- Beranda
- Stories from the Heart
Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]
...
TS
roni.riyanto
Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]
SELAMAT DATANG DI THREAD HORROR ANE YANG SEDERHANA
![Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]](https://dl.kaskus.id/i.pinimg.com/736x/ac/9e/c8/ac9ec8d17096742f52ebfbdcc70fa7e7--dark-art-photography-creepy-photography.jpg)
Assalamualaikum wr.wb
Spoiler for Pembukaan:
![Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]](https://dl.kaskus.id/3.bp.blogspot.com/-ne_rDQngRD8/Vk1ychXHIHI/AAAAAAAAJFs/GTFL1J3f6Mw/s1600/hantu%2Bpocong%2Bmenyeramkan.jpg)
Quote:
imut ya gan 

Quote:
PROLOG
Quote:
Kamu percaya hantu?
Atau kamu pernah Bertemu dengan mereka ?
ini adalah Kisahku.
Namaku Roni seorang berusia dua puluh satu tahun yang berprofesi sebagai penulis.
berawal dari rasa penasaranku melihat dunia lain untuk bahan tulisan dibuku baruku.
aku nekat membuka mata batinku sendiri dengan mencoba banyak ritual.
hingga suatu hari mendapati diriku mulai dapat melihat keberadaan MEREKA.
Siapa sangka ternyata setelah aku membuka mata batinku masalah demi masalah muncul,
dan ternyata masalah tersebut mengancam keselamatanku dan adikku Sheril . .
Atau kamu pernah Bertemu dengan mereka ?
ini adalah Kisahku.
Namaku Roni seorang berusia dua puluh satu tahun yang berprofesi sebagai penulis.
berawal dari rasa penasaranku melihat dunia lain untuk bahan tulisan dibuku baruku.
aku nekat membuka mata batinku sendiri dengan mencoba banyak ritual.
hingga suatu hari mendapati diriku mulai dapat melihat keberadaan MEREKA.
Siapa sangka ternyata setelah aku membuka mata batinku masalah demi masalah muncul,
dan ternyata masalah tersebut mengancam keselamatanku dan adikku Sheril . .
Quote:
FAQ:
Q: cerita dan karakter disini nyata gan ?
A: alur dan karakter disini fiksi, namun semua kejadian mistisnya diangkat dari pengalaman nyata TS dan kawan2 TS.
Q: TS pernah bibuka mata batin ?
A: pernah
, namun sekarang sudah ditutup karena alasan risih, bukan takut 
Q: risih kenapa gan ?
A: risih karena dikit2 kaget,dikit2 mual dan risih pas mandi ditongrongin neng kunti.
Q: jadi ini cuma karangan gan ?
A: cerita utama memang dikarang, namun kejadian mistis yang dialami oleh karakter sepenuhnya nyata pernah dialami TS dan kerabat TS
tapi untuk keseimbangan cerita ane tambahin unsur Fiksi biar ceritanya lebih dapet
Q: kapan update nya gan ?
A: biasanya saya update jam 20.00-24.00 Karena TS sedang sekolah bahasa updatenya cuma bisa seminggu sekali gansis. Update tiap malam minggu
Q: cerita dan karakter disini nyata gan ?
A: alur dan karakter disini fiksi, namun semua kejadian mistisnya diangkat dari pengalaman nyata TS dan kawan2 TS.
Q: TS pernah bibuka mata batin ?
A: pernah
, namun sekarang sudah ditutup karena alasan risih, bukan takut 
Q: risih kenapa gan ?
A: risih karena dikit2 kaget,dikit2 mual dan risih pas mandi ditongrongin neng kunti.
Q: jadi ini cuma karangan gan ?
A: cerita utama memang dikarang, namun kejadian mistis yang dialami oleh karakter sepenuhnya nyata pernah dialami TS dan kerabat TS
tapi untuk keseimbangan cerita ane tambahin unsur Fiksi biar ceritanya lebih dapetQ: kapan update nya gan ?
A: biasanya saya update jam 20.00-24.00 Karena TS sedang sekolah bahasa updatenya cuma bisa seminggu sekali gansis. Update tiap malam minggu
Quote:
Kalau agan dimari suka cerita saya, mohon untuk
share gan dan juga komengnya 
yang udah iso boleh timpuk ane pake
share gan dan juga komengnya 
yang udah iso boleh timpuk ane pake

Selamat Membaca
Quote:
PENTING
Just Info untuk Thread ini ane akan buat tamat di chapter 1, untuk lanjutan ceritanya bisa dibaca nanti di chapter 2 yang akan di posting di thread baru segera.
Terima Kasih
INDEX PART
Kesan Pertama (pengenalan bagi Roni )
1. Dunia lain
2. Buka Mata Batin
3. Penghuni Rumah
4. Hantu Penglaris
5. Hantu Anak Kecil
Sisipan sekilas Linda
POPI
6. Hantu Siswi
7. Hantu Penunggu Sekolah
8. Dijilat Hantu /
9. Hantu Toilet
SHERIL
10. Hantu Toilet 2
Biografi Karakter
11. Jurig Kincir 1..
12. Jurig Kincir 2 ..
Sisipan Real Story si Bray
13. Jurig Kincir (Sheril)
LINDA
14. Uyut Catam
15. Rumah Linda
16. Saingan Linda (Sheril)
17. Kematian Linda
GALIH
18. Kemah di Curug 18 Januari 2018
19. Sesajen 19 Januari 2018
20. Sesajen part Dua 20 Januari 2018
21. Sesajen part Tiga 21 Januari 2018
22. Buntelan kecil 27 Januari 2018
Cerpen Cheesecake
23. buntelan kecil dua 7 Februari 2018
24. Wanita ? 11 Februari 2018
25. Wanita Dua 24 Februari 2018
AYU
26. Kemah lagi 10 Maret 2018
27. Sareupna 17 Maret 2018
28. Bingung 24 Maret 2018
SHERIL (2)
