Kaskus

Story

setiawanariAvatar border
TS
setiawanari
Mereka yang Mengalaminya
In the name of Allah, the beneficient, the merciful


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



Semoga kebaikan selalu bersama kita!
Setelah selesai menulis cerita sebelumnya, rasanya saya seperti ketagihan untuk terus menulis. Menulis itu menyenangkan untuk mengisi waktu luang.

Cerita saya sebelumnya





Sebetulnya ada cerita dalam bentuk bahasa dan tulisan yang sama dari cerita sebelumnya hanya berbeda genre sedang saya tulis namun masih dalam proses. Mungkin baru akan saya buat threadnya setelah ceritanya selesai agar tidak berhenti di tengah jalan (kentang).


Lalu ini cerita apa?
Cerita ini saya beri judul "mereka yang mengalaminya" karena ini berdasarkan kisah-kisah di ceritakan oleh orang-orang di sekitar saya. Kisah-kisah tersebut saya kumpulkan, lalu saya tuangkan dalam bentuk tulisan dengan bahasa yang tentu saja tidak sebaik tulisan penulis profesional.


Berbagai kisah yang membuat saya kadang ikut membayangkan sosok-sosok menakutkan yang mereka jumpai. Bagaimana seseorang bisa tiba-tiba berteriak histeris lalu sakit beberapa hari. Seorang wanita lemah yang tiba2 menjadi sangat kuat. Seseorang mengakhiri hidup dengan cara yang tragis. Mitos kenapa harus ini kenapa harus itu. Dan suara-suara yang mereka dengar.


Dari lahir sampai saat ini saya masih menulis kisah ini saya tidak pernah mendengar atau melihat mereka. Saya tidak sepenuhnya percaya dengan cerita-cerita "mistis" yang saya dengar. Bahkan banyak yang saya anggap itu hanya halusinasi di luar logika. Bukan takut yang saya rasakan terapi penasaran tentang kebenaran dari cerita-cerita yang saya dengar. Rasa penasaran membuat hati ini tertantang untuk sebuah pembuktian hingga seseorang menepuk pundakku dan berkata.


" Untuk apa kamu ingin membuktikan? Kamu boleh tidak percaya, kamu tidak merasa takut. Tapi mereka? Tertawalah jika yang mereka ceritakan itu adalah cerita konyol. Simpanlah untuk dirimu jika cerita itu menyesatkan. Kamu pasti berfikir dengan logika, keyakinanmu jika banyak kebohongan di atasnya. Aku sama sepertimu, aku pernah menjadi orang terlihat bodoh karena berdebat semalaman dengan orang yang bercerita seperti yang kamu dengar. Dia bilang ada aku bilang tidak ada pada akhirnya aku sadar ini perdebatan yang tidak bermanfaat. Aku mengalah dan memulai berusaha menjadi pendengar yang baik. Tidak menyanggah karena aku percaya Tuhan akan memberikan sesuatu untuk setiap kebohongan. Semua hanya Tuhan yang tau kebenarannya dan aku menghargai setiap cerita dari "Mereka yang Mengalaminya".

1. Awalan
2. Dibawah Pohon Bambu
3. Berjalan Sendirian
4. Hutan dan Penghuninya
Diubah oleh setiawanari 25-02-2019 17:01
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
5K
20
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
setiawanariAvatar border
TS
setiawanari
#4
Awalan
Lebaran 2018 kembali aku menginjak tanah kelahiranku bersama istri dan anak perempuan kami. Meski hanya menginap satu malam namun mengingatkan kenangan indah saat mengahabiskan waktu kecil disana.

Desa istriku masih satu kabupaten denganku hanya berbeda kecamatan dengan jarak kurang lebih 1.5 jam perjalanan. Setiap mudik lebaran dari Jakarta (tempat tinggal sekarang) kami terlebih dahulu menuju desa istriku, lalu berkunjung ke desaku di H+1 atau H+2 lebaran.

Gambaran tentang desaku.
Sebuah desa di pegunungan atau perbukitan lebih tepatnya. Kurang lebih terdapat 47 rumah dengan jarak masing masing rumah sekitar 50 meter, dengan kebun sebagai pembatas antara rumah yang satu dengan yang lainnya. (Untuk lebih jelasnya akan saya gambarkan melalui foto ilustrasi). Ada 3 jalur akses masuk ke desaku. Jalur atas desa, jalur tengah dan jalur bawah. Jalur bawah jalan alternatif hanya untuk pejalan kaki. Jalur tengah tidak dapat dilalui kendaraan roda 4 karena longsor (2017) belum ada tanda-tanda perbaikan. (Ilustrasi foto).


