- Beranda
- Stories from the Heart
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
...
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
![[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2](https://s.kaskus.id/images/2019/01/08/9503613_20190108120951.png)
Quote:
Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.
Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.
Terima kasih.
Spoiler for Perkenalan:
Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 09:31
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
274.3K
981
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
chrishana
#18
Chapter 5
“Ciee...” ledek perempuan yang duduk di samping Vanessa.
“Ih, apaan sih...” Vanessa tersipu malu.
“Baru hari pertama, udah jalan bareng sama cowok. Ganteng banget lagi.” ujar teman sebelahnya.
“Itu kebetulan aja ketemu tadi pagi.” Vanessa berkata dengan menahan malu.
****
“Ih, apaan sih...” Vanessa tersipu malu.
“Baru hari pertama, udah jalan bareng sama cowok. Ganteng banget lagi.” ujar teman sebelahnya.
“Itu kebetulan aja ketemu tadi pagi.” Vanessa berkata dengan menahan malu.
****
Namanya Vanessa Agustine. Seorang perempuan yang masih berusia dua puluh satu tahun. Dia bekerja sebagai resepsionis di tempat di mana Rendy bekerja juga di sana. Pagi sampai sore hari, Vanessa berstatus sebagai pekerja. Jika sudah sore hingga malam, dia melanjutkan aktivitasnya sebagai mahasiswa kelas karyawan.
Vanessa adalah resepsionis yang paling cantik di antara resepsionis yang lain. Kulitnya kuning langsat dan cerah. Rambutnya hitam, lurus, panjang hingga menutupi lehernya. Bentuk tubuhnya ideal, idaman semua kaum adam di muka bumi ini. Langsing, namun padat dan berisi.
****
Waktu berjalan perlahan-lahan. Di mana matahari yang merangkak perlahan, kini sudah tepat berada di atas kepala. Itu artinya, waktu istirahat telah tiba. Vanessa hanya bisa menghela napas panjang karena dompetnya tertinggal. Dia hanya mengandalkan sarapan tadi pagi untuk bisa bertahan sampai malam hari.
“Makan ga, Nes?” tanya teman sebelahnya yang dengan nametag"Nayla Putri Alesha" yang terpasang di blazer miliknya.
“Nggak deh, Nay... Lo aja.” ujar Vanessa.
“Kenapa? Lagi diet?” tanya Nayla.
“Nggak kok.”
“Atau... Oh, janjian sama mas ganteng tadi pagi? Hahahahaha...” Nayla meledek.
“Ih, apaan sih!”
“Duluan ya. Daaahhh...” Nayla melambaikan tangannya seraya berjalan meninggalkan Vanessa duduk sendiri di meja resepsionis.
“Nggak deh, Nay... Lo aja.” ujar Vanessa.
“Kenapa? Lagi diet?” tanya Nayla.
“Nggak kok.”
“Atau... Oh, janjian sama mas ganteng tadi pagi? Hahahahaha...” Nayla meledek.
“Ih, apaan sih!”
“Duluan ya. Daaahhh...” Nayla melambaikan tangannya seraya berjalan meninggalkan Vanessa duduk sendiri di meja resepsionis.
Sepuluh menit sudah Vanessa ditinggal sendiri oleh rekan kerjanya. Wajahnya memucat karena menahan lapar. Dia hanya bisa pasrah karena tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya meminum air bening yang ada pada gelas kaca di atas mejanya untuk menahan rasa lapar yang sudah memerihkan perutnya.
“Hei...” sapa Rendy yang baru saja turun dari elevator.
“Eh, Pak.”
“Udah makan, Nes?” tanya Rendy.
“Udah kok Pak.” jawab Vanessa.
“Eh, Pak.”
“Udah makan, Nes?” tanya Rendy.
“Udah kok Pak.” jawab Vanessa.
Rendy hanya berdiri di depan meja resepsionis sambil menatap Vanessa. Vanessa yang sedari tadi ditatap dengan tatapan tajam langsung salah tingkah. Wajahnya memucat hingga menjadi merah padam.
“Udah makan atau belum?” tanya Rendy sekali lagi.
“...”
“Dompet aja gak bawa, gimana makannya.” ujar Rendy.
“...”
“Dompet aja gak bawa, gimana makannya.” ujar Rendy.
Rendy langsung mengambil tag dengan label “sedang istirahat” dan ditaruhnya di atas meja resepsionis. Vanessa yang melihatnya langsung terkejut tak bisa berbuat apa-apa. Rendy pun langsung menarik tangan Vanessa.
