- Beranda
- Stories from the Heart
SULAKSMI
...
TS
meta.morfosis
SULAKSMI

PROLOG
“ semoga ini awal yang baik untuk karir gw dalam berwiraswasta...”
yaa...itulah sepenggal kalimat kebahagian yang terucap dari mulut bagus disaat sebuah berita baik terucap dari mulut bapak dan mamah, keinginan bagus untuk mempunyai sebuah usaha sendiri selepas masa perkuliahannya, kini mulai terwujud seiring dengan keinginan mamah yang menginginkan bagus untuk mengelola sebuah rumah yang merupakan rumah peninggalan dari orang tua mamah dan telah lama terbengkalai
kini bersama ketiga sahabat baiknya, bagus berusaha mewujudkan mimpinya itu menjadi sebuah kenyataan, seiring dengan berjalannnya waktu, akan kah semua usaha bagus itu akan membuahkan hasil yang memuaskan, atau kah ada sisi lain dari rumah tersebut yang bagus tidak ketahui dan akan menjadi penghambat usaha bagus untuk mewujudkan mimpinya tersebut....
Note :
* dilarang copy paste tanpa seizin penulis
* apa yang ane tuliskan hanyalah sebuah bentuk karya seni tanpa memperdebatkan nyata/fiksi
* update disesuaikan dengan RL penulis
terima kasih & selamat membaca

@meta.morfosis
Chapter demi chapter :
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
EPILOG
Diubah oleh meta.morfosis 16-01-2019 19:25
bonita71 dan 35 lainnya memberi reputasi
36
64.9K
197
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
meta.morfosis
#58
Chapter 9
“ bagaimana mang...?” tanya gw begitu melihat mang edo sudah berdiri di depan kamar, melihat mang edo yang tidak merespon pertanyaan gw dan hanya berdiri di depan kamar dengan tatapan mata seperti orang yang tengah mencari sesuatu, gw dan doni memutuskan untuk menghampiri mang edo, setibanya di depan kamar kini gw bisa melihat keadaan di dalam kamar, tampak terlihat vina dan via tengah tertidur dengan pulasnya
“ coba kang bagus periksa di dalam kamar, saya takut.....jangan jangan memang ada seseorang di dalam kamar yang membuka pintu kamar ini....” ucap mang edo pelan, sepertinya keinginan mang edo untuk memeriksa keadaan di dalam kamar telah terbentur oleh rasa sungkannya terhadap vina dan via yang tengah tertidur dengan pulasnya
“ gw harus berani...harus berani...andai memang ada seseorang yang ada di dalam kamar, setidaknya akan ada mang edo dan doni yang akan membantu gw....” gumam gw dalam hati seraya melangkahkan kaki ini memasuki kamar
seiring dengan langkah kaki gw yang berjalan memasuki kamar, kini bisa gw rasakan getaran jantung yang berdetak semakin cepat, untuk sesekali kembali gw memandang ke belakang dan mendapati mang edo serta doni yang tengah memandang setiap langkah gw dengan pandangan cemasnya, hingga akhirnya ketika gw telah memasuki kamar dan mengarahkan pandangan ke seluruh sudut kamar, gw sama sekali tidak mendapati sesuatu yang aneh atau bahkan sesuatu yang menyeramkan tengah berada di dalam kamar, yang kini gw dapati hanyalah dua sosok wanita yang tengah terbaring di atas ranjang dalam tidur pulasnya
“ bagaimana gus....?” tanya doni yang berbalas rasa khawatir gw akan terbangunnya vina dan via dari tidur pulasnya, kini tanpa sepatah katapun yang terucap untuk menjawab pertanyaan doni, gw segera berjalan keluar dari dalam kamar dan menutup pintu kamar
“ bagaimana gus, lu lihat ada sesuatu apa enggak di dalam kamar...?” tanya doni kembali, mendapati pertanyaan yang terlontar dari mulut doni, kini gw hanya bisa menggelengkan kepala sebagai pertanda bahwa gw tidak menemukan sesuatu yang aneh di dalam kamar