Kendaraan roda 4 baru bisa masuk tahun 2000 lalu menyusul listrik menyala di setiap rumah tahun 2002.


Saya samarkan dengan nama Desa Gedangan, salah satu desa di kota Wonogiri. Sebelah Barat desa (jalur tengah) berbatasan dengan desa Waru dan Desa Jati, timur hutan, utara hutan (jalur bawah), selatan desa Ungkal (jalur atas). Desa Gedangan menjadi bagian wilayah dari Dusun (Lurah/Kadus/Pak Polo) Alamrejo, Dukuh Lumbung (RW/kades/Pak Lurah).


Seperti biasa h+1 lebaran aku berangkat pukul 9 pagi berencana menginap 2 hari 2 malam. Perjalanan dengan sepeda motor karena mobil sedang di pakai pemiliknya (kebetulan saya belum memiliki mobil). Pukul 11 saya tiba di rumah setelah sebelumnya terjadi insiden tas oleh-oleh jatuh di depan rumah pak lurah. ( pertigaan lurus jalur atas kiri jalur tengah ).


Tiba di rumah disambut hangat keluarga, ramai suasana waktu itu. Nenek (kakek sudah ALM) langsung menggendong anak perempuanku berusia 7 bulan yang sedang lucu-lucunya.
( di rumah ada nenek Mariem, Ibuku (bapak tidak mudik), Lek Marsi dan Suami yang tinggal di rumah nenek. Lek Marto dan istri (asal Ngawi) yang tinggal di Jakarta, Lek Marti yang tinggal di rumah paling utara desa. Serta beberapa ponakan dan tetangga yang sedang berkumpul).

" Kok Rame banget Lek ada acara apa? bukannya lebarannya udah kemaren" Kataku (dalam bahasa jawa).
" Nanti malem Nuri (sepupu) mau lamaran." Jawab Lek Marsi ibu Nuri.


Setelah makan siang aku bersantai di ruang tamu menyalami beberapa orang yang datang baik tetangga desa maupun dari luar desa.

" Kita gak muter2 mas ke rumah-rumah salam-salaman." Kata Istriku.
" Aaah besok aja laaah, masih capek aku." Jawabku sore itu selesai sholat Ashar.

Malam tiba acara lamaran yang di mulai setelah isya baru saja selesai. Anakku sudah tidur dari magrib tadi.

" Gimana sih musuh Islandia aja seri " Kata Budi kakaknya Nuri (fans MU) saat pertandingan usai.
" Itu gegara ada Rojo makanya seri." Jawabku mengejek.

Pukul 11 malam tinggal aku sendiri di ruang tamu tempat menonton TV. Mata mulai mengantuk kuputuskan menyusul istri dan anakku di kamar tidur bersebelahan dengan kamar lek Marsi. Sebelum tidur kubetulkan dot anakku yang lepas dari mulutnya.

" Dasar bayi, bisa-bisanya tidur sambil minum." Batinku mencium pipi istriku eh anakku.


Pukul 00.30 anakku bangun dan menangis sangat kencang membuatku terbangun. (hal yang wajar jika punya bayi).

Aku dan istri terbangun, nenek, ibuku, lek Marsi dan suaminya juga bangun. Istriku menggendong anakku keluar kamar tidur menuju ruang tamu karena menangisnya tidak berhenti. Saat diberi dot berisi asi segar pun menolak padahal minum asi terakhir pukul 6.30 malam. (Anakku tidak mau minum langsung dari payudara ibunya sejak usia 3 bulan, jadi minum asi yang di pompa lalu taruh di dot. Mungkin dia berikan sumber ASI itu untuk ayahnya).

Aku ingin gendong menolak, Ibuku juga di tolak dan masih menangis kencang di gendongan ibunya sambil seperti memberontak dengan kepala di tenggak-tenggakkan.

" Eman...eman...eman... sststtsst....sstststt...sststststs... apa tu... apa tu..... cup-cup-cup." Kata Istriku menggoyang-goyang bayi yang di gendongnya agar diam. Ibuku sibuk mengoles-oles perut, telapak kaki dan ubun-ubun si bayi dengan potongan bawang merah di campur minyak telon.

" Wah menurut kepercayaan kampung sini orang jaman dulu kalau tengah malam bagi nangis pasti melihat sesuatu." Batinku melihat sekeliling ruang tamu namun tidak melihat apapun.

