madridistAvatar border
TS
madridist
Perempuan Merdeka (Mujeres Libres) Spanyol

Kondisi mayoritas masyarakat Spanyol diantara tahun 1920’an sampai dengan 1930’an cukup memprihatinkan. Khususnya bagi kaum perempuan, pada masa-masa ini di Spanyol terjadi pembagian gender yang cukup ekstrim. Secara ekonomi kaum perempuan sangat bergantung pada laki-laki, kerja-kerja rumah tangga serta kewajiban untuk mengurus anak menjadi tugas khusus kaum perempuan. Di kota dan di desa upah perempuan lebih rendah dari laki-laki. Sebagai contoh gaji rata-rata perhari pekerja laki-laki dari pagi hingga sore adalah 5 pesetas dan pekerja perempuan hanya setengahnya.


Keduanya menjalankan kehidupan yang terpisah. Lingkaran sosial perempuan hanya berputar di sekitar kaum perempuan lainnya: anggota keluarga, tetangga, rekan kerja, atau orang-orang yang mereka temui di pasar. Sementara kaum laki-laki, juga hanya berada di sekitar dunia laki-lakinya yang lebih dominan, seperti di pabrik, pertemuan serikat pekerja, hingga di bar-bar lokal.

Kebebasan personal perempuan sangat dibatasi. Perempuan yang belum menikah tidak dapat berjalan di tempat umum tanpa seorang teman ataupun pengawal, kebanyakan perempuan malah seringkali dinikahkan dengan sistem penjodohan.

Oleh karena peranan tradisional yang dijalankan kebanyakan perempuan Spanyol dan sedikitnya jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah, jumlah perempuan yang terlibat di dalam serikat maupun gerakan politikpun menjadi sangat minim. Meskipun CNT secara terbuka mengklaim organisasi mereka sebagai egalitarian, namun di dalam prakteknya CNT gagal menarik kebanyakan perempuan untuk bergabung, hal ini di sebabkan karena cukup jarangnya isu perempuan yang didiskusikan.

Untuk merespons situasi perempuan yang cukup mendesak, dua tahun sebelum terjadinya revolusi 1936, dua kelompok anarkis yang beranggotakan perempuan di Barcelona dan Madrid mulai melakukan pengorganisiran. Sebagai perencanaan sebelum revolusi, kedua kelompok ini membangun sebuah jaringan aktifis perempuan yang kemudian di namakan ‘Mujeres Libres’ (perempuan merdeka).

Kudeta militer terjadi pada tanggal 17 juli tahun 1936 menjadi boomerang yang makin mempercepat revolusi sosial yang tengah dinanti-nanti. Organisasi-organisasi anarkis telah lebih dulu menyadari akan terjadinya pemberontakan dari pihak militer. Minggu-minggu sebelum terjadinya kudeta, sebagian besar aktifis CNT tidur di sekretariat mereka untuk dapat mempersiapkan diri. Begitu kudeta terjadi, masyarakat merebut jalanan dan merampas gudang-gudang persenjataan pemerintah. Pada hari-hari pertama setelah kudeta militer terjadi, sejumlah besar perempuan bahu-membahu membangun barikade-barikade dan di setiap barrios (ke-tetangga-an) mereka menjalankan tugas untuk memenuhi kebutuhan makanan tiap di tempat-tempat tersebut.

“Hal terpenting yang dilakukan oleh para perempuan – selain, aksi kepahlawan yang mereka lakukan bersama laki-laki- adalah memanjat atap rumah dengan membawa pengeras suara dan secarik kertas, kemudian berteriak kepada para tentara untuk melepaskan seragam mereka dan bergabung dengan masyarakat.”
Kudeta militer di Barcelona berhasil dilumpuhkan juga di daerah-daerah Spanyol dimana para anarkis memiliki pengaruh yang kuat. Dengan segera, milisi-milisi pekerja diorganisir dan disebar di setiap garis depan perjuangan melawan fasisme. Para perempuan bertempur bahu membahu bersama laki-laki di garis depan hingga pada bulan November 1936 pemerintahan republik ‘memiliterkan’ milisi dan menarik semua perempuan dari garis depan pertempuran.

