- Beranda
- Stories from the Heart
Kumpulan Pengalaman Misteri Dari Kecil Sampai Sekarang
...
TS
awan7892
Kumpulan Pengalaman Misteri Dari Kecil Sampai Sekarang
Chapter 1 : Perkenalan
Perkenalkan nama saya Awan (bukan nama sebenarnya), saya sejak kecil sering mengalami kejadian aneh yang terkadang tidak masuk di logika. Cerita pertama ini saya dapat dari ibu saya, karena tidak mungkin saya ingat kejadian saat bayi. Saya tinggal di suatu desa di salah satu kabupaten di Indonesia.
Pada tahun 1988 Ibu saya hamil anak pertama, namun pada usia kandungan 8 bulan Ibu saya merasa akan melahirkan, saat itu belum ada bidan di desa kalau sekarang sih sudah banyak, dokter juga banyak sekarang. Jadi ayah saya membawa dukun bayi kerumah. Saat itu orang tua saya tinggalnya masih numpang sama mertua, yaitu di rumah orang tuanya ibu saya.
Dukun bayi tersebut membantu persalinan ibu saya, tapi takdir berkata lain, anak pertama ibu saya atau kakak laki-laki saya meninggal ketika dilahirkan. Tahun 1990 ibu saya hamil lagi, tapi kakak kedua saya perempuan juga meninggal ketika dilahirkan pada usia kandungan 7 bulan. Pada akhir tahun 1991 ibu saya kembali hamil. Karena trauma dengan kehamilan-kehamilan sebelumnya ibu saya jadi takut, akhirnya ayah dan ibu saya mengunjungi sesepuh di desa saya.
Sesepuh desa meminta waktu seminggu lagi datang lagi karena dia ingin puasa dulu sebelum memberi saran meminta petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Seminggu kemudian kedua orang tua saya datang lagi. Sesepuh desa bilang jika saya lahir dengan selamat ibu saya harus mengikhlaskan saya untuk dibesarkan oleh orang lain yang sudah tua tapi tidak memiliki anak, nanti jika saya sudah punya adik saya baru boleh diambil lagi.
Setelah itu kedua orang tua saya pulang dan menceritakan hal tersebut ke kakek saya. Akhirnya diputuskan untuk menyetujui saran sesepuh desa. Setelah itu di carilah calon orang tua angkat saya. Ibu Ani (bukan nama sebenarnya) seorang janda ditinggal mati suaminya dan tidak memiliki anak dari desa sebelah tertarik untuk merawat saya dengan perjanjian saya boleh diambil lagi nantinya, dia setuju.
Bulan berganti bulan kandungan Ibu saya semakin besar, pada kandungan berumur 8 bulan setengah di tahun 1992 saya dilahirkan dengan selamat, tentu saja dibantu dengan dukun bayi. Ibu saya cerita kalau dukun bayi dulu memotong ari-ari menggunakan bambu, saya ga tahu gimana cara motongnya.
Saya baca di internet zaman dulu banyak kasus bayi meninggal setelah beberapa hari dilahirkan karena infeksi akibat tidak steril pemotongan ari-arinya. Alhamdulillah saya baik-baik saja sampai sekarang meskipun dipotongnya pakai bambu ari-arinya.
Masih kata internet akibat infeksi tadi jadi meninggal dengan tubuh membiru. Ibu saya cerita kalau bayi meninggal beberapa hari setelah dilahirkan dan membiru berarti habis disedot setan darahnya. Kasian setan zaman dulu dituduh jadi penyebab karena teknologi belum maju saat itu. Setelah saya lahir beberapa hari kemudian saya diserahkan pada Ibu Ani.
Saat itu motor masih merupakan barang mewah, umumnya warga kemana-mana pakai sepeda, begitu juga ayah saya membonceng ibu saya pakai sepeda menuju rumah Ibu Ani. Saat itu jalan aspal cuma di jalan-jalan besar, sedangkan jalan pedesaan masih berupa jalan setapak yg banyak batu-batunya.
