- Beranda
- Stories from the Heart
I Love You More Than You Think
...
TS
nengsr
I Love You More Than You Think

Thanks for the amazing cover Om quatzlcoatl

(Ssstt.. this is the real picture of us)
Aku sering bertanya-tanya pada diri sendiri, apa yang paling berperan di kehidupan ini? cintaatau uang?
Dan aku pernah bertanya pada ibuku, beliau menjawab uang. Karena beliau berpikir realistis, katanya cinta saja tidak ada uang ya tidak hidup.
Ya memang. Tetapi aku agak kurang setuju, karena ketika tidak punya uang aku tidak semerana itu. Tapi jika hati yang terluka, hati yang mengelola semuanya. Sedih berkepanjangan menghilangkan semua gairah.
Dan aku pernah bertanya pada ibuku, beliau menjawab uang. Karena beliau berpikir realistis, katanya cinta saja tidak ada uang ya tidak hidup.
Ya memang. Tetapi aku agak kurang setuju, karena ketika tidak punya uang aku tidak semerana itu. Tapi jika hati yang terluka, hati yang mengelola semuanya. Sedih berkepanjangan menghilangkan semua gairah.
Panggil saja aku Hani, itu nama kecilku. Aku asli orang Surabaya jadi ga pake 'gue-elo'. Maklum orang jawa, ketika ada yang pake sebutan 'gue' pasti pada nyeletuk "mangan tahu tempe ae gue gue"

Mau ijin pada para pecinta SFTH buat nulis sebagian kisahku. Ya hanya sekedar untuk mengabadikan

Maaf jika tulisanku jelek, memang bukan penulis

Apabila ada yang mengenalku, aku mohon dengan sangat jangan bocor ya gan
PM aja kalo mau. Oke?Selamat menikmati...
Spoiler for Index:
Spoiler for Mulustrasi:
Diubah oleh nengsr 21-09-2020 23:10
bukhorigan dan 13 lainnya memberi reputasi
12
113.9K
847
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nengsr
#689
Jogja Part 1
Banyak dari lirik lagu mellow atau sang pujangga cinta yang mengatakan, bahwa cinta tulus itu cinta yang tanpa mengharapkan balasan.
Ya emang bener! Tapi percayalah, sejatinya itu hanya di mulut saja. Dari lubuk hati yang paling dalam pun pasti ada harapan. Bahkan orang yang berujar pasrah pun ga ada yang bener2 pasrah. Karena pasti dibalik pasrah itu masih ada pengharapan.
Ada sebuah kitab yang isinya indah sekali karangan Ibnu Athailah. Al Hikam nama kitabnya. Seperti ini isinya,
Seharusnya memang seperti itu ya. Tapi setulus tulusnya orang dalam mencintai seseorang pasti ada rasa sedihnya jika cintanya tak terbalas.
Padahal aku juga udah sering membaca kata2 bijak Ali bin Abi Thalib yang seperti ini,
Bener banget itu. Mutlak adanya! Jangan mengharapkan apapun pada manusia, nanti kamu bisa kecewa. Berharaplah kepada Allah. Karena Allah itu tidak pernah berkata tidak. Tapi melainkan, "bukan sekarang tapi nanti." Atau "Aku punya yang lebih baik untukmu."
Tapi ya gimana atuh, apalah aku ini hanya manusia biasa yang lemah, hanya perempuan biasa yang ingin merasakan cintanya terbalas oleh yang dicinta. Sampai mengharapkan itu kepada Sang Penciptanya.
Jangan bilang, "Mantan aja masih digalauin."atau "Buanglah mantan pada tempatnya." Kita ga bakal tahu siapa jodoh kita. Tidak menutup kemungkinan dia, mantan yang paling kamu benci sekalipun. Makanya jangan jahat2 sama mantan.
Ah, udah ah segitu aja ngelanturnya
Takut nanti pada teriak, "Mamaaaahh, curhaat dooonng."

