- Beranda
- Stories from the Heart
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
...
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
![[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2](https://s.kaskus.id/images/2019/01/08/9503613_20190108120951.png)
Quote:
Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.
Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.
Terima kasih.
Spoiler for Perkenalan:
Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 09:31
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
274.3K
981
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
chrishana
#79
Chapter 8
Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Rendy yang kebetulan punya waktu luang, menyempatkan diri untuk mengunjungi rekan bawahannya yang terlihat sedang senggang. Di sana ada Vera, Anna, Tommy, dan beberapa rekan lainnya.
Vera melepas headset yang menempel di kepalanya yang tersambung langsung ke IP Phone miliknya lalu membantingnya ke atas meja. Setelah itu, dia pergi menuju pantry untuk menyendiri. Rendy dan Tommy yang melihat itu sontak kaget. Karena baru kali pertama Vera menunjukkan sikapnya yang seperti itu.
Anna merasa tak enak hati dengan Vera yang notabennya mempunyai rasa dengan Rendy. Rasa yang cukup dalam sampai-sampai tak bisa menahan kecemburuannya pada Anna. Setelah menghela napas panjang, perempuan berhijab dan berkaca mata ini membuka pintu pantrydengan perlahan.
Anna beranjak dari duduknya dan berjalan keluar. Berjalan perlahan-lahan menuju tempat duduknya. Di sana masih ada Rendy dan Tommy yang sedang menunggu sembari mengobrol. Anna langsung lemas mendapatkan respon negatif dari Vera yang sedang dibakar api cemburu.
Matahari sudah merangkak naik. Langit pun tampak cerah dan biru tanpa ada hiasan senyawa putih yang berbentuk seperti kapas melayang-layang di atasnya. Sinar yang dipancarkan oleh pusat tata surya berhasil meningkatkan suhu bumi. Tepat pukul 11.20 WIB, Rendy mengajak Anna untuk berangkat menuju tempat di mana Tasya dan Rendy sudah membuat janji.
Setelah itu, Rendy dan Anna pergi menuju area parkir sepeda motor. Area khusus untuk memarkirkan motor berkapasitas mesin lebih dari sama dengan dua ratus lima puluh. Rendy dan Anna memakai helm dan bersiap melaju ke tempat yang di tuju.
Sepuluh menit berlalu, ternyata sudah ada motor besutan negeri sakura yang sama dengan Rendy terparkir di depan sebuah restoran. Siapa lagi pemiliknya kalau bukan Danu. Di sana, tak hanya Danu dan Tasya. Ternyata ada satu perempuan yang menyebalkan tapi terkadang menyenangkan untuk Rendy. Siapa lagi kalau bukan Anita.
Dan pada akhirnya, mereka larut dalam kegembiraan. Anna menjadi lupa sesaat dengan masalah yang baru saja menghampiri hidupnya. Kini, suasana di kantor tak lagi seperti sebelumnya karena Vera menunjukkan sikap tak menyenangkan terhadap Anna.
“Eh, Pak Bos.” sapa Tommy.
“Hai, Tom!”
“Eh, Mas Rendy...” Vera menyapa.
“Gimana kerjaan kalian?” tanya Rendy.
“Alhamdulillah, gak ada masalah Mas.”
“Pokoknya, beres sama kita-kita Ren.” ujar Tommy.
“Mas, makan siang di mana nanti?” tanya Vera.
“Aku ada janji makan siang sama Anna nanti. Jadi kan nanti, Na?” tanya Rendy pada Anna.
“Oh, iya jadi, Ren...” jawab Anna.
“Berdua aja?” tanya Vera.
“Ya... Iya memang mau sama siapa lagi?” ujar Rendy.
“Oh, ya udah deh.” Vera berbalik badan dan memakai headsetkembali dengan wajah yang terlihat kecewa.
“Hei, bro!” Tommy bangkit dari duduknya dan merangkul Rendy.
“Apaan?”
“Itu kode.” ujar Tommy.
“Kode apaan? Java?”
“Ah, lo tuh bego atau gimana sih? Itu kode dia mau ngajak lo makan siang. Malah ditolak mentah-mentah. Pakai kau bilang mau makan sama Anna.” ujar Tommy pelan.