“Jangan ditahan kalau lapar, nanti sakit. Yuk!” Rendy menarik tangan Vanessa.
“Eh, kita mau kemana?” tanya Vanessa.
“Makan siang.”
“...”
“Kamu itu teman pertamaku di sini. Udah, gak usah malu-malu.” ujar Rendy.
“I... Iya, Pak.” jawab Vanessa.
“Eh, kita mau kemana?” tanya Vanessa.
“Makan siang.”
“...”
“Kamu itu teman pertamaku di sini. Udah, gak usah malu-malu.” ujar Rendy.
“I... Iya, Pak.” jawab Vanessa.
Rendy dan Vanessa berjalan ke arah area parkir sepeda motor. Di sana sudah terparkir sepeda motor milik Rendy yang terparkir khusus di area motor besar. Rendy memberikan helm yang satunya untuk Vanessa. Vanessa masih kebingungan dengan sikap Rendy.
“Kenapa diem?” tanya Rendy.
“Eh, itu... Pak...”
“Cepetan pakai helmnya, kita berangkat sekarang.”
“I... Iya...”
“Eh, itu... Pak...”
“Cepetan pakai helmnya, kita berangkat sekarang.”
“I... Iya...”
Vanessa terlihat canggung. Dia seakan-akan mati kutu dibuat oleh Rendy. Apa yang Rendy perintahkan, langsung saja dituruti oleh Vanessa. Setelah itu, Rendy melajukan sepeda motornya ke sebuah tempat yang ramai pengunjung tak jauh dari area kantornya. Sepanjang perjalanan, Vanessa diam seribu bahasa karena perasaan tegang dan kaku masih menyelimuti dirinya terhadap Rendy. Sepuluh menit kemudian, sampailah mereka berdua.
“Gak salah kita makan di sini?” tanya Vanessa.
“Nggak, kenapa?”
“Ini kan mahal banget, Pak.” ujar Vanessa yang baru saja menginjakkan kakinya di sebuah restoran.
“Aku masih baru di kantor. Jadi, sebelum makan siang, aku searchingdulu di mana tempat makan enak sekitar kantor. Ketemu deh sama tempat ini.” ujar Rendy sambil berjalan ke tempat duduk.
“Nggak, kenapa?”
“Ini kan mahal banget, Pak.” ujar Vanessa yang baru saja menginjakkan kakinya di sebuah restoran.
“Aku masih baru di kantor. Jadi, sebelum makan siang, aku searchingdulu di mana tempat makan enak sekitar kantor. Ketemu deh sama tempat ini.” ujar Rendy sambil berjalan ke tempat duduk.
Tak lama kemudian, datanglah seorang pramusaji yang siap mencatat pesanan Rendy dan Vanessa. Vanessa terlihat kebingungan karena harga makanannya yang sangat mahal untukknya. Dia hanya membolak-balikkan menu makanannya.
“Kamu pesan apa, Nes?” tanya Rendy.
“Apa ya? Ini angkanya banyak nol nya, Pak. Saya bingung.”
“Aku yang traktir. Kamu pesan apa?”
“Eh, Pak...”
“Apa? Mau berdalih lagi?”
“...”
“Pesan chicken katsu curry-nya dua sama lemonade-nya dua ya, mbak.”
“Ditunggu ya, Pak.” pramusaji tersebut langsung meninggalkan tempat Rendy dan Vanessa duduk untuk memproses pesanannya.
“Duh! Kenapa gue gak bisa bantah dan nolak cowok ini, sih!”ujar Vanessa dalam hati.
“Apa ya? Ini angkanya banyak nol nya, Pak. Saya bingung.”
“Aku yang traktir. Kamu pesan apa?”
“Eh, Pak...”
“Apa? Mau berdalih lagi?”
“...”
“Pesan chicken katsu curry-nya dua sama lemonade-nya dua ya, mbak.”
“Ditunggu ya, Pak.” pramusaji tersebut langsung meninggalkan tempat Rendy dan Vanessa duduk untuk memproses pesanannya.
“Duh! Kenapa gue gak bisa bantah dan nolak cowok ini, sih!”ujar Vanessa dalam hati.
Tiba-tiba saja, handphone milik Vanessa bergetar. Tanda ada pesan masuk dari aplikasi whatsapp miliknya. Ternyata, pesan itu dari Nayla, rekan kerja satu meja dengannya.