29.Mimpi (Sheril) 26 Maret 2018
30. Rumah Anggi (Sheril) 31 Maret 2018
31. Siapa? (Sheril) 15 April 2018
RONI1. Dunia lain
2. Buka Mata Batin
3. Penghuni Rumah
4. Hantu Penglaris
5. Hantu Anak Kecil
Sisipan sekilas Linda
POPI
6. Hantu Siswi
7. Hantu Penunggu Sekolah
8. Dijilat Hantu /
9. Hantu Toilet
SHERIL
10. Hantu Toilet 2
Biografi Karakter
11. Jurig Kincir 1..
12. Jurig Kincir 2 ..
Sisipan Real Story si Bray
13. Jurig Kincir (Sheril)
LINDA
14. Uyut Catam
15. Rumah Linda
16. Saingan Linda (Sheril)
17. Kematian Linda
GALIH
18. Kemah di Curug 18 Januari 2018
19. Sesajen 19 Januari 2018
20. Sesajen part Dua 20 Januari 2018
21. Sesajen part Tiga 21 Januari 2018
22. Buntelan kecil 27 Januari 2018
Cerpen Cheesecake
23. buntelan kecil dua 7 Februari 2018
24. Wanita ? 11 Februari 2018
25. Wanita Dua 24 Februari 2018
AYU
26. Kemah lagi 10 Maret 2018
27. Sareupna 17 Maret 2018
28. Bingung 24 Maret 2018
SHERIL (2)
29.Mimpi (Sheril) 26 Maret 2018
30. Rumah Anggi (Sheril) 31 Maret 2018
31. Siapa? (Sheril) 15 April 2018
32. Ikan? 22 April 2018
33. Bayangan 29 April 2018
34. Masa Lalu 7 mei 2018
35. HATI 16 Mei 2018 ( Late Post)
36. Kakak 7 Juli 2018(Sheril)
37. Kakak-2 14 Agustus 2018(Sheril)
38. Perjalanan 3 Oktober 2018(Sheril)
BEGINNING
39. Permulaan 27 Oktober 2018(Sheril)
Teaser Chapter 2
Selamat pagi/siang/malam gansis yang suka mampir ke Thread ini, ane cuma mau bilang maaf karena ane baka vacum di dunia perinternetan untuk waktu yang bakalan lama. sebenernya udah ada lanjutan chapter 2 cuma ane ngerasa sangsi buat postingnya karena belum selesai 100%. jadi buat agan dan sista yang nunggu kelanjutannya harus berlapang dada karena ane mau vacum karena suatu alasan.
Terimakasih
Salam Kentang
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 80 suara
Gimana Ceritanya Gan ?
Bagus Ceritanya Serem.
65%
Lumayan Seram,
28%
Boring Gan .
8%
Diubah oleh roni.riyanto 10-01-2019 16:41
sulkhan1981 dan 9 lainnya memberi reputasi
8
306.9K
Kutip
1.7K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
roni.riyanto
#1533
Quote:
Part 36 (Sheril)
Kakak
Aku segera berlari kearah lobby rumah sakit setelah turun dari motor, beberapa kali aku mendengar suara orang menegurku agar jangan berlari di area rumah sakit. Aku tidak menghiraukan ucapan mereka karena sekarang Kakak-ku yang saat ini adalah satu-satunya keluarga yang kumiliki, sedang terbaring dirumah sakit karena mengalami sesuatu yang akupun belum tau secara detil alasannya.
Baru saja aku melihat sebuah tempat yang kupikir adalah lobby rumah sakit ini, disana sudah ada seorang pria yang kukenal merupakan seorang teman kakak yang kupikir namanya adalah Galih namun aku tidak begitu yakin. Dia meihat kearahku, wajahnya tampak gelisah melihat aku berlari kearahnya.
“Kakak temennya kak Roni kan? Sekarang kak Roni gimana ? kenapa bisa gitu?”
Tanpa memperdulikan sopan santun aku langsung bertanya kepadanya, untuk beberapa saat dia tampak ragu untuk bercerita. Namun perlahan setelah beberapa kali mengambil nafas panjang, akhirnya dia berbicara sembari memegang kedua sisi pundakku.
“Kakak kamu, baik-baik aja. Kamu gak usah khawatir, sekarang kondisinya udah stabil”
Dia langsung mengatakan keadaan kakak tanpa memberitahu alasan kenapa kakak harus mengalami perawatan dirumah sakit, sejenak aku terdiam dan memahami maksud orang ini mengatakan hal demikian. Mungkin tujuannya agar aku merasa tenang dan tidak khawatir, aku mencoba tenang dengan melakukan hal yang sama dengan cara menarik nafas dalam-dalam.
“Maaf kak tapi aku mau tau kenapa kok bisa kakak bisa sampe gitu?”
“Kejadiannya kita juga gak begitu ngerti Dek, kita semua selain Kakak kamu sama Ayu semuanya di Tenda. Anehnya kita semua kaya dalam pengaruh obat soalnya kita pas bangun siang banget, itupun kita dibangunin sama warga sekitar yang nemuin Kakak kamu sama mayat Ayu”
“Ayu? Mayat? Ayu siapa? Apa jangan-jangan?” aku mencoba agar tetap tenang.
Raut wajah teman kakak tampak sedang berpikir dan kebingungan, aku jadi berspekulasi jangan-jangan ada hal yang tidak beres dengan hal yang menimpa kakak-ku. Karena aku sudah merasa cukup tenang saat dia berkata bahwa kakak baik-baik saja, pikiranku menjadi teralihkan oleh wanita bernama Ayu ini, jangan-jangan dia adalah tetangga disaat kami kecil dahulu.
“Sheri!!”
Dari arah belakang terdengar seorang laki-laki yang memanggil namaku, Kak Andika rupanya. Dia tampak terengah-engah dengan sedikit keringat dipelipisnya, aku merasa sedikit heran kenapa dia sampai berkeringat hanya dengan berlari dari tempat parkir sampai kemari, bahkan dia tidak mampu menyusul lariku.
“Iya kak kenapa?”
“Gak apa-apa, Cuma pengen manggil nama kamu aja”
Aku hanya bisa memasang wajah datar melihat perilaku kak Andika, aku merasa dia tidak pandai berkomunikasi dengan orang lain. Aku merasa setiap perkataannya ketika mengobrol dirumah Anggi kemarin malam sungguhlah kaku dan membosankan, namun aku menjaga sikap agar perasaannya tidak terluka apalagi dia sudah berbaik hati mau mengantarkanku kemari.
“Ini siapa dek? Pacar kamu?” tanya Kak Galih.
“Eh bukan kak, dia senior aku disekolah. Kebetulan dia lagi ada main deket rumah pas Kakak kasih kabar, jadi dia mau jauh-jauh nganterin aku kesini”
Wajah kak Galih tampak sedikit heran sembari memandangi Kak Andika untuk beberapa saat, entahlah aku merasa kak Galih bersikap layaknya seorang ayah yang bertemu dengan pacar anak perempuannya untuk pertama kali.