Pukul satu malam setelah menangis hampir setengah jam (menangis diam, menangis diam) anakku kembali mau mengenyot karet dot dan tidur. Semuanya kembali ke kamar tidur kecuali aku yang menyalakan televisi di ruang tamu karena hilang sudah rasa ngantuk. (Kroasia vs Nigeria)

Baru saja pertandingan memasuki menit 20 anakku kembali bangun dan menangis. Semuanya terbangun seperti saat anakku menangis sebelumnya dan sama seperti sebelumnya hanya mau di gendong ibunnya. Saat yang lain mau menggendong tangisnya malah semakin kencang. Butuh waktu 20menit hingga akhirnya anakku tidur kembali dan semua tidur termasuk aku.

Pukul 5.10 selesai sholat subuh kulihat anakku tidur pulas tetapi sekitar pukul setengah 6 dia bangun dan rewel.
Dia tidak mau diletakkan di kasur kamar tidur, di ruang tamu juga tidak mau. Hanya satu yang membuat dia tidak menangis yaitu digendong istriku.

Setelah selesai sarapan bersama keluarga suhu badan anakku panas dan tidak mau makan ataupun minum susu.

Aku memutuskan untuk pulang ke rumah mertuaku, membatalkan rencana 2 hari 2 malam menginap.

Awalnya aku ingin kembali menggunakan sepeda motor tetapi ibuku, nenek dan bibi melarang. Pada akhirnya aku menyewa mobil untuk mengantar kami ke desa mertuaku. Ibuku, nenek, dan lek Marsi ikut mengantar bersama mobil lalu motor di kendarai suami lek Marsi. 15 menit sebelum tiba di desa Krapyak (desa istri/mertuaku) suhu badan anakku turun dan kembali bisa di ajak bercanda dan tertawa. Tiba kami di rumah mertua (rumah kosong peninggalan nenek istriku) anakku langsung minta di gendong Ibu Harti (mertuaku). Anakku normal kembali, tidak panas dan tidak menangis.


Malam harinya anakku kembali rewel dan badannya panas. Pukul 10 malam kami membawa ke RS di kabupaten dengan jarak 1.5jam dengan mobil. Alasannya hanya di RS itu satu-satunya harapan kami bisa bertemu dokter spesialis anak. Hasilnya nihil, hanya ada satu dokter SpA di RS tersebut dan jadwal terakhir praktek sampai pukul 8 malam. Perjalanan yang jauh sia-sia karena akhirnya dokter jaga (umum) yang memeriksa anakku dan memberinya obat.


13 hari lamanya waktu kuhabiskan di kota Wonogiri mengisi lebaran 2018. Aku, istri, anak dan kedua mertuaku kembali ke Jakarta. Kami berangkat dari salah satu RS yang tidak jauh dari terminal kota. 2 hari 2 malam anakku harus di rawat di sana karena diagnosa gejala typus. (kata dokter waktu itu).

Jadwal kereta Argolawu pukul 9 pagi berangkat dari stasiun Balapan. Pagi itu sebetulnya dokter belum mengijinkkan kami membawa anak check out dari RS. Setelah aku menyetujui bahwa RS tidak bertanggungjawab jika ada sesuatu dan kutandatangani form APS (atas permintaan sendiri) kami diijinkan. Pukul 7 pagi kami meninggalkan RS membawa hasil rontgen, hasil tes lab, dan obat dengan diantar mobil saudara menuju stasiun.


Kereta berangkat, tepat sesuai dengan waktu yang tertera di jadwal keberangkatan. Di tengah perjalanan lega rasanya melihat anakku tidur pulas di pangku ibunya.

" Wong Solo itu sukanya yang manis-manis ". Tiba-tiba ku ingat kalimat itu saat aku menggigit Solo Pl**fy, makanan seperti kue bolu yang di kemas sangat menarik. Istriku yang membeli di pintu masuk stasiun. Dia penasaran mendengar makanan dengan tagline "klangenan kota solo" itu melalui internet. Tapi kali ini aku yang mencobanya terlebih dahulu.

" Lho kok udah di makan sih? itu kan buat oleh-oleh." Kata istriku saat bangun dan tau kuenya aku makan.
" Yeee kan masih ada 6 bungkus, lagian aku juga cuma ambil secuil." Jawabku meletakkan kembali makanan itu di tempat semula.

" Oleh-oleh makanan, abis dimakan cuma jadi kotoran... Harusnya oleh-oleh itu yang bikin orang terhibur. Berbagi cerita dan bikin orang mengambil sisi positif dari yang kita berikan. kaya gini nih contohnya.." Batinku memulai menulis di layar hp, berusaha mengingat kembali semua cerita-cerita dari desa kelahiranku.

Diantara riuh suara roda kereta bergesekkan dengan rel. Aku mulai menulis beberapa kisah yang sampai saat ini belum kupercaya sepenuhnya tapi tetap saja ini dari " mereka yang mengalaminya".
Diubah oleh setiawanari 29-07-2018 21:15
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.