Di perjalanan sepeda Ayah saya terjatuh dan saya terlepas dari pelukan Ibu saya. Saya terlempar ke arah batu-batu yang ukurannya cukup besar. Ibu saya pun panik langsung mendekati saya. Alhamdulillah ajaibnya ga ada luka sama sekali dan masih dalam posisi tidur dengan keadaan di bedong. Padahal Ayah dan Ibu saya lecet-lecet. Lalu kedua orang tua melanjutkan perjalanan. Sesampainya di rumah Ibu Ani saya diserahkan.
3 tahun kemudian Ibu saya melahirkan anak perempuan yaitu adik saya. Ibu saya pun datang menemui Ibu Ani, berniat untuk mengambil saya, tapi ibu saya cerita sayanya gamau, jadi diikhlaskan saya untuk Ibu Ani. Pada saat umur saya 5 tahun, Ibu Ani meninggal karena sakit. Pihak keluarga Ibu Ani ga ada yang mau mengurus saya, jadi saya dikembalikan ke kedua orang tua saya.
Itulah sedikit cerita mengenai kelahiran saya, untuk kisah misterinya akan saya lanjutkan di chapter selanjutnya.
Terima Kasih
Index
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Perkenalkan nama saya Awan (bukan nama sebenarnya), saya sejak kecil sering mengalami kejadian aneh yang terkadang tidak masuk di logika. Cerita pertama ini saya dapat dari ibu saya, karena tidak mungkin saya ingat kejadian saat bayi. Saya tinggal di suatu desa di salah satu kabupaten di Indonesia.
Pada tahun 1988 Ibu saya hamil anak pertama, namun pada usia kandungan 8 bulan Ibu saya merasa akan melahirkan, saat itu belum ada bidan di desa kalau sekarang sih sudah banyak, dokter juga banyak sekarang. Jadi ayah saya membawa dukun bayi kerumah. Saat itu orang tua saya tinggalnya masih numpang sama mertua, yaitu di rumah orang tuanya ibu saya.
Dukun bayi tersebut membantu persalinan ibu saya, tapi takdir berkata lain, anak pertama ibu saya atau kakak laki-laki saya meninggal ketika dilahirkan. Tahun 1990 ibu saya hamil lagi, tapi kakak kedua saya perempuan juga meninggal ketika dilahirkan pada usia kandungan 7 bulan. Pada akhir tahun 1991 ibu saya kembali hamil. Karena trauma dengan kehamilan-kehamilan sebelumnya ibu saya jadi takut, akhirnya ayah dan ibu saya mengunjungi sesepuh di desa saya.
Sesepuh desa meminta waktu seminggu lagi datang lagi karena dia ingin puasa dulu sebelum memberi saran meminta petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Seminggu kemudian kedua orang tua saya datang lagi. Sesepuh desa bilang jika saya lahir dengan selamat ibu saya harus mengikhlaskan saya untuk dibesarkan oleh orang lain yang sudah tua tapi tidak memiliki anak, nanti jika saya sudah punya adik saya baru boleh diambil lagi.
Setelah itu kedua orang tua saya pulang dan menceritakan hal tersebut ke kakek saya. Akhirnya diputuskan untuk menyetujui saran sesepuh desa. Setelah itu di carilah calon orang tua angkat saya. Ibu Ani (bukan nama sebenarnya) seorang janda ditinggal mati suaminya dan tidak memiliki anak dari desa sebelah tertarik untuk merawat saya dengan perjanjian saya boleh diambil lagi nantinya, dia setuju.
Bulan berganti bulan kandungan Ibu saya semakin besar, pada kandungan berumur 8 bulan setengah di tahun 1992 saya dilahirkan dengan selamat, tentu saja dibantu dengan dukun bayi. Ibu saya cerita kalau dukun bayi dulu memotong ari-ari menggunakan bambu, saya ga tahu gimana cara motongnya.
Saya baca di internet zaman dulu banyak kasus bayi meninggal setelah beberapa hari dilahirkan karena infeksi akibat tidak steril pemotongan ari-arinya. Alhamdulillah saya baik-baik saja sampai sekarang meskipun dipotongnya pakai bambu ari-arinya.