Perempuan-Perempuan yang Berada di Kolektif
Segera setelah gagalnya kudeta, kolektif-kolektif yang berbasis pertanian maupun industri yang dikendalikan oleh kaum anti-fasis mekar di seantero Spanyol. Kolektif-kolektif tersebut sangat terpengaruh oleh ide-ide serikat pekerja anarkis, CNT, yang beranggotakan sekitar lima juta orang. Pada bulan-bulan pertama para aktifis CNT maupun FAI berkunjung ke desa-desa untuk memberdayakan pengkolektifan yang akan dilakukan oleh masyarakat lokal. Sebagaimana Soledad Estorach, salah satu aktifis yang terlibat, berkata:
ketika kami pergi ke sebuah desa, kami mendatangi komite temporer desa tersebut dan mengajak seluruh warga desa untuk mengadakan pertemuan. Kami akan menjelaskan surga kami dengan penuh antusias.. dan akan ada sebuah debat -ala campesino- pertanyaan, diskusi, dan sebagainya. Di hari berikutnya mereka mulai merebut tanah-tanah dan memanfaatkannya, kemudian membagi kerja-kerja.

Kolektif-kolektif ini, secara garis besar, meraih kesuksesan dan kondisi-kondisi kehidupan dari mereka yang berpartisipasi di dalamnya membaik secara dramatis. Namun di kolektif-kolektif daerah pedesaan tidak terjadi perubahan yang signifikan pada pembagian kerja secara jenis kelamin yang masih tradisionil. Meskipun perempuan yang belum menikah bekerja di luar lingkungan rumah tangga, biasanya di dalam tempat kerja-tempat kolektif atau pada cabang distribusi kooperatif, perempuan yang telah menikah masih di bebani tanggung jawab untuk merawat anak-anak. Tugas-tugas domestik masih menjadi rutinitas perempuan.
Beberapa kolektif (seperti Monzon dan Miramel) memang membayar gaji pekerja perempuan dan laki-laki menurut tingkat kerja yang telah mereka lakukan, namun secara garis besar kerja-kerja yang dilakukan oleh perempuan masih di bawah rata-rata. Seringkali upah yang diterima oleh perempuan lebih sedikit dari laki-laki. Beberapa kolektif membayar upah keluarga, dan upah ini di berikan kepada laki-laki yang dianggap sebagai kepala rumah tangga.

Sementara itu di daerah kota para perempuan kebanyakan bekerja di industri tekstil, dan proporsinya semakin meningkat. Banyak perempuan tidak lagi melakukan ‘kerja rumah tangga’ seperti biasanya. Peran kerja ini telah di hapuskan selama revolusi dan kaum perempuan banyak yang membanjiri kerja-kerja pabrik yang telah di kolektifkan. Sebagai contoh, di Madrid dan Barcelona kebanyakan kaum perempuan menjalankan sistem transportasi. Pergerakan menuju kerja-kerja pabrik dimaksudkan untuk memperbaiki waktu kerja dan upah bagi perempuan.

Meskipun begitu seringkali masih terjadi perbedaan upah yang terus berlanjut antara laki-laki dan perempuan. Sama seperti sekarang ini, perempuan mempunyai peranan kerja di luar dan di dalam rumah, sehabis pulang kerja mereka masih harus merawat anak-anak mereka dan mengerjakan tugas rumah. Situasi ini merupakan penyebab susahnya kaum perempuan untuk dapat berpartisipasi di dalam pertemuan serikat dan menyebabkan mereka hanya memiiliki pengaruh yang minim, isu-isu yang menyangkut kaum perempuanpun seringkali tidak diprioritaskan.

Namun kejadian-kejadian diatas tidak terjadi dibeberapa daerah dimana pengaruh gerakan perempuan di dalam serikat (seperti pekerja tekstil CNT di Terrassa) cukup kuat. Di daerah-daerah seperti ini kaum perempuan cukup berhasil dalam mempengaruhi serikat membayar kerja perempuan secara setara dan menghapuskan ‘kewajiban maternitas.’

0
702
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Tampilkan semua post
madridistAvatar border
TS
madridist
#1
Mujeres Libres
Pada masa-masa ini banyak orang cukup prihatin dengan permasalahan yang masih terjadi pada kaum perempuan. Di bulan September 1936 sebuah organisasi perempuan anarkis dibentuk, selama dua tahun eksistensinya, jumlah partisipannya mencapai 30.000 perempuan.

Mujeres Libres mempunyai dua strategi. Pertamanya adalah apa yang disebut “capacitation” yang di tujukan sebagai penyadaran bagi kaum perempuan agar mereka dapat menyadari potensi mereka dan dapat berpartisipasi secara setara di dalam sebuah masyarakat baru yang sedang di bangun. Strategi keduanya adalah “captacion” –yang dimaksudkan untuk melibatkan perempuan di dalam gerakan anarkis.

