Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Evakuasi korban banjir Jepang terkendala akses

Wilayah terdampak banjir setelah hujan lebat di Kurashiki, Perfektur Okayama, Jepang, dalam foto yang diambil Kyodo, Minggu (8/7/2018).
Hujan dengan intensitas tinggi diprediksi masih akan menghantam wilayah bagian barat Jepang pada Senin (9/7/2018).

Curah hujan berada pada rentang 250 milimeter hingga 370 milimeter turun dengan durasi di antara 1,5 jam hingga 3 jam. Sementara, suhu kering akan melanda sebagian wilayah lainnya di Jepang.

Sungai-sungai di wilayah Hiroshima dan sekitarnya meluap akibat guyuran hujan sejak Kamis (5/7/2018). Bencana banjir dan longsor tak terhindarkan.

Pejabat tinggi di Badan Meteorologi Jepang dalam konferensi pers yang dilaporkan BBC menyebut tragedi ini sebagai bencana dengan level bahaya yang ekstrim.

“Kita tidak pernah mengalami hujan yang seperti ini di masa lalu,” sebutnya.

Japan Times melaporkan sekitar 100 nyawa telah terenggut, sementara 50 lainnya berstatus menghilang.

Seruan untuk mengungsi ke tempat yang aman sudah disebarkan ke 5,9 juta penduduk di 19 prefektur (wilayah setingkat dengan provinsi). Lebih dari 300.000 penduduk bertahan di pusat-pusat pengungsian

Akses listrik dan air bersih ke sekitar 267.000 rumah tangga terputus. Ratusan ribu rumah juga terendam dalam lumpur tebal.

Lebih dari 1.000 warga Prefektur Okayama, salah satu wilayah yang paling terdampak, terjebak di atas atap rumah mereka akibat luapan Sungai Oda. Upaya penyelamatan dengan helikopter masih dilakukan hingga saat ini.

Jumlah korban diprediksi bertambah lantaran banyak penduduk yang diduga terjebak di dalam rumah mereka.

Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe telah menginstruksikan 54.000 pasukan militer untuk membantu proses evakuasi orang tua dan penduduk yang terjebak.

17 operator kereta api yang melayani 56 rute dari dan menuju bagian barat Jepang berhenti beroperasi.

Kementerian Pertahanan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata telah menurunkan truk-truk pemompa untuk menyedot luapan air. Kendati demikian, mereka memprediksi proses ini bisa benar-benar rampung dalam waktu sekitar dua pekan.

Bencana ini tercatat paling mematikan sejak 2014. Pada tahun yang disebut terakhir, bencana banjir dan longsor juga menerpa wilayah Hiroshima dan menyebabkan 74 orang meninggal dunia.

Pemandangan dari udara memperlihatkan warga lokal terlihat di atas atap rumah yang tenggelam di sebuah area terkena banjir saat mereka menunggu penyelamatan di Kurashiki, selatan Jepang, dalam foto yang diambil oleh Kyodo, Sabtu (7/7/2018). Berlomba dengan waktu
Upaya penyelamatan warga yang terjebak dikebut, mengingat prediksi hujan belum akan berhenti dalam waktu dekat. Status darurat ditetapkan untuk sepanjang pekan.

Ancaman banjir masih menghantui beberapa area seperti Gifu, Hiroshima, dan Shimana. Sebagian wilayah selatan, barat, dan tengah Jepang juga diprediksi mengalami hal serupa.

Perdana Menteri Shinzo Abe sudah membentuk tim khusus untuk mempercepat proses evakuasi. Tim terdiri dari aparat keamanan, pemadam kebakaran, dan tim SAR.

Beragam jenis transportasi, dari mulai truk, helikopter, perahu karet, disiagakan di area-area yang terdampak. Salah satu penghalang terbesar dalam upaya evakuasi adalah akses jalan yang sudah tertutup oleh air dan lumpur.