Masih kata internet akibat infeksi tadi jadi meninggal dengan tubuh membiru. Ibu saya cerita kalau bayi meninggal beberapa hari setelah dilahirkan dan membiru berarti habis disedot setan darahnya. Kasian setan zaman dulu dituduh jadi penyebab karena teknologi belum maju saat itu. Setelah saya lahir beberapa hari kemudian saya diserahkan pada Ibu Ani.
Saat itu motor masih merupakan barang mewah, umumnya warga kemana-mana pakai sepeda, begitu juga ayah saya membonceng ibu saya pakai sepeda menuju rumah Ibu Ani. Saat itu jalan aspal cuma di jalan-jalan besar, sedangkan jalan pedesaan masih berupa jalan setapak yg banyak batu-batunya.
Di perjalanan sepeda Ayah saya terjatuh dan saya terlepas dari pelukan Ibu saya. Saya terlempar ke arah batu-batu yang ukurannya cukup besar. Ibu saya pun panik langsung mendekati saya. Alhamdulillah ajaibnya ga ada luka sama sekali dan masih dalam posisi tidur dengan keadaan di bedong. Padahal Ayah dan Ibu saya lecet-lecet. Lalu kedua orang tua melanjutkan perjalanan. Sesampainya di rumah Ibu Ani saya diserahkan.
3 tahun kemudian Ibu saya melahirkan anak perempuan yaitu adik saya. Ibu saya pun datang menemui Ibu Ani, berniat untuk mengambil saya, tapi ibu saya cerita sayanya gamau, jadi diikhlaskan saya untuk Ibu Ani. Pada saat umur saya 5 tahun, Ibu Ani meninggal karena sakit. Pihak keluarga Ibu Ani ga ada yang mau mengurus saya, jadi saya dikembalikan ke kedua orang tua saya.
Itulah sedikit cerita mengenai kelahiran saya, untuk kisah misterinya akan saya lanjutkan di chapter selanjutnya.
Terima Kasih
Index
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Diubah oleh awan7892 28-06-2018 02:36
a.rizzky dan 2 lainnya memberi reputasi
3
5.1K
27
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
awan7892
#23
Chapter 11 : Teror Pocong Malam Ini 27-28 Juni 2018
Malam buat seluruh kaskuser. Sebelumnya saya menceritakan kejadian-kejadian di masa lalu yang pernah saya alami. Sebenarnya masih banyak kejadian mistis yang saya alami di masa lalu. Tapi saya belum sempat menulis ceritanya.
Tapi malam ini saya mengalami banyak kejadian mistis. Jadi saya akan menceritakannya sebelum saya lupa. Ketika saya mengetik ini, saya masih di ganggu dengan suara-suara yang terus menerus bermunculan.
Tanggal 27 Juni saya libur bekerja karena pemilu serentak. Saya tinggal sendirian karena memang belum menikah. Saya tidak tinggal dengan orang tua karena saya sudah membeli rumah sendiri. Belum lunas sih karena KPR.
Daripada rumah kosong jadi saya tinggal sendiri walaupun tiap hari saya kadang ke rumah ortu buat numpang makan kalau lagi malas beli makan. Sehari sebelumnya ketika saya lagi di rumah ortu, pak RT datang memberi 6 lembar kertas buat dibawa ketika mencoblos.
Di keluarga saya ada 6 orang yang sudah memiliki hak pilih. Saya belum mengurus pergantian KTP jadi alamatnya masih alamat ortu. Oleh karena itu saya hanya bisa mencoblos untuk pemilu di daerah kediaman ortu.
Di hari pemilu saya paginya sibuk cuci pakaian sendiri. Harap dimaklumi karena tinggal sendirian. Jam 10 pagi kira-kira saya baru liat kertasnya ternyata pemilu dilaksanakan jam 07.00-13.00. Saya bergegas menyelesaikan segala pekerjaan rumah.