“Hei Sher, kenapa masih disini? Bukannya kamu harus cepet ke ruangan kakak kamu dirawat, biasanya kan kalo di film atau sinetron kayak gitu langsung lari ke ruangan buru-buru” ujar Andika/
Mendengar Andika berkata demikian kak Galih segera mengajak kami untuk menuju keruangan kakak dirawat, aku masih belum tau hal apa yang menimpa kakak karena aku hanya diberitahu bawha kakak mengalami kecekalaan ditempat berkemah. Sepanjang koridor menuju ruangan kakak, kak Galih tampak seperti gelisah karena aku bisa melihat dengan jelas raut mukanya yang dengan sering menoleh kebawah dan kesamping ketika berjalan.
“Kak ada apa kok keliatannya gelisah gitu?” tanyaku.
“Eh gak apa-apa dek, eh itu didepan belok kiri itu tempat Roni dirawat”
Tanpa melanjutkan pertanyaan aku hanya menganggukan kepala dan terus berjalan, sesampainya didepan ruangan kakak disana aku melihat beberapa orang sedang duduk dilantai depan ruangan kakak. Ada dua orang laki-laki yang kupikir berusia 20 tahunan sedang menghisap rokok dengan ekspresi gelisah, karena RSUD ini bukanlah RS besar dan kakak dirawat di kelas III jadi mereka bisa menghisap rokok dilantai depan ruangan kakak yang berada dibawah pohon mahoni.
Kulihat didepan ruangan kakak tepatnya didekat pintu masuk ada dua orang wanita sedang duduk beralas tikar, aku mengenali dengan cepat salah satu wanita itu adalah ibu Popi sedangkan wanita satulagi aku baru melihatnya. Kulihat ibu Popi seperti sedang melamun dengan tatapan kosong serta aku bisa melihat bekas aliran air mata yang mengering, hal itu membuatku bertanya-tanya kenapa dia menangis.
“Dek ayo langsung masuk kedalem aja, biar temen kamu nunggu disini aja” ujar kak Galih.
“Eh iya Kak !”
Ketika berjalan memasuki ruangan kakak, aku tanpa sadar aku berhenti tepat diambang pintu dan terus melihat bu Popi yang tampak begitu sedih. Sebenarnya apa yang terjadi? Sementara kulihat dia tidak mengalami luka atau apapun, atau jangan-jangan?
“Kamu ngeliatin apa dek? Ayo cepet masuk !” tegur kak Galih.
“Eh enggak kak, maaf !”
Akupu berusaha mengabaikan keinginanku untuk mengetahui kenapa Bu Popi terlihat begitu sedih, dan bodohnya aku malah memikirkan hal itu bukannya memikirkan keadaan kakak. Entahlah apa mungkin aku percaya kepada kak Galih sehingga aku merasa yakin, bahwa keadaan kakak baik-baik saja.
Akhirnya aku berjalan kesudut ruangan, diruangan kelas III inii ada 3 buah ranjang pasien yang hanya dibatasi oleh tirai putih yang sudah usang. Diranjang dekat tembok ujung ruangan aku melihat kakakku terbaring dengan bagian siku diperban dan juga dipelipis kanannya menempel kapas yang kupikir digunakan untuk menutup luka.
Aku berdiri disamping kakak yang sedang terbaring, dia tampak sedang tertidur dimataku. Aku merasa keadaan kakak memang baik-baik saja, namun aku belum tau hal apa sebenarnya yang dialami oleh kakak ditambah dengan kejadian bu Popi yang menangis sedih.
“Kakak kamu jatuh dari tebing Dek, ya tebingnya mungkin sekitar 20 meter. Tapi ajaibnya dia selamat, mungkin karena dibawahnya ada pepohonan yang nahan badannya pas dia jatuh” ujar kak Galih dengan pelan.
“Jatuh dari tebing? Kok bisa?”
“Kita semua juga belum alesan pastinya dek kenapa kakak kamu bisa jatuh, tapi satu yang kita tahu ada bekas Gigitan ular dimayat Ayu!”
“Ayu? Ayu itu siapa kak?”
“Temen Kakak kamu pas kecil”
Sungguh aku merasa terkejut hingga aku terdiam untuk beberapa saat, tadinya aku berpikir mungkin Ayu itu adalah teman dari teman kakak. Aku begitu terkejut ketika mengetahui Ayu yang dimaksud adalah kak Ayu bekas tetangga kami ketika kecil.
“Kak Ayu? Kak Ayu meninggal?”
Aku dengan kak Ayu memang dekat ketika kami kecil, aku mengagumi kebaikannya sampai-sampai aku meniru kebiasaannya yaitu menimbun makanan manis. Anehnya aku hanya merasa kaget, tidak ada sedikitpun rasa sedih yang menghampiriku.
“Iya, kita juga gak begitu ngerti kenapa Ayu sama Roni bisa jatuh dari tebing sementara kakak waktu itu yakin kita semua udah masuk tenda buat tidur, parahnya lagi Ayu sampe meninggal”
Kak Galih berkata demikian dengan eksresi wajah yang kupikir sedang berada dibawah stress, aku memakluminya karena kakak pernah memberithuku bahwa kak Galih menjadi penanggung jawab ketika berkemah.
“Bisa kakak jelasin semuanya yang kakak tahu ke aku?”
Kak Galihpun menceritakan semua hal yang dia tahu, menurut penuturannya ketika itu sekitar pukul 10 pagi dia dan yang lain dibangunkan oleh beberapa orang yang ternyata adalah penduduk desa. Ketika dia bangun dia merasakan kepalanya sungguh pening, begitupun dengan istrinya yang mengatakan demikian dan merasa pening juga.
Para warga yang mendatangi mereka segera memberitahu Kak Galih bahwa mereka menemukan dua tubuh tergeletak dibawah tebing, mendengar hal itu Kak Galih langsung sigap keluar dari tenda dan pergi menuju bawah tebing bersama warga. Tanpa mengecek ketenda lain Kak Galih langsung bergegas meninggalkan tenda, dan betapa terkejutnya dia ketika melihat dua tubuh yang dimaksud adalah Kakak-ku dan Ayu.
Dia melihat kondisi Kak Ayu sangat mengenaskan, dan hal itu sangat mengundang perhatian karena mayatnya masih belum tersentuh dan tidak ditutupi layaknya korban kecelakaan dijalan raya. Ketika itu dia melihat dengan jelas dileher Kak Ayu tertancap ranting pohon seukuran jari tangan orang dewasa menembus lehernya, dan tanah disekitar tubuh kak Ayu terdapat darah yang menggumpal dan belum kering.