“Gak ngerti gue asli.” ujar Rendy.
“Vera cemburu itu. Mukanya langsung ditekuk gitu. Udah tau Vera suka sama kau. Ah, kalau bukan bos gue, udah gue makan lo.” ujar Tommy.
“Rendy...” panggil Anna.
“Iya, Na.”
“Nanti gak jadi aja deh... Aku gak enak sama Mbak Vera.”
“...”
“Aku gak mau buat masalah di sini.” ujar Anna.
“Masalah apa sih, Na? Aku yang ngajak kan tadi pagi.”
*BRAK!*
“Hai, Tom!”
“Eh, Mas Rendy...” Vera menyapa.
“Gimana kerjaan kalian?” tanya Rendy.
“Alhamdulillah, gak ada masalah Mas.”
“Pokoknya, beres sama kita-kita Ren.” ujar Tommy.
“Mas, makan siang di mana nanti?” tanya Vera.
“Aku ada janji makan siang sama Anna nanti. Jadi kan nanti, Na?” tanya Rendy pada Anna.
“Oh, iya jadi, Ren...” jawab Anna.
“Berdua aja?” tanya Vera.
“Ya... Iya memang mau sama siapa lagi?” ujar Rendy.
“Oh, ya udah deh.” Vera berbalik badan dan memakai headsetkembali dengan wajah yang terlihat kecewa.
“Hei, bro!” Tommy bangkit dari duduknya dan merangkul Rendy.
“Apaan?”
“Itu kode.” ujar Tommy.
“Kode apaan? Java?”
“Ah, lo tuh bego atau gimana sih? Itu kode dia mau ngajak lo makan siang. Malah ditolak mentah-mentah. Pakai kau bilang mau makan sama Anna.” ujar Tommy pelan.
“Gak ngerti gue asli.” ujar Rendy.
“Vera cemburu itu. Mukanya langsung ditekuk gitu. Udah tau Vera suka sama kau. Ah, kalau bukan bos gue, udah gue makan lo.” ujar Tommy.
“Rendy...” panggil Anna.
“Iya, Na.”
“Nanti gak jadi aja deh... Aku gak enak sama Mbak Vera.”
“...”
“Aku gak mau buat masalah di sini.” ujar Anna.
“Masalah apa sih, Na? Aku yang ngajak kan tadi pagi.”
*BRAK!*
Vera melepas headset yang menempel di kepalanya yang tersambung langsung ke IP Phone miliknya lalu membantingnya ke atas meja. Setelah itu, dia pergi menuju pantry untuk menyendiri. Rendy dan Tommy yang melihat itu sontak kaget. Karena baru kali pertama Vera menunjukkan sikapnya yang seperti itu.
“Tuh, liat sendiri kan, Rendy...” ujar Anna.
“Wah gawat, Ren. Peka dikit jadi cowok.” ujar Tommy.
“Lah, jadi gue yang salah...” Rendy kebingungan.
“Kapan sih cowok gak pernah salah? Hahahahaha....” Tommy tertawa dan kembali ke tempat duduknya.
“Udah nanti aku makan sama yang lain aja...” Anna juga ingin beranjak dari tempat duduknya.
“Tapi, aku udah bilang sama Tasya kalau mau makan sama-sama.” ujar Rendy sedikit memotong pembicaraan Anna.
“Bah! Siapa lagi itu Tasya?” tanya Tommy.
“Adeknya Rendy, Bang... Adek rasa pacar. Hahahahaha...” jawab Anna sambil meledek.
“Buaya juga kau, Ren! Hahahahaha...”
“Aku samperin Mbak Vera dulu.” ujar Anna.
“Tapi, nanti gimana?”
“Iya, jadi kok Ren... Aku juga mau ketemu Tasya.” jawab Anna.
“Wah gawat, Ren. Peka dikit jadi cowok.” ujar Tommy.
“Lah, jadi gue yang salah...” Rendy kebingungan.
“Kapan sih cowok gak pernah salah? Hahahahaha....” Tommy tertawa dan kembali ke tempat duduknya.
“Udah nanti aku makan sama yang lain aja...” Anna juga ingin beranjak dari tempat duduknya.