1 Januari 2015
Pukul 02.00 WIB
WA
Di hari ini kita mau berangkat ke Jogja. Janjiannya sih jam 3 kita berangkat. Dani berangkat ke rumahku pake sepeda fixienya. Sebenernya aku disuruh jemput dia sih, tapi aku ga berani naik motor sendirian malem2. Jadinya dia yang ke rumahku. Karena kita ke Jogjanya pake motorku.
Waktu lagi nunggu, si Rendra chat katanya suruh nyusul ke rumah Fany dulu. Bantuin pamit ke ortunya Fany. Takutnya ga percaya kalo kita rame2 trus ga di ijinin. Itu tandanya kita balik arah yang lebih jauh dari meeting point. Dan rumah Fany tuh lebih jauh dari rumah Dani.
Tok tok tok...
WA
Dia ga milih buat ketok pintu mungkin sungkan atau takut ganggu di jam dimana ayam jantan belum berani berkokok.
"Masukin sepedanya.." ujarku. "Rendra minta kita ke rumah Fany dulu loh Sep. Katanya bantuin ngijinin ke ortunya Fany."
"Ga makin jauh ta?"
"Ya iya sih. Tapi gimana lagi, demi kelancaran acara kita hahaha."
"Ck. Rendra itu. Masa gitu aja butuh bantuan."
Aku tergelak mendengar omelannya. Biarin aja. Mereka mah akrab tapi selalu musuhan. Tapi akhirnya kita tetep berangkat juga kok ke rumah Fany.
Setelah keriwehan menjemput Fany kita langsung menuju meeting point dan langsung berangkat setelah semua kumpul. Kita start berangkat ke Jogja jam 3.30 WIB. Dan hawa subuh yang cukup bikin semriwing di kulit ini mengiringi perjalanan kita.
Kita sampai di Jogja pukul 12 siang. Maklum lah banyak berhentinya. Untuk sholat, beli kopi, sarapan, isi bensin, cari jalan. Dan kita sekarang lagi berhenti di sebrang Candi Prambanan.
"Berhenti dulu ya. Istirahat. Makan dawet dulu tuh.." ujar Aldi dengan meregangkan badannya. Dan diikuti oleh yang lain termasuk aku. Panas nih pantat. Punggung juga rasanya pengen segera direbahin.
Sepanjang perjalanan tadi aku kuat loh. Walopun malem ga tidur. Lumayan kebantu lah sama kopi. Tapi waktu masuk Solo setelah melewati kemacetan kotanya itu aku udah ga kuat dan tepar di punggung Dani
Aku masih menikmati pemandangan yang terpampang di sebrang sana. Tumpukan2 batu yang tersusun dengan indahnya. Sekedar mensyukuri dan lega karena udah memasuki wilayah Jogja walopun masih depan banget ini ya
"Mas, masih jauh ini ke tempat penginapan kita?" Tanya Rendra pada Aldi.
"Masih." Jawabnya. "Coba pinjem hpnya." Pintanya ke Sita.
Kita sudah duduk berhadapan di meja panjang menunggu dawet pesanan kita datang.
"Abis ini kita masih lurus sampe bandara abis itu belok kiri lurus aja terus perempatan kita ambil kanan." Aldi menjelaskan dengan melihat google maps.
Kemudian kita menikmati es dawet ter-enak yang pernah kumakan. Perpaduan manis dan kecut dari tape ketan itemnya tuh pas banget. Cocok banget buat dinikmati di siang hari seperti ini. Belum pernah aku makan dawet yang seperti ini. Jadi pengen nyobain lagi. Semuanya juga setuju.
Selesai makan dawet kita lanjutkan perjalanan menuju penginapan. Tapi karena kita ga tahu dimana alamat tepatnya. Kita berhenti di sudut jalan. Menunggu Aldi menemukan alamatnya dengan telpon pemiliknya. Itu cukup lama dan kita baru tiba di penginapan hampir jam 2 siang.
Setibanya kita langsung sholat dhuhur, setelah sholat baru makan nasi padang yang dibeli Aldi sama Sita. Jadi sebelum berangkat kita sepakat ngumpulin uang ke Sita 250.000 per orang. Buat makan sama tiket masuk wisata juga penginapan.