Disaat kak Galih terpaku melihat pemandangan yang terjadi dihadapannya, seorang warga berkata bahwa tubuh si Pria yang merupakan kakak-ku ternyata masih hidup. Mereka tidak melakukan pertolongan langsung dengan alasan takut dijadikan saksi oleh polisi dan memanggil Kak Galih yang mereka ketahui adalah teman dari kakak-ku.
Begitu mengetahui bahwa kakak masih hidup Kak Galih langsung mengecek keadaan kakak, dia berkata saat itu pelipis kakak terluka dan siku yang mendapat luka cukup besar namun tidak begitu parah. Badan kakak terasa sangat dingin ketika itu menurut penuturan kak Galih, mungkin saja efek karena terlalu lama diluar ruangan ditambah lokasi yang berada didataran tinggi.
Kak Galih meminta kepada warga untuk memindahkan jenazah kak Ayu agar segera diperlakukan dengan semestinya, sementara Kakak langsung dibawa ke RSUD terdekat. Mengenai bekas gigitan ular, kak Galih mengetahuinya dari pada warga yang mengurus jenazah dan sampai saat ini jenazah kak Ayu belum dikuburkan karena menunggu keputusan kak Galih apakah akan dibawa kekediamannya atau bagaimana.
Kak Galih berkata bahwa Kakak menerima tindakan pengobatan dan para petugas medis disini dengan cekatan menangani kakak, menurut mereka kondisi kakak tidak kritis hanya saja kakak membutuhkan transfusi darah karena dia kehilangan cukup banyak darah.
“Tok,,Tok,,,Tok!!” terdengar suara pintu diketuk.
Rupanya yang mengetuk adalah seorang dokter denga seorang perawat, perawakan dokter ini cukup tinggi dan mungkin berumur sekitar 50 tahunan terlihat dari rambutnya yang mulai memutih. Beliau berkata bahwa dia akan memeriksa kondisi kakak, Kak Galih memintaku untuk menunggu keluar ruangan dan menyuruhku untuk berbicara dengan bu Popi.
Aku dengan polosnya menuruti perkataannya dan berjalan meninggalkan ruangan kakak, entak kenapa aku tidak merasa khawatir dan percaya bahwa kondisi kakak baik-baik saja. Otakku sekarang dipenuhi pertanyaan apa yang sebenarnya kakak alami, ditambah kenapa dia menyuruhku untuk berbicara dengan bu Popi.
Akupun lantas bergegas meninggalkan ruangan kakak, diuar aku melihat dua orang pria tadi masih menghisap rokok mereka dengan ekspresi wajah gelisah. Disebelah kiriku ada dua orang wanita yang salah satunya adalah Bu Popi, sementara yang satu lagi kupikir adalah istri dari kak Galih karena dia didalam tadi bercerita kepala istrinya juga ikut pening.
“Kak permisi, kenalin saya Sheril adeknya Kak Roni!” ujarku sambil mengajak salaman kepada istri Kak Galih.
“Eh Iya Sheril, kakak udah tau kok kamu adeknya Roni soalnya wajahnya mirip” jawab istri Galih.
“Masa ah aku mirip sama kakak? Baru kali ini ada orang yang ngomong wajah aku mirip sama kakak” gumamku dalam hati.
“Kenalin aku Ratna istrinya Galih yang lagi didalem, kalo Ini namanya Popi, pacar kakak kamu !”
Aku merasa terkejut dan sedikit tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh kak Ratna, memang sebelumnya aku pernah melihat kakak dengan bu Popi berduaan ketika acara jurit malam disekolah tempo hari. Namun karena kakak waktu itu menjawab bahwa dia tidak berpacaran dengan bu Popi aku merasa lega, tapi sekarang malah hal berlainan yang dituturkan oleh kak Ratna.
“Pacar? Emang Kak Roni punya pacar?” tanyaku dengan gugup dan heran.
Kak Ratna hanya tersenyum lalu dia tampak mengambil dan membuka tas pinggang yang kupikir itu adalah milik kakak, kemudian dia mengeluarkan HP dari tas tersebut dan memberikannya kepadaku. Dengan wajah heran dan penasaran kuterima HP kakak dari tangan kak Ratna, sementara kulihat bu Popi masih saja melamun dengan tatapan kosongnya.
Aku dengan segera membuka Hp kakak dan memerikasanya, akupun langsung menyadari bahwa sekarang wallpaper Hp kakak sudah berganti dari wallpaper lamanya menjadi foto kakak dan bu Popi. Mereka berdua tampak bahagia dan menikmati moment itu sepertinya, dan pada foto itu tampak bu Popi memeluk kakak dari samping.
Aku merasa perasaanku menjadi tidak karuan, rasanya ingin marah kepada kakak yang tidak jujur bahwa dia ternyata berpacaran dengan bu Popi selama ini. Rasanya aku seperti terbakar api cemburu dan ingin segera melabrak bu Popi, namun pikiran itu seketika sirna ketika aku menolah kearah bu Popi yang ternyata sedang menatapku dengan air mata yang mengalir.
Saat ini bu Popi sedang menatapku dengan air mata yang mengalir, namun dia seperti berusaha memasang senyuman ketika bertatap muka denganku. Rasanya aku sungguh canggung dengan keadaan seperti ini, rasa cemburu yang tadi sempat membakar hati sekarang berubah menjadi rasa simpati.
“Ibu kenapa nangis?” tanyaku dengan polos biarpun aku tahu dia menangisi kakak.
Bukannya merespon perkataanku dengan jawaban, namun bu Popi malah memelukku sambil terus menangis. Untuk saat ini aku hanya bisa berusaha menenangkan bu Popi, tidak ada hal lain yang dapat kulakukan selain itu.
“Bu udah ya jangan nangis terus, kan sekarang kondisi kakak udah stabil. Ibu gak boleh sedih terus sebagai kekasih kakak, aku gak mau punya calon kakak ipar cengeng”
Aku berusaha menenangkan bu Popi sebisaku, biarpun sebenarnya jauh dilubuk hati aku merasa tidak rela kakak dimiliki oleh wanita lain. Namun apabila kakak memang memilih untuk bahagia dengan wanita yang dipilihnya, aku tidak bisa memaksakan kehendak apalagi kami secara hukum adalah adik kakak.
“Jangan panggil ibu dek, panggil kakak aja”
Aku merasa terkejut dan heran mendengar tiba-tiba bu Popi berkata demikian, layaknya dia seperti melupakan bahwa dia sekarang sedang menangisi kakak. Aku merasakan tangannya seperti sedang menyeka air matanya, posisi dia masih memelukku.