“Di mana lo?” from Nayla.
Picture sent, “Gue lagi sama dia.”
“Anjir! Itu resto di SCBD? Sikat, Nes. Tebel tuh duitnya.”
“Hush! Gak boleh gitu. Gue gak liat cowok dari tampang dan harta.”
Picture sent, “Gue lagi sama dia.”
“Anjir! Itu resto di SCBD? Sikat, Nes. Tebel tuh duitnya.”
“Hush! Gak boleh gitu. Gue gak liat cowok dari tampang dan harta.”
Beberapa saat kemudian, salah satu pesanan datang. Seperti biasa, minuman datang pertama kali sebelum makanan datang. Dua gelas lemonade sudah tersedia di atas meja makan.
“Sebelumnya, kamu kerja di mana?” tanya Rendy.
“Di mall gitu, Pak. Jadi SPG.” jawab Vanessa.
“Zodiakmu?”
“Libra.”
“Oktober awal?” ujar Rendy.
“...” Vanessa mengangguk pelan.
“Umurmu berapa sekarang?” tanya Rendy.
“21 tahun, Pak.” jawab Vanessa.
“Masih muda banget. Lebih muda dari adekku. Jangan panggil aku ‘pak’. Kesannya tua banget.” ujar Rendy.
“I... Iya, Rendy.”
“Heh, aku lebih tua dari kamu.”
“Ma... Maaf, Kak...” ujar Vanessa terbata-bata.
“Nah, itu lebih baik. Hahahahaha... Kamu lucu, dek.”
“Di mall gitu, Pak. Jadi SPG.” jawab Vanessa.
“Zodiakmu?”
“Libra.”
“Oktober awal?” ujar Rendy.
“...” Vanessa mengangguk pelan.
“Umurmu berapa sekarang?” tanya Rendy.
“21 tahun, Pak.” jawab Vanessa.
“Masih muda banget. Lebih muda dari adekku. Jangan panggil aku ‘pak’. Kesannya tua banget.” ujar Rendy.
“I... Iya, Rendy.”
“Heh, aku lebih tua dari kamu.”
“Ma... Maaf, Kak...” ujar Vanessa terbata-bata.
“Nah, itu lebih baik. Hahahahaha... Kamu lucu, dek.”
Makanan yang dinanti akhirnya datang juga. Vanessa terlihat sangat lahap memakannya. Rendy hanya memerhatikan sambil sesekali tersenyum manis ke arah Vanessa. Vanessa seperti terhipnotis dengan rasa lapar yang tak tertahankan serta makanan yang rasanya sangat lezat tersebut. Vanessa yang menyadari itu langsung tersipu malu dan diam seribu bahasa.
“Lucu kamu...” ujar Rendy sambil tersenyum.
“...”
“Enak, Dek?”
“Enak, Kak.”
“Duh! Jantung gue mau copot pas dia manggil gue ‘adek’.”gumam Vanessa dalam hati.
Vanessa menghela napas panjang, “Kak, aku mau minta sesuatu.”
“Apa?”
“Kalau di kantor, aku panggil “pak” aja ya. Kalau manggil “kak”, nanti dimarahin atasanku.” ujar Vanessa. “Duh! Kalau dia nolak gimana ini! Mati gue! Gue gak bisa bantah!” Vanessa kembali bergumam dalam hatinya.
“Iya, kalau itu aku paham. Yuk, balik kantor!” ajak Rendy.
“Alhamdulillah.” ujar Vanessa dalam hati dan bisa bernapas lega.
“...”
“Enak, Dek?”
“Enak, Kak.”
“Duh! Jantung gue mau copot pas dia manggil gue ‘adek’.”gumam Vanessa dalam hati.
Vanessa menghela napas panjang, “Kak, aku mau minta sesuatu.”
“Apa?”
“Kalau di kantor, aku panggil “pak” aja ya. Kalau manggil “kak”, nanti dimarahin atasanku.” ujar Vanessa. “Duh! Kalau dia nolak gimana ini! Mati gue! Gue gak bisa bantah!” Vanessa kembali bergumam dalam hatinya.
“Iya, kalau itu aku paham. Yuk, balik kantor!” ajak Rendy.
“Alhamdulillah.” ujar Vanessa dalam hati dan bisa bernapas lega.
Diubah oleh chrishana 25-10-2019 09:29
jenggalasunyi dan 9 lainnya memberi reputasi
10