- Beranda
- Stories from the Heart
This is Why I Need You (mbak Adele)
...
TS
Shootgun
This is Why I Need You (mbak Adele)

.
.
.
Spoiler for Baru 2 post, udah Top Threads lagi.:
Spoiler for Baru 10 post, belum 2 bulan, udah masuk Hot Threads lagi.:

Permisi bapak ibu sekalian. Udah lama juga baca-baca di thread ini dari semenjak SK2H, akhirnya baru sekarang nyoba bikin cerita. Monggo silakan duduk, silakan mendirikan tenda.
Cerita yang akan saya share kali ini menceritakan tentang cowok yang tinggal di kostan cewek.
Dibaca kalau kalian lagi nggak ada kerjaan aja.
Cerita ini cocok untuk semua umur.
Remaja, Dewasa, Anak SMA, bahkan baik juga untuk pertumbuhan janin.
Dari sini, kalian akan belajar beberapa hal penting mengenai sisi lain dunia perkuliahan dan anak-anak kost yang mungkin tidak pernah kalian tau sebelumnya. Hanya karena kalian tidak pernah lihat, bukan berarti hal itu tidak ada.
Monggo~
Selamat mendirikan tenda di sini.
Rulesnya ya ngikutin yang sudah ada saja. Diupdate tiap hari Jumat malem ya selepas akika beres kerja.
Akhir kata,
Wabillahi Taufiq Wal Hidayah,
Wassalamualaikum
*qomat*
Index Cerita
.
Diubah oleh Shootgun 06-12-2018 21:01
hllowrld23 dan 29 lainnya memberi reputasi
18
247.8K
Kutip
998
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Shootgun
#82
All Out of Love
Quote:

Bubur Bencong.
Ya begitulah namanya. Salah satu bubur yang cukup terkenal di area kampus. Denger-denger sih yang punyanya udah Haji, pake ONH plus pula. Haji kilat. Udah mirip kaya yang di sinetron yang nggak kelar-kelar itu. Tapi mengingat sudah Haji, tak mungkin yang punya bubur adalah bencong. Karena setahu gue, bencong adalah salah satu mahluk yang mampu hidup tapi cara berkembang-biaknya masih tidak jelas. Nggak tau nyolok di lubang yang mana.
Keadaan gue sekarang hanya sanggup terpaku sambil melihat ke arah seorang wanita dengan pakaian formal seperti pakaian anak-anak kedokteran pada umumnya yang sekarang sedang berjalan ke dalam tenda tukang Bubur Bencong ini.
Sesaat gue sempat grogi. Tapi ternyata dia nggak nyamperin gue. Gue pikir ini bakal seperti di sinetron-sinetron atau FTV zaman now. Di mana mereka akan duduk di satu meja yang sama lalu kemudian saling jatuh cinta. Enggak, ini bukan cerita kacangan kaya gitu. Setidaknya cerita gue yang ini lebih ke arah religi. Buktinya kemarin-kemarin udah ngebahas mandi besar.
Si Mbak Adele ini masuk ke dalam tenda tukang bubur dan langsung menghampiri penjualnya. Dia ngobrol sebentar, ngeluarin uang, lalu pergi begitu saja tanpa melihat ke arah gue. Fiuh, bagus deh. Semakin sedikit komunikasi, semakin bagus.
Gue lihat ke arah jam tangan dan ternyata udah cukup mepet juga sama jadwal kelas gue siang ini. Dengan buru-buru gue langsung nanyain total harga ke si tukang bubur, tapi ternyata bubur gue barusan udah dibayarin.
"Udah dibayarin sama neng geulis yang tadi, A." Kata kang bubur sambil masih asik ngosek-ngosek langseng bubur.
"Oh. Oke deh. Nuhun ya kang." Balas gue yang langsung pergi ke luar tenda.
Duh lumayan juga tanggal tua gini dibayarin. Rupanya si Adele nggak lupa buat balas budi. Tau gini gue mesen jus alpuket sekalian dah. Yah tapi biarin deh, yang penting duit gue jadi masih tetep utuh. Lumayan bisa ditabung buat Umroh tahun depan. Ke kebumen.
Sesampainya di kelas, gue lihat dosen sudah menclok di depan meja sambil menyiapkan materi dan menyalakan infocus yang ada atap kelas. Siang itu gue ada kelas Psikologi dasar dan SKS-nya juga cukup banyak, ada 6 biji. Alhasil gue kuliah sampai menjelang magrib.