Saya pergi beli makan dulu diluar. Setelah itu pergi ke rumah ortu. Pas di rumah ortu ternyata sudah Adzan Dzuhur. Jadi saya sholat dulu terus ngobrol-ngobrol dengan orang rumah. Jam 12.30 kira-kira saya menuju lokasi pemilu bersama ortu dan adik-adik saya dengan berjalan kaki.
Satu adik saya tidak ikut mencoblos karena sedang kuliah di provinsi lain. Jadi kami berangkat hanya berlima. Ternyata di tempat pemilihan masih ramai banyak orang. Saya dan keluarga hanya disuruh menyerahkan kertas yang kemarin dikasih dan disuruh menunggu nanti di panggil namanya.
Pemilu tahun ini berbeda dari pemilu sebelumnya. Pemilu sebelumnya saya datang bawa kertas yang diberi pak RT langsung mencoblos. Tidak menunggu seperti ini, apalagi menunggunya sangat lama. Jam 13.00 pemilihan di tutup. Orang yang belum memberikan kertas sudah tidak bisa mencoblos.
Kalau yang sudah memberikan kertas tapi belum dipanggil boleh mencoblos setelah dipanggil namanya. Saya dan keluarga baru dipanggil kira-kira jam 14.30, jadi saya dan keluarga baru bisa mencoblos saat itu. Saya mencoblos 2 kertas, kertas pemilihan gubernur dan kertas pemilihan bupati.
Disela-sela menunggu dipanggil namanya, saya bertemu dengan teman lama waktu SMA yang rumahnya beda RT dengan rumah ortu saya. Dia cerita kalau sahabat baik saya waktu SMA, istrinya melahirkan anak perempuan yang merupakan anak pertamanya beberapa hari yang lalu.
Kami pun janjian untuk silaturahmi ke rumah teman kami sehabis Isya. Setelah Isya saya pergi menjemput teman saya, dia ikut bonceng naik motor saya. Dia awalnya mau naik motor sendiri-sendiri. Tapi kata saya bonceng aja biar enak bisa sambil ngobrol.
Rumah teman kami ini di kabupaten lain. Ada dua jalur menuju rumahnya. Jalur pertama melalui kaki gunung dan jalur kedua tidak melalui kaki gunung. Gunung ini adalah gunung tertinggi di provinsi saya. Gunung tersebut diapit oleh 3 kabupaten.
Saya memilih melalui jalur kaki gunung karena lebih cepat. Jika melalui jalur kaki gunung perjalanan memakan waktu kurang lebih satu jam, sedangkan jika melalui jalur lain memakan waktu kurang lebih 90 menit. Perjalanan keberangkatan berlangsung lancar.
Meskipun kami melalui jalur yang kanan dan kirinya hutan. Alhamdulillah kami sampai tempat tujuan. Kami pun bersilaturahmi dengan teman kami. Tidak lupa saya memberi hadiah untuk Anak kawan saya yang baru beberapa hari lahir itu. Hadiah yang saya beli sore hari setelah mencoblos.
Setelah ngobrol banyak hal. Tidak terasa jam sudah menunjukkan kira-kira pukul 22.00. Karena sudah malam, kami izin pamit pulang. Teman saya menyarankan agar kami pulang melalui jalur yang 90 menit tapi ramai daripada lewat jalur kaki gunung yang rawan terjadi pembegalan.
Saya dan teman saya kelaparan. Jadi kami makan dulu di warung pecel lele pinggir jalan raya. Kami makan sambil ngobrol-ngobrol. Eh ga kerasa sudah jam 23.00 kurang aja. Kami buru-buru pulang, karena besok pagi sudah harus masuk kerja. Karena buru-buru kami memutuskan melalui jalur kaki gunung.
Sesampainya di jalan yang kanan dan kirinya hutan. Kami mencium bau terasi yang sangat menyengat di hidung. Mengapa mesti bau terasi, tidak bau yang lain saja, saya juga tidak tahu jawabannya. Saya secara tidak sengaja melihat sesosok pocong yang sedang bersender di pohon pisang.
