- Beranda
- Stories from the Heart
ASU AJAG PEGUNUNGAN TEPUS
...
TS
breaking182
ASU AJAG PEGUNUNGAN TEPUS
ASU AJAG PEGUNUNGAN TEPUS
Quote:

SINOPSIS
Quote:
Sekelompok anak muda dari universitas di Jogja yang sedang melaksanakan KKN di desa Telaga Muncar salah satu desa terpencil di kawasan Tepus Gunung Kidul. Tiga sosok anjing misterius mencegat salah satu dari mahasiswa itu yang bernama Zulham. Misteri berlanjut lagi tatkala sesampainya di base camp. Zulham harus dihadapkan dengan ketua kelompok KKN tersebut yang diterror oleh mahkluk –mahkluk asing yang memperlihatkan diri di mimpi –mimpi. Bahkan, bulu –bulu berwarna kelabu kehitaman ditemukan di ranjang Ida. Hingga pada akhirnya misteri ini berlanjut kedalam pertunjukan maut. Nyawa Zulham dan seluruh anggota KKN terancam oleh orang –orang pengabdi setan yang tidak segan –segan mengorbankan nyawa sesama manusia. Bahkan, nyawa darah dagingnya sendiri!
INDEX
Diubah oleh breaking182 22-02-2021 10:13
sukhhoi dan 35 lainnya memberi reputasi
32
110.5K
Kutip
378
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
breaking182
#141
EPISODE 13 : BAYI DALAM KUTUKAN
Quote:
Randu Alas sejak kejadian itu hampir selalu mengurung diri dalam rumah. Setiap saat peristiwa malam itu seolah-olah terbayang terus di ruang kepalanya, membuatnya sulit tidur dan sukar makan. Kutukan yang dilontarkan oleh Nyimas Ratu sang siluman anjing itu menimbulkan kegoncangan hebat dalam jiwa lelaki ini. Dia lebih banyak termenung dan jarang bicara dengan istrinya sendiri. Terkadang sepanjang hari dia mengurung diri di dalam kamar. Pipinya telah cekung. Karena dia tak mau makan dan tak mau minum selama beberapa hari maka keadaan tubuhnya pun makin lama makin kurus!
Perubahan sikap tabiat Randu Alas ini tentu saja membuat heran sang istri. Hingga pada suatu hari Suzane memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar tempat dimana Randu Alas sedang mengurung diri. Suzane tegak sendiri termangu-mangu di depan pintu. Perempuan bule dari Nederland itu sesaat kemudian mengetuk pintu kamar suaminya. Tapi tak ada jawaban.
Perempuan ini akhirnya masuk ke dalam kamar menemui suaminya. Di dalam kamar tampak Randu Alas duduk di sudut kamar tengah berdiam diri laksana arca baru! Keadaan dirinya kurus kering laksana tengkorak. Kulitnya pucat pasi hanya tinggal pembalut tulang.
Perlahan –lahan Suzane duduk di samping suaminya. Gemetaran tangan perempuan itu membelai dengan lembut rambut suaminya yang dibiarkan tergerai panjang.
“ Mas, sebenarnya ada apa? Sudah hampir satu minggu ini kau selalu murung, mengurung diri dan jarang bicara ? “
Randu Alas hanya terdiam membisu. Tanpa sepatah katapun terucap dari mulutnya. Suzane menghela nafas berat.
“ Kau lihat perutku mas? Sudah semakin besar. Mungkin hanya hitungan hari. Jabang bayi dalam perutku ini akan lahir. Aku tidak ingn saat kelahiran dia di dunia tidak di sambut oleh bapaknya “
Suzane mengelus perutnya yang sudah tampak membuncit besar itu. Air matanya tak mampu ia tahan. Jatuh berderai di pipinya.
Randu Alas masih terdiam. Tidak lama kemudian terdengar ia menarik nafas.
“ Aku melakukan kesalahan Suzane. Kesalahan di masa lalu dan sekarang tampaknya aku sudah harus memetik buah dari kesalahan ku itu “
Suzane kemudian menyahut,
“ Kita menikah sudah hampir tiga tahun. Mengapa Mas Randu baru mengungkapkannya sekarang? Aku ini istri mu Mas. Semua masalah mu juga menjadi masalahku. Kau harus bisa membaginya dengan ku “
“ Aku bingung harus darimana menceritakannya pada mu “
Suzane lalu merengkuh kepala suaminya. Dan mendekapnya erat.