“Tapi, aku udah bilang sama Tasya kalau mau makan sama-sama.” ujar Rendy sedikit memotong pembicaraan Anna.
“Bah! Siapa lagi itu Tasya?” tanya Tommy.
“Adeknya Rendy, Bang... Adek rasa pacar. Hahahahaha...” jawab Anna sambil meledek.
“Buaya juga kau, Ren! Hahahahaha...”
“Aku samperin Mbak Vera dulu.” ujar Anna.
“Tapi, nanti gimana?”
“Iya, jadi kok Ren... Aku juga mau ketemu Tasya.” jawab Anna.
Anna merasa tak enak hati dengan Vera yang notabennya mempunyai rasa dengan Rendy. Rasa yang cukup dalam sampai-sampai tak bisa menahan kecemburuannya pada Anna. Setelah menghela napas panjang, perempuan berhijab dan berkaca mata ini membuka pintu pantrydengan perlahan.
“Mbak, Vera...” panggil Anna.
“...” Vera menatap Anna lalu memalingkah wajahnya.
“Mbak, kenapa?” tanya Anna.
“...”
“Aku gak ada maksud apa-apa, kok. Memang Rendy ngajak saya makan siang tadi pagi sebelum berangkat kerja. Dia juga ngajak adiknya, aku gak berdua aja sama Rendy.” ujar Anna.
“Gue gak peduli!” ujar Vera sedikit membentak.
“...” Anna hanya terdiam.
“Dari awal gue kenal dia, sampai gue beraniin diri deketin dia, dia gak pernah sekalipun ngajak gue makan siang bareng!” ujar Vera seraya memukul meja dengan kepalan tangannya.
“Ma... Maaf, Mbak...”
“Cih! Anak baru aja udah sok kenal dan sok dekat sama Mas Rendy!”
“Mbak, aku memang baru di sini... Tapi, aku kenal Rendy dari dua belas tahun lalu. Rendy adalah lelaki yang pernah mencintai dan dicintaiku, Mbak.”
“...” napas dari Vera menjadi tak beraturan dan tangisannya tak bisa disembunyikan.
“Aku permisi ya, Mbak.”
“Pergi sana! Gue enek liat muka lo!” ujar Vera dengan nada tinggi dan membentak.
“...” Vera menatap Anna lalu memalingkah wajahnya.
“Mbak, kenapa?” tanya Anna.
“...”
“Aku gak ada maksud apa-apa, kok. Memang Rendy ngajak saya makan siang tadi pagi sebelum berangkat kerja. Dia juga ngajak adiknya, aku gak berdua aja sama Rendy.” ujar Anna.
“Gue gak peduli!” ujar Vera sedikit membentak.
“...” Anna hanya terdiam.
“Dari awal gue kenal dia, sampai gue beraniin diri deketin dia, dia gak pernah sekalipun ngajak gue makan siang bareng!” ujar Vera seraya memukul meja dengan kepalan tangannya.
“Ma... Maaf, Mbak...”
“Cih! Anak baru aja udah sok kenal dan sok dekat sama Mas Rendy!”
“Mbak, aku memang baru di sini... Tapi, aku kenal Rendy dari dua belas tahun lalu. Rendy adalah lelaki yang pernah mencintai dan dicintaiku, Mbak.”
“...” napas dari Vera menjadi tak beraturan dan tangisannya tak bisa disembunyikan.
“Aku permisi ya, Mbak.”
“Pergi sana! Gue enek liat muka lo!” ujar Vera dengan nada tinggi dan membentak.
Anna beranjak dari duduknya dan berjalan keluar. Berjalan perlahan-lahan menuju tempat duduknya. Di sana masih ada Rendy dan Tommy yang sedang menunggu sembari mengobrol. Anna langsung lemas mendapatkan respon negatif dari Vera yang sedang dibakar api cemburu.
“Gimana, Dek?” tanya Tommy.
Anna menghela napas panjang, “Dia marah, Bang. Aku salah ngomong deh tadi kayaknya. Dia makin marah.”
“Memang kamu bilang apa?”
“Aku bilang, aku sama Rendy kenal dari dua belas tahun lalu... Kita saling...”
