- Beranda
- Stories from the Heart
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
...
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
![[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2](https://s.kaskus.id/images/2019/01/08/9503613_20190108120951.png)
Quote:
Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.
Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.
Terima kasih.
Spoiler for Perkenalan:
Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 09:31
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
274.3K
981
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
chrishana
#302
Chapter 21
Hari sudah sore. Kumandang adzan sudah terdengar. Terlihat sepasang murid lelaki dan perempuan berhijab putih berjalan menuju masjid belakang area sekolah mereka. Mereka melaksanakan ibadah ashar terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan menuju rumah mereka. Setelah selesai beribadah, tiba-tiba saja murid lelaki ini dihadang oleh kerumunan kakak kelasnya di area parkir sepeda motor. Lelaki itu dipukuli dan dihabisi, sementara sang murid perempuan berteriak, menangis, sambil memeluk lelaki tersebut yang sudah tak sadarkan diri dan mengeluarkan banyak darah dari kepalanya. Kerumunan kakak kelas tersebut akhirnya mengambil langkah seribu dan membubarkan diri.
Sore itu, lelaki bernama Gavin baru saja menyelesaikan kuliahnya di salah satu universitas di Jakarta. Dia ingin bergegas menuju rumah sakit untuk menemui sang perempuan yang selalu ada untuk Rendy demi melancarkan rencana jahatnya. Dia berjalan di lorong kampus dan tak sengaja bertemu dengan mantan pacarnya.
Gavin hanya tersenyum melihat Anita pergi. Dia juga bergegas pergi menuju tempat di mana mobilnya diparkirkan. Setelah itu, dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang cenderung santai karena lalu lintas tak terlalu padat dan ramai. Tak butuh waktu lama untuk menuju rumah sakit di mana perempuan berhijab itu menunggu sang murid lelaki sadar dari pingsannya. Setelah sibuk mencari, Gavin akhirnya menemukan sang perempuan berhijab yang masih dengan seragam sekolahnya yang dipenuhi dengan noda darah.
Gavin berjalan meninggalkan Anna sendirian yang sedang harap-harap cemas menunggu lelaki yang sedang terbaring lemah di sebuah kamar rawat inap rumah sakit. Gavin tak berhenti tersenyum jahat layaknya iblis sepanjang lorong rumah sakit. Seakan-akan rencananya kini akan berjalan lebih mulus dari biasanya.
Beberapa hari kemudian, suasana sekolah kembali tenang dan kondusif. Lelaki yang masuk ke rumah sakit beberapa hari lalu, kini sudah beraktifitas normal di sekolahnya. Begitu juga dengan Anna yang sudah kembali ceria seperti sebelumnya. Tapi, Gavin dan ayahnya masih terus melancarkan aksi jahatnya. Kini, mereka sedang berbincang di ruang makan dalam rumah mereka.
Gavin bergegas menuju area garasi rumahnya. Ternyata, sudah terparkir sebuah mobil Porsche Cayman Turbo berwarna hitam metalik yang dibeli papanya untuk Gavin karena dia turut membantu rencana papanya untuk meningkatkan produktivitas perusahaan serta nilai jual saham yang semakin merangkak naik.
Beberapa minggu kemudian, kondisi saham dari Nugroho Groups belum menunjukkan peningkatan. Sedangkan Bangun Karya semakin menunjukkan kinerja yang baik. Ditambah lagi, rencana jahat Gavin dan papanya masih terus gencar dilakukan. Dan kini, Daffa merekrut teman sekolahnya untuk memuluskan jalannya rencana mereka.
“Bang Gavin...”
“Ya, gimana Fa?”
“Gue sama temen-temen gue udah berhasil habisin Rendy...”
“Bagus! Gimana dia sekarang?”
“Pingsan... Terus gue tinggal kabur... Tapi, ada satu masalah Bang...”
“Apa?”
“Dia ada yang lindungin... Itu cewek selalu ada di mana ada Rendy...”
“Biar jadi urusan gue... Sekarang dia di mana?”
“Gue liat dia sama guru BK sekarang... Kayaknya mau bawa Rendy ke rumah sakit deket sini bang...”
“Oke, gue ke sana. Bayaran lo nanti gue kasih full...”
“Wah, terima kasih Bang!”
****
“Ya, gimana Fa?”
“Gue sama temen-temen gue udah berhasil habisin Rendy...”
“Bagus! Gimana dia sekarang?”
“Pingsan... Terus gue tinggal kabur... Tapi, ada satu masalah Bang...”