Di tengah-tengah kebosanan kuliah, gue lihat di hp ada notifikasi dari grup DKM kampus, di sana terpampang nama Iqbal yang sedang bikin pengumuman kalau sehabis magrib nanti, anak-anak panitia diwajibkan kumpul di tempat biasa untuk membahas acara LDKS bulan depan. Tidak lupa kalimatnya diawali dengan salam dan diakhir dengan salam juga.
Beda sama gue yang kalau lagi nyebarin penguman, semuanya bakal diawali dengan, "PENGUMUMAN PENTING UNTUK KALIAN SEMUA WAHAI PARA AHLI KUBUR!!"
Dan pasti yang paling duluan menjawab adalah Boim. "ALLAHUAKBAR!!" tulisnya.
Sunggu islami.
****
Sore itu sehabis bubaran kelas, bukannya langsung ngumpul sama anak DKM tapi gue malah balik ke kost dulu buat mandi sebentar. Lagian nggak enak banget kalau nggak mandi sehabis kuliah sore-sore. Badan rasanya lengket kaya kesiram tape. Berkali-kali hp gue dimiskol sama Iqbal tapi tetap nggak gue angkat. Karena ya mau gimana lagi, saat ini gue kebagian sebagai penanggung jawab buat ngurusin tenda kemping anak-anak. Jadi sudah pasti kalau gue belum datang, ya rapatnya nggak akan dimulai.
Baru aja gue beres mandi dan berniat nyalain komputer, tiba-tiba kamar kostan gue digedor kencang. Kencang banget kaya marbot masjid lagi nabuh beduk. Aduh siapa lagi sih ini? Mana sekarang gue masih pake anduk doangan lagi.
"RYAN!!!"
Pintu gue digedor keras sekali lagi.
"RYAN!!! BURUAN BUKA! PENTING INI!!"
Gue masih tidak menjawab dan sibuk cari kolor di lemari pakaian.
"RYAN!!!"
"Ryannya lagi kuliah mbak.." Gue bisik-bisik pelan dari balik pintu.
"KULIAH APAAN?!?! CEPET BUKA PINTU PENTING INI!!"
"Iye-iye sabar ngapa, gue masih koloran ini."
"YAUDAH BIARIN AJA."
"..."
Dengan gontai gue membuka pintu kamar gue itu, dan di hadapan gue sekarang ada anak kampus seangkatan juga sama gue tapi kebetulan dia anak fakultas Ilmu komunikasi atau yang lebih sering dikenal orang dengan panggilan Fikom. Salah satu cewek idaman Boim. Atau bisa gue bilang, salah satu cewek idaman tiap cowok di fakultasnya. Dan sekarang dia lagi ada di hadapan gue, berdiri dengan gemasnya menggunakan pakaian seadaanya yang nggak kalah gemas juga. Celana kain pendek yang kira-kira panjangnya cuma satu jengkal dari pinggul, juga baju lekbong yang biasa dia pakai kalau lagi tidur. Ya sudah tentu tali BH-nya juga jadi terlihat kemana-mana.
"Ada apaan, Ra?" Tanya gue dengan kepala setengah keluar dari pintu.
"Numpang mandi dong gue. Telat kampus nih."
"Emang kamar mandi lo kenapa?" Gue menaikan alis.
"Airnya mati lagi, Ryan!! Lo kan harusnya bertanggung jawab untuk masalah begini. Huh." Dia cemberut sambil masih bertengger di daun pintu.
"Loh, udah bilang Budi?" Tanya gue.
Dia diam sebentar, melihat sedikit ke bawah. "Yan?"
"Paan?"
"Lo pake daleman nggak itu?" Dia menaikkan dagunya sambil mengarahkan ke anduk gue yang melingkar di pinggang.
"Pake, baru aja gue pake." Jawab gue males-malesan.
"YAH KECEWA DEH GUE. Hahahahaha." Dia ketawa gitu aja.
"..."
Belum sempat gue iyakan, tiba-tiba dia mau nyelonong masuk ke kamar gue.
"Napa nggak di kamar yang lain sih? Kenapa harus tempat gue?" Gue menahannya ketika dia mau masuk ke dalem kamar.