Karena porsi dari sebungkus nasi padang ini kayak ngajak tawuran, jadi kita makannya sebungkus berdua. Aku sama Dani tentunya. Duh, aku mah ga perlu makan mewah, makan sebungkus berdua seperti ini aja terasa nikmat kalo sama kamu..
"Hm, ya ampun parenyaaa banyak banget. Pahit lagi." Celetuk Indro, temen Rendra.
"Hahaha iya pek. Pahit!" Ujar Reza.
"Tapi pahit2 enak." Tambah Indro.
"Haha doyan Ndro?" Tanya Aldi.
"Dimakan aja mas. Mubazir." Jawabnya.
"Masa pahit banget, Sep?" Tanyaku ke Dani. Penasaran karena dari awal ga aku sentuh itu pare.
"Pahit. Coba aja." Katanya.
Aku coba satu, dan... "hmmm, masak alaaah. Iya bener. Rasane koyok wong kelangan mangan iki!" Komentarku dengan langsung cepet telen tuh pare.
"Hahaha enak mbak." Bantah Indro.
"Hm nih, Ndro kalo mau. Aku duduk wedhus mangan tanduran sakmene akehe."kataku dengan menaruh semua bagian pareku ke nasinya Indro.
"Hahaha bawa sini."
"Nih, makan punyaku juga." Kata Sita.
Lalu semua pada ngasih ke Indro.
"Weh, ya jangan banyak2. Bisa darah tinggi aku..."

...
Malam hari tujuan kita ke Malioboro dan sekitarnya. Setelah makan kita langsung menuju kesana. Lokasi penginapan kita ga jauh dari pusat kota. Deket banget sama Gembira Loka.
"Kita kemana dulu?" Tanya Rendra.
"Ke Tugu Muda aja dulu. Nanti pulangnya baru belanja." Jawab Aldi.
"Oke."
Suasana Malioboro di malam hari ini sangat ramai dan padat. Apalagi musim liburan seperti ini. Menyenangkan sekali!
Kita berjalan menyebrang dari parkiran menuju arah ke stasiun Tugu. Tapi begitu lihat plakat alamat "Jl. Pasar Kembang"...
"Woy, sarkem...." teriak Rendra.
"Wosh, mau belok ta Ndra?" Tanya Aldi.
"Ayo!" Soraknya.
"Bang, ga belok bang?" Tanya Aldi ke Reza.
"Haha ga deh.."
"Foto dulu yuk!" Ajak Rendra.
Padahal di Surabaya itu ada juga alamat Pasar Kembang tapi beneran sepanjang jalan itu pada jual kembang, kembang tujuh rupa. Nah kalo di Jogja kan yang dijual kembang lain
Abis foto kita duduk2 di trotoar udah mirip orang ilang berjamaah. Ditambah difotoin pula sama Reza.
Terus kita lanjut jalan ke arah Tugu Muda. Aku selalu senang dengan suasana seperti ini. Jalan kaki di jalanan yang sedang rame. Malioboro sama Legian Bali itu favoritku.
Tiba di Tugu Muda (salah satu tujuan wajib bagi para wisatawan) kerumunan manusia ini banyak banget pada foto2 di area sekitar sampe menimbulkan kemacetan makanya ada Polantas di setiap sudut jalan.
Kita foto bareng dan bergantian sendiri2 juga sama pasangan dengan background Tugu Muda. Aku mempersilahkan lainnya untuk duluan yang sudah jelas "berpasangan".
"Ayo mba Hani, ga foto ta?" Reza memanggilku kali ini. Setelah Dani yang giliran berfoto.
"Foto dong..."
"Foto disini loh bagus Neng.." Dani kasih arahan seteleh tadi beberapa kali jepretan aku berfoto dengan background Tugu Muda. Sekarang dia nunjuk arah yang sebaliknya.
Aku nurut aja dan berpindah tempat. Reza juga mengikutiku dan mulai memfoto. Ternyata Dani juga ikut berpose di belakangku. Ngomong dong kalo mau foto berdua
...