“ apa sebaiknya pintu gerbang pagar saya tutup aja ya kang, saya malah takut kalau ada seseorang yang mungkin sedang berniat jahat dengan rumah ini......” ucap mang edo yang berbalas persetujuan gw, melihat mang edo yang telah beranjak keluar dari dalam rumah, gw segera mengajak doni untuk kembali ke meja penerimaan tamu
“ gus, mungkin enggak ada salahnya kalau lu menanyakan sejarah rumah ini kepada orang tua lu, terutama sama nyokap lu...ya barangkali aja ada sesuatu yang sebenarnya belum lu ketahui...” saran doni seraya menyeruput kopi panasnya yang kini nampak telah dingin
“ sepertinya memang harus begitu don, biar besok setelah vina beserta via dan keluarga berwisata, gw akan pulang ke rumah orang tua gw, mungkin sebelum tengah malam gw akan kembali ke penginapan ini lagi....” ucap gw yang bersambut kepulan asap rokok dari mulut doni
“ biar besok gw antar gus, kan lu tahu sendiri...kalau urusan membawa mobil, yaa... gw lebih mahir lah dibandingkan lu....” rasanya apa yang dikatakan oleh doni ini sangat masuk akal, dengan gw mengajak doni, mungkin akan dapat mempersingkat waktu perjalanan gw
“ bagaimana gus...?” tanya doni kembali begitu melihat gw yang masih terdiam
“ oke don, tapi besok sebaiknya kita jangan menceritakan kejadian malam ini kepada iyan dan sella...”
“ gampanglah itu gus, besok kita bilang aja kepada iyan dan sella kalau bokap lu meminta kita untuk mengambil surat perizinan penginapan ini, pokoknya lu tenang aja, nanti gw akan memberitahu mang edo juga....” ucap doni yang berbalas rasa kagum gw atas ide cemerlangnya
sesuai dengan apa yang telah gw dan doni rencanakan, tepat pukul sepuluh pagi gw dan doni telah bersiap siap untuk berangkat menuju ke kediaman gw yang berada di kawasan jakarta timur, penjelasan yang doni berikan tentang alasan kepulangan ini, sempat beberapa kali menimbulkan ekspresi kecurigaan di wajah iyan, karena iyan merasa rencana kepulangan gw ini terasa sangat mendadak sekali
“ lu yakin gus, enggak ada hal lain nih selain untuk mengambil izin penginapan ini....” tanya iyan begitu gw hendak menaiki mobil, mendapati pertanyaan tersebut, sella yang berdiri tepat di sisi iyan tampak mencurigai apa yang baru saja ditanyakan oleh iyan
“ enggak ada hal lain...? wahh gw jadi curiga nih, sepertinya ada yang kalian sembunyikan dari gw....” ujar sella dengan pandangan menatap wajah gw
“ percaya deh sel, enggak ada yang gw sembunyikan dari lu....lu juga sih yan, makanya jangan nanya yang aneh aneh....” jawab gw sambil menutup pintu mobil, doni yang kini berada di balik kemudi terlihat berusaha menunjukan ketenangannya
“ ya udah, pokoknya sebelum tengah malam, gw dan doni udah kembali lagi ke penginapan ini...” ucap gw kepada doni dan sella sebelum akhirnya mobil berjalan meninggalkan penginapan
hamparan hijaunya dedaunan teh serta pohon pohon besar yang berada di sisi kanan dan kiri jalan kini mengantarkan laju mobil yang doni kendarai menembus jalan raya, kondisi jalan raya yang tidak terlalu ramai , kini memberikan gw harapan bahwa gw akan tiba di rumah lebih cepat dari waktu yang telah gw perkirakan
“ sulaksmi....” gumam gw pelan seraya mengarahkan pandangan ke sisi kiri jalan dimana terlihat beberapa warung di tepi jalan yang tengah menjalankan aktifitasnya
“ kenapa gus...?” tanya doni yang merasa heran atas gumaman gw tersebut
“ enggak kenapa napa don, gw hanya merasa aneh aja dengan nama itu, sepertinya nama itu bukanlah sebuah nama yang identik dengan nama orang di jawa barat...”
