Kaskus

Story

ShootgunAvatar border
TS
Shootgun
This is Why I Need You (mbak Adele)
This is Why I Need You (mbak Adele)

.

.

.


Spoiler for Baru 2 post, udah Top Threads lagi.:

Spoiler for Baru 10 post, belum 2 bulan, udah masuk Hot Threads lagi.:

Permisi bapak ibu sekalian. Udah lama juga baca-baca di thread ini dari semenjak SK2H, akhirnya baru sekarang nyoba bikin cerita. Monggo silakan duduk, silakan mendirikan tenda.

Cerita yang akan saya share kali ini menceritakan tentang cowok yang tinggal di kostan cewek.
Dibaca kalau kalian lagi nggak ada kerjaan aja.

Cerita ini cocok untuk semua umur.
Remaja, Dewasa, Anak SMA, bahkan baik juga untuk pertumbuhan janin.

Dari sini, kalian akan belajar beberapa hal penting mengenai sisi lain dunia perkuliahan dan anak-anak kost yang mungkin tidak pernah kalian tau sebelumnya. Hanya karena kalian tidak pernah lihat, bukan berarti hal itu tidak ada.

Monggo~
Selamat mendirikan tenda di sini.
Rulesnya ya ngikutin yang sudah ada saja. Diupdate tiap hari Jumat malem ya selepas akika beres kerja.

Akhir kata,
Wabillahi Taufiq Wal Hidayah,
Wassalamualaikum

*qomat*



Index Cerita

.















Diubah oleh Shootgun 06-12-2018 21:01
ediptyaaAvatar border
JabLai cOYAvatar border
hllowrld23Avatar border
hllowrld23 dan 29 lainnya memberi reputasi
18
247.8K
998
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
ShootgunAvatar border
TS
Shootgun
#51
Chandelier
kaskus-image


Sekarang sudah memasuki jam 10 malam dan cewek itu datang lagi. Cewek yang sampai sekarang gue masih nggak tahu namanya siapa. Padahal dulu gue sempat liat KTP-nya tapi ya emang nggak niat buat tau namanya sih jadi nggak gue inget. Alhasil sampai sekarang gue memanggil dia dengan panggilan mbak Adele.

Gue mendatangi cewek itu yang sekarang lagi duduk di tempat yang sama dan sedang fokus membaca menu-menu minuman yang terpampang di ukiran kayu di atas rak-rak gelas. Gue berdiri tidak jauh dari hadapannya, karena gue sendiri nggak mau menghalangi pandangan dia yang lagi melihat ke arah menu. Pun gue nggak mau dia ngeliat muka gue. Sebisa mungkin gue nggak boleh berinteraksi sama cewek ini.

Gue diam sambil masih gosok-gosok gelas yang udah nginclong kaya muka pemeran iklan detergen. Hampir dua menit gue berdiri, ini cewek masih aja ngeliat ke arah menu. Apa dia nggak bisa baca ya? Ya Robb kasian amat cantik-cantik buta huruf. Akhirnya karena nggak pesan-pesan, gue mulai ngelangkah pergi menjauh kembali ke tempat pertama gue nyetel lagu barusan. Eh tapi belum juga beberapa langkah, tiba-tiba doi angkat bicara.

"Cappucino." Ujarnya sedikit keras.

Mendadak langkah gue terhenti. Lah, nih cewek bisa bunyi toh?! Gue kira dia bakal diem aja, eh ternyata bisa bunyi juga kaya gimbot. Tanpa pikir panjang gue langsung moonwalk ke belakang menghampiri dia lagi mirip kaya Michael Jackson.

"Satu aja?" Tanya gue.

Dia menurunkan pandangannya dari menu itu lalu melirik ke arah gue. Dan gue langsung mengalihkan tatapan gue ke mesin kopi.

"Iya." Jawabnya singkat yang lalu mengeluarkan sebuah notebook dengan cover khas anak kedokteran. Ada gambar-gambar tengkoraknya gitu.

Tanpa banyak omong, gue langsung membuatkan kopi mainstream pesanan cewek di kedai kopi mana pun itu. Gue tambahin sedikit bubuk karamel di atasnya, lalu mengelap bibir gelas dengan kain kasa bersih.

"Silakan." Kata gue seraya menaruh gelas kopi itu di sebelahnya.

