan mampu merubuhkan perasaan yang telah dibangun dan bertahan hingga saat ini.
“Aku hanya bisa menuliskan rangkaian kata untuk mewakili rasa sedihku. Menyadari bahwa kau bukan milikku, dan tak mungkin ku miliki. Walaupun perasaanku terus memberontak dan terus berkata bahwa aku sangat mencintaimu. Aku rindu dengan sikapmu, rindu dengan caramu menjagaku. Dan kini, aku telah kehilangan semuanya. Bagai bintang yang hilang ditelan gelapnya malam.” sent to Rendy.

****

Ketika kita bertanya kepada semua orang yang ada di dunia apa itu cinta, mereka pasti menjawab dengan jawaban yang berbeda-beda. Karena mereka mempunyai cara mereka sendiri untuk mencintai orang lain. Cinta menjadi sebuah kata yang fenomenal mencakup seluruh aspek kehidupan. Sebuah luapan perasaan yang menginginkan kita terus bersama dengan orang yang kita cintai, ingin merawatnya dan menjaganya. Setiap insan manusia pasti mempunya jalannya sendiri untuk membuktikan rasa cintanya kepada orang yang dicintai. Sama halnya seperti Anna dan Vanessa yang ditakdirkan mencintai satu pria yang sama.

Sudah pukul dua pagi, namun Vanessa masih belum bisa memejamkan matanya karena banyak hal yang ia pikirkan. Memikirkan bagaimana dia agar tetap bisa menjaga ibunya dan juga memikirkan perasaannya terhadap Rendy saat ini. Vanessa tak bisa membohongi hatinya, dia benar-benar mencintai Rendy. Vanessa hanya duduk di dalam kamar dengan tatapan kosong. Namun memori otaknya penuh dengan ingatan tentang sikap Rendy terhadapnya dari awal bertemu hingga saat ini.
“Loh, Nessa... Kamu gak tidur?” tanya ibunda Vanessa.

“Eh, Mama... Aku gak bisa tidur, Ma...” jawab Vanessa.

“Duh, anak Mama... Kamu lagi mikirin apa?” tanya ibunda Vanessa seraya bangkit dari baringnya.

“...”

“Rendy Rendy Rendy Rendy Rendy Rendy...” ibunda Vanessa meledek.

“Ih, apa sih, Mama!” Vanessa mengelak.

“Hehehehehe... Nih di jidatmu tuh ada tulisan ‘Rendy’ banyak banget tuh...” ujar ibunda Vanessa sambil menunjuk pada kening Vanessa.

“Apaan deh, Mama!”

“Dasar anak muda...” ibunda Vanessa mengusap kepala anaknya. “Mama juga gak bisa larang kamu untuk jatuh cinta sama lelaki, Nak...” ujarnya.

“...”

“Mama cuma bisa berdoa supaya kamu mendapatkan yang terbaik. Pendamping yang terbaik, pekerjaan yang terbaik... Mama gak pernah nuntut yang macam-macam kan... Ayo, tidur! Udah jam dua pagi.” ibunda Vanessa kembali berbaring dalam tidurnya.

Vanessa masih belum bisa memejamkan matanya. Semakin ia terpejam, bayang-bayang lelaki yang dia cintai itu akan terasa semakin nyata dan membuatnya sakit. Sakit karena mengetahui bahwa lelaki tersebut mencintai orang lain selain dirinya. Mengetahui bahwa nama perempuan lain yang akarnya sudah menguat dan tak dapat dicabut walau badai topan terdahsyat di muka bumi menerjangnya.

Vanessa melihat ibunya sudah mulai terlelap. Tetapi, dia masih tak bisa masuk ke dalam alam bawah sadarnya untuk istirahat. Dia berpindah tempat dari kamar menuju ruang depan. Duduk di sudut ruangan di atas karpet yang sudah usang dan tua milik ibunya dengan kepala tertunduk. Tak terasa air matanya mulai menetes tak kuasa menahan perih di hati. Sebuah perasaan mencintai yang berbalik menyerang bagai menahan dahsyatnya sayatan pedang yang mengiris hatinya perlahan. Perasaan cinta yang kini perlahan dapat membunuhnya.

Tak ingin terus merasakan sakit, Vanessa bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Dia mengambil air wudhu untuk membersihkan diri. Membasuh wajahnya untuk menyembunyikan air matanya yang terus mengalir deras. Setelah itu, dia mengenakan mukenahnya dan menunaikan ibadah tahajud. Berharap doa yang mustajab, dalam sujud terakhirnya dia berdoa hingga terisak dalam tangisnya.
“Ya Allah, berikanlah yang terbaik untuk Kak Rendy... Buatlah dia bahagia... Buatlah dia tersenyum walau tak bersamaku... Namun, izinkanlah aku... Izinkanlah perasaan ini tertanam di hatiku walau dia tak mencintaiku... Aku cinta dia... Sungguh, aku cinta dia... Izinkanlah aku untuk mencintainya dengan caraku atas izin-Mu...”

jalakhideung
itkgid
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.