“ gw juga merasa begitu gus...sepertinya nama itu adalah nama dari orang perantauan dari luar jawa barat.....”
“ tapi apa hubungannya nama itu dengan rumah nyokap gw itu.....?” tanya gw kepada diri sendiri, melihat hal tersebut tampak doni menggelengkan kepalanya
“ ya mudah mudahan aja, nanti lu akan mendapatkan jawaban atas pertanyaan lu itu dari nyokap lu gus...” ucap doni sambil membuang batangan rokok yang telah habis dari jari tangannya
tepat pukul setengah lima sore, akhirnya kami pun tiba di kediaman gw yang berada di jakarta timur, seiring laju mobil yang terhenti di depan pintu pagar, tampak mang rohing dengan senyum cerianya menyambut kedatangan kami, pintu gerbang pagar yang semula tertutup kini telah dibukanya
“ wahh, kang bagus pulang koq enggak ngabar ngabarin...” ucap mang rohim begitu gw dan doni keluar dari dalam mobil
“ ada sedikit urusan mendadak mang, ohh iya mang...bapak sudah pulang apa belum....?” tanya gw sambil berjalan menuju teras depan, tampak mang rohim dan doni berjalan mengikuti
“ sudah kang, tadi bapak akang pulangnya agak siangan....” seiring informasi yang diberikan mang rohim, kini doni menghempaskan tubuhnya di kursi yang berada di teras depan
“ ohh ya udah mang...don, gw ke dalam dulu ya....” ucap gw yang berbalas anggukan kepala doni, tapi kini belum sempat gw membuka pintu rumah, terlihat bapak dan mamah telah terlebih dahulu keluar dari dalam rumah, sepertinya perbincangan yang terjadi antara gw dan mang rohim telah terdengar oleh bapak dan mamah yang berada di dalam rumah
“ loh gus...koq mendadak banget pulangnya, bukannya adik kamu ada disana...” ujar bapak dengan ekspresi bingung, mendapati hal tersebut, gw dan doni segera menyalami bapak dan mamah
“ iya pak, vina memang ada disana , kemarin dia datang bersama temannya yang membawa keluarga....” terang gw yang berbalas senyum yang mengembang di wajah mamah
“ wahh bagus dong gus, berarti penginapan kamu sudah mendapatkan tamu....” ucap mamah sambil mengambil posisi duduk disamping bapak yang telah terlebih dahulu duduk di kursi
“ terus, kenapa kamu sekarang pulang gus....ada apa...koq kesannya mendadak banget...” sebuah perkataan yang telah terucap dari mulut mamah kini telah membuat gw terdiam beberapa saat, keinginan gw untuk menyampaikan tentang apa yang telah gw alami di rumah peninggalan mamah kini seperti terbentur oleh sebuah keraguan, gw tidak ingin apa yang akan gw sampaikan ini akan menyinggung perasaan mamah
“ gus....?” tanya mamah kembali melihat gw yang masih terdiam
“ sebenarnya ada yang ingin bagus tanyakan kepada mamah dan bapak...mengenai...”
“ mengenai apa gus....?” tanya bapak begitu melihat gw yang kembali terdiam
“ mengenai sejarah rumah mamah itu pak....” jawab gw yang berbalas saling bertukar pandangnya bapak dan mamah
“ sejarah rumah itu....koq tumben banget kamu menanyakan itu gus....” ucap mamah sambil mengembangkan senyumnya
“ iya mah, bagus hanya ingin mengetahuinya aja...kan selama ini bapak dan mamah belum pernah menceritakannya...” begitu mendengar perkataan gw ini, untuk beberapa saat bapak dan mamah tampak terdiam, hingga akhirnya mamah mulai menceritakan masa lalu dari rumah itu, dan itu hampir sama persis dengan apa yang telah diceritakan oleh vina
“ jadi kalau untuk ruangan yang berada di susunan batu itu memang digunakan untuk gudang dan penyimpanan hasil panen mah...?”