Mujeres Libres dari awalnya mengkontribusikan usaha yang menakjubkan untuk melibatkan banyak perempuan di dalam aktifitas serikat. Kebanyakan perempuan memiliki halangan yang sama ketika mereka di ajak untuk mengikuti pertemuan serikat pekerja, kebanyakan dari mereka harus merawat anak. Jadi salah satu kegiatan Mujeres Libres adalah membangun “pelayanan pengasuhan anak yang berpindah-pindah,” yang diperuntukan bagi para perempuan yang tertarik bergabung di dalam serikat.

Pendidikan merupakan bagian terpenting yang telah di lakukan oleh Mujeres Libres. Mereka berkeinginan untuk menghapuskan buta huruf yang tersebar di seluruh Spanyol pada saat itu. Mereka membangun Casa de la Dona yang melibatkan 600 sampai 800 perempuan perharinya di bulan Desember 1938. Kursus-kursusnya meliputi belajar membaca, menulis, matematika sampai pada kelas-kelas professional seperti mekanik, pertanian, juga kelas-kelas untuk mengenal organisasi serikat, sosiologi, dan ilmu ekonomi.

Mujeres Libres percaya bahwa peningkatan edukasi dan kesadaran akan memberdayakan “perempuan untuk membebaskan diri mereka dari perbudakan tiga arah”, yaitu: perbudakan mereka dari ketidaktahuan, perbudakan mereka sebagai perempuan, dan perbudakan mereka sebagai pekerja. Untuk mempersiapkan mereka pada sebuah tatanan sosial baru. Kegiatan ini dipercayai akan membawa perempuan untuk mengambil peranan aktif di dalam revolusi kemudian membantu untuk memenangkan perang.

Mujeres Libres bekerja sama dengan serikat-serikat pekerja dalam menjalankan beberapa bidang ketenagakerjaan dan program magang untuk memfasilitasi akses perempuan di dalam tempat kerja. Demikian juga di dalam pelatihan teknik mereka menekankan perjuangan kesetaraan yang sepenuhnya di tempat kerja.
Di dalam usaha untuk menyampaikan pesan mereka, Mujeres Libres memiliki majalah yang di buat sendiri dan mereka juga menerbitkan beberapa artikel di terbitan-terbitan libertarian. Anggota-anggota organisasi mengunjungi daerah pedesaan untuk mengadakan propaganda keliling dan berbicara dengan kaum perempuan juga untuk membantu memperkuat kolektif-kolektif di pedesaan. Pepita Carpena berbagi pengalamannya ketika berada di sana:

“kami akan memanggil para perempuan dan menjelaskan mereka…bahwa ada sebuah peranan yang jelas untuk perempuan, bahwa perempuan tidak seharusnya melepaskan kemandirian mereka, bahwa perempuan bisa menjadi seorang ibu juga seorang ‘companera’ di saat yang bersamaan… seorang perempuan muda mendatangiku dan berkata, “ini sungguh menarik. Kami belum pernah mendengar kata-kata yang kamu bicarakan tadi. Kata-kata yang telah kami rasakan, namun kami tak mengetahuinya”…ide-ide yang mereka bicarakan paling sering? Adalah pembicaraan mengenai kekuasaan yang dipraktekkan laki-laki atas perempuan.. kegaduhan langsung terdengar seketika kamu berbicara, “kita jangan sampai membiarkan laki-laki berpikir bahwa mereka lebih unggul dari perempuan, bahwa kaum laki-laki memiliki hak untuk mengendalikan perempuan.” Menurutku perempuan Spanyol sudah menunggu panggilan semacam ini sejak lama.”

Cukup penting untuk mempertimbangkan konteks Spanyol di tahun 1930’an secara menyeluruh agar dapat memahami pencapaian Mujeres Libres selama revolusi sosial. Sebagaimana ketika mereka harus berjuang melawan pengkondisian sosial mereka, mereka juga harus melawan asumsi mengenai peranan perempuan yang tradisionil. Banyak artikel yang ditulis di koran-koran dan majalah anarkis berisi keluhan perihal bagaimana kawan-kawan seperjuangan laki-laki, tanpa membawa embel-embel kepercayaan politis mereka, masih memainkan peran ‘tuan’ di dalam rumah mereka sendiri dan berusaha menjaga pandangan mengenai peranan perempuan yang tradisional di dalam masyarakat.