Pada salah atap satu bangunan, warga mengirimkan sinyal “SOS” dan “150 orang butuh air dan makanan!”.
岡山 倉敷市真備町で1000人以上が孤立 救助待つ #nhk_news [URL="https://S E N S O RTUQn3P3Dfq"]https://S E N S O RTUQn3P3Dfq[/URL]
— NHKニュース (@nhk_news) July 8, 2018
Seruan warga untuk menyelamatkan diri ke tempat tertinggi, baik di rumah atau di luar rumah, memang datang dari pemerintah Jepang. Hal itu menyasar pada standar operasional keselamatan yang berlaku di negara Pasifik itu.

Upaya evakuasi juga dilakukan di rumah sakit yang berdiri di dekat tanggul sungai dengan bantuan helikopter untuk mengangkut pasien, anak-anak, dan bayi.

Juru bicara Badan Meteorologi Jepang, Yasushi Kajihara mengatakan, langkah itu dilakukan untuk menekan jatuhnya korban jiwa dalam setiap bencana yang terjadi.

Kajihara, mengutip The New York Times, mengatakan puncak hujan yang terjadi pada Jumat dan Sabtu lalu memecahkan rekor tertinggi yang pernah terjadi pada 50 tahun silam.

Menteri Pertahanan Jepang, Itsunori Onodera mengirimkan harapan bahwa badai akan berlalu dan berganti dengan cuaca yang lebih baik.

“Cuaca akan segera membaik dan berubah menjadi panas. Meski begitu, masih banyak persoalan akses air bersih. Pemerintah akan terus mengupayakan untuk menyediakan bantuan untuk warga,” tukas Onodera.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...rkendala-akses

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Menilik potensi perang dagang AS-Indonesia

- Untung rugi Jokowi mengambil Cawapres dari koalisi

- Ketika agensi ogah mengiklankan susu kental manis

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
399
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Beritagar.id
Beritagar.idKASKUS Official
13.4KThread734Anggota
Tampilkan semua post
BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
#1
Evakuasi korban banjir Jepang terkendala akses

Wilayah terdampak banjir setelah hujan lebat di Kurashiki, Perfektur Okayama, Jepang, dalam foto yang diambil Kyodo, Minggu (8/7/2018).
Hujan dengan intensitas tinggi diprediksi masih akan menghantam wilayah bagian barat Jepang pada Senin (9/7/2018).

Curah hujan berada pada rentang 250 milimeter hingga 370 milimeter turun dengan durasi di antara 1,5 jam hingga 3 jam. Sementara, suhu kering akan melanda sebagian wilayah lainnya di Jepang.

Sungai-sungai di wilayah Hiroshima dan sekitarnya meluap akibat guyuran hujan sejak Kamis (5/7/2018). Bencana banjir dan longsor tak terhindarkan.

Pejabat tinggi di Badan Meteorologi Jepang dalam konferensi pers yang dilaporkan BBC menyebut tragedi ini sebagai bencana dengan level bahaya yang ekstrim.

“Kita tidak pernah mengalami hujan yang seperti ini di masa lalu,” sebutnya.

Japan Times melaporkan sekitar 100 nyawa telah terenggut, sementara 50 lainnya berstatus menghilang.

Seruan untuk mengungsi ke tempat yang aman sudah disebarkan ke 5,9 juta penduduk di 19 prefektur (wilayah setingkat dengan provinsi). Lebih dari 300.000 penduduk bertahan di pusat-pusat pengungsian

Akses listrik dan air bersih ke sekitar 267.000 rumah tangga terputus. Ratusan ribu rumah juga terendam dalam lumpur tebal.

Lebih dari 1.000 warga Prefektur Okayama, salah satu wilayah yang paling terdampak, terjebak di atas atap rumah mereka akibat luapan Sungai Oda. Upaya penyelamatan dengan helikopter masih dilakukan hingga saat ini.