“Apa?”
“Dia ada yang lindungin... Itu cewek selalu ada di mana ada Rendy...”
“Biar jadi urusan gue... Sekarang dia di mana?”
“Gue liat dia sama guru BK sekarang... Kayaknya mau bawa Rendy ke rumah sakit deket sini bang...”
“Oke, gue ke sana. Bayaran lo nanti gue kasih full...”
“Wah, terima kasih Bang!”
****
Sore itu, lelaki bernama Gavin baru saja menyelesaikan kuliahnya di salah satu universitas di Jakarta. Dia ingin bergegas menuju rumah sakit untuk menemui sang perempuan yang selalu ada untuk Rendy demi melancarkan rencana jahatnya. Dia berjalan di lorong kampus dan tak sengaja bertemu dengan mantan pacarnya.
“Hai, Anita!” sapa Gavin.
“...” Anita hanya melirik dan melanjutkan langkah kakinya.
“Eh, Nit... Tunggu!” Gavin mengejarnya.
“Apa lagi sih, Vin!”
“Kamu masih marah sama aku?” tanya Gavin.
“...”
“Maafin aku, Nit...”
“Vin, aku gak marah sama kamu dan aku udah maafin kamu sebelum kamu minta...” ujar Anita.
“Gak ada kesempatan sekali lagi untuk aku memperbaiki semuanya?” tanya Gavin dengan penuh harap.
“Vin... Kejadian itu gak akan pernah bisa aku lupain... Apa yang udah kamu lakuin ke aku gak akan bisa terhapus dari memori ingatanku begitu aja... Maaf, aku gak bisa...” ujar Anita.
“Kamu mau pulang? Aku antar ya...”
“Gak usah... Aku mau pulang sendiri aja... Maaf, aku udah gak percaya lagi sama kamu... Permisi.” ujar Anita seraya berjalan cepat meninggalkan Gavin.
“...” Anita hanya melirik dan melanjutkan langkah kakinya.
“Eh, Nit... Tunggu!” Gavin mengejarnya.
“Apa lagi sih, Vin!”
“Kamu masih marah sama aku?” tanya Gavin.
“...”
“Maafin aku, Nit...”
“Vin, aku gak marah sama kamu dan aku udah maafin kamu sebelum kamu minta...” ujar Anita.
“Gak ada kesempatan sekali lagi untuk aku memperbaiki semuanya?” tanya Gavin dengan penuh harap.
“Vin... Kejadian itu gak akan pernah bisa aku lupain... Apa yang udah kamu lakuin ke aku gak akan bisa terhapus dari memori ingatanku begitu aja... Maaf, aku gak bisa...” ujar Anita.
“Kamu mau pulang? Aku antar ya...”
“Gak usah... Aku mau pulang sendiri aja... Maaf, aku udah gak percaya lagi sama kamu... Permisi.” ujar Anita seraya berjalan cepat meninggalkan Gavin.
Gavin hanya tersenyum melihat Anita pergi. Dia juga bergegas pergi menuju tempat di mana mobilnya diparkirkan. Setelah itu, dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang cenderung santai karena lalu lintas tak terlalu padat dan ramai. Tak butuh waktu lama untuk menuju rumah sakit di mana perempuan berhijab itu menunggu sang murid lelaki sadar dari pingsannya. Setelah sibuk mencari, Gavin akhirnya menemukan sang perempuan berhijab yang masih dengan seragam sekolahnya yang dipenuhi dengan noda darah.
“Hei!” sapa Gavin.
“...”
“Baju kamu kenapa?” tanya Gavin.
“Gak apa-apa... Kena darah aja...” jawab perempuan itu.
“Kenapa bisa? Kamu tawuran?” tanya Gavin.
“...” perempuan itu menggelengkan kepala. “Aku habis bawa temen sekelasku yang dipukulin kakak kelas ke sini.”
“Pasti ini orangnya...” ujar Gavin dalam hati.
“Kamu dari Trinusa ya?” tanya Gavin.
“Iya, Mas...”
“Oh iya, kenalin... Aku Gavin... Aku punya saudara yang sekolah di sana juga...” Gavin menyodorkan tangannya.
“Anna, Mas...”
“Kamu udah makan, Na?” tanya Gavin.
“Belum... Nanti aja...”
“Ya udah... Kalau mau makan, hubungin aku ya... Nanti aku temenin... Boleh minta nomormu?” Gavin menyodorkan telepon genggam buatan Amerika Serikat pada Anna.