"Ayo Ren, kuat ga kamu gendong Fany kayak gini?" Ujar Aldi ketika dia udah gendong Sita di punggungnya.
"Waduh. Gatau. Kuat paling. Ayo Fan, coba naik." Timpal Rendra dan menyuruh Fany ikutan kayak Sita.
Dan Fany pun segera naik keatas punggung Rendra. Trus dua kuda, Aldi dan Rendra yang sedang membawa penumpangnya masing2 itupun segera berjalan.
"Ayo adu kuat ya Ren, sampe mana kita kuat gendong." Kata Aldi mengajak Rendra adu kuat gendong.
"Iya. Ayo!" Yang langsung disanggupi Rendra karena merasa tertantang.
Kita semua cuma ngikutin mereka jalan dari belakang.
"Gendong juga ta?" Tanya Dani dengan melirikku.
Eh.
"Hehehe iya!" Jawabku dengan cengiran lebar.
"Ayo naik!"
"Kamu ga juga ta mbak?" Giliran Alfin sekarang yang menawari Fika.
"Hah? Gausah.." tolak Fika.
"Gapapa. Ayo.."
"Aku takut jatuh, Fin!"
"Engga2. Aman.."
"Iya mbak, ayo kita balapan." Sahut Rendra.
"Udah, ayo cepetan." Alfin masih membujuk Fika. Dan akhirnya Fika naik juga.
Lalu seperti ini lah kita sekarang. Empat pasangan yang sedang gendong2an di jalanan yang ramai para wisatawan lain sedang berjalan kaki. Tentu saja momen ini ga lupa diabadikan oleh Reza. Hahaha seru!
Tapi Aldi ga kuat lama2 gendong Sita, begitupun Rendra. Tuh mereka berdua menyerah dan yang paling kuat jelas lah Dani!
Sampe dekat Stasiun Tugu tiba2 gerimis datang tanpa diundang. Kita pada jalan cepat buat cari tempat berteduh. Ada yang lebih bikin kaget dari gemiris yang turun tiba2. Ketika ada kupluk nyasar di kepalaku.
"Nih pake..."
Pelakunya sendiri sudah pake hoodie jaket parkanya buat melindungi kepalanya dari air hujan. Menimbulkan efek ada banyak kupu-kupu yang terasa dalam perutku. Kelakuan manis yang kayak gini nih yang bikin hati mudah terbolak balik. Gausah dijelasin siapa pelakunya juga kalian pasti paham.
...
Keesokan paginya anak2 masak mie instant buat sarapan. Ada Sita, Fika sama Fany yang lagi masak di dapur.
Dan kita semua makan sepiring berdua lagi. Sebenarnya bukan mau romantis sih, tapi karena piringnya yang terbatas
"Suapin ya.." rengekku ke Dani.
"Iya.." jawabnya seakan akan dia sudah tahu kalo aku bakal memintanya.
Terus aku sama Dani kebagian cuci piringnya. Udah kayak suami istri yang saling bantu ya!
..
Pagi ini kita mau jalan2 sekitaran kota. Ke Benteng Vredeburg dan Taman Sari. Yang ikut cuma Aku, Dani, Sita, Fika, sama Fany. Lainnya ada yang belanja oleh2, ada yang tidur.
Aku bawa kameranya Reza. Karena diantara kita berlima yang lumayan bisa cuma aku. Reza cuma bawa lensa manual soalnya. Jadi susah buat ngefokusin.
Di Benteng Vredeburg awalnya kita jalan bareng. Aku fotoin mereka yang pada pengen foto. Tapi begitu keluar dari museum kita jadi berpencar. Aku jalan berdua sama Dani, lebih tepatnya aku yang ngikutin dia. Mengeksplor benteng ini sampai di lorong yang cukup lebar dan sepi, kita seperti sudah tidak ada tujuan.
Aku coba bidik lensa kamera menyorot Dani. Dia pun sadar dan berpose. Terus berlanjut sampe berbagai pose yang kadang mengundang gelak tawa.
"Gantian sini, Neng ga pengen foto ta?"
Tanpa menjawab aku serahkan saja kameranya ke dia.
