Senjata Pemusnah Masal


"Halo Salamualaikum"
"Wa'alaikumsalam dek"
"kakak lagi dimana?"
"di kos de, baru aja selesai pindahan ke kos baru, ade gimana keadaannya?"
"adek sehat kak, ade udah mulai home schooling persiapan mengejar untuk ujian tahun ini karena sudah ketinggalan banyak"
"adek emang udah gapapa? udah sehat?" tanyaku heran.
"gapapa kak, rambut adek sekarang juga sudah mulai tumbuh, sekarang mungkin persis kaya kakak, hehehe"

saya tersenyum kecil, sangat bahagia rasanya mendengarnya sudah bisa mengeluarkan sedikit candaan."david sama kamu gimana?" tanya saya penasaran siapa tau dapat jawaban yang saya inginkan.

"maksud kakak gimana?" tanyanya seperti keheranan mendengar pernyataan saya.
"ehh.. enggak dek,"
"apa sih kak, ada apa?, oh iya kak, aku udah denger tentang kak nisa semuanya dari dewi, kemarin dewi datang kerumah sama ibu kakak untuk nengok aku"

"oh gitu dek," jawabku seraya menghela nafas.
"yang sabar ya kak?"
"iya dek, udah kamu ga usah mikirin kaya gitu, istirahat saja dulu, jangan terlalu mikir yang macem-macem"
"kak, aku mau ketemu kakak, aku mau cerita sesuatu"
"cerita lewat telepon aja dek"
"engga bisa kak, mau cerita langsung"
"emang masalah apa dek?"
"aku ke jogja ya?"
"Jangan, ngapain, lagian kamu baru 3 bulan sembuh" larangku dengan nada agak sedikit keras.
"kalau gitu kakak yang kesini ya?"
"iya dek nanti liburan semester..."
"yah masih lama dong kak?"
"4 bulan lagi kok"

Drrt... tiba tiba panggilan telepon masuk membuat telpon saya yang sedang tertempel ditelinga bergetar, saya lihat panggilan itu bernama "Anisa", ingin rasanya saya angkat, namun sejak dijakarta beberapa kali ia coba menelepon saya, saya tidak jawab satupun panggilannya. ada rasa sedikit sakit hati yang saya rasakan ketika mendengar perkataan ibunya. Saya ingin berusaha untuk melupakan kejadian itu dan memaafkan segala kondisi, namun batin saya menolak, saya terlalu mencintai Annisa, terlalu menyayanginya, terlalu menginginkan dia untuk menjadi sesuatu yang saya tatap disaat membuka mata. namun apa daya, takdir sepertinya lain, alam seakan menarik kami berdua untuk terus saling menjauh.

"kenapa kak kok diam?" tanya dhanin penasaran.
"maaf dek, kakak tiba-tiba bengong hehehe?"
"kakak masih sering mikirin kak nisa ya?"
"enggak dek, sudah ah jangan ngomongin kak nisa terus"," oh iya dek, kakak sepertinya belum bisa ganti uang kamu yang pertama"
"apa sih kak,"jawabnya kesal
"IPK kakak hanya 2,6 sedangkan persyaratan untuk mengajukan beasiswa itu minimal 3, tapi kakak janji, semester besok akan mulai kakak cicil,"

"iya kak, terserah kakak aja, kakak kan kalau udah maunya mah maunya ga bisa dibantah hehehe"

saya pun tersenyum kecil, ternyata dia mengerti saya.

***

"Brak! brak! brak! vik, vik, buruan vik, cepetan!" ucap seseong bertelanjang dada didepan kamar mandi seraya memegangi perutnya.
"bentar put..., nanggung"

saya menonton kejadian itu setiap pagi disebuah ruang teras didepan kamar kami berempat. saat dimana viki mandi yang memakan waktu sangat lama namun tidak menjadikan dirinnya putih seperti yang di idam2kan, sedang putra yang selalu bangun terlambat dan tiba-tiba mules, saya yang mengalah seraya menonton kartun "sponge bob" membiarkan rutinitas wajib mereka berdua dipagi hari.

Namanya putra dan Viki, teman kos baru saya.

Putra adalah mahasiswa jurusan Geofisika, rahangnya agak mirip tukul arwana walaupun lebih runcing tukul arwana, mungkin dia salah satu sisa-sisa dari evolusi ptich Homo erectus paleojavanicus. Banyak ilmuwan pada saat itu yang juga mengajukan teori bahwa Manusia Jawa mungkin merupakan mata rantai yang hilang antara manusia kera dengan manusia modern saat ini. Saat ini, antropolog bersepakat bahwa leluhur manusia saat ini adalah Homo erectus yang hidup di Pulau Jawa. dan putra adalah salah satunya tentu saja dengan kecerdasan diatas rata-rata manusia modern yang tentunya tidak tampak dari penampilan fisiknya.