“ iya gus, itu memang digunakan untuk itu....intinya rumah kita itu sejarahnya ya biasa aja, tanpa ada hal yang aneh aneh....” jawab mamah dengan tenangnya, hal ini sangat berbanding terbalik dengan ekspresi kegelisahan yang coba disembunyikan oleh bapak
“ satu lagi pertanyaan bagus mah....apakah mamah mengenal gadis yang bernama sulaksmi....?” begitu mendengar pertanyaan gw ini, mamah tampak terdiam untuk beberapa saat, ekspresi wajahnya seperti menunjukan mamah sedang berusaha mengingat sesuatu
“ sulaksmi....sepertinya mamah enggak mengenalnya gus, jujur aja gus, setelah dulu mamah mengalami kecelakaan, hampir sebagian besar memori masa lalu mamah terasa hilang, hanya kepingan kepingan kecil aja yang mamah masih bisa ingat...”
terkejut....mungkin itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana hati gw saat ini, sebuah keterangan yang menceritakan tentang sebuah kecelakaan yang di alami mamah sewaktu muda adalah sebuah keterangan yang sama sekali belum pernah gw dengar selama ini
“ kecelakaan mah...?”
“ iya gus, kecelakaan.....waktu itu mamah mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa mamah, dulu sewaktu mamah hendak mengantarkan hasil panen yang telah di pesan oleh salah seorang pelanggan yang biasa mengambil hasil panen dari perkebunan kita, sebuah mobil truk yang sedang melaju kencang menabrak mobil pickup yang mamah gunakan untuk membawa hasil panen, disaat itu mamah luka parah, begitu juga dengan supir yang membawa mobil pickup...tapi menurut informasi yang mamah dapat dari orang tua mamah, sebelum akhirnya supir itu meninggal dia sempat berkata kalau dia sama sekali tidak melihat adanya mobil truk yang melaju kencang itu...” untuk sesaat mamah kembali terdiam, tatapannya terlihat kosong menatap ke halaman rumah
“ apakah mamah enggak melihat mobil truk itu juga...?”
“ enggak gus, mamah juga enggak melihatnya, entahlah...mungkin saat itu mamah sedang enggak memperhatikan keadaan jalan...”
entah apa yang harus gw tanyakan lagi setelah mamah memberikan semua keterangan ini, rasanya gw sama sekali tidak menemukan kejanggalan atas keterangan yang telah mamah sampaikan, semua keterangan itu terdengar bagai sebuah cerita biasa tanpa sama sekali ada bumbu bumbu keanehan di dalamnya
“ ohh begitu ya mah, nah kalau sekarang bagus jadi tahu tentang sejarah rumah itu....” ucap gw yang berbalas senyuman dari bapak dan mamah, hingga akhirnya setelah kami kembali berbincang bincang beberapa saat, tepat pada pukul tujuh malam, gw pun memutuskan untuk kembali lagi ke penginapan
“ sama sekali enggak ada yang aneh dari keterangan yang diceritakan nyokap lu itu gus....” ujar doni diantara gerakan tangannya yang mengemudikan stir mobil
“ gw juga merasa gitu don.....bahkan gw baru tahu kalau nyokap gw itu pernah mengalami kecelakaan...”
“ mungkin kecelakaan itu yang menyebabkan nyokap lu jadi awet muda gus....” canda doni yang berbalas gelak tawa
tidak seperti apa yang telah gw perkirakan sebelumnya bahwa gw dan doni akan kembali sebelum tengah malam, beberapa kemacetan yang menghadang perjalanan kami kini mengantarkan mobil yang doni kendarai tiba pada pukul setengah satu malam, pintu gerbang pagar yang sepertinya telah di kunci oleh mang edo kini harus memaksa gw untuk menelpon iyan dan mengabarkan kalau gw telah tiba di depan pintu gerbang, beberapa saat setelah gw mengabarkan iyan, terlihat mang edo keluar dari dalam rumah dengan berlari lari kecil
“ waduhhh...maaf kang bagus, pintu gerbangnya saya kunci.....” ucap mang edo sambil membuka pintu gerbang, kini mobil pun mulai berjalan memasuki halaman
“ bagaimana mang edo...semuanya aman aman aja kan...?” tanya gw kepada mang edo, begitu gw dan doni telah turun dari mobil, untuk sesaat mang edo terlihat ragu untuk menjawab pertanyaan gw itu
“ mang edo kenapa....?” tanya doni begitu melihat keraguan mang edo
“ susah untuk saya menjelaskannya kang, tadi itu selepas magrib, adiknya kang bagus teh nangis nangis enggak jelas, saya, kang iyan dan neng sella sampai bingung harus berbuat apa....” sebuah keterangan yang telah terucap dari mulut mang edo kini telah membuat gw dan doni terkejut
“ nangis nangis enggak jelas bagaimana mang....?”