"Coba dulu. Fokusin." Ucapku memberi arahan.
"Iya coba."
Aku langsung saja bersiap untuk difoto. Tapi entah kenapa tiba2 mati gaya. Gatau mau pose kayak gimana. Kok bisa gini sih!
"Coba liat." Pintaku meminta kameranya.
"Ini masih blur." Kataku. "Lagi."
Tapi berkali kali dicoba pun ya gitu hasilnya. Sebenernya ga jauh beda sih sama hasil bidikanku cuma ya lumayan bisa dilihat lah.
"Udah yuk, cari anak2." Ajakku.
Karena kamera ini yang bawa aku, hasil jepretannya jadi banyakan juga foto candid yang obyeknya Dani.
Setelah ketemu sama yang lain kita trus keluar. Di luar pada minta foto di depan pintu masuk yang bertuliskan Vredeburg. Akupun juga.
Masih nunggu yang lain aku iseng buka instagram, ternyata ada Dani upload foto atap benteng Vredeburg dengan latar awan yang bagus. Tapi captionnya...
Dia ambil dari lirik lagunya Shania Twain - From This Moment On.
Tadinya biasa aja bacanya, tapi setelah dipikir... kok gitu ya captionnya? Apa nih maksudnya? Cuma caption doang atau...
Sebenernya ga pengen GR biar ga kepedean tapi secara naluriah bibir ini berkedut kedut, pengen senyum. Ah, susah..
Setelah itu kita bergegas ke Taman Sari. Karena kita semua ini pada belum pernah kesana, dan cuma bermodalkan peta yang aku print dan google maps aja. Alhasil nyasar2. Mana dikejar waktu sholat jumat.
Begitu nyampe setelah parkir motor Dani langsung lari ke masjid yang ada di depan Taman Sari ini karena emang udah adzan. Kita baru masuk setelah nunggu Dani selesai sholat jumat.
Cuma sebentar kita disini, kita ga nemu dimana masjid bawah tanahnya yang ternyata beda lokasi. Harus keluar dulu jalan ke belakang melewati kampung2. Kita ga tahu dan ga nanya juga. Yang di homestay juga udah teriak2 nyuruh pulang, jadinya kita ga bisa explore penuh. Soalnya next trip kita ke Gunung Kidul.
"Lamanya sih. Kemana aja?" Tanya Rendra setiba kita di homestay.
"Ke Vredeburg sama Taman Sari." Jawab Fany.
"Aku sampe abis bakpia satu kardus nih nunggu kalian."
"Loh, kamu udah beli bakpia Ren?" Tanya Fany.
"Udah. Tadi belanja sama Dira. Nih aku juga beli kaos couple. Pake ya Fan buat ke pantai."
"Ya ampun. Kok gini sih kaosnya? Kekecelan ini mah Ren... hahaha sumpah, gamau aku pake ini!" Fany geli sendiri lihat kaosnya.
Yang lain pun sama. Ketawa ngakak lihat kelakuan Rendra. Pengen romantis jatuhnya malah norak. Mana kaos pilihannya itu bocah banget
"Ayolah Fan. Biar couplean kita.. buat foto di pantai.." Rendra masih ngeyel nyuruh Fany pake.
"Kenapa ga sama aku sih beli kaosnya. Kan aku bisa milih juga.."
"Kan biar surperise.. udahlah Fan.. pake aja."
Fany masih ingin menolak. Yang lain pun masih ketawa ngelihatnya.
"Aku dapet sms dari adekku. Katanya ibuku pesan ke pantai ga boleh pake kaos merah." Cerita Dani yang udah bawa kaos lain buat ganti.
Karena emang tadi dia pake polo shirt merah yang aku kado itu sih. Sekarang dia mau ganti sama kaos putih.
...
"Kita kemana nih?" Tanya leader kita, si Aldi. Waktu kita sudah memasuki wilayah Tempik Gundul.
Weitz! Jangan berpikir kotor guys. Kepanjangannya Tempat Piknik Gunung Kidul
"Mana aja lah terserah, yang paling deket aja deh. Udah kesorean juga kita ini.." jawab Reza.