“Boleh, udah aku save ya, Mas Gavin...” ujar Anna dan mengembalikan telepon genggam milik Gavin.
“Nanti aku SMS ya... Dah, Anna...”
“...”
“Baju kamu kenapa?” tanya Gavin.
“Gak apa-apa... Kena darah aja...” jawab perempuan itu.
“Kenapa bisa? Kamu tawuran?” tanya Gavin.
“...” perempuan itu menggelengkan kepala. “Aku habis bawa temen sekelasku yang dipukulin kakak kelas ke sini.”
“Pasti ini orangnya...” ujar Gavin dalam hati.
“Kamu dari Trinusa ya?” tanya Gavin.
“Iya, Mas...”
“Oh iya, kenalin... Aku Gavin... Aku punya saudara yang sekolah di sana juga...” Gavin menyodorkan tangannya.
“Anna, Mas...”
“Kamu udah makan, Na?” tanya Gavin.
“Belum... Nanti aja...”
“Ya udah... Kalau mau makan, hubungin aku ya... Nanti aku temenin... Boleh minta nomormu?” Gavin menyodorkan telepon genggam buatan Amerika Serikat pada Anna.
“Boleh, udah aku save ya, Mas Gavin...” ujar Anna dan mengembalikan telepon genggam milik Gavin.
“Nanti aku SMS ya... Dah, Anna...”
Gavin berjalan meninggalkan Anna sendirian yang sedang harap-harap cemas menunggu lelaki yang sedang terbaring lemah di sebuah kamar rawat inap rumah sakit. Gavin tak berhenti tersenyum jahat layaknya iblis sepanjang lorong rumah sakit. Seakan-akan rencananya kini akan berjalan lebih mulus dari biasanya.
“Halo, Bang!”
“Gue mau yang namanya Anna itu hancur...”
“Hah? Anna?”
“Duh, Daffa! Itu cewek yang sama Rendy!”
“Hahahahaha... Iya iya... Gue harus gimana?”
“Ya lo apain kek! Lo rudapaksa kek!”
“Aduh, Bang... Kalau dia, gue gak bisa... Gue nafsu sama adeknya Rendy doang...”
“Gini aja... Lo cari temen lo yang bersedia ngelakuin... Masalah duit, biar gue yang urus... Lagian anaknya manis gitu...”
“Hahahahaha... Bang, lo tenang aja... Gue ada orang yang bisa gue ajak kerja sama... Tapi, gue butuh waktu untuk perbaikin hubungan gue sama dia... Gue sempet ribut sama itu orang...”
“Beres...”
****
“Gue mau yang namanya Anna itu hancur...”
“Hah? Anna?”
“Duh, Daffa! Itu cewek yang sama Rendy!”
“Hahahahaha... Iya iya... Gue harus gimana?”
“Ya lo apain kek! Lo rudapaksa kek!”
“Aduh, Bang... Kalau dia, gue gak bisa... Gue nafsu sama adeknya Rendy doang...”
“Gini aja... Lo cari temen lo yang bersedia ngelakuin... Masalah duit, biar gue yang urus... Lagian anaknya manis gitu...”
“Hahahahaha... Bang, lo tenang aja... Gue ada orang yang bisa gue ajak kerja sama... Tapi, gue butuh waktu untuk perbaikin hubungan gue sama dia... Gue sempet ribut sama itu orang...”
“Beres...”
****
Beberapa hari kemudian, suasana sekolah kembali tenang dan kondusif. Lelaki yang masuk ke rumah sakit beberapa hari lalu, kini sudah beraktifitas normal di sekolahnya. Begitu juga dengan Anna yang sudah kembali ceria seperti sebelumnya. Tapi, Gavin dan ayahnya masih terus melancarkan aksi jahatnya. Kini, mereka sedang berbincang di ruang makan dalam rumah mereka.
“Vin...”
“Iya, Pa...” Gavin duduk di samping papanya sambil menaruh tas ranselnya.
“Nugroho Groupssekarang produktivitasnya perlahan menurun. Harga sahamnya mulai menurun cenderung terjun bebas. Dan Bangun Karya kini merangkak naik dan banyak memenangi tender.”
“Efektif juga berarti rencana kita ya...” ujar Gavin.
“Hahahaha... Tos!”
*TOS!*
“Oh iya, didepan Papa udah siapin mobil impian kamu.” ujar Papanya Gavin.
“Beneran, Pa?”