Saya diam saja karena tidak ingin membuat teman saya panik. Saya mengira teman saya tidak melihat sosok tersebut. Saya pun mempercepat laju kendaraan agar segera sampai di rumah. Alhamdulillah saya telah sampai di kabupaten tempat saya tinggal, meskipun belum sampai rumah.
Teman saya menanyakan apa saya melihat sosok pocong di hutan. Ternyata teman saya juga melihatnya, saya kira hanya saya yang lihat. Saya antarkan teman saya sampai di rumahnya. Saya tadinya mau pulang ke rumah ortu saja, tapi niat tersebut saya urungkan karena sudah tengah malam, khawatir mengganggu keluarga yang sudah tidur.
Jadi saya pulang ke rumah saya sendiri. Sesampainya di rumah saya segera tidur. Lumayan beberapa jam juga. Ketika sudah ngantuk-ngantuknya, tiba-tiba ada suara yang sangat keras dari atap rumah. Suara seperti ada sesuatu yang jatuh. Rasa kantuk pun jadi mendadak hilang.
Saya pikir itu suara kucing atau tikus, tapi suara keras itu tidak muncul sekali, berkali-kali jadi sangat menggangu. Jadi saya terpaksa keluar rumah untuk mengecek ada apa sebenarnya. Ketika saya menengok ke arah atap rumah. Saya dibuat kaget, ada sosok pocong lagi loncat-loncat di atap rumah.
Anjrit, jin pocong yang di hutan ikut pulang. Saya pun segera masuk rumah dan masuk ke kamar. Sesampainya dikamar, suara dari atap sudah hilang. Beberapa saat kemudian, suara keran air menyala. Aduh, saya dikerjain nih, jangan-jangan tuh jin pocong nyalain air di kamar mandi.
Karena air PDAM bayarnya mahal, saya biasanya habis sekitar 200rb perbulan, lebih mahal dari listrik PLN yang pulsanya cuma habis sekitar 100rb perbulan. Saya terpaksa pergi ke kamar mandi untuk mematikan air. Eh ternyata tidak ada keran air yang menyala. Suara keran air juga sudah hilang. Saya kembali ke kamar.
Dikamar sudah tidak ada suara berisik lagi, mungkin jin pocongnya sudah pulang, jadi saya berniat tidur. Lagi-lagi ketika hampir terlelap, ada suara gedebug, suara sesuatu yang jatuh di atap. Saya tidak usah mengecek lagi, karena saya sudah tahu pelakunya. Karena kesal saya teriak menyuruh dia pergi, karena saya tidak takut, cuma capek aja ngeladeninnya.
Kenapa saya tidak takut, karena saya dari kecil sering mengalami kejadian mistis. Saya pernah ketemu orang yang indigo. Dia bilang saya punya aura yang bisa buat makhluk gaib tertarik mendekati. Tapi sudah beberapa bulan saya tidak mengalami kejadian mistis, hari ini baru kejadian lagi.
Jam kira-kira 01.30 saya mulai menulis ini, sambil menulis masih diganggu, kadang suara dari atap, suara orang berlari di depan kamar, suara seperti ada orang lagi mandi di kamar mandi, dll. Tidak terasa sudah sekitar jam 02.30. saya offline dulu, mau coba memulangkan si pengganggu yang ikut pulang. Terima kasih sudah membaca kisah saya
Tapi malam ini saya mengalami banyak kejadian mistis. Jadi saya akan menceritakannya sebelum saya lupa. Ketika saya mengetik ini, saya masih di ganggu dengan suara-suara yang terus menerus bermunculan.
Tanggal 27 Juni saya libur bekerja karena pemilu serentak. Saya tinggal sendirian karena memang belum menikah. Saya tidak tinggal dengan orang tua karena saya sudah membeli rumah sendiri. Belum lunas sih karena KPR.
Daripada rumah kosong jadi saya tinggal sendiri walaupun tiap hari saya kadang ke rumah ortu buat numpang makan kalau lagi malas beli makan. Sehari sebelumnya ketika saya lagi di rumah ortu, pak RT datang memberi 6 lembar kertas buat dibawa ketika mencoblos.