"Yang paling deket ya Pantai Ngrenehan."
"Yaudah mas, itu aja gapapa. Penting pantai. Sama aja kan.." ujar Rendra.
Sepi. Itu yang pertama terlihat oleh kita. Cuma ada beberapa orang yang sepertinya penduduk sekitar atau keluarga nelayan. Cuma rombongan kita lah pengunjung satu2nya di pantai ini.
Amis. Begitu kita lebih mendekat kearah pantai. Banyak perahu nelayan yang bersandar di bibir pantai. Sepintas di pikiran kita tujuan ke pantai ini adalah zonk! Tapi mau gimana lagi, waktunya ga kekejar.
Gelap. Cuacanya juga sedang tidak bersahabat karena lagi mendung. Pantainya ga begitu luas. Tapi airnya jernih, pasirnya juga bagus walopun sedikit bau amis.
"Ayo ayo, yang foto yang foto. Keburu makin gelap.." Reza mulai menawarkan jasa fotonya. Dan semua pada mulai mencari spot bagus buat mereka berfoto.
"Ayo, ga nyemplung nih? Masa udah ke pantai tapi ga nyemplung? Aah.. rugi!" Ujar Aldi ngajak kita nyemplung.
"Loh ayo mas. Wani thok awak ndewe!"sahut Indro.
"Wani!" Teriak Alfin.
"Hey, gerimis!" Teriakku mulai panik dan turun dari perahu.
"Loh.. malah enak. Hujan2 sambil slulup.." ucap Aldi lagi yang sudah bersiap dengan memakai celana kolor doang.
Yang terjadi berikutnya adalah gerimis makin rapat, membuat Rendra mengambil payung karena dia masih sesi foto sama Fany dengan baju couplenya
Yang cowo kecuali Dani sama Reza pada main air di pantai. Cewenya ga ada yang nyemplung. Yang di pantai sudah seseruan sendiri, kita juga asyik nonton film AADC di hpnya Dani. Jangan kira AADC 2 ya, belum keluar waktu itu.
Sampai langit sudah benar2 gelap dan tempat kita berteduh juga ga ada lampunya, mereka yang bermain air menghentikan aktivitasnya. Hujan juga sudah reda.
Gelap banget jalanan yang kita lewatin. Jadi serem. Bukan serem karena ada hantu. Tapi takut ga kelihatan kalo ada kendaraan lain. Mana jalannya ga seberapa lebar. Beberapa kali kita juga kaget karena tiba2 bersimpangan dengan mobil.
Sampai akhirnya hujan datang lagi. Kita semua menepi setelah diberi aba2 oleh Aldi.
"Mba, jaketmu biar dipake Fany dong. Dia ga bawa jas hujan." Pinta Rendra ke Sita. Karena Sita emang pake jaket anti air.
"Loh, kamu ga bawa jas hujan ta Fan? Kan udah dikasih tahu harus bawa." Tanyaku.
"Bawa Mi, tapi aku taruh di homestay."
"Heleuh. Bagus."
"Yaudah pinjemin yang." Ucap Aldi ke Sita.
Setelah kita semua sudah pakai jas hujan kita lanjut perjalanan, tujuan kita selanjutnya ke Bukit Bintang.
Perkiraanku beneran bukit yang luas dan kita bisa melihat banyak bintang. Ternyata kita malah berhenti di warung pinggir jalan yang belakangnya memamerkan gemerlap lampu di jalanan. Astaga dragon, sungguh jauh dari ekspektasi
Jadinya kita makan dan numpang berteduh dengan bonus lampu2 kendaraan juga gedung yang terpampang di depan sana. Sudah pantainya zonk, bukitnya juga jauh dari ekspektasi
Tapi semua itu tak pernah kusesali. Yang terpenting bukan tujuannya, bagiku kebersamaannya lah yang kucari. Dimana saja asalkan dengan orang2 tersayang, semua pasti menyenangkan!
...