"Yeee tempat lu kan paling mewah di antara yang lain. Curang ya lu. Jadi ya daripada di kamar mandi orang lain sih mending di kamar mandi elu. Dan seperti biasa, tempat lu ini selalu paling bersih." Ucapnya sambil berjalan ke dalam kamar gue dan nabok muka gue pake anduk kecilnya.
Ohiya, Btw. Gue sangat nggak suka ngeliat ada yang kotor-kotor. Tiap dua jam sekali gue pasti nyapu kamar. Tiap hari gue selalu beres-beres kamar. Gue paling nggak suka kalau ada barang yang ditaruh bukan pada tempatnya. Jadi ya.. Kamar mandi gue pun sudah dipastikan bersih banget. Orang gue sikat terus dinding sama lantainya hampir setiap hari.
"Yaudah cepetan, gue harus ke kampus lagi soalnya." Kata gue sambil kemudian memakai baju ketika cewek itu sudah ada di dalam kamar mandi.
Ketika gue sudah memakai pakaian lengkap, gue berjalan ke arah jendela lalu sedikit mengeluarkan kepala melihat ke lantai satu.
"Bud!! Budiiiii..." Teriak gue dari lantai dua.
"Iya mas iya.." Sambil grasak-grusuk, Budi keluar dari ruangannya di lantai bawah. Kayaknya doi lagi nonton sinetron, makanya cuma sarungan begitu.
"Kamar si Raraspati katanya mati lagi airnya. Elu cek gih. Kalau ada apa-apa atau butuh beli barang-barang, bilang gue yak."
"Siap mas. Saya cek sekarang. Mbak Rara-nya ada di sana ga?" Tanya Budi sambil siap-siap membawa alat-alat perkakas.
"Kagak, orangnya lagi mandi di tempat gue." Jawab gue ringan.
"Oke oce mas. Saya ke atas sekarang." Balas Budi.
Hahahaha lucu ya, gue mau nulis 'balas si Budi’, tapi kalau disambungin jadi bagus. Balas Budi.
Gue kembali duduk di depan meja komputer, membuka salah satu aplikasi game dan menyempatkan bermain sebentar. Dari dalam kamar mandi gue dengar Rara bersenandung lagu yang cukup jadul, Lagu All Out of Love dari band Air Supply. Pelafalannya faseh banget, maklum anak Fikom.
Trrrt..
Trrttt..
Tiba-tiba hp gue bunyi lagi, ada panggilan masuk dari Iqbal. Gue langsung angkat.
"ASSALAMUALAIKUM YA AKHI!!!"
"...."
Ini si Iqbal kalau nelepon kenapa semangat bener dah. Mau jihad lawan siapa sih dia?
"waalaikum salam wahai ahli kubur." Balas gue.
"Serem amat balesan elu, yan. BTW LO DI MANA SIH ANJIR?!?!"
"Kost." Jawab gue singkat jelas padat.
"LAH!! NGAPAIN DI KOST!! CEPET SINI RAPAT KAGAk BISA DIMULAI CUMA GARA-GARA NUNGGUIN ELO DARI TADI!!!"
"Iye, sepuluh menit menit lagi gue ke sana. Gue lagi mandi besar." Kata gue sambil sesekali serius mainin game Counter Strike.
"Ya Allah Ryan, lo ngapain sih sampai bisa mandi besar tiap hari?"
"Mau gue ceritain?"
"KAGAK! BODO AMAT!! POKOKNYA GUE TUNGGU SEPULUH MENIT HARUS UDAH ADA DI KAMPUS!! WASSALAM!"
Dengan sepihak, Iqbal langsung menutup teleponnya begitu saja.
"Siapa yan? Kok teriak-teriak gitu?" Tiba-tiba pintu kamar mandi gue dibuka, sontak gue menoleh.
"Ini teme... Ya Tuhan Raraspati!! Lo ngapain cuma andukan begitu doang sih?! PAKE BAJU DI DALEM DULU LAH!! Astaga.." Kepala gue langsung cenat-cenut.
"Hahaha nggak bawa baju tadi gue, Yan. Maklum buru-buru. Lagian sama elo doang ini ah, kaya belum pernah liat aja." Ucapnya sambil masih sibuk ngeringin rambut pake anduk yang satunya lagi.
"Lah pake baju yang sebelumnya aja kan bisa?" Gue ngedumel.
