- Beranda
- Stories from the Heart
Sebuah Kisah Jomblo Ngesot (Komedi, Cinta)
...
TS
twnty1guns
Sebuah Kisah Jomblo Ngesot (Komedi, Cinta)
Halo gan n sist. Perkenalkan ane member baru di Kaskus. Jadi, di sini ane mau menyalurkan hobi ane yaitu menulis cerita. Sekaligus juga ane pengen berbagi keresahan-keresahan ane selama ini. Yang ane tulis dalam bentuk cerita yang dibuat sendiri. Dan ane juga pengen mendapat penilaian dari agan n sist soal cerita yang ane buat.
Ceritanya tentang seorang cowok bego yang pengen punya pacar, tapi gak tau caranya gimana, dia juga selalu disesatkan sama saran temennya sendiri. Karena ane baru sekali buat thread di kaskus, maaf kalo masih berantakan. Nanti ane pelajarin lagi hehehe
Semoga agan n sist suka.... Selamat membaca!
Ceritanya tentang seorang cowok bego yang pengen punya pacar, tapi gak tau caranya gimana, dia juga selalu disesatkan sama saran temennya sendiri. Karena ane baru sekali buat thread di kaskus, maaf kalo masih berantakan. Nanti ane pelajarin lagi hehehe

Semoga agan n sist suka.... Selamat membaca!
Spoiler for Index:
Diubah oleh twnty1guns 04-08-2018 17:42
junti27 dan 10 lainnya memberi reputasi
11
12.8K
76
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
twnty1guns
#27
BAB 1 - Pertemuan Tak Diduga - Part 8
Galih ngacak-ngacak rambut kribonya yang gak beraturan. “Bego banget lo, ya diakalin dikit lah! Misalnya lo selundupin pisang goreng dari luar. Gue aja dulu pernah bawa termos ke Bioskop,” ujar Galih panjang lebar, gue gak nyangka, ternyata temen gue sehebat ini.
Semua temen gue yang di belakang mendadak merapat, seperti pengen tau. “Hasilnya?” mereka semua serempak nanya.
“Diusir sih. Tapi gak apalah, namanya juga usaha,” jawab Galih.
“Gue gak tau cara mesen tiket di Bioskop,” gue berkata jujur, yang lain cekikikan.
Galih mukulin kepalanya sendiri. “Parah lo. Yaudah gue bantu, lo mau hari apa? Film apa? Gue saranin sih hari Sabtu, biar lo berasa sederajat sama orang pacaran.”
Gue bingung, soalnya selama ini gue jarang nonton film. Sedikit pun gue gak tau film apa aja yang baru, asik, enak ditonton berdua. “Sabtu aja, filmnya Rumah Dara ya! Katanya sih bagus. Cocok buat orang pacaran,” gue membalas pertanyaan Galih.
“Itu mah film pembantaian, bego! Itu juga film udah lama banget. Gue pesenin lo film horror ya? Cewek biasanya suka nonton film horror.” Galih meminta persetujuan dari gue.
“Boleh sih, tapi pintu Bioskop selalu kebuka kan?” gue nanya, saking noraknya jarang merhatiin Bioskop.
Galih, beserta temen gue yang lain pada saling pandang. “Emang lo mau ngapain?” giliran Edo nanya ke gue.
“Mau kabur, kalo udah gak kuat nonton filmnya,” jawab gue santai.
Mendengar jawaban gue, semua pada ngetawaiin gue. “Daripada ribet, mendingan lo ajak dia nonton film biru aja. Selain gratis dan gak ribet, cewek biasanya juga suka.” Dodi ikutan berpendapat.
Galih memukul lengan Dodi. “Ngaco lo!” kata Galih. “Udah, entar lo ajakin dia. Nanti soal tiket, film, biar gue yang ngurus.” Galih menepuk pundak gue pelan.
Gue pun setuju untuk nonton. Entah filmnya apa, gue tetep percaya sama Galih, Pasti dia bakal ngasih film yang bagus, yang cocok untuk dua orang yang baru menjalin cinta. Sekarang tinggal membujuk Rina biar mau diajak jalan. Hari itu juga gue ngehubungin Rina lewat direct message Instagram.
"Rin, hari Sabtu jalan yuk?" gue bertanya di message.
3 menit kemudian, Rina membalas. "Boleh. Mau jalan ke mana?"
"Nonton film sih," jawab gue, berharap Rina mau diajak nonton Film.
"Boleh. Mau nonton film apa?" Rina bertanya pada gue. Dan, gue gak tau apa yang sebenarnya mau gue tonton.
"Ada deh, filmnya bagus. Romantis gitu," jawab gue, biar gak dikira cowok norak.