Dia tidak menjawab, mengucapkan terima kasih saja tidak. Dia masih asik menulis sambil menggambar bentuk-bentuk organ yang entah apa itu di bukunya. Bagus deh, gue jadi nggak perlu banyak ngobrol sama ini orang. Tanpa pikir panjang, gue kembali ke arah komputer toko lalu ngescroll ITunes sambil mencari satu lagu yang cocok kayaknya buat diputar malam-malam begini.

"Ah, ini nih pas. One Two Three Drink, One Two Three Drink.." Gumam gue sambil memainkan lagu dari Sia – Chandelier.

****

"Mas Ian, udah jam setengah dua nih." Ujar Jessica yang baru keluar dari area cuci piring.

Gue melihat jam tangan gue, "Oh iya, gue lupa. Last Call dong Jes." Seru gue. Dan Jessica langsung mengacungkan jempol tanda mengiyakan.

Dengan sigap, tubuh kecil Jessica loncat dari satu meja ke meja yang lain untuk mengatakan bahwa sekarang sudah last order. Beberapa pelanggan ada yang langsung membayar, ada juga yang langsung pergi begitu saja karena sudah bayar duluan sebelumnya. Dari jauh, gue melihat Jessica menghampiri cewek di ujung meja bar ini. Dan anehnya, kali ini mereka terlihat ngobrol sebentar sebelum kemudian cewek itu menaruh uangnya di atas meja lalu membereskan peralatan tulis menulisnya dan pergi ke luar toko begitu saja.

"Eh Jes jes!" Gue menghampiri Jessica yang sedang membereskan gelas bekas si Adele Someone Like You itu.

"Paan?"

"Ngomong apaan lu barusan sama dia?" Tanya gue penasaran.

"Dih kepo."

"Yeee, gue potong gaji lu nih nanti."

"IDIH NGANCEMNYA JELEK!"

"Ayo dong! Penasaran nih gue."

Jessica melirik dalam-dalam ke arah gue. "Sini.." Jessica mengisyaratkan gue agar lebih mendekat, dan gue pun langsung nurut.

Setelah kuping gue deket, Jessica langsung bisik-bisik, "Dia waria, mas."

"ANJIR SERIUS?!?!?!" Gue langsung berjalan mundur beberapa langkah karena kaget.

"Ya kagak lah! Percaya aja ah lu."

"Astaga Jessica! Bercandaan lu serem! Lebih serem daripada duduk di angkot terus sebelahan sama ibu-ibu bawa ayam."

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAH KENAPA LO BISA KEPIKIRAN KE SANA SIH, MAS?!?!" Jessica ketawa kencang banget.

"Abisnya.." Gue ngedumel.

"Ini.." Tiba-tiba Jessica memberikan sebuah kertas.

"Apaan nih?" Gue langsung menyambar dan membacanya.

Di sana ada tulisan,

'Thanks for the last night. I owe you one. -L '

Hmm.. L? Siapa dah L? Bukannya namanya Adele? Gue berpikir sebentar sambil menggoyangkan secari kertas barusan.

"Apaan sih, Mas? Aku juga mau liat dong." Jessica langsung menyambar kertas yang lagi gue pegang dan membacanya.

"L?" Tanya Jessica sembari melirik ke arah gue yang masih terlihat kebingungan.

Gue hanya menaikkan pundak tanda tak tau. "Mungkin namanya pramuria?" Balas gue spontan.

"HAHAHAHA BEGO MASA NAMA CEWEK pramuria. KASIAN AMAT DAH MASA KECILNYA." Jessica ngakak lagi.

"Ya siapa coba namanya? Pake acara naroh inisial segala lagi. Kenapa kagak langsung pake nama full aja sih? Alay bener, dia pikir ini lagi kuis Gojek Traveloka apa?" Gue bete.

"L ya? Hmm.. Lowmie?"

"Lu pikir dia makanan. Hmm.." Gue berpikir lagi, "Jangan-jangan namanya Lolo lagi?"

"Lolo?"

"Iya Lolo, nama panjangnya Markopolo."

"HAHAHAHAHAHAHA LU MALAM INI LAGI KENAPA SIH LAWAK BENER DAH MAS."

"Ya siapa dong?"

"Firasat gue sih namanya Lazaros Christodoulopoulos." Kata Jessica antusias.

"..."

Buset, ini bocah kenapa tau nama pemain bola Yunani dah? Gue aja sampe harus googling dulu gara-gara bingung siapa itu Lazaros chstioper christoper barusan.