"IDIH OGAH! Kotor tau. Lu nggak tau ya rasanya pakai pakaian yang sama pas habis mandi? Dih cowok mah jorok sih."
"Ya bukan gitu. Apa kagak malu lo cuma andukan doang gitu? Gini-gini gue cowok hei heloooooo."
"Ya Terus? Lo mau?" Rara makin mendekat, dan gue langsung menjauh ke arah pintu.
"Apaan sih, Ra! Sana balik ke kamar lo! Gue buru-buru nih. Ayolah jangan nyebelin begini dong. Gue serius nih." Gue memohon sambil nyender di pintu.
"Kan tadi lo bilang ada Budi di kamar gue. Nggak mau ah gue kalau ke sana dalam keadaan kaya ini terus diliat Budi. Yakale." Ucapnya sambil duduk di kasur gue.
Melihat dia duduk di kasur dengan keadaan anduk basah gitu, rasanya gue jadi pengen marah tapi ya gimana. Kalau gue mendekat terus anduknya copot kan bahaya.
"Aduh, gimana nih gue dah ditelepon sama temen gue soalnya, Ra."
"Gini deh, ambilin baju gue dong Yan di Kamar gue. Yah yah yah." Pinta Rara.
"Yaudah, gue ambil asal aja ya tapi."
"Oke oke. Sama dalemannya juga jangan lupa."
"...."
Dengan gontai gue langsung keluar kamar dan berjalan menuju kamar Rara yang jaraknya nggak jauh dari kamar gue. Di sana sedang ada Budi yang lagi muter-muterin keran buat ngecek air di kamar mandi.
"Gimana Bud?" Tanya gue sambil ngebuka lemari pakaian.
"Eh Mas, ini mas bocor kayaknya mas."
"Loh tapi kamar gue nggak mati tuh airnya." Gue mengambil satu buah kaos oblong, celana pendek, dan seperangkat BH juga celana dalam yang gue ambil secara asal.
"Kan kamar Mas Ryan beda. Pipa airnya dibagi dua kalau buat anak kost sama mas Ryan."
"Hoo gitu toh. Tapi bisa beres hari ini nggak tuh?" Tanya gue lagi sebelum meninggalkan Budi di dalem kamar mandi.
"Ngg.. Dua hari kayaknya mas."
"Yaudah, kalau butuh biaya untuk beli apa-apa, bilang gue ya." Gue pergi meninggalkan Budi lalu kemudian kembali ke dalem kamar gue di pojokkan.
"Nih!" Gue lempar pakaian yang gue bawa ke muka Rara.
"Ih jahat bener sih lo, Yan."
"Bodo amat. Gih sana cepet ganti baju."
"Di sini?"
"DI KAMAR MANDI LAH BEGO."
"Ih tapi ini bajunya kok yang ini sih? Ini kan baju buat tidur."
"CEPET PAKE ATAU GUE SEDOT UBUN-UBUN LO NIH!!"
"Hahahaha gitu aja marah lu. Cepet tua nanti." Sanggahnya sambil berjalan kembali ke dalam kamar mandi.
Hadeeeeeh.. Kadang ada nggak enaknya juga tinggal di kostan cewek. Anak-anak kostan ini dulu awalnya pasti kaget pas tau kalau gue jadi salah satu penunggu kamar di pojokkan, tapi setelah berjalan satu tahun, eh mereka malah jadi kurang ajar semua. Gue dianggap sejenis sama mereka. Beberapa kali ada yang iseng masuk terus rebahan di kamar gue gitu doang. Ada juga yang tiba-tiba pas gue lagi main game online, kamar gue dibuka sama salah satu anak kost sambil teleponan sama pacarnya. Lah ngapain juga mereka teleponan di kamar gue coba?
Selang lima menit, Rara keluar dari kamar mandi. Dan dengan cepat gue ngedorong dia agar keluar dari kamar gue lalu mengunci pintunya. Tanpa pikir panjang gue bergegas pergi memacu motor ke area kampus karena sudah ditunggu sama teman-teman yang lainnya.
****
Rapat malam itu berjalan alot. Selain masalah biaya, masalah tanggung jawab tenda juga sempat ada miskom hingga pada akhirnya harus dijadwal ulang. Alhasil gue harus memacu motor gue jauh-jauh ke tempat sewa tenda di daerah Cicaheum Bandung buat ngurusin masalah ini. Hari itu cukup sangat melelahkan, ditambah malam ini juga gue harus kerja lagi.