“Para companeros ini, seradikal apapun mereka di kafe-kafe, di serikat, bahkan di dalam kelompok affinitas, rupanya melupakan ide-ide mereka yang mendukung pembebasan perempuan seketika mereka berada di rumah.” Di dalam konteks publik gerakan libertarian kaum perempuan seringkali tidak diakui dan tidak dihargai.

Untuk permasalahan semacam ini Mujeres Libres menekankan otonomi organisasional. Mereka percaya bahwa perempuan butuh sebuah organisasi yang terpisah untuk memfokuskan isu-isu yang lebih mengangkat masalah kaum perempuan. Mereka berpendapat bahwa hanya melalui aksi langsung dari diri mereka sendiri kaum perempuan dapat lebih percaya diri dan berkemampuan untuk berpartisipasi secara setara di dalam pergerakan anarkis.

Meskipun begitu Mujeres Libres tidak memisahkan perjuangan emansipasi perempuan dengan perjuangan kelas. Mereka menolak feminisme mainstream yang ambisinya “hanya untuk memberi akses lebih luas pada kaum perempuan golongan kelas tertentu untuk dapat berpartisipasi lebih penuh di dalam sistem privilese.” Mereka bahkan mendasari subordinasi perempuan sebagai hasil dari sebuah sistem hirarki yang lebih besar.
Revolusi menyebabkan perubahan-perubahan sosial yang dramatis. Cita-cita lama, asumsi-asumsi serta cara dalam berperilaku mulai dipertanyakan kembali. Mujeres Libres memang merupakan sebuah organisasi vital yang mengangkat isu yang belum pernah diangkat oleh organisasi-organisasi kiri lainnya pada saat itu. Revolusi sosial di capai oleh masyarakat, sebagaimana para perempuan di dalam Mujeres Libres, yang mendorong lebih jauh perubahan-perubahan radikal di dalam sebuah masyarakat yang demikian konservatif.
Nasib dari Mujeres Libres terikat dengan nasib dari keseluruhan revolusi sosial. Ketika pemerintahan republik, termasuk kepemimpinan CNT, mengkonsentrasikan diri pada ‘front popular’ melawan fasis Franco, revolusi sosial dan perubahan yang di ciptakan oleh Mujeres Libres mulai dikesampingkan. Tidak ada usaha apapun mengatasi golongan ‘anti-fasis’ dari kelas penguasa maupun untuk mengantagoniskan ‘demokrasi barat.’ Perang yang terjadi bukan untuk Spanyol yang baru, namun hanya untuk penguasa-penguasa parlementer yang akan menggantikan penguasa militer. Ketika ini terjadi revolusi pun ikut mati, dan perang melawan Franco di kalahkan.

“Ketika kaum republikan datang, banyak orang berbondong-bondong membongkar penjara dan membebaskan semua tahanan, dan aku juga ikut serta di dalam kejadian tersebut. Ada seorang laki-laki berteriak “persetan dengan tentara sipil”, “ persetan dengan politik” dan teriakan-teriakan serupa. Lalu aku berkata pada diriku sendiri “aha, dia seorang anarkis.” Ini merupakan pengalaman pertamaku berhadapan dengan seorang anarkis -dan dia tidak terlihat seperti seseorang yang bejat. Paras wajahnya mencerminkan kebaikan.” (Soledad Estorach)

Semua perempuan yang membangun organisasi Mujeres Libres aktif di dalam gerakan anarkis, entah itu di CNT ataupun FIJL, bagaimanapun, sebagai perempuan, mereka merupakan minoritas dan menemukan kesulitan ketika mengundang para perempuan untuk terlibat langsung di dalam aktifitas, hal ini bisa di sebabkan oleh seksisme dari kaum laki-laki maupun keengganan dari perempuan itu sendiri, atau malah kombinasi dari keduanya. Mereka mengeluh pada sikap teman-teman laki-laki anarkis mereka yang memperlakukan perempuan selayaknya ketika mereka berada di rumah atau bahkan malah menganggap remeh mereka di ruang-ruang publik. Para perempuan yang datang untuk mengikuti pertemuan seringkali terlebih dahulu di tertawai sebelum mereka berbicara sepatah kata pun.

Azecena Fernandez Barba tumbuh dengan dua orang tua yang sama-sama memiliki komitmen kepada pergerakan. Dia, bersama saudari perempuan dan saudara laki-lakinya membantu pembentukan Sol y Vida di Barcelona, namun dia mengomentari para laki-laki anarkis yang dia kenal sebagai berikut;
“Mereka berjuang, mereka pergi mogok, dan sebagainya. Namun di dalam rumah, mereka lebih buruk dari siapapun. Aku pikir kita harus berkaca pada hidup kita sendiri, hidup secara berbeda sebagaimana yang kita inginkan. Namun tidak. (bagi mereka), perjuangan, hanya ada di luar rumah. Di dalam rumah (keinginan kita) semuanya murni utopia.”