"Btw mas, ini uang si cewek tadi. Sekalian ini tipsnya." Jessica menyerahkan beberapa lembar uang ke hadapan gue.

"Oke, tips-nya buat elo aja. Gih beberes, gue pulang duluan kayaknya Jess, besok ada kelas pagi."

"Asiiik!! Siap Bos!! Nanti Jessica yang urus sisanya." Tanggap Jessica sambil hormat kaya prajurit baru dapet mandat.

Tanpa pikir panjang gue langsung beres-beres barang bawaan gue dan mengambil kunci motor di atas kulkas. Sebelum pulang gue sempatkan kembali untuk mengingatkan Jessica tentang apa-apa saja yang harus dicek sebelum dia pulang. Karena sudah terlalu ngantuk, gue langsung cabut dari toko dan pulang ke kostan. Nggak pake mandi, nggak pake ganti baju, gue langsung rebah di kasur daripada harus ngebuang-buang waktu yang berujung ketiduran di kelas lagi.

****

"Ada apaan, Bal? Gue masih di kelas tadi makanya nggak bisa angkat telepon." Tanya gue seraya menaruh tas di sebelah tempat duduk Iqbal di area kantin yang sama seperti kemarin.

"Eh Yan, gini, kemarin kan lu balik duluan tuh. Nah pas balik, anak-anak yang lain ternyata ngasih tau kalau kita kekurangan dana buat nutupin sewa lahan kemping bulan depan."

"Terus?" Kata gue sambil nyomot risoles di atas meja.

"Nah jadinya kita mau buat danus gitu deh."

"Lalu?" Gue ambil satu buah onde.

"Danusnya ya ini jualan kue. Satu kuenya 5ribu." Ucap Iqbal polos.

"..." Gue berhenti ngunyah. Iqbal cuma nyengir doang.

"Nah itu total 10rb, Yan."

"AH BANGKE! Gue muntahin lagi aja dah ya ini."

"Hahahahaa elo juga sih main asal comot aja. Bayar seikhlasnya aja sono ke Mayang." Kata Iqbal sambil menunjuk ke arah sekretaris DKM.

"Terus tugas gue apaan?"

"Jualin ini kue."

"Lah napa gue? Kenapa kagak si Jon aja? Muka dia yang dekil kaya kang ojek keseret aspal itu gue rasa sangat cocok sekali apabila mendapatkan mandat untuk menjajakan kue basah begini." Kata gue, dari jauh gue liat si Jon bersin-bersin sendiri nggak tau kenapa.

"Kasian dia, dari kemarin dia udah gue suruh buat bolak balik Puntang-kampus buat cek lokasi kemping."

"HAHAHAHAHA ANJING LO! KASIAN AMAT DIA, PUNTANG KAN JAUH. PANTES DEKIL GITU. KOMEDO SEMUA ITU SEBADAN-BADAN."

"Hahaha namanya juga part of the tim." Kata Iqbal sambil nyengir kuda.

"Part of the tim gundulmu. Yaudah, tapi gue nggak bisa lama-lama ya, jam 1 gue ada kelas lagi."

"Akur.."

"Btw si Boim mana, Bal?" Tanya gue sambil celingak-celinguk nyari temen gue yang satu itu.

"Lah, biasanya dia sama elu, Yan."

"Tau nih gue belum liat dari tadi. Lagi mainan pasir kayaknya."

"Lu kira kucing mau boker."

Gue cuma ketawa aja sambil kemudian mengambil satu kotak kue dan mulai menawarkan ke beberapa orang yang lewat siang itu. Acara cukup berjalan seru kalau menurut gue, karena dengan ini gue jadi bisa banyak kenalan sama orang lain, tak jarang juga malah jadi ngobrol panjang sama anak fakultas lain yang kebetulan lagi iseng lewat.

Sebenarnya dari awal gue masuk dan menjadi mahasiswa di kampus ini, gue udah benar-benar bersikukuh untuk tidak terlalu akrab sama orang-orang. Beberapa tragedi sebelum gue pindah ke Bandung memaksa gue untuk bertindak seperti itu. Mungkin, di fakultas pun yang akrab sama gue cuma Boim doang. Sisanya hanya sebatas kenal. Belum lagi kondisi pekerjaan gue yang menjadi alasan penting lainnya perihal kenapa gue nggak bisa gaul sama orang lain.