Viki, seorang jawara games dari tangerang, mahasiswa jurusan elektronika instrumentasi ini merupakan mahasiswa yang kelihatan paling "berada" dengan seringnya pulang pergi jakarta-tangerang menggunakan burung besi dibandingkan dengan saya, putra dan mas peri. untuk kepintaran dan kecerdasan, kadang diatas putra kadang dibawah putra, tidak menunjukan variabel yang tetap, namun tampilannya sih seperti orang pintar, walau kadang tak sesuai kenyataan. Kening/Jidatnya tertutup oleh poni rambutnya, namun jika dibuka dan bentangkan, cukup untuk menulis contekan ujian kalkulus atau bahkan jika dibentangkan ditanah sanggup menjadi landasan pacu pesawat Air Bus 380, tetapi hati-hati, sangat licin dan mengkilap.

Tunggu? saya sebut mas peri? ya namanya Peri, bukan Feri tapi pakai "P" dibaca Peri bukan seperti ibu peri, china tulen asal jakarta, nama chinanya tidak pernah diberi tahu. nama panjangnya? tidak ada, hanya Peri saja, cuma Peri, di KTP hanya tertulis Peri, 4 huruf, nama terpendek di dunia mungkin? sangat terinspirasi jackie chan, membuat mahasiswa biologi ini sering melakukan atraksi kungfu secara tiba-tiba dan menjadi kelihatan aneh. namun dia tidak gila, yang membuatnya gila adalah ketika nama Agnes Maunikah disebut apa lagi di hina, kepribadiannya yang kalem tiba-tiba berubah 180 derajat dan siap menghancurkan apa saja didepannya, ya bipolar dioserder hehehehe.. untuk kepintaran, orang inilah yang paling pintar diantara kami ber4, namun saking pintarnya kelakuannya kadang aneh dan tidak bisa ditebak.

"watttaaaa" teriak mas peri keluar dari kamar sambil menendang pintu kamar mandi, terlihat viki sedang jongkok di WC dan.. ahh saya tidak mau jelaskan.

"woi lu kenapa mas?"tanyaku yang kaget tiba-tiba pintu ditendang.
"saya membuat kedamaian"
"woi sialan lu mas" ucap viki sambil berusaha menutup pintu kamar mandi dan membalikan handuknya.
"woi vik, cebok dulu," ucap putra sambil nutup mata,
"hiiii... vik, ta*nya nempel dihanduk" ucap mas peri kegelian.
"sialan lu pada" teriak viki kesal

kami bertiga langsung masuk dan mengunci kamar masing masing karena viki berusaha mengibas-ngibaskan handuk yang sudah terkontaminasi partikel pembuangan tubuhnya kepada kami dengan tentu saja aroma yang kian menyebar.

"woi vik, jangan jorok taiii" teriak saya dari dalam kamar.
"woi vik udah vik" sahut putra yang sepertinya dari dalam kamar juga
"sini lu mas per,"
"amppun vik"
"halo...selamat pagi" ucap seorang wanita yang naik dari tangga menuju teras didepan kamar kami, "kyaaaaaa" wanita itu berteriak
.
oke, wanita itu melihat viki yang naked mungkin dengan partikel pembuangan yang masih tersisa di sela-sela, ah saya tidak mau sebut. viki langsung menggunakan jurus ninja saganya untuk menghilang menuju kamarnya, tanpa cebok? yap."maaf-maaf"

karena merasa kenal suara teriakan wanita itu saya pun memberanikan diri membuka pintu menantang nyawa menghadapi senjata biologis buatan viki dan ternyata benar wanita tadi felisiana. "put, mas per keluar, lock mode!" perintah saya, mas peri dan putra pun keluar kamar dan segera mengambil beberapa alat penghalang untuk mengunci pintu kamar viki. "done!"

"brak..brak..brak..! woi gue belom cebok!!"

Planet Bumi pun kembali normal aman dan damai, putra akhirnya masuk kamar mandi, mas peri kembali bertapa dikamarnya memulihkan tenaga dan saya mengajak felisiana masuk ke kamar saya namun dengan tetap pintu yang saya buka lebar,"masuk fel, maaf atas kejadian tadi ya, jangan ngobrol disini, masih ada sisa sisa gas radioaktif"

sementara suara gebrakan kamar semakin melemah, sepertinya viki terlihat pasrah atau mungkin mulai taksadarkan diri setelah diisolasi diruangan dengan senjata pemusnah masalnya, felisiana mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan kepada saya "aku ingin sembuh juna"

"sembuh dari apa?" tanyaku keheranan
"kamu ga usah berpura-pura, aku tau kamu sudah tau semuanya"
"aku masih ga paham maksud kamu"

tiba-tiba felisiana berdiri menutup kemudian mengunci pintu, dan langsung memeluk saya dengan sangat kencang, "buat saya menjadi wanita yang normal" ucapnya pelan seraya menciumi bibir saya.