“ Ceritakanlah Mas..jelaskan kepada ku “
Akhirnya, dengan berat hati Randu Alas menceritakan secara terperinci asal muasal ia bersekutu dengan siluman anjing penguasa Goa Karang Bolong. Ia juga menceritakan perihal pembunuhan – pembunuhan yang terjadi beberapa tahun yang silam. Terakhir, ia juga menceritakan tentang terbunuhnya Nyimas Ratu di tangannya. Dan juga kutukan yang diucapkan oleh perempuan siluman itu menjelang ajal menjemput. Suzane mendengarkannya dengan seksama. Hatinya terkejut bukan kepalang. Berarti selama ini firasat dan mimpi buruk tentang sesosok mahkluk menyerupai anjing yang berdiri tegak dengan kedua kaki itu benar adanya.
“ Maafkan aku Suzane. Maafkan aku “
Randu Alas menangis terisak –isak dalam pelukan istrinya itu. Ia menangis bagaikan anak kecil dalam dekapan ibunya.
“ Aku takut kutukan itu akan menjadi kenyataan Suzane “
“ Lalu apa yang harus kita lakukan Mas ?”
“ Aku punya rencana. Kita tinggalkan Mataram. Kita cari tempat baru untuk menenangkan diri dan memulai hidup baru “
“ Ayah bagaimana Mas? “
“ Nanti aku akan katakan pada ayahmu. Kalau kita ingin suasana baru dan membangun masa depan kita sendiri. Aku yakin ayah tidak akan menghalangi kita. Toh, sesekali waktu kita bisa berkunjung lagi kesini “
“ Baiklah kalau itu bisa membuat hatimu tenang Mas. Tapi kau harus sabar. Tunggu aku melahirkan dahulu. Kehamilanku ini sudah sangat tua. Mungkin satu minggu lagi aku akan melahirkan “
Randu Alas memandang perut istrinya yang semakin besar. Penuh perasaan lelaki ini mengusap perut istrinya. Lalu mencium perut itu dengan lembut.
“ Kita nanti akan tinggal di daerah pegunungan seribu Suzane. Di pegunungan Tepus. Di bagian selatan ada sebuah hutan yang belum pernah dijamah manusia. Di tengah hutan itu ada sebuah telaga yang sangat jernih dan indah. Telaga itu bernama Telaga Muncar. Saking jernihnya kau bisa bercermin disana. Telaga itu juga tidak pernah kering. Kelak, disana aku akan membawamu. Kita bangun keluarga kita disana “
Suzane hanya mengangguk pelan. Diam –diam hatinya merasa khawatir. Kecemasan yang sama. Kutukan siluman anjing!
Perubahan sikap tabiat Randu Alas ini tentu saja membuat heran sang istri. Hingga pada suatu hari Suzane memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar tempat dimana Randu Alas sedang mengurung diri. Suzane tegak sendiri termangu-mangu di depan pintu. Perempuan bule dari Nederland itu sesaat kemudian mengetuk pintu kamar suaminya. Tapi tak ada jawaban.
Perempuan ini akhirnya masuk ke dalam kamar menemui suaminya. Di dalam kamar tampak Randu Alas duduk di sudut kamar tengah berdiam diri laksana arca baru! Keadaan dirinya kurus kering laksana tengkorak. Kulitnya pucat pasi hanya tinggal pembalut tulang.
Perlahan –lahan Suzane duduk di samping suaminya. Gemetaran tangan perempuan itu membelai dengan lembut rambut suaminya yang dibiarkan tergerai panjang.
“ Mas, sebenarnya ada apa? Sudah hampir satu minggu ini kau selalu murung, mengurung diri dan jarang bicara ? “
Randu Alas hanya terdiam membisu. Tanpa sepatah katapun terucap dari mulutnya. Suzane menghela nafas berat.
“ Kau lihat perutku mas? Sudah semakin besar. Mungkin hanya hitungan hari. Jabang bayi dalam perutku ini akan lahir. Aku tidak ingn saat kelahiran dia di dunia tidak di sambut oleh bapaknya “
Suzane mengelus perutnya yang sudah tampak membuncit besar itu. Air matanya tak mampu ia tahan. Jatuh berderai di pipinya.
Randu Alas masih terdiam. Tidak lama kemudian terdengar ia menarik nafas.
“ Aku melakukan kesalahan Suzane. Kesalahan di masa lalu dan sekarang tampaknya aku sudah harus memetik buah dari kesalahan ku itu “
Suzane kemudian menyahut,
“ Kita menikah sudah hampir tiga tahun. Mengapa Mas Randu baru mengungkapkannya sekarang? Aku ini istri mu Mas. Semua masalah mu juga menjadi masalahku. Kau harus bisa membaginya dengan ku “
“ Aku bingung harus darimana menceritakannya pada mu “
Suzane lalu merengkuh kepala suaminya. Dan mendekapnya erat.