“Stop, Na! Jangan diterusin!” Rendy tiba-tiba memotong.
“Bah! Cerita kok setengah-setengah. Ada apa, Anna dengan kau, Ren?” tanya Tommy.
“Kepo, lo!”
****
Anna menghela napas panjang, “Dia marah, Bang. Aku salah ngomong deh tadi kayaknya. Dia makin marah.”
“Memang kamu bilang apa?”
“Aku bilang, aku sama Rendy kenal dari dua belas tahun lalu... Kita saling...”
“Stop, Na! Jangan diterusin!” Rendy tiba-tiba memotong.
“Bah! Cerita kok setengah-setengah. Ada apa, Anna dengan kau, Ren?” tanya Tommy.
“Kepo, lo!”
****
Matahari sudah merangkak naik. Langit pun tampak cerah dan biru tanpa ada hiasan senyawa putih yang berbentuk seperti kapas melayang-layang di atasnya. Sinar yang dipancarkan oleh pusat tata surya berhasil meningkatkan suhu bumi. Tepat pukul 11.20 WIB, Rendy mengajak Anna untuk berangkat menuju tempat di mana Tasya dan Rendy sudah membuat janji.
“Yuk, Na!” ajak Rendy.
“Iya, bentar. Aku holdtelepon dulu.”
“Iya, bentar. Aku holdtelepon dulu.”
Setelah itu, Rendy dan Anna pergi menuju area parkir sepeda motor. Area khusus untuk memarkirkan motor berkapasitas mesin lebih dari sama dengan dua ratus lima puluh. Rendy dan Anna memakai helm dan bersiap melaju ke tempat yang di tuju.
Sepuluh menit berlalu, ternyata sudah ada motor besutan negeri sakura yang sama dengan Rendy terparkir di depan sebuah restoran. Siapa lagi pemiliknya kalau bukan Danu. Di sana, tak hanya Danu dan Tasya. Ternyata ada satu perempuan yang menyebalkan tapi terkadang menyenangkan untuk Rendy. Siapa lagi kalau bukan Anita.
“Kak Anna!” teriak Tasya kegirangan dan memeluk Anna.
“Tasya! Kamu makin cantik aja.” ujar Anna seyara membalas pelukan Tasya.
“Hei, Na... Gue gak dipeluk juga?” ujar Danu.
“Nih!” Anna mengepalkan tangannya kepada Danu.
“Hahahahaha... Mantan lo galak, Ren.”
“Mantan?” Rendy kebingungan.
“Kayak kenal deh... Yang hobinya ke Taman Menteng ini ya...” ujar Anna kepada Anita.
“Hahahahaha... Iya kan kita pernah gak sengaja ketemu. Apa kabar, Na?” tanya Anita.
“Alhamdulillah, baik Kak Anita.” jawab Anna.
“Udah, pesan yang kalian mau. Aku yang bayarin.” ujar Rendy.
“Hore! Maksi gratis!” Danu teriak dengan antusias.
“Tasya! Kamu makin cantik aja.” ujar Anna seyara membalas pelukan Tasya.
“Hei, Na... Gue gak dipeluk juga?” ujar Danu.
“Nih!” Anna mengepalkan tangannya kepada Danu.
“Hahahahaha... Mantan lo galak, Ren.”
“Mantan?” Rendy kebingungan.
“Kayak kenal deh... Yang hobinya ke Taman Menteng ini ya...” ujar Anna kepada Anita.
“Hahahahaha... Iya kan kita pernah gak sengaja ketemu. Apa kabar, Na?” tanya Anita.
“Alhamdulillah, baik Kak Anita.” jawab Anna.
“Udah, pesan yang kalian mau. Aku yang bayarin.” ujar Rendy.
“Hore! Maksi gratis!” Danu teriak dengan antusias.
Dan pada akhirnya, mereka larut dalam kegembiraan. Anna menjadi lupa sesaat dengan masalah yang baru saja menghampiri hidupnya. Kini, suasana di kantor tak lagi seperti sebelumnya karena Vera menunjukkan sikap tak menyenangkan terhadap Anna.
jenggalasunyi dan 10 lainnya memberi reputasi
11