“Emmmm iya Kak Popi, sekarang kak Popi tenang dulu. Kasian kakak kalo nanti tau pacarnya sedih nangisin dia”
Kak Popi melepaskan pelukannya dariku dan menghapus air matanya, semua orang disini menatap kearah kami dengan senyum, bahkan dua orang laki-laki tadi yang merokok ikut tersenyum dan membuang puntung rokok mereka.
“Iya sekarang mah kamu jangan nangis terus Pop, sekarang mah kita baiknya berdoa buat Roni yang terbaik” Ujar kak Ratna.
Dua pria tadi berdiri dan duduk bersama kami para wanita duduk ditikar yang ukurannya tidak begitu besar, sedangkan aku tidak melihat keberadaan Kak Andika. Seingatku tadi ketika aku masuk kedalam ruangan, kak Andika menunggu diluar.
“Kak.. cowok yang tadi datang bareng aku kemana ya? Kok gak keliatan?”
“Oh cowok yang tadi, udah pulang dek katanya tadi ada telfon dari keluarganya. Itu pacar kamu dek?” tanya kak Ratna.
“Ih bukan kak, dia Cuma senior aku disekolah kok bukan siapa-siapa”
“Senior? Kok dari wajahnya malah kayak seumuran sama kakak kamu?”
“Iya dia umurnya emang sama kaya kak Roni, dia bilang dulu sempet berhentu sekolah karena ada sesuatu”
“Hoo pantes soalnya keliatan gitu gak kayak ABG lagi” ujar kak Ratna sambil tertawa kecil.
“Mbak, kira-kira nanti jenazah mbak Ayu mau digimanain keputusannya?”
Ujar seorang laki-laki yang ternyata bernama Ipin karena dia mengenakan jaket yang bertuliskan nama beserta posisi line dia bekerja, sehingga aku bisa berpikir demikian.
“Kalo urusan itu biar kita serahin ke Galih aja, soalnya dia yang lumayan tau tentang Ayu dari Roni. Kita tunggu aja toh sama warga udah dimandiin sama disholatin tadi siang” jawab kak Ratna.
Ditengah percakapan yang penting itu, tiba-tiba Dokter dan suster keluar dari ruangan kakak dan langsung pergi meninggalkan kami. Setelah itu kak Galih memintaku untuk masuk dan menunggu Kakak didalam, karena dia berkata akan memikirkan hal yang harus dilakukan dengan jenazah kak Ayu.
Didalam aku duduk disebuah kursi yang terbuat dari plastik seperti yang ada dihajatan, aku duduk disebelah kakak sambil memperhatikan alat transfusi darah yang dipasangkan ke Kakak. Aku tidak bisa membayangkan ekspresi kakak jika mereka memasangkan ini jika kakak dalam kondisi sadar, karena setauku selama ini kakak sangat takut dengan namanya jarum suntik dan jarum infusan.
Sambil menemani kakak didalam, kuisi waktuku dengan melihat foto-foto yang ada didalam HP kakak. Aku melihat banyak sekali foto dia bersama Kak Popi, 80% foto didominasi oleh foto dia dan kak Popi karena setahuku kakak jarang sekali memotret dirinya dan kupikir dia anti dengan kamera.
Ditengah-tengah rasa penasaranku melihat-lihat foto didalam HP, aku menemukan Foto yang menurutku ada kejanggalan karena aku melihat hal yang menurutku “menarik”. Disalah satu foto yang sedang kulihat ketika Kakak dan kak Popi berfoto dengan latar belakang sungai, aku melihat jauh dibelakang kakak tepatnya dibawah pohon ada seorang wanita menggunakan gaun kuning kusam dan usang.
“Penampakan!”
Tanpa sadar aku mengucapkannya dengan nada kencang, karena sudah lama sekali aku tidak melihat penampakan dalam bentuk foto. Hal ini membuatku bersemangat karena suka dengan hal-hal horor biarpun aku agak penakut, tapi aku selalu penasaran dengan penampakan biarpun aku bisa melihat penghuni rumah baru kami.
Ketika aku menaikan pandanganku kearah ranjang pasien kakak, alangkah terkejutnya aku melihat kakak sudah dalam posisi duduk dan memandang kearahku. Aku sama sekali tidak sadar kapan dia sadar dan langsung bangun perlahan seperti di sinetron yang biasa aku tonton.
“Kakak udah sadar ! alhamdulilah ya Allah” ujarku dan dengan refleks memeluknya.
“Ka....Kamu siapa?”
BERSAMBUNG
Kakak
Aku segera berlari kearah lobby rumah sakit setelah turun dari motor, beberapa kali aku mendengar suara orang menegurku agar jangan berlari di area rumah sakit. Aku tidak menghiraukan ucapan mereka karena sekarang Kakak-ku yang saat ini adalah satu-satunya keluarga yang kumiliki, sedang terbaring dirumah sakit karena mengalami sesuatu yang akupun belum tau secara detil alasannya.
Baru saja aku melihat sebuah tempat yang kupikir adalah lobby rumah sakit ini, disana sudah ada seorang pria yang kukenal merupakan seorang teman kakak yang kupikir namanya adalah Galih namun aku tidak begitu yakin. Dia meihat kearahku, wajahnya tampak gelisah melihat aku berlari kearahnya.
“Kakak temennya kak Roni kan? Sekarang kak Roni gimana ? kenapa bisa gitu?”
Tanpa memperdulikan sopan santun aku langsung bertanya kepadanya, untuk beberapa saat dia tampak ragu untuk bercerita. Namun perlahan setelah beberapa kali mengambil nafas panjang, akhirnya dia berbicara sembari memegang kedua sisi pundakku.
“Kakak kamu, baik-baik aja. Kamu gak usah khawatir, sekarang kondisinya udah stabil”
Dia langsung mengatakan keadaan kakak tanpa memberitahu alasan kenapa kakak harus mengalami perawatan dirumah sakit, sejenak aku terdiam dan memahami maksud orang ini mengatakan hal demikian. Mungkin tujuannya agar aku merasa tenang dan tidak khawatir, aku mencoba tenang dengan melakukan hal yang sama dengan cara menarik nafas dalam-dalam.
“Maaf kak tapi aku mau tau kenapa kok bisa kakak bisa sampe gitu?”
“Kejadiannya kita juga gak begitu ngerti Dek, kita semua selain Kakak kamu sama Ayu semuanya di Tenda. Anehnya kita semua kaya dalam pengaruh obat soalnya kita pas bangun siang banget, itupun kita dibangunin sama warga sekitar yang nemuin Kakak kamu sama mayat Ayu”
“Ayu? Mayat? Ayu siapa? Apa jangan-jangan?” aku mencoba agar tetap tenang.