Di sebelah gue ada beberapa temen dari DKM yang juga buka stand untuk perekrutan anggota baru. Niatnya sih biar makin banyak yang ikut jadi anggota DKM. Jihad Fisabilillah, kalau kata Iqbal. Entahlah, anak ini apa-apa selalu saja disangkut-pautin sama agama.

Pernah dulu awal-awal gue join DKM karena saking lapernya begitu makanan pesanan gue datang, gue langsung makan sambil berdiri. Iqbal yang melihat hal itu sontak marah-marah sampe mengeluarkan dalil-dalil agama. Sedangkan gue cuma bisa berdiri di hadapan dia sambil masih ngenyotin sosis bakar.

"Tuh di sana ada meja. Di sana gih makannya!" Kata Iqbal menunjuk ke salah satu meja kantin.

Tanpa pikir panjang gue datangi itu meja, lalu gue berdiri di atas mejanya dan ngelanjutin makan. Alhasil Iqbal makin snewen dan marah-marah. Segala ayat keluar dari mulutnya. Entah deh, gue nggak tau siapa yang lebih suci siang itu, krongkongan dia atau toa masjid.

Balik lagi ke jualan risol, sudah tentu sebelum gue menawari, gue juga liat-liat orangnya yang mau gue tawari. Tapi siang itu gue tidak menyangka dari ujung lift yang baru terbuka, gue lihat seseorang yang udah nggak asing lagi. Siapa lagi kalau bukan si Adele, atau kalau kata Jessica, si Lazaros Christodoulopoulos.

Gini nih nggak enaknya punya kantin yang dijadikan satu untuk semua fakultas. Intensitas untuk ketemu seseorang tuh jauh lebih bakal sering terjadi dibanding di kampus-kampus lain. Sontak gue kelabakan dong, dia dari lift langsung berjalan menuju kantin, yang mana sudah otomatis bakal melewati stand DKM gue ini.

"BAL!!" Gue langsung berbalik dan memanggil Iqbal.

"Hadir." Jawab Iqbal kaya lagi absensi abri.

"GUE PULANG DULU YAK BAL!!"

"Hah? Apaan?! Kagak kagak kagak." Iqbal Geleng-geleng kaya robot gedek.

"ADUH. GUE BELUM MANDI BESAR BAL!!" Gue kembali mengulang alasan yang sama kaya kemarin sambil teriak kenceng bener.

Gakpapa deh malu-maluin, yang penting nggak ketemu itu cewek.

"Alah nggak percaya gue sekarang sama elu." Kata Iqbal.

"Aduh Bal, please, sekali aja ya ya ya. Gue mendadak ada kelas PENJASKES nih." Gue mencoba mencari alasan lain.

"SEJAK KAPAN DI PSIKOLOGI ADA MATA KULIAH PENJASKES, ONTA!!!" Iqbal mulai kesel.

Belum juga debat ini selesai, tiba-tiba rombongan cewek itu semakin mendekat. Saat itu gue baru sadar kalau ternyata si Adele ini datang berkelompok dengan teman-temannya yang lain. Hingga kemudian salah satu temannya tertarik buat beli jajanan anak DKM. Maka secara otomatis semua temannya yang lain jadi pada ikut nyamperin stand jualan anak DKM juga.

Mati dah gua!!

****

Kebetulan di sana ada anak junior DKM yang lagi duduk-duduk. Dengan cepat gue langsung serahkan urusan transaksi jual beli risol ini sama beliau. Sedangkan gue langsung mundur ke belakang anak-anak DKM yang lain. Berbaur pakai peci biar tidak terlihat terlalu kentara.

Diam-diam gue melirik ke arah kerumunan. Dan gue lihat mbak Adele ada di rombongan paling belakang. Sesekali melihat ke arah jualan risol, terus gue lihat sesekali dia juga melirik ke arah lain. Bagus deh tampaknya dia gak sadar kalau ada gue di sini.

Tapi gue lihat dari jauh, dandanan doi kalau di kampus cakep juga. Beda kalau lagi ke toko gue kaya tadi malem. Sekarang terlihat lebih rapih, lebih anggun. Namun ketika gue lagi memperhatikan dia diam-diam, tiba-tiba si Adele ini malah tanpa senagja menatap ke arah gue. Dan sekarang gue sama dia tatap-tatapan. Dia dengan dandanan bak anak kedokteran, gue dengan dandanan bak baru pulang umroh, masih pake peci di kepala.