Jumlah korban diprediksi bertambah lantaran banyak penduduk yang diduga terjebak di dalam rumah mereka.

Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe telah menginstruksikan 54.000 pasukan militer untuk membantu proses evakuasi orang tua dan penduduk yang terjebak.

17 operator kereta api yang melayani 56 rute dari dan menuju bagian barat Jepang berhenti beroperasi.

Kementerian Pertahanan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata telah menurunkan truk-truk pemompa untuk menyedot luapan air. Kendati demikian, mereka memprediksi proses ini bisa benar-benar rampung dalam waktu sekitar dua pekan.

Bencana ini tercatat paling mematikan sejak 2014. Pada tahun yang disebut terakhir, bencana banjir dan longsor juga menerpa wilayah Hiroshima dan menyebabkan 74 orang meninggal dunia.

Pemandangan dari udara memperlihatkan warga lokal terlihat di atas atap rumah yang tenggelam di sebuah area terkena banjir saat mereka menunggu penyelamatan di Kurashiki, selatan Jepang, dalam foto yang diambil oleh Kyodo, Sabtu (7/7/2018). Berlomba dengan waktu
Upaya penyelamatan warga yang terjebak dikebut, mengingat prediksi hujan belum akan berhenti dalam waktu dekat. Status darurat ditetapkan untuk sepanjang pekan.

Ancaman banjir masih menghantui beberapa area seperti Gifu, Hiroshima, dan Shimana. Sebagian wilayah selatan, barat, dan tengah Jepang juga diprediksi mengalami hal serupa.

Perdana Menteri Shinzo Abe sudah membentuk tim khusus untuk mempercepat proses evakuasi. Tim terdiri dari aparat keamanan, pemadam kebakaran, dan tim SAR.

Beragam jenis transportasi, dari mulai truk, helikopter, perahu karet, disiagakan di area-area yang terdampak. Salah satu penghalang terbesar dalam upaya evakuasi adalah akses jalan yang sudah tertutup oleh air dan lumpur.

Pada salah atap satu bangunan, warga mengirimkan sinyal “SOS” dan “150 orang butuh air dan makanan!”.
岡山 倉敷市真備町で1000人以上が孤立 救助待つ #nhk_news [URL="https://S E N S O RTUQn3P3Dfq"]https://S E N S O RTUQn3P3Dfq[/URL]
— NHKニュース (@nhk_news) July 8, 2018
Seruan warga untuk menyelamatkan diri ke tempat tertinggi, baik di rumah atau di luar rumah, memang datang dari pemerintah Jepang. Hal itu menyasar pada standar operasional keselamatan yang berlaku di negara Pasifik itu.

Upaya evakuasi juga dilakukan di rumah sakit yang berdiri di dekat tanggul sungai dengan bantuan helikopter untuk mengangkut pasien, anak-anak, dan bayi.

Juru bicara Badan Meteorologi Jepang, Yasushi Kajihara mengatakan, langkah itu dilakukan untuk menekan jatuhnya korban jiwa dalam setiap bencana yang terjadi.

Kajihara, mengutip The New York Times, mengatakan puncak hujan yang terjadi pada Jumat dan Sabtu lalu memecahkan rekor tertinggi yang pernah terjadi pada 50 tahun silam.

Menteri Pertahanan Jepang, Itsunori Onodera mengirimkan harapan bahwa badai akan berlalu dan berganti dengan cuaca yang lebih baik.

“Cuaca akan segera membaik dan berubah menjadi panas. Meski begitu, masih banyak persoalan akses air bersih. Pemerintah akan terus mengupayakan untuk menyediakan bantuan untuk warga,” tukas Onodera.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...rkendala-akses

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Menilik potensi perang dagang AS-Indonesia

- Untung rugi Jokowi mengambil Cawapres dari koalisi

- Ketika agensi ogah mengiklankan susu kental manis

0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.