“ ya enggak jelas kang, merintih seperti orang kesakitan gitu, saat kang iyan dan neng sella memutuskan untuk mengajak neng vina ke rumah sakit, neng vinna malah memaki maki enggak jelas, bahkan tangan kang iyan sempat tercakar....”
entah gw harus merespon apa atas keterangan yang diberikan oleh mang edo ini, karena buat gw yang telah begitu mengenal vina, apa yang telah di ceritakan oleh mang edo itu mungkin saja terjadi, kelabilan jiwa vina yang menyatakan bahwa dirinya dapat melihat sesuatu yang aneh, bisa saja membuat vina berlaku seperti itu
“ lantas sekarang vina ada dimana...?”
“ di kamarnya kang....” seiring perkataan yang terucap dari mulut mang edo, gw segera berlari memasuki rumah, keberadaan sella dan iyan yang berada di meja penerimaan kini tidak lagi gw hiraukan, saat ini yang ada dipikiran gw hanyalah bagaimana keadaan vina setelah dia berlaku seperti apa yang telah mang edo katakan
“ vin....” ucap gw sambil mengetuk pintu kamar, setelah beberapa saat menunggu, kini terlihat via membuka pintu kamar dengan masih menunjukan ekspresi rasa panik
“ alhamdulillah kang bagus udah kembali...masuk kang....” ujar via sambil mengajak gw memasuki kamar, tampak terlihat vina tengah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, wajahnya yang terlihat pucat sepertinya menunjukan bahwa vina telah mengalami sesuatu yang membuatnya ketakutan
“ lu enggak kenapa napa vin....?” tanya gw seraya duduk di pinggir tempat tidur, wajah vina yang terlihat pucat kini seperti membimbing gerakan tangan gw untuk menyentuh dahi vina
“ badan lu dingin banget vin....apa sebenarnya yang lu alami vin...?” tanya gw kembali yang berbalas keterpakuan vina, bukannya menjawab pertanyaan yang gw ajukan, kini vina meminta via untuk menutup pintu kamar
“ jangan biarkan dia masuk bang.....vina takut...!” ucap vina dengan suara bergetar
“ dia siapa vin...lu takut sama siapa...?” tanya gw begitu melihat vina mulai mengadahkan wajahnya ke langit langit kamar seperti layaknya orang yang tengah melihat sesuatu
“ vina...!!” seiring dengan suara hardikan gw yang terdengar keras kini vina menolehkan pandangannya ke wajah gw, untuk sesaat vina terdiam hingga akhirnya vina pun mulai menangis, sungguh ini adalah momen dimana gw sama sekali tidak bisa memaksa vina untuk mengatakan apa yang telah dialaminya, suara isak tangisnya yang terdengar keras kini telah memaksa gw untuk memeluk tubuhnya
“ vina takut bang dengan wanita itu....vina takut....”
pernahkah anda mengalami sebuah momen dimana saat itu jantung anda seperti terhenti sesaat dikarenakan oleh sebuah rasa terkejut, mungkin itu adalah gambaran yang bisa gw berikan untuk menggambarkan keadaan gw saat ini, disaat vina mengatakan rasa takutknya terhadap seorang wanita, bayangan gw akan sosok wanita yang pernah terlihat oleh gw, doni maupun iyan, kini seperti bermain main dalam pikiran gw
regmekujo dan 10 lainnya memberi reputasi
11