Saat itu juga gue berharap Galih mesenin film yang emang keren. Film-film percintaan yang kisahnya berujung manis. Bukan film romantis yang akhirnya saling bunuh-bunuhan. Atau, film percintaan di mana si cowok lagi ngedate sama si cewek, di tengah jalan si cewek dirampok sama cowoknya sendiri. Rina setuju untuk pergi nonton bareng gue.
Semenjak itu gue mempersiapkan diri sebaik mungkin. Nyari-nyari pakaian yang cocok, parfum yang cocok, dan jumlah uang yang cocok. Jujur aja, hal yang paling menyeramkan dari nonton di Bioskop itu makanan dan minumannya. Harganya mahal, gak masuk akal. Tapi, demi first date yang mulus, mungkin inilah yang namanya pengorbanan. Jauh sebelum hari H, gue bersusah payah untuk pinjem duit.
Ketika hari H tiba, kebetulan beberapa temen gue seperti Galih, Edo, Dodi , Jimi lagi nginep di Rumah gue. Hari itu bakal jadi hari yang mendebarkan, hari dimana gur first date sama Rina. Selama ini cuma sebatas di Lingkungan Sekolah, sekarang udah beda tempat. Tujuan temen gue pada nginep di rumah juga pada ngebantuin gue untuk mempersiapkan diri untuk momen besar hari ini.
"Hari ini lo harus berhasil!" kata temen-temen gue dengan semangat.
"Semoga aja," gue merespon sambil tersenyum. "Eh, tapi tiketnya lo udah pesen kan? Bagus gak?" sekali lagi gue memastikan, takut ternyata filmnya jelek.
"Film incredible 2. Percaya sama gue, filmnya romantis dan maco banget," Galih menjawab dengan ssangat yakin.
Gue mengangguk sambil memandang temen gue bergantian. Ada keanehan yang gue rasakan. Waktu ngeliat Jimi, temen gue yang berkacamata dan cupu, keliatannya dia murung banget. Wajahnya memancarkan kesedihan mendalam. "Jim, lo kenapa?" gue nanya, pengen tau apa yang sebenarnya terjadi sama dia.
Jimi menatap gue dalam-dalam. "Gue ga nyangka bentar lagi lo punya pacar. Terus lo ninggalin gue gitu sendiri jadi jomblo?" kata Jimi dengan nada suara pelan, terkesan menyedihkan
Gue diem aja, gak tau mesti ngerespon kayak gimana. "Nanti gue mesti ngomong apa?" Gue bertanya pada Galih dan temen gue lainnya.
Galih mendekati gue yang lagi duduk di pinggir kasur. "Lo kan udah deket, bahkan ditanggepin baik terus sama Rina. Hari ini lo mesti nyatain perasaan lo yang sebenernya ke dia," Galih ngomong pelan.
Gue kaget, yang lain juga gak kalah kaget. "Lo yakin? Gue kan gak tau gimana cara bilangnya."
"Tinggal bilang, 'Sebenernya gue suka sama lo, mau gak jadi pacar gue?' Gitu," ujar Galih.
"Kurang! Tambahin, 'Besoknya lo mau gak nikah sama gue?" Dodi nyaut spontan.
Gue meresapi setiap perkataan mereka. Saat itu gue lumayan bimbang, nyatain perasaan atau enggak. Terakhir kali gue nembak cewek, gue sukses diludahin. Kalo gue gak nyatain, takut dirampas orang lain. Gue menghadapi pilihan yang sulit.
"Udah hampir jamnya nih, lo harus siap-siap." Galih mengingatkan gue.
Semua temen gue yang di belakang mendadak merapat, seperti pengen tau. “Hasilnya?” mereka semua serempak nanya.
“Diusir sih. Tapi gak apalah, namanya juga usaha,” jawab Galih.
“Gue gak tau cara mesen tiket di Bioskop,” gue berkata jujur, yang lain cekikikan.
Galih mukulin kepalanya sendiri. “Parah lo. Yaudah gue bantu, lo mau hari apa? Film apa? Gue saranin sih hari Sabtu, biar lo berasa sederajat sama orang pacaran.”
Gue bingung, soalnya selama ini gue jarang nonton film. Sedikit pun gue gak tau film apa aja yang baru, asik, enak ditonton berdua. “Sabtu aja, filmnya Rumah Dara ya! Katanya sih bagus. Cocok buat orang pacaran,” gue membalas pertanyaan Galih.
“Itu mah film pembantaian, bego! Itu juga film udah lama banget. Gue pesenin lo film horror ya? Cewek biasanya suka nonton film horror.” Galih meminta persetujuan dari gue.
“Boleh sih, tapi pintu Bioskop selalu kebuka kan?” gue nanya, saking noraknya jarang merhatiin Bioskop.
Galih, beserta temen gue yang lain pada saling pandang. “Emang lo mau ngapain?” giliran Edo nanya ke gue.
“Mau kabur, kalo udah gak kuat nonton filmnya,” jawab gue santai.