“ Ceritakanlah Mas..jelaskan kepada ku “
Akhirnya, dengan berat hati Randu Alas menceritakan secara terperinci asal muasal ia bersekutu dengan siluman anjing penguasa Goa Karang Bolong. Ia juga menceritakan perihal pembunuhan – pembunuhan yang terjadi beberapa tahun yang silam. Terakhir, ia juga menceritakan tentang terbunuhnya Nyimas Ratu di tangannya. Dan juga kutukan yang diucapkan oleh perempuan siluman itu menjelang ajal menjemput. Suzane mendengarkannya dengan seksama. Hatinya terkejut bukan kepalang. Berarti selama ini firasat dan mimpi buruk tentang sesosok mahkluk menyerupai anjing yang berdiri tegak dengan kedua kaki itu benar adanya.
“ Maafkan aku Suzane. Maafkan aku “
Randu Alas menangis terisak –isak dalam pelukan istrinya itu. Ia menangis bagaikan anak kecil dalam dekapan ibunya.
“ Aku takut kutukan itu akan menjadi kenyataan Suzane “
“ Lalu apa yang harus kita lakukan Mas ?”
“ Aku punya rencana. Kita tinggalkan Mataram. Kita cari tempat baru untuk menenangkan diri dan memulai hidup baru “
“ Ayah bagaimana Mas? “
“ Nanti aku akan katakan pada ayahmu. Kalau kita ingin suasana baru dan membangun masa depan kita sendiri. Aku yakin ayah tidak akan menghalangi kita. Toh, sesekali waktu kita bisa berkunjung lagi kesini “
“ Baiklah kalau itu bisa membuat hatimu tenang Mas. Tapi kau harus sabar. Tunggu aku melahirkan dahulu. Kehamilanku ini sudah sangat tua. Mungkin satu minggu lagi aku akan melahirkan “
Randu Alas memandang perut istrinya yang semakin besar. Penuh perasaan lelaki ini mengusap perut istrinya. Lalu mencium perut itu dengan lembut.
“ Kita nanti akan tinggal di daerah pegunungan seribu Suzane. Di pegunungan Tepus. Di bagian selatan ada sebuah hutan yang belum pernah dijamah manusia. Di tengah hutan itu ada sebuah telaga yang sangat jernih dan indah. Telaga itu bernama Telaga Muncar. Saking jernihnya kau bisa bercermin disana. Telaga itu juga tidak pernah kering. Kelak, disana aku akan membawamu. Kita bangun keluarga kita disana “
Suzane hanya mengangguk pelan. Diam –diam hatinya merasa khawatir. Kecemasan yang sama. Kutukan siluman anjing!
Quote:
GEROBAK yang ditarik kuda berbulu putih belang hitam itu berhenti di depan rumah besar nan mewah. Saat itu di penghujung malam menjelang pagi. Perempuan tua yang duduk di samping pemuda sais gerobak melompat turun. Gerakannya gesit dan enteng. Di pinggangnya tergantung satu bungkusan besar. Di depan pintu bangunan dia hentikan langkah, memandang pada lelaki yang keluar menyambutnya. Perempuan tua itu ludahkan gumpalan sirih dan tembakau di dalam mulutnya lalu bertanya.
"Apa aku datang terlambat Randu Alas?!"
"Nenek Suketi. Keadaannya gawat sekali. Aku khawatir…."
Perempuan tua itu tidak menunggu sampai Randu Alas menyelesaikan ucapannya. Dukun tua itu dengan cepat dia masuk ke dalam rumah, langsung menuju ke sebuah kamar. Dari dalam kamar terdengar suara erangan berkepanjangan.
Suketi masuk ke dalam kamar yang diterangi dua lampu pelita yang menempel di tembok. Di atas tempat tidur kayu jati berukiran mewah itu tergeletak menelentang seorang perempuan. Wajahnya yang cantik tertutup oleh keringat serta kerenyit menahan sakit. Rambutnya yang berwarns pirang basah oleh peluh. Sepasang bola matanya yang berwarna biru berputar –putar denga liar. Dari mulutnya yang terbuka keluar erangan ditingkahi desah nafas memburu yang membersit dari hidung.
Randu Alas cepat mendekat dan berkata. "Wahai istriku Suzane, nenek ini Suketi, dukun beranak di desa sebelah yang akan menolongmu melahirkan "
“ Tolong. Cepat Mas. Aku sudah tidak tahan lagi. Sakit sekali !”