Sontak gue kaget. Tanpa pikir panjang gue langsung ngibrit jalan cepat meninggalkan anak DKM tanpa peduli dipanggilin sama si Iqbal berkali-kali. Gue jalan melalui gerbang kantin belakang lalu lari ke luar kampus.

"ADUH ANJIR BAHAYA BAHAYA!!!" Gue lari-lari ke luar kampus sambil ngos-ngosan.

Gue lirik jam tangan gue. Udah hampir setengah satu. Ini berarti sisa 30 menit doang sebelum kelas gue selanjutnya dimulai. Setelah gue rasa keadaan cukup tenang dan tidak ada yang mengikuti gue dari belakang, gue langsung menggenggam perut. Jam segini gue belum sempat makan siang. Kalau ditunda, bisa-bisa nanti di kelas malah tepar. Dengan sigap gue langsung pergi menyebrang jalan dan mendatangi salah satu tukang bubur paling terkenal di daerah kampus. Lokasinya tepat ada di sebrang kampus.

Bubur Bencong.

bodoh banget dah ada orang jualan pake nama Bubur Bencong. Gue nggak tau estetikanya ada di mana sampai ini bubur bisa dinamain begitu. Apa yang jualannya banci ya? Entahlah, gue belum pernah liat isi sempak yang jual. Tapi pas gue pesen satu porsi, si penjualnnya ternyata hanyalah mamang-mamang biasa. Tidak ada yang aneh sama sekali. Yaudahlah, perkara nama doang diributin. Tak lupa satu gelas es jeruk gue pesan di tengah teriknya panas matahari jam setengah satu siang begini.

Sembari makan, gue buka hp. Di sana ada satu SMS masuk. Dari BOIM ASPAL. Itulah nama kontak temen gue di hape ini.

"Yan, malem gue mampir yak ke kostan. Malam ini kan jadwal penghuni kamar pojokkan yoga di ruang tengah. Gue wajib hadir tuh." Tulis sms Boim.

Tai, punya temen gini-gini amat dah. Karena bete, gue langsung bales.

"Nomor anda sudah kami amankan. Bukti pesan sebelumnya akan kami jadikan barang bukti untuk menciduk anda. Segala data diri anda telah ada di tangan kami. Semoga ada itikad baik untuk menyerahkan diri. Salam kami, Kepolisian Gabungan Satlantas Kota Bandung."

Tidak lama, si kampret langsung bales.

"Ampun paaaak..."

Ya begitulah temen gue yang satu itu, susah bener dapet cewek. Makanya pas tau gue ngekost di kostan putri, dia ngebet banget buat mampir tiap hari. Gue cuma bisa geleng-geleng kepala dibuatnya. Gue lihat jam tangan lagi, tak terasa sudah hampir 20 menit gue menclok di sini, bubur gue pun udah tinggal sisa daun bawang sama kerupuknya doang. Kalau gue hitung-hitung lagi, perjalanan ke kelas cuma butuh waktu 5 menit. Nggak perlu rebutan lift juga.

Yaudah deh, lima menit lagi gue caw. Pikir gue saat itu.

Tapi pas gue ngelirik ke kiri, gue ngeliat dari dalam alfamart yang bertepatan ada di belakang tukang bubur ini, muncullah itu rombongan rumpi anak kedokteran yang tadi. Ya, yang tadi. Yang beli Risol anak DKM tadi. Dan pas gue lihat lebih seksama lagi, sialnya si Adele juga ada di sana dan langsung melihat ke arah gue.

Dan terjadi lagi. Kisah lama yang terulang kembali~

Gue sama dia tatap-tatapan lagi. Ketika teman-temannya yang lainnya cuma lewat begitu saja, dia malah diam sebentar sambil masih menatap gue. Terus tanpa ada angin apa-apa dengan brengseknya dia malah berjalan ke dalam tenda kang bubur ini juga...

BANGKEEEE!!!

BUBUR BENCONG PEMBAWA SIAL!!!



btw, kayaknya updatenya bakal seminggu 2x deh mulai dari sekarang.
Semoga ada waktu.
Diubah oleh Shootgun 21-07-2018 10:04
nandaasik
ediptyaa
JabLai cOY
JabLai cOY dan 8 lainnya memberi reputasi
7
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.