“Iya, Pa...” Gavin duduk di samping papanya sambil menaruh tas ranselnya.
“Nugroho Groupssekarang produktivitasnya perlahan menurun. Harga sahamnya mulai menurun cenderung terjun bebas. Dan Bangun Karya kini merangkak naik dan banyak memenangi tender.”
“Efektif juga berarti rencana kita ya...” ujar Gavin.
“Hahahaha... Tos!”
*TOS!*
“Oh iya, didepan Papa udah siapin mobil impian kamu.” ujar Papanya Gavin.
“Beneran, Pa?”
Gavin bergegas menuju area garasi rumahnya. Ternyata, sudah terparkir sebuah mobil Porsche Cayman Turbo berwarna hitam metalik yang dibeli papanya untuk Gavin karena dia turut membantu rencana papanya untuk meningkatkan produktivitas perusahaan serta nilai jual saham yang semakin merangkak naik.
****
Beberapa minggu kemudian, kondisi saham dari Nugroho Groups belum menunjukkan peningkatan. Sedangkan Bangun Karya semakin menunjukkan kinerja yang baik. Ditambah lagi, rencana jahat Gavin dan papanya masih terus gencar dilakukan. Dan kini, Daffa merekrut teman sekolahnya untuk memuluskan jalannya rencana mereka.
“Rian...” panggil Daffa di sebuah lorong sekolah.
“Apa?” Rian menghampiri Daffa dan mendorongnya ke dinding.
“Weits! Santai santai...” ujar Daffa.
“Ngapain lo manggil-manggil gue?” tanya Rian.
“Gue tadi denger lo sama Rheva ngerencanain sesuatu... Lo mau deketin Anna supaya Rendy bisa sama Rheva kan?”
“Iya, ada masalah sama lo?”
“Santai, Bro! Justru gue mau kasih penawaran menarik... Jadi ibaratnya, sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui...” ujar Daffa.
“...”
“Lo mau duit gak?” tanya Daffa.
“Duit?”
“Nih...” Daffa memberikan amplop berisi uang dua juta rupiah.
“Apaan nih?” tanya Rian.
“Gue mau lo rudapaksa Anna... Buat hidupnya hancur... Nanti gue tambahin lagi dua juta...”
“Kalau dia ngelawan gimana?” tanya Rian.
“Alah... Badan lo kan lebih gede... Tenaga lo lebih kuat... Ya kalau dia ngelawan, lo iket kek, atau lo ancem...” ujar Daffa.
“Tapi, kalau sekarang ya gue belum bisa, Fa...” ujar Rian.
“Gue gak minta lo sekarang ngelakuinnya... Cari waktu yang tepat aja... Sekarang ini, gue mau hancurin adekknya Rendy dulu... Hahahahaha...” ucap Daffa.
“Gila, Fa! Lo gila! Hahahahahaha!”
“Deal?”Daffa mengajak berjabat tangan.
“Deal!”
“Apa?” Rian menghampiri Daffa dan mendorongnya ke dinding.
“Weits! Santai santai...” ujar Daffa.
“Ngapain lo manggil-manggil gue?” tanya Rian.
“Gue tadi denger lo sama Rheva ngerencanain sesuatu... Lo mau deketin Anna supaya Rendy bisa sama Rheva kan?”
“Iya, ada masalah sama lo?”
“Santai, Bro! Justru gue mau kasih penawaran menarik... Jadi ibaratnya, sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui...” ujar Daffa.
“...”
“Lo mau duit gak?” tanya Daffa.
“Duit?”
“Nih...” Daffa memberikan amplop berisi uang dua juta rupiah.
“Apaan nih?” tanya Rian.
“Gue mau lo rudapaksa Anna... Buat hidupnya hancur... Nanti gue tambahin lagi dua juta...”
“Kalau dia ngelawan gimana?” tanya Rian.
“Alah... Badan lo kan lebih gede... Tenaga lo lebih kuat... Ya kalau dia ngelawan, lo iket kek, atau lo ancem...” ujar Daffa.
“Tapi, kalau sekarang ya gue belum bisa, Fa...” ujar Rian.
“Gue gak minta lo sekarang ngelakuinnya... Cari waktu yang tepat aja... Sekarang ini, gue mau hancurin adekknya Rendy dulu... Hahahahaha...” ucap Daffa.
“Gila, Fa! Lo gila! Hahahahahaha!”
“Deal?”Daffa mengajak berjabat tangan.
“Deal!”
itkgid dan 6 lainnya memberi reputasi
7