Di keluarga saya ada 6 orang yang sudah memiliki hak pilih. Saya belum mengurus pergantian KTP jadi alamatnya masih alamat ortu. Oleh karena itu saya hanya bisa mencoblos untuk pemilu di daerah kediaman ortu.
Di hari pemilu saya paginya sibuk cuci pakaian sendiri. Harap dimaklumi karena tinggal sendirian. Jam 10 pagi kira-kira saya baru liat kertasnya ternyata pemilu dilaksanakan jam 07.00-13.00. Saya bergegas menyelesaikan segala pekerjaan rumah.
Saya pergi beli makan dulu diluar. Setelah itu pergi ke rumah ortu. Pas di rumah ortu ternyata sudah Adzan Dzuhur. Jadi saya sholat dulu terus ngobrol-ngobrol dengan orang rumah. Jam 12.30 kira-kira saya menuju lokasi pemilu bersama ortu dan adik-adik saya dengan berjalan kaki.
Satu adik saya tidak ikut mencoblos karena sedang kuliah di provinsi lain. Jadi kami berangkat hanya berlima. Ternyata di tempat pemilihan masih ramai banyak orang. Saya dan keluarga hanya disuruh menyerahkan kertas yang kemarin dikasih dan disuruh menunggu nanti di panggil namanya.
Pemilu tahun ini berbeda dari pemilu sebelumnya. Pemilu sebelumnya saya datang bawa kertas yang diberi pak RT langsung mencoblos. Tidak menunggu seperti ini, apalagi menunggunya sangat lama. Jam 13.00 pemilihan di tutup. Orang yang belum memberikan kertas sudah tidak bisa mencoblos.
Kalau yang sudah memberikan kertas tapi belum dipanggil boleh mencoblos setelah dipanggil namanya. Saya dan keluarga baru dipanggil kira-kira jam 14.30, jadi saya dan keluarga baru bisa mencoblos saat itu. Saya mencoblos 2 kertas, kertas pemilihan gubernur dan kertas pemilihan bupati.
Disela-sela menunggu dipanggil namanya, saya bertemu dengan teman lama waktu SMA yang rumahnya beda RT dengan rumah ortu saya. Dia cerita kalau sahabat baik saya waktu SMA, istrinya melahirkan anak perempuan yang merupakan anak pertamanya beberapa hari yang lalu.
Kami pun janjian untuk silaturahmi ke rumah teman kami sehabis Isya. Setelah Isya saya pergi menjemput teman saya, dia ikut bonceng naik motor saya. Dia awalnya mau naik motor sendiri-sendiri. Tapi kata saya bonceng aja biar enak bisa sambil ngobrol.
Rumah teman kami ini di kabupaten lain. Ada dua jalur menuju rumahnya. Jalur pertama melalui kaki gunung dan jalur kedua tidak melalui kaki gunung. Gunung ini adalah gunung tertinggi di provinsi saya. Gunung tersebut diapit oleh 3 kabupaten.
Saya memilih melalui jalur kaki gunung karena lebih cepat. Jika melalui jalur kaki gunung perjalanan memakan waktu kurang lebih satu jam, sedangkan jika melalui jalur lain memakan waktu kurang lebih 90 menit. Perjalanan keberangkatan berlangsung lancar.
Meskipun kami melalui jalur yang kanan dan kirinya hutan. Alhamdulillah kami sampai tempat tujuan. Kami pun bersilaturahmi dengan teman kami. Tidak lupa saya memberi hadiah untuk Anak kawan saya yang baru beberapa hari lahir itu. Hadiah yang saya beli sore hari setelah mencoblos.
Setelah ngobrol banyak hal. Tidak terasa jam sudah menunjukkan kira-kira pukul 22.00. Karena sudah malam, kami izin pamit pulang. Teman saya menyarankan agar kami pulang melalui jalur yang 90 menit tapi ramai daripada lewat jalur kaki gunung yang rawan terjadi pembegalan.