Perilaku seperti ini merefleksikan variasi pandangan-pandangan terhadap perempuan yang eksis di Spanyol, dari pandangan Proudhon yang seksis sampai Bakunin yang menekankan kesetaraan perempuan di setiap institusi sosial.

Bagaimana Mujeres Libres Dimulai
Dua kelompok di bentuk secara independen, satu di Barcelona dan satunya lagi di Madrid untuk membuat jurnal bagi Mujeres Libres. Cetakan pertama terbit di bulan mei 1936. Dua grup tersebut memiliki fokus yang berbeda, grup di Barcelona menginginkan aktifisme yang lebih luas dari perempuan yang telah terlibat di CNT, dimana Mujeres Libres ingin membuat penyadaran yang luas di kalangan perempuan secara menyeluruh.
Grup di Barcelona ini¸ menyadari kepentingan bersama mereka dan berafiliasi di bawah nama Agrupacion Mujeres Libres.

Kerja-kerja awal mereka adalah sebuah kombinasi dari penyebaran kesadaran dan aksi langsung. Mereka membangun jaringan anarkis perempuan untuk menciptakan dukungan yang mutual. Mereka membuat pertemuan satu sama lain, mengecek reportase perilaku seksis dan membicarakan strategi untuk mengatasinya.

Mereka membangun ‘pelayanan pengasuhan anak yang berpindah-pindah’ agar memungkinkan semakin banyaknya perempuan untuk terlibat di dalam aktifitas-aktifitas serikat.
Sebagaimana yang dikatakan Soledad: “ketika kami datang kesana, kami akan melakukan propaganda. Kami akan berbicara pada mereka mengenai ‘komunisme libertarian’ dan subyek-subyek lainnya. Sungguh kasihan, mereka akan berada di pertemuan dan pulang untuk di cerahami oleh kita! Kadang-kadang suami mereka pulang ke rumah dan bergabung dengan diskusi.”

Artikel-Artikel Macam Apa Yang di Hasilkan oleh Jurnal Mujeres Libres
Secara inisial Jurnal mereka tidak mengidentifikasikan diri sebagai anarkis, meski semua artikel yang berisi di dalamnya sangat libertarian, ini disebabkan oleh alasan mereka tidak mau mengalienasikan perempuan hanya karena label-label semacam ini. Namun setelah revolusi Jurnal ini berkolaborasi dengan CNT. Jurnal ini kemudian didistribusi dan diiklankan melalui jaringan-jaringan anarkis. Mereka agak kebingungan dengan terbitan-terbitan anarkis, ada banyaknya laki-laki anarkis yang ingin membantu distribusi sampai menawarkan penulisan artikel. Namun setelah itu mereka mulai menolaknya pelan-pelan, karena mereka pikir, sesuatu mengenai perempuan harus menjadi tugas perempuan untuk menulisnya.

Mereka mengorganisir perempuan-perempuan untuk melaporkan kenyataan kerja yang sedang mereka alami dan lakukan. Melaporkan soal-soal pemogokan sampai pekerjaan mereka sebagai pekerja pertanian. Pembangkitan kesadaran sangatlah penting, di setiap isu ada sebuah artikel mengenai perempuan-perempuan tertentu, mereka juga mengkontribusikan kolom di majalah-majalah anarkis lainnya.

Sejumlah tulisan yang mereka buat merupakan komentar-komentar politis yang terbuka: sebuah surat dari Emma Goldman menjelaskan keterbukaan dari ide-ide anarkis pekerja Welsh, sebuah kritik pada persatuan bangsa-bangsa dan asosiasi pekerja internasional untuk mengambil tindakan yang efektif terhadap invasi Italia ke Abyssinia dan sebuah analisis mengenai hukum yang mendiskriminasi perempuan.

Sebagai ekstra Jurnal juga menerbitkan artikel-artikel yang membahas permasalahan kultural dan pendidikan, ada sebuah review Modern Times karya Charlie Chaplin dan essay mengenai makna dari olah raga maupun ulasan kehidupan pekerja-pekerja pertanian.
Ada juga artikel-artikel yang biasanya nongol di majalah-majalah perempuan manapun, dari masalah perawatan anak sampai fashion.
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.