Raut wajah teman kakak tampak sedang berpikir dan kebingungan, aku jadi berspekulasi jangan-jangan ada hal yang tidak beres dengan hal yang menimpa kakak-ku. Karena aku sudah merasa cukup tenang saat dia berkata bahwa kakak baik-baik saja, pikiranku menjadi teralihkan oleh wanita bernama Ayu ini, jangan-jangan dia adalah tetangga disaat kami kecil dahulu.
“Sheri!!”
Dari arah belakang terdengar seorang laki-laki yang memanggil namaku, Kak Andika rupanya. Dia tampak terengah-engah dengan sedikit keringat dipelipisnya, aku merasa sedikit heran kenapa dia sampai berkeringat hanya dengan berlari dari tempat parkir sampai kemari, bahkan dia tidak mampu menyusul lariku.
“Iya kak kenapa?”
“Gak apa-apa, Cuma pengen manggil nama kamu aja”
Aku hanya bisa memasang wajah datar melihat perilaku kak Andika, aku merasa dia tidak pandai berkomunikasi dengan orang lain. Aku merasa setiap perkataannya ketika mengobrol dirumah Anggi kemarin malam sungguhlah kaku dan membosankan, namun aku menjaga sikap agar perasaannya tidak terluka apalagi dia sudah berbaik hati mau mengantarkanku kemari.
“Ini siapa dek? Pacar kamu?” tanya Kak Galih.
“Eh bukan kak, dia senior aku disekolah. Kebetulan dia lagi ada main deket rumah pas Kakak kasih kabar, jadi dia mau jauh-jauh nganterin aku kesini”
Wajah kak Galih tampak sedikit heran sembari memandangi Kak Andika untuk beberapa saat, entahlah aku merasa kak Galih bersikap layaknya seorang ayah yang bertemu dengan pacar anak perempuannya untuk pertama kali.
“Hei Sher, kenapa masih disini? Bukannya kamu harus cepet ke ruangan kakak kamu dirawat, biasanya kan kalo di film atau sinetron kayak gitu langsung lari ke ruangan buru-buru” ujar Andika/
Mendengar Andika berkata demikian kak Galih segera mengajak kami untuk menuju keruangan kakak dirawat, aku masih belum tau hal apa yang menimpa kakak karena aku hanya diberitahu bawha kakak mengalami kecekalaan ditempat berkemah. Sepanjang koridor menuju ruangan kakak, kak Galih tampak seperti gelisah karena aku bisa melihat dengan jelas raut mukanya yang dengan sering menoleh kebawah dan kesamping ketika berjalan.
“Kak ada apa kok keliatannya gelisah gitu?” tanyaku.
“Eh gak apa-apa dek, eh itu didepan belok kiri itu tempat Roni dirawat”
Tanpa melanjutkan pertanyaan aku hanya menganggukan kepala dan terus berjalan, sesampainya didepan ruangan kakak disana aku melihat beberapa orang sedang duduk dilantai depan ruangan kakak. Ada dua orang laki-laki yang kupikir berusia 20 tahunan sedang menghisap rokok dengan ekspresi gelisah, karena RSUD ini bukanlah RS besar dan kakak dirawat di kelas III jadi mereka bisa menghisap rokok dilantai depan ruangan kakak yang berada dibawah pohon mahoni.
Kulihat didepan ruangan kakak tepatnya didekat pintu masuk ada dua orang wanita sedang duduk beralas tikar, aku mengenali dengan cepat salah satu wanita itu adalah ibu Popi sedangkan wanita satulagi aku baru melihatnya. Kulihat ibu Popi seperti sedang melamun dengan tatapan kosong serta aku bisa melihat bekas aliran air mata yang mengering, hal itu membuatku bertanya-tanya kenapa dia menangis.
“Dek ayo langsung masuk kedalem aja, biar temen kamu nunggu disini aja” ujar kak Galih.
“Eh iya Kak !”
Ketika berjalan memasuki ruangan kakak, aku tanpa sadar aku berhenti tepat diambang pintu dan terus melihat bu Popi yang tampak begitu sedih. Sebenarnya apa yang terjadi? Sementara kulihat dia tidak mengalami luka atau apapun, atau jangan-jangan?
“Kamu ngeliatin apa dek? Ayo cepet masuk !” tegur kak Galih.
“Eh enggak kak, maaf !”
Akupu berusaha mengabaikan keinginanku untuk mengetahui kenapa Bu Popi terlihat begitu sedih, dan bodohnya aku malah memikirkan hal itu bukannya memikirkan keadaan kakak. Entahlah apa mungkin aku percaya kepada kak Galih sehingga aku merasa yakin, bahwa keadaan kakak baik-baik saja.
Akhirnya aku berjalan kesudut ruangan, diruangan kelas III inii ada 3 buah ranjang pasien yang hanya dibatasi oleh tirai putih yang sudah usang. Diranjang dekat tembok ujung ruangan aku melihat kakakku terbaring dengan bagian siku diperban dan juga dipelipis kanannya menempel kapas yang kupikir digunakan untuk menutup luka.
Aku berdiri disamping kakak yang sedang terbaring, dia tampak sedang tertidur dimataku. Aku merasa keadaan kakak memang baik-baik saja, namun aku belum tau hal apa sebenarnya yang dialami oleh kakak ditambah dengan kejadian bu Popi yang menangis sedih.
“Kakak kamu jatuh dari tebing Dek, ya tebingnya mungkin sekitar 20 meter. Tapi ajaibnya dia selamat, mungkin karena dibawahnya ada pepohonan yang nahan badannya pas dia jatuh” ujar kak Galih dengan pelan.
“Jatuh dari tebing? Kok bisa?”
“Kita semua juga belum alesan pastinya dek kenapa kakak kamu bisa jatuh, tapi satu yang kita tahu ada bekas Gigitan ular dimayat Ayu!”
“Ayu? Ayu itu siapa kak?”
“Temen Kakak kamu pas kecil”
Sungguh aku merasa terkejut hingga aku terdiam untuk beberapa saat, tadinya aku berpikir mungkin Ayu itu adalah teman dari teman kakak. Aku begitu terkejut ketika mengetahui Ayu yang dimaksud adalah kak Ayu bekas tetangga kami ketika kecil.
“Kak Ayu? Kak Ayu meninggal?”
Aku dengan kak Ayu memang dekat ketika kami kecil, aku mengagumi kebaikannya sampai-sampai aku meniru kebiasaannya yaitu menimbun makanan manis. Anehnya aku hanya merasa kaget, tidak ada sedikitpun rasa sedih yang menghampiriku.