Keesokan paginya kita semua terbangun dengan berita bahwa Sita sakit. Dia itu ga bisa kena air hujan sedikit pun. Semalam selain hujan kan hawanya juga dingin. Jadi meskipun dia udah pake jas hujan tapi hawanya terasa karena dia ga pake jaket.
"Kamu ga bawa obat Jhe?" Tanyaku setelah memeriksa keadaannya. Badannya panas sekali. Kasian.
"Ga bawa." Jawabnya dengan suara bindeng dan sember. Dia tidur mlungker dengan pake jaket Aldi.
"Di, beliin obat deh.." suruhku ke Aldi.
"Yang, obat apa?" Tanya Aldi ke Sita.
"Gatau. Aku ga pernah minum obat warungan."
"Apa ajalah yang buat flu. Ultraflu atau mixagrip kek.." terangku memberi saran.
"Yaudah. Aku beliin dulu ya."
"Iya. Sama teh anget!"
Semalam juga Kiki baru datang, dia emang baru nyusul karena kemarin masih ada urusan kampus.
Terus pagi ini kita jadwalnya mau belanja oleh2. Dan siangnya ke Dieng.
Mulai dari Pasar Beringharjo karena Kiki mau beli kendil titipan dari neneknya buat bikin jamu. Aldi jadi ikut2an beli satu set teko dan cangkir untuk minum teh poci. Terus lanjut beli bakpia.
Waktu aku, Dani, Kiki sama Fany tiba dari belanja setelah muter2 mencari jalan pulang gara2 banyak jalan yang ditutup secara dadakan karena ada pawai gajah. Keadaan Sita juga belum membaik. Malah parahnya dia makin ga bisa melek matanya.
"Jhe, kamu gapapa ta?" Tanyaku khawatir.
"Hmm, mataku ga bisa melek.." jawabnya ala khas orang setengah sadar.
"Udah makan dia, Di?" Kini aku tanya ganti ke Aldi.
"Gamau makan kok. Tadi cuma makan roti sama teh anget doang."
"Ini dari tadi tidur aja gini?"
"Iya. Dari kalian berangkat sampe sekarang."
"Gimana dong? Mana badannya masih anget."
"Yaudah kalian berangkat aja ke Dieng. Aku disini aja jaga Sita."
"Gapapa ta?"
"Iya gapapa. Kalian berangkat aja."
Akhirnya kita berangkat ke Dieng dengan Indro dan Dira sebagai leader kita kali ini. Hanya bermodal google maps pun berangkat. Walopun harus banyak kejadian konyol karena buta arah. Kita emang bolang. Iya, bener2 bolang. Bocah ilang!
Simak ceritanya, besok lagi....
Gatau kapan..
Ya emang bener! Tapi percayalah, sejatinya itu hanya di mulut saja. Dari lubuk hati yang paling dalam pun pasti ada harapan. Bahkan orang yang berujar pasrah pun ga ada yang bener2 pasrah. Karena pasti dibalik pasrah itu masih ada pengharapan.
Ada sebuah kitab yang isinya indah sekali karangan Ibnu Athailah. Al Hikam nama kitabnya. Seperti ini isinya,
Quote:
Seharusnya memang seperti itu ya. Tapi setulus tulusnya orang dalam mencintai seseorang pasti ada rasa sedihnya jika cintanya tak terbalas.
Padahal aku juga udah sering membaca kata2 bijak Ali bin Abi Thalib yang seperti ini,
Quote:
Bener banget itu. Mutlak adanya! Jangan mengharapkan apapun pada manusia, nanti kamu bisa kecewa. Berharaplah kepada Allah. Karena Allah itu tidak pernah berkata tidak. Tapi melainkan, "bukan sekarang tapi nanti." Atau "Aku punya yang lebih baik untukmu."
Tapi ya gimana atuh, apalah aku ini hanya manusia biasa yang lemah, hanya perempuan biasa yang ingin merasakan cintanya terbalas oleh yang dicinta. Sampai mengharapkan itu kepada Sang Penciptanya.
Jangan bilang, "Mantan aja masih digalauin."atau "Buanglah mantan pada tempatnya." Kita ga bakal tahu siapa