Baru saja Suketi akan mendekati ranjang dari perut besar Suzane terdengar suara gerengan dan bersamaan dengan itu di kejauhan terdengar suara lolongan anjing hutan bersahut -sahutan. Dukun beranak Suketi tarik selimut tebal yang menutupi tubuh Suzane.
Dukun beranak Suketi angkat tangan kirinya.
"Randu Alas, istrimu akan segera kutangani. Segera kau siapkan air hangat. Bawa kemari ! “
Randu Alas bergerak dengan cepat. Tidak lama kemudian lelaki itu telah kembali dengan membawa ember yang terbuat dari kayu berisi air hangat.
"Nenek Suketi, kalau boleh aku ingin menungguinya sampai dia melahirkan…" kata Randu Alas pula.
“ Harap kau cepat keluar dari kamar ini."
"Keluar!" teriak Suketi.
Mau tak mau Randu Alas keluar juga dari kamar itu. Di ambang pintu terlihat Van den Bach terlihat gelisah berdiri bersandar pada tembok. Wajah lelaki tua itu tampak gelisah dan cemas.
Si nenek segera membanting pintu. Ketika dia melangkah mendekati tempat tidur kembali.
"Suzane, aku akan menolongmu melahirkan! “
Suzane meraung keras. Dari dalam perutnya keluar suara menggereng. Di kejauhan kembali terdengar suara lolongan anjing hutan. Bersahut – sahutan seperti menyambut jabang bayi yang segera akan keluar dari rahim ibunya. Si nenek dukun beranak ini segera bertindak cepat. Dua tangannya menekan dengan kuat – kuat perut Suzane. Perempuan itu menjerit keras. Bersamaan dengan itu ada suara tangisan kecil. Seperti suara tangisan bayi tapi disertai gerengan!
Bayi itu keluar dari rahim Suzane. Suketi dengan sigap memotong tali pusat, memandikannya dan kemudian menyelimuti dengan selimut tebal. Di atas ranjang kayu sosok Suzane tidak bergerak sedikitpun. Hanya terlihat dadanya turun naik menarik nafas pelan.
"Braaakkk!"
Pintu kamar terbuka dengan keras. Randu Alas melompat masuk.
"Suzane!" teriak Randu Alas.
Lelaki ini menghambur memeluk istrinya. Suzane tersenyum tipis. Lalu berbisik lirih.
“ Anak kita sudah lahir Mas. Bayi laki –laki. Sangat tampan. Mirip kau “
Randu Alas memandang seorang bayi laki – laki yang terbaring di samping istrinya. Seorang bayi laki –laki. Tangisan bayi itu sangat kencang.
Berkaca –kaca Randu Alas memandang bayi laki –laki yang masih merah itu. Hatinya terharu sekaligus bahagia. Dibelainya pipi bayi itu penuh kasih dengan ujung jari. Lama lelaki ini larut dalam kebahagiaan yang tiada terkira. Akan tetapi, alangkah terkejutnya Randu Alas yang tadi sangat bahagia itu, manakala bayi lelakinya yang masih merah itu tiba –tiba mengeluarkan suara perempuan dewasa.
“ Masih ingat aku manusia terkutuk ?! Ini baru permulaan. Kelak kau akan hidup dan mati sebagai anjing. Anak keturunanmu akan menjadi anjing. Dan suatu saat manakala bulan purnama berwarna merah darah. Saat itu lah titisan ku akan menumpas habis semua keturunan mu”
Lalu bayi itu tertawa meringkik, disusul raungan dan lolongan anjing yang memilukan sekaligus mengerikan dari mulut si bayi.
Randu Alas hampir terjatuh dari tepi ranjang. Terkujutnya bukan alang kepalang. Matanya melotot. Bibirnya gemetaran dengan hebat. Hatinya kembali tidak menentu. Kutukan itu ternyata benar adanya. Randu Alas menoleh ke arah Suzane yang hanya terdiam. Seolah –olah hanya dirinya sendiri yang mendengar suara itu.
"Apa aku datang terlambat Randu Alas?!"
"Nenek Suketi. Keadaannya gawat sekali. Aku khawatir…."
Perempuan tua itu tidak menunggu sampai Randu Alas menyelesaikan ucapannya. Dukun tua itu dengan cepat dia masuk ke dalam rumah, langsung menuju ke sebuah kamar. Dari dalam kamar terdengar suara erangan berkepanjangan.
Suketi masuk ke dalam kamar yang diterangi dua lampu pelita yang menempel di tembok. Di atas tempat tidur kayu jati berukiran mewah itu tergeletak menelentang seorang perempuan. Wajahnya yang cantik tertutup oleh keringat serta kerenyit menahan sakit. Rambutnya yang berwarns pirang basah oleh peluh. Sepasang bola matanya yang berwarna biru berputar –putar denga liar. Dari mulutnya yang terbuka keluar erangan ditingkahi desah nafas memburu yang membersit dari hidung.