“Iya, kita juga gak begitu ngerti kenapa Ayu sama Roni bisa jatuh dari tebing sementara kakak waktu itu yakin kita semua udah masuk tenda buat tidur, parahnya lagi Ayu sampe meninggal”
Kak Galih berkata demikian dengan eksresi wajah yang kupikir sedang berada dibawah stress, aku memakluminya karena kakak pernah memberithuku bahwa kak Galih menjadi penanggung jawab ketika berkemah.
“Bisa kakak jelasin semuanya yang kakak tahu ke aku?”
Kak Galihpun menceritakan semua hal yang dia tahu, menurut penuturannya ketika itu sekitar pukul 10 pagi dia dan yang lain dibangunkan oleh beberapa orang yang ternyata adalah penduduk desa. Ketika dia bangun dia merasakan kepalanya sungguh pening, begitupun dengan istrinya yang mengatakan demikian dan merasa pening juga.
Para warga yang mendatangi mereka segera memberitahu Kak Galih bahwa mereka menemukan dua tubuh tergeletak dibawah tebing, mendengar hal itu Kak Galih langsung sigap keluar dari tenda dan pergi menuju bawah tebing bersama warga. Tanpa mengecek ketenda lain Kak Galih langsung bergegas meninggalkan tenda, dan betapa terkejutnya dia ketika melihat dua tubuh yang dimaksud adalah Kakak-ku dan Ayu.
Dia melihat kondisi Kak Ayu sangat mengenaskan, dan hal itu sangat mengundang perhatian karena mayatnya masih belum tersentuh dan tidak ditutupi layaknya korban kecelakaan dijalan raya. Ketika itu dia melihat dengan jelas dileher Kak Ayu tertancap ranting pohon seukuran jari tangan orang dewasa menembus lehernya, dan tanah disekitar tubuh kak Ayu terdapat darah yang menggumpal dan belum kering.
Disaat kak Galih terpaku melihat pemandangan yang terjadi dihadapannya, seorang warga berkata bahwa tubuh si Pria yang merupakan kakak-ku ternyata masih hidup. Mereka tidak melakukan pertolongan langsung dengan alasan takut dijadikan saksi oleh polisi dan memanggil Kak Galih yang mereka ketahui adalah teman dari kakak-ku.
Begitu mengetahui bahwa kakak masih hidup Kak Galih langsung mengecek keadaan kakak, dia berkata saat itu pelipis kakak terluka dan siku yang mendapat luka cukup besar namun tidak begitu parah. Badan kakak terasa sangat dingin ketika itu menurut penuturan kak Galih, mungkin saja efek karena terlalu lama diluar ruangan ditambah lokasi yang berada didataran tinggi.
Kak Galih meminta kepada warga untuk memindahkan jenazah kak Ayu agar segera diperlakukan dengan semestinya, sementara Kakak langsung dibawa ke RSUD terdekat. Mengenai bekas gigitan ular, kak Galih mengetahuinya dari pada warga yang mengurus jenazah dan sampai saat ini jenazah kak Ayu belum dikuburkan karena menunggu keputusan kak Galih apakah akan dibawa kekediamannya atau bagaimana.
Kak Galih berkata bahwa Kakak menerima tindakan pengobatan dan para petugas medis disini dengan cekatan menangani kakak, menurut mereka kondisi kakak tidak kritis hanya saja kakak membutuhkan transfusi darah karena dia kehilangan cukup banyak darah.
“Tok,,Tok,,,Tok!!” terdengar suara pintu diketuk.
Rupanya yang mengetuk adalah seorang dokter denga seorang perawat, perawakan dokter ini cukup tinggi dan mungkin berumur sekitar 50 tahunan terlihat dari rambutnya yang mulai memutih. Beliau berkata bahwa dia akan memeriksa kondisi kakak, Kak Galih memintaku untuk menunggu keluar ruangan dan menyuruhku untuk berbicara dengan bu Popi.
Aku dengan polosnya menuruti perkataannya dan berjalan meninggalkan ruangan kakak, entak kenapa aku tidak merasa khawatir dan percaya bahwa kondisi kakak baik-baik saja. Otakku sekarang dipenuhi pertanyaan apa yang sebenarnya kakak alami, ditambah kenapa dia menyuruhku untuk berbicara dengan bu Popi.
Akupun lantas bergegas meninggalkan ruangan kakak, diuar aku melihat dua orang pria tadi masih menghisap rokok mereka dengan ekspresi wajah gelisah. Disebelah kiriku ada dua orang wanita yang salah satunya adalah Bu Popi, sementara yang satu lagi kupikir adalah istri dari kak Galih karena dia didalam tadi bercerita kepala istrinya juga ikut pening.
“Kak permisi, kenalin saya Sheril adeknya Kak Roni!” ujarku sambil mengajak salaman kepada istri Kak Galih.
“Eh Iya Sheril, kakak udah tau kok kamu adeknya Roni soalnya wajahnya mirip” jawab istri Galih.
“Masa ah aku mirip sama kakak? Baru kali ini ada orang yang ngomong wajah aku mirip sama kakak” gumamku dalam hati.
“Kenalin aku Ratna istrinya Galih yang lagi didalem, kalo Ini namanya Popi, pacar kakak kamu !”
Aku merasa terkejut dan sedikit tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh kak Ratna, memang sebelumnya aku pernah melihat kakak dengan bu Popi berduaan ketika acara jurit malam disekolah tempo hari. Namun karena kakak waktu itu menjawab bahwa dia tidak berpacaran dengan bu Popi aku merasa lega, tapi sekarang malah hal berlainan yang dituturkan oleh kak Ratna.
“Pacar? Emang Kak Roni punya pacar?” tanyaku dengan gugup dan heran.
Kak Ratna hanya tersenyum lalu dia tampak mengambil dan membuka tas pinggang yang kupikir itu adalah milik kakak, kemudian dia mengeluarkan HP dari tas tersebut dan memberikannya kepadaku. Dengan wajah heran dan penasaran kuterima HP kakak dari tangan kak Ratna, sementara kulihat bu Popi masih saja melamun dengan tatapan kosongnya.
Aku dengan segera membuka Hp kakak dan memerikasanya, akupun langsung menyadari bahwa sekarang wallpaper Hp kakak sudah berganti dari wallpaper lamanya menjadi foto kakak dan bu Popi. Mereka berdua tampak bahagia dan menikmati moment itu sepertinya, dan pada foto itu tampak bu Popi memeluk kakak dari samping.
Aku merasa perasaanku menjadi tidak karuan, rasanya ingin marah kepada kakak yang tidak jujur bahwa dia ternyata berpacaran dengan bu Popi selama ini. Rasanya aku seperti terbakar api cemburu dan ingin segera melabrak bu Popi, namun pikiran itu seketika sirna ketika aku menolah kearah bu Popi yang ternyata sedang menatapku dengan air mata yang mengalir.
Saat ini bu Popi sedang menatapku dengan air mata yang mengalir, namun dia seperti berusaha memasang senyuman ketika bertatap muka denganku. Rasanya aku sungguh canggung dengan keadaan seperti ini, rasa cemburu yang tadi sempat membakar hati sekarang berubah menjadi rasa simpati.
“Ibu kenapa nangis?” tanyaku dengan polos biarpun aku tahu dia menangisi kakak.
Bukannya merespon perkataanku dengan jawaban, namun bu Popi malah memelukku sambil terus menangis. Untuk saat ini aku hanya bisa berusaha menenangkan bu Popi, tidak ada hal lain yang dapat kulakukan selain itu.
“Bu udah ya jangan nangis terus, kan sekarang kondisi kakak udah stabil. Ibu gak boleh sedih terus sebagai kekasih kakak, aku gak mau punya calon kakak ipar cengeng”
Aku berusaha menenangkan bu Popi sebisaku, biarpun sebenarnya jauh dilubuk hati aku merasa tidak rela kakak dimiliki oleh wanita lain. Namun apabila kakak memang memilih untuk bahagia dengan wanita yang dipilihnya, aku tidak bisa memaksakan kehendak apalagi kami secara hukum adalah adik kakak.
“Jangan panggil ibu dek, panggil kakak aja”
Aku merasa terkejut dan heran mendengar tiba-tiba bu Popi berkata demikian, layaknya dia seperti melupakan bahwa dia sekarang sedang menangisi kakak. Aku merasakan tangannya seperti sedang menyeka air matanya, posisi dia masih memelukku.
“Emmmm iya Kak Popi, sekarang kak Popi tenang dulu. Kasian kakak kalo nanti tau pacarnya sedih nangisin dia”
Kak Popi melepaskan pelukannya dariku dan menghapus air matanya, semua orang disini menatap kearah kami dengan senyum, bahkan dua orang laki-laki tadi yang merokok ikut tersenyum dan membuang puntung rokok mereka.
“Iya sekarang mah kamu jangan nangis terus Pop, sekarang mah kita baiknya berdoa buat Roni yang terbaik” Ujar kak Ratna.
Dua pria tadi berdiri dan duduk bersama kami para wanita duduk ditikar yang ukurannya tidak begitu besar, sedangkan aku tidak melihat keberadaan Kak Andika. Seingatku tadi ketika aku masuk kedalam ruangan, kak Andika menunggu diluar.
“Kak.. cowok yang tadi datang bareng aku kemana ya? Kok gak keliatan?”
“Oh cowok yang tadi, udah pulang dek katanya tadi ada telfon dari keluarganya. Itu pacar kamu dek?” tanya kak Ratna.
“Ih bukan kak, dia Cuma senior aku disekolah kok bukan siapa-siapa”
“Senior? Kok dari wajahnya malah kayak seumuran sama kakak kamu?”
“Iya dia umurnya emang sama kaya kak Roni, dia bilang dulu sempet berhentu sekolah karena ada sesuatu”
“Hoo pantes soalnya keliatan gitu gak kayak ABG lagi” ujar kak Ratna sambil tertawa kecil.
“Mbak, kira-kira nanti jenazah mbak Ayu mau digimanain keputusannya?”
Ujar seorang laki-laki yang ternyata bernama Ipin karena dia mengenakan jaket yang bertuliskan nama beserta posisi line dia bekerja, sehingga aku bisa berpikir demikian.
“Kalo urusan itu biar kita serahin ke Galih aja, soalnya dia yang lumayan tau tentang Ayu dari Roni. Kita tunggu aja toh sama warga udah dimandiin sama disholatin tadi siang” jawab kak Ratna.
Ditengah percakapan yang penting itu, tiba-tiba Dokter dan suster keluar dari ruangan kakak dan langsung pergi meninggalkan kami. Setelah itu kak Galih memintaku untuk masuk dan menunggu Kakak didalam, karena dia berkata akan memikirkan hal yang harus dilakukan dengan jenazah kak Ayu.
Didalam aku duduk disebuah kursi yang terbuat dari plastik seperti yang ada dihajatan, aku duduk disebelah kakak sambil memperhatikan alat transfusi darah yang dipasangkan ke Kakak. Aku tidak bisa membayangkan ekspresi kakak jika mereka memasangkan ini jika kakak dalam kondisi sadar, karena setauku selama ini kakak sangat takut dengan namanya jarum suntik dan jarum infusan.
Sambil menemani kakak didalam, kuisi waktuku dengan melihat foto-foto yang ada didalam HP kakak. Aku melihat banyak sekali foto dia bersama Kak Popi, 80% foto didominasi oleh foto dia dan kak Popi karena setahuku kakak jarang sekali memotret dirinya dan kupikir dia anti dengan kamera.
Ditengah-tengah rasa penasaranku melihat-lihat foto didalam HP, aku menemukan Foto yang menurutku ada kejanggalan karena aku melihat hal yang menurutku “menarik”. Disalah satu foto yang sedang kulihat ketika Kakak dan kak Popi berfoto dengan latar belakang sungai, aku melihat jauh dibelakang kakak tepatnya dibawah pohon ada seorang wanita menggunakan gaun kuning kusam dan usang.
“Penampakan!”
Tanpa sadar aku mengucapkannya dengan nada kencang, karena sudah lama sekali aku tidak melihat penampakan dalam bentuk foto. Hal ini membuatku bersemangat karena suka dengan hal-hal horor biarpun aku agak penakut, tapi aku selalu penasaran dengan penampakan biarpun aku bisa melihat penghuni rumah baru kami.
Ketika aku menaikan pandanganku kearah ranjang pasien kakak, alangkah terkejutnya aku melihat kakak sudah dalam posisi duduk dan memandang kearahku. Aku sama sekali tidak sadar kapan dia sadar dan langsung bangun perlahan seperti di sinetron yang biasa aku tonton.
“Kakak udah sadar ! alhamdulilah ya Allah” ujarku dan dengan refleks memeluknya.
“Ka....Kamu siapa?”
BERSAMBUNG
Diubah oleh roni.riyanto 03-07-2018 16:10
sulkhan1981 memberi reputasi
2
Kutip
Balas