Saya dan teman saya kelaparan. Jadi kami makan dulu di warung pecel lele pinggir jalan raya. Kami makan sambil ngobrol-ngobrol. Eh ga kerasa sudah jam 23.00 kurang aja. Kami buru-buru pulang, karena besok pagi sudah harus masuk kerja. Karena buru-buru kami memutuskan melalui jalur kaki gunung.
Sesampainya di jalan yang kanan dan kirinya hutan. Kami mencium bau terasi yang sangat menyengat di hidung. Mengapa mesti bau terasi, tidak bau yang lain saja, saya juga tidak tahu jawabannya. Saya secara tidak sengaja melihat sesosok pocong yang sedang bersender di pohon pisang.
Saya diam saja karena tidak ingin membuat teman saya panik. Saya mengira teman saya tidak melihat sosok tersebut. Saya pun mempercepat laju kendaraan agar segera sampai di rumah. Alhamdulillah saya telah sampai di kabupaten tempat saya tinggal, meskipun belum sampai rumah.
Teman saya menanyakan apa saya melihat sosok pocong di hutan. Ternyata teman saya juga melihatnya, saya kira hanya saya yang lihat. Saya antarkan teman saya sampai di rumahnya. Saya tadinya mau pulang ke rumah ortu saja, tapi niat tersebut saya urungkan karena sudah tengah malam, khawatir mengganggu keluarga yang sudah tidur.
Jadi saya pulang ke rumah saya sendiri. Sesampainya di rumah saya segera tidur. Lumayan beberapa jam juga. Ketika sudah ngantuk-ngantuknya, tiba-tiba ada suara yang sangat keras dari atap rumah. Suara seperti ada sesuatu yang jatuh. Rasa kantuk pun jadi mendadak hilang.
Saya pikir itu suara kucing atau tikus, tapi suara keras itu tidak muncul sekali, berkali-kali jadi sangat menggangu. Jadi saya terpaksa keluar rumah untuk mengecek ada apa sebenarnya. Ketika saya menengok ke arah atap rumah. Saya dibuat kaget, ada sosok pocong lagi loncat-loncat di atap rumah.
Anjrit, jin pocong yang di hutan ikut pulang. Saya pun segera masuk rumah dan masuk ke kamar. Sesampainya dikamar, suara dari atap sudah hilang. Beberapa saat kemudian, suara keran air menyala. Aduh, saya dikerjain nih, jangan-jangan tuh jin pocong nyalain air di kamar mandi.
Karena air PDAM bayarnya mahal, saya biasanya habis sekitar 200rb perbulan, lebih mahal dari listrik PLN yang pulsanya cuma habis sekitar 100rb perbulan. Saya terpaksa pergi ke kamar mandi untuk mematikan air. Eh ternyata tidak ada keran air yang menyala. Suara keran air juga sudah hilang. Saya kembali ke kamar.
Dikamar sudah tidak ada suara berisik lagi, mungkin jin pocongnya sudah pulang, jadi saya berniat tidur. Lagi-lagi ketika hampir terlelap, ada suara gedebug, suara sesuatu yang jatuh di atap. Saya tidak usah mengecek lagi, karena saya sudah tahu pelakunya. Karena kesal saya teriak menyuruh dia pergi, karena saya tidak takut, cuma capek aja ngeladeninnya.
Kenapa saya tidak takut, karena saya dari kecil sering mengalami kejadian mistis. Saya pernah ketemu orang yang indigo. Dia bilang saya punya aura yang bisa buat makhluk gaib tertarik mendekati. Tapi sudah beberapa bulan saya tidak mengalami kejadian mistis, hari ini baru kejadian lagi.
Jam kira-kira 01.30 saya mulai menulis ini, sambil menulis masih diganggu, kadang suara dari atap, suara orang berlari di depan kamar, suara seperti ada orang lagi mandi di kamar mandi, dll. Tidak terasa sudah sekitar jam 02.30. saya offline dulu, mau coba memulangkan si pengganggu yang ikut pulang. Terima kasih sudah membaca kisah saya
meqiba dan rassof memberi reputasi
2