Randu Alas cepat mendekat dan berkata. "Wahai istriku Suzane, nenek ini Suketi, dukun beranak di desa sebelah yang akan menolongmu melahirkan "
“ Tolong. Cepat Mas. Aku sudah tidak tahan lagi. Sakit sekali !”
Baru saja Suketi akan mendekati ranjang dari perut besar Suzane terdengar suara gerengan dan bersamaan dengan itu di kejauhan terdengar suara lolongan anjing hutan bersahut -sahutan. Dukun beranak Suketi tarik selimut tebal yang menutupi tubuh Suzane.
Dukun beranak Suketi angkat tangan kirinya.
"Randu Alas, istrimu akan segera kutangani. Segera kau siapkan air hangat. Bawa kemari ! “
Randu Alas bergerak dengan cepat. Tidak lama kemudian lelaki itu telah kembali dengan membawa ember yang terbuat dari kayu berisi air hangat.
"Nenek Suketi, kalau boleh aku ingin menungguinya sampai dia melahirkan…" kata Randu Alas pula.
“ Harap kau cepat keluar dari kamar ini."
"Keluar!" teriak Suketi.
Mau tak mau Randu Alas keluar juga dari kamar itu. Di ambang pintu terlihat Van den Bach terlihat gelisah berdiri bersandar pada tembok. Wajah lelaki tua itu tampak gelisah dan cemas.
Si nenek segera membanting pintu. Ketika dia melangkah mendekati tempat tidur kembali.
"Suzane, aku akan menolongmu melahirkan! “
Suzane meraung keras. Dari dalam perutnya keluar suara menggereng. Di kejauhan kembali terdengar suara lolongan anjing hutan. Bersahut – sahutan seperti menyambut jabang bayi yang segera akan keluar dari rahim ibunya. Si nenek dukun beranak ini segera bertindak cepat. Dua tangannya menekan dengan kuat – kuat perut Suzane. Perempuan itu menjerit keras. Bersamaan dengan itu ada suara tangisan kecil. Seperti suara tangisan bayi tapi disertai gerengan!
Bayi itu keluar dari rahim Suzane. Suketi dengan sigap memotong tali pusat, memandikannya dan kemudian menyelimuti dengan selimut tebal. Di atas ranjang kayu sosok Suzane tidak bergerak sedikitpun. Hanya terlihat dadanya turun naik menarik nafas pelan.
"Braaakkk!"
Pintu kamar terbuka dengan keras. Randu Alas melompat masuk.
"Suzane!" teriak Randu Alas.
Lelaki ini menghambur memeluk istrinya. Suzane tersenyum tipis. Lalu berbisik lirih.
“ Anak kita sudah lahir Mas. Bayi laki –laki. Sangat tampan. Mirip kau “
Randu Alas memandang seorang bayi laki – laki yang terbaring di samping istrinya. Seorang bayi laki –laki. Tangisan bayi itu sangat kencang.
Berkaca –kaca Randu Alas memandang bayi laki –laki yang masih merah itu. Hatinya terharu sekaligus bahagia. Dibelainya pipi bayi itu penuh kasih dengan ujung jari. Lama lelaki ini larut dalam kebahagiaan yang tiada terkira. Akan tetapi, alangkah terkejutnya Randu Alas yang tadi sangat bahagia itu, manakala bayi lelakinya yang masih merah itu tiba –tiba mengeluarkan suara perempuan dewasa.
“ Masih ingat aku manusia terkutuk ?! Ini baru permulaan. Kelak kau akan hidup dan mati sebagai anjing. Anak keturunanmu akan menjadi anjing. Dan suatu saat manakala bulan purnama berwarna merah darah. Saat itu lah titisan ku akan menumpas habis semua keturunan mu”
Lalu bayi itu tertawa meringkik, disusul raungan dan lolongan anjing yang memilukan sekaligus mengerikan dari mulut si bayi.
Randu Alas hampir terjatuh dari tepi ranjang. Terkujutnya bukan alang kepalang. Matanya melotot. Bibirnya gemetaran dengan hebat. Hatinya kembali tidak menentu. Kutukan itu ternyata benar adanya. Randu Alas menoleh ke arah Suzane yang hanya terdiam. Seolah –olah hanya dirinya sendiri yang mendengar suara itu.
Diubah oleh breaking182 22-07-2018 21:03
User telah dihapus dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas