- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Tak Sempurna
...
TS
aldiansyahdzs
Kisah Tak Sempurna
Quote:

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh.
Selamat pagi warga Kaskus di Seluruh Muka Bumi.
Terimakasih kepada Agan / Aganwati yang sudah mampir di Thread ini. Terimakasih pula untuk sesepuh dan moderator SFTH. Thread ini adalah thread pertama kali saya main kaskus . Saya berharap Thread pertama kali saya di Kaskus bisa membuat Agan / Aganwati terhibur dengan coretan sederhana saya ini.
Thread ini bercerita tentang kisah putih abu - abu seorang laki laki yang saya beri nama Erlangga. Dari pada penasaran, lebih baik langsung baca aja gan! Selamat galau eh selamat membacaaa.
NB; Kritik dan Saran sangat saya butuhkan agar saya dapat menulis lebih baik lagi.
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Keep in touch with me.
twitter: aldiansyahdzs
instagram : aldisabihat
twitter: aldiansyahdzs
instagram : aldisabihat
Diubah oleh aldiansyahdzs 17-06-2019 18:30
JabLai cOY dan 31 lainnya memberi reputasi
32
132.2K
879
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aldiansyahdzs
#636
Hallo Kang – Part 2
Hati mana yang tidak gusar saat orang yang dicintainya tak nampak. Perasaan mana yang tak karuan saat pujaan hati tak kunjung tiba. Jiwa mana yang tak tenang saat sang kekasih tak jumpa.
Aku masih menunggu kabar dari Dean. 5 hari berlalu, tidurku tidak pernah menentu. Kadang pertengahan malam kadang pula dini hari. Hanya untuk menunggu kabar dari Dean.
Tak ada nomor sanak – saudara Dean. Sehingga aku tak bisa mencari dia. Sosial medianya pun tidak ada update. Benar – benar ia hilang.
Ingin ku ceritakan jika di kampusku aku bertemu dengan teman – teman baru. Mereka sama asyiknya dengan teman – temanku semasa SMK. Ingin ku ceritakan bahwa aku kini jadi penghuni taman bersama teman – temanku. Ingin ku ceritakan bahwa aku kini sibuk mengerjakan tugas. Semuanya ingin ku ceritakan. Kemanakah kamu Dean?
Di sepanjang hari wajahku memang ceria ku bagikan gelak tawa bersama kawan. Setidaknya meskipun tawaku tidak nyata rasa tidak karuanku teratasi. Mereka bertanya apakah Dean sudah mengabariku atau belum? Ku jawab sudah saja. Aku tak ingin merusak kebahagian kawan – kawan.
Di kantin yang serba murah ini keuanganku terbantu. Satu kali makan hanya cukup 7000 – 10000. Aku sering menyebutnya warteg dalam kampus. Daftar menunya sangat sama dengan warteg – warteg biasa. Yang membuat berbeda adalah tambahan menu modern tapi harganya sangat mahasiswai (kata lain dari manusiawi hanya diganti mahasiswa) sekali.
Ku cek ponsel, hanya notifikasi pesan grup saja yang muncul. Ku cari nama Dean tidak ada. Semakin hari memang semakin gundah. Bayangkan saja tidak ada kabar, tidak tau ada dimana, tidak tau sedang dengan siapa. Ku coba untuk tetap berpikir positif, namun jika semakin hari semakin tidak ada kabar aku tak bisa berkompromi dengan hati.
Makanan yang kami pesan tiba. Perutku sebenarnya lapar tapi karena hatiku yang tidak menentu alhasil kombinasi lapar dengan hati yang tak menentu membuat selera makanku hilang.
Hati mana yang tidak gusar saat orang yang dicintainya tak nampak. Perasaan mana yang tak karuan saat pujaan hati tak kunjung tiba. Jiwa mana yang tak tenang saat sang kekasih tak jumpa.
Aku masih menunggu kabar dari Dean. 5 hari berlalu, tidurku tidak pernah menentu. Kadang pertengahan malam kadang pula dini hari. Hanya untuk menunggu kabar dari Dean.
Tak ada nomor sanak – saudara Dean. Sehingga aku tak bisa mencari dia. Sosial medianya pun tidak ada update. Benar – benar ia hilang.
Ingin ku ceritakan jika di kampusku aku bertemu dengan teman – teman baru. Mereka sama asyiknya dengan teman – temanku semasa SMK. Ingin ku ceritakan bahwa aku kini jadi penghuni taman bersama teman – temanku. Ingin ku ceritakan bahwa aku kini sibuk mengerjakan tugas. Semuanya ingin ku ceritakan. Kemanakah kamu Dean?
***
Di sepanjang hari wajahku memang ceria ku bagikan gelak tawa bersama kawan. Setidaknya meskipun tawaku tidak nyata rasa tidak karuanku teratasi. Mereka bertanya apakah Dean sudah mengabariku atau belum? Ku jawab sudah saja. Aku tak ingin merusak kebahagian kawan – kawan.
“Tin, pesen apa kau?” ujar Khanza mencoba menirukan gaya bicara orang medan.
“Kau tak usah meledek lah, tak pantas kau. Kopi hitam saja. Namanya apa aku lupa.”, jawab Martin tertawa.
“Aku nasi 1, kikil, tempe orek, minumnya mah sedikasihnya aja.”, ujarku tertawa.
“Kau tak usah meledek lah, tak pantas kau. Kopi hitam saja. Namanya apa aku lupa.”, jawab Martin tertawa.
“Aku nasi 1, kikil, tempe orek, minumnya mah sedikasihnya aja.”, ujarku tertawa.
Di kantin yang serba murah ini keuanganku terbantu. Satu kali makan hanya cukup 7000 – 10000. Aku sering menyebutnya warteg dalam kampus. Daftar menunya sangat sama dengan warteg – warteg biasa. Yang membuat berbeda adalah tambahan menu modern tapi harganya sangat mahasiswai (kata lain dari manusiawi hanya diganti mahasiswa) sekali.
Ku cek ponsel, hanya notifikasi pesan grup saja yang muncul. Ku cari nama Dean tidak ada. Semakin hari memang semakin gundah. Bayangkan saja tidak ada kabar, tidak tau ada dimana, tidak tau sedang dengan siapa. Ku coba untuk tetap berpikir positif, namun jika semakin hari semakin tidak ada kabar aku tak bisa berkompromi dengan hati.
Makanan yang kami pesan tiba. Perutku sebenarnya lapar tapi karena hatiku yang tidak menentu alhasil kombinasi lapar dengan hati yang tak menentu membuat selera makanku hilang.
“Digeser – geser aja terus nasinya, Ga. Kenapa makananya ga enak?”, Khanza mengagetkanku. Aku curiga dia tau apa yang sedang ku rasakan.
“Heeeee, enak kok tadi belum abis kunyahan aja.”, semoga alasanku ini tidak membuat ia curiga.
“Ga, ga, ga?”, Khanza berbisik.
“Kenapa si ah ganggu lagi makan.”, ujarku.
“Pasti kamu kenal orangnya.” Khanza menunjuk seorang perempuan. Kepalaku mencoba mengingat – ngingat siapakah orang itu.
“Heeeee, enak kok tadi belum abis kunyahan aja.”, semoga alasanku ini tidak membuat ia curiga.
“Ga, ga, ga?”, Khanza berbisik.
“Kenapa si ah ganggu lagi makan.”, ujarku.
“Pasti kamu kenal orangnya.” Khanza menunjuk seorang perempuan. Kepalaku mencoba mengingat – ngingat siapakah orang itu.
Diubah oleh aldiansyahdzs 30-06-2018 14:42
junti27 dan delet3 memberi reputasi
3
Tutup