Gue udah sempat bilang ke Jessica kalau gue bakal telat datang, atau bahkan datang pas toko hampir tutup. Rapat DKM beres pukul 23.30, selepas rapat gue langsung balik ke kostan, mandi sebentar, lalu bersiap pergi ke toko. Perjalanan cukup lenggang karena saat itu sudah cukup larut, namun di area parkiran toko ternyata masih cukup ramai juga. Begitu masuk, gue disambut Jessica yang terlihat lucu sekali saat itu. Wajah anak SMA yang kelihatan bocah banget itu sekarang lagi berdiri di area Bar tempat gue biasanya berdiri. Nggak cocok banget.
"Gimana, Jes? Ada masalah?" Tanya gue sambil mengecek penjualan toko sebelum gue datang ke sini.
"Aman kok aman. Beberapa kali ada yang mesen aneh-aneh, tapi untungnya catetan mas Ian disimpen di sini. Jadi kebantu deh."
"Sip sip. Gih elu istirahat dulu gih, sekarang gantian gue yang urus."
"Okeeee.." Jessica dengan gembira berjalan ke area belakang untuk rehat, tapi belum jauh dia melangkah, dia datang kembali lagi.
"Mas.." Jessica mendekat di sebelah gue.
"Hmm?"
"Ditungguin tuh." Kata Jessica lagi.
"Ditungguin? Siapa?"
"Itu." Jessica menunjuk ke arah pojokkan.
"Dia dateng dari jam 7 loh mas. Sampai jam segini belum pulang juga." Sambungnya lagi.
"Hah? Jam 7? Anjir sore amat dia ke sini."
"Ya maka dari itu."
"Dia udah pesen?" Tanya gue.
"Udah kok. Tapi tadi dia sempat nanya tentang mas."
"Nanya?"
"Iya, dia nyariin elu tuh."
"Serius?"
"Hooh. Gih urusin dia dulu gih. Aku istirahat dulu yaaa." Tukas Jessica sambil kemudian menghilang ditelan pintu dapur.
Bentar, kalau dia udah ada di sini dari jam tujuh, berarti sudah hampir lima jam lebih dia di sini dong? Gila, mau ngapain dia di sini? Apa nggak cape nongkrong sebegitu lama? Lagian emang Fakultas Kedokteran nggak ada kelas malam ya? Kok rasanya tiap malam dia bisa ada di sini sih? Setau gue anak kedokteran itu kadang jadwal kuliahnya aneh-aneh, malah ada yang kelas subuh udah kaya pasar lelang ikan.
Karena saat itu dia sudah memesan minuman, jadi gue tidak punya kewajiban untuk mendekatinya. Menit demi menit berlalu, jam demi jam berubah. Tak terasa kini sudah memasuki pukul dua dini hari. Itu tandanya sudah saatnya last order. Hari ini Jessica pulang duluan karena dia sudah menggantikan Shift gue dari sore tadi. Beberapa pelanggan ada yang langsung pulang, ada juga yang menunggu lima sampai sepuluh semenit sebelum jemputannya datang.
Terkecuali cewek di pojokkan itu. Dia masih asik ngoprek hpnya aja dari tadi. Gue mulai datangi dia untuk memberitahukan bahwa toko mau tutup.
"Maaf, sudah last order." Kata gue sopan.
Pelan-pelan dia melepaskan pandangan matanya dari ponselnya itu lalu melihat ke arah gue.
"Boleh minta air putih?" Jawabnya.
Ini pertama kalinya gue dengar lagi suara itu setelah sekian lama.
Karena merasa berhutang budi sama dia lantaran sudah bayarin bubur gue siang tadi, gue langsung mengiyakan keinginannya walau sekarang sudah saatnya tutup.
"Dua." Tiba-tiba dari jauh dia memanggil gue lagi.
Gue mengiyakan tanpa bersuara. Tak lama setelah itu, gue kembali dengan membawa dua gelas air putih di tangan dan menaruhnya di depan meja. Namun setelah gue taruh dua gelas itu, ia mendorong salah satu gelas berisi air putih itu dengan telunjuknya mendekat ke arah gue.
"Can we talk?" Tanyanya sambil memandang gue dengan tatapan serius.
Diubah oleh Shootgun 24-07-2018 22:18
JabLai cOY dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Kutip
Balas