Mendengar jawaban gue, semua pada ngetawaiin gue. “Daripada ribet, mendingan lo ajak dia nonton film biru aja. Selain gratis dan gak ribet, cewek biasanya juga suka.” Dodi ikutan berpendapat.
Galih memukul lengan Dodi. “Ngaco lo!” kata Galih. “Udah, entar lo ajakin dia. Nanti soal tiket, film, biar gue yang ngurus.” Galih menepuk pundak gue pelan.
Gue pun setuju untuk nonton. Entah filmnya apa, gue tetep percaya sama Galih, Pasti dia bakal ngasih film yang bagus, yang cocok untuk dua orang yang baru menjalin cinta. Sekarang tinggal membujuk Rina biar mau diajak jalan. Hari itu juga gue ngehubungin Rina lewat direct message Instagram.
"Rin, hari Sabtu jalan yuk?" gue bertanya di message.
3 menit kemudian, Rina membalas. "Boleh. Mau jalan ke mana?"
"Nonton film sih," jawab gue, berharap Rina mau diajak nonton Film.
"Boleh. Mau nonton film apa?" Rina bertanya pada gue. Dan, gue gak tau apa yang sebenarnya mau gue tonton.
"Ada deh, filmnya bagus. Romantis gitu," jawab gue, biar gak dikira cowok norak.
Saat itu juga gue berharap Galih mesenin film yang emang keren. Film-film percintaan yang kisahnya berujung manis. Bukan film romantis yang akhirnya saling bunuh-bunuhan. Atau, film percintaan di mana si cowok lagi ngedate sama si cewek, di tengah jalan si cewek dirampok sama cowoknya sendiri. Rina setuju untuk pergi nonton bareng gue.
Semenjak itu gue mempersiapkan diri sebaik mungkin. Nyari-nyari pakaian yang cocok, parfum yang cocok, dan jumlah uang yang cocok. Jujur aja, hal yang paling menyeramkan dari nonton di Bioskop itu makanan dan minumannya. Harganya mahal, gak masuk akal. Tapi, demi first date yang mulus, mungkin inilah yang namanya pengorbanan. Jauh sebelum hari H, gue bersusah payah untuk pinjem duit.
Ketika hari H tiba, kebetulan beberapa temen gue seperti Galih, Edo, Dodi , Jimi lagi nginep di Rumah gue. Hari itu bakal jadi hari yang mendebarkan, hari dimana gur first date sama Rina. Selama ini cuma sebatas di Lingkungan Sekolah, sekarang udah beda tempat. Tujuan temen gue pada nginep di rumah juga pada ngebantuin gue untuk mempersiapkan diri untuk momen besar hari ini.
"Hari ini lo harus berhasil!" kata temen-temen gue dengan semangat.
"Semoga aja," gue merespon sambil tersenyum. "Eh, tapi tiketnya lo udah pesen kan? Bagus gak?" sekali lagi gue memastikan, takut ternyata filmnya jelek.
"Film incredible 2. Percaya sama gue, filmnya romantis dan maco banget," Galih menjawab dengan ssangat yakin.
Gue mengangguk sambil memandang temen gue bergantian. Ada keanehan yang gue rasakan. Waktu ngeliat Jimi, temen gue yang berkacamata dan cupu, keliatannya dia murung banget. Wajahnya memancarkan kesedihan mendalam. "Jim, lo kenapa?" gue nanya, pengen tau apa yang sebenarnya terjadi sama dia.
Jimi menatap gue dalam-dalam. "Gue ga nyangka bentar lagi lo punya pacar. Terus lo ninggalin gue gitu sendiri jadi jomblo?" kata Jimi dengan nada suara pelan, terkesan menyedihkan
Gue diem aja, gak tau mesti ngerespon kayak gimana. "Nanti gue mesti ngomong apa?" Gue bertanya pada Galih dan temen gue lainnya.
Galih mendekati gue yang lagi duduk di pinggir kasur. "Lo kan udah deket, bahkan ditanggepin baik terus sama Rina. Hari ini lo mesti nyatain perasaan lo yang sebenernya ke dia," Galih ngomong pelan.
Gue kaget, yang lain juga gak kalah kaget. "Lo yakin? Gue kan gak tau gimana cara bilangnya."
"Tinggal bilang, 'Sebenernya gue suka sama lo, mau gak jadi pacar gue?' Gitu," ujar Galih.
"Kurang! Tambahin, 'Besoknya lo mau gak nikah sama gue?" Dodi nyaut spontan.
Gue meresapi setiap perkataan mereka. Saat itu gue lumayan bimbang, nyatain perasaan atau enggak. Terakhir kali gue nembak cewek, gue sukses diludahin. Kalo gue gak nyatain, takut dirampas orang lain. Gue menghadapi pilihan yang sulit.
"Udah hampir jamnya nih, lo harus siap-siap." Galih mengingatkan gue.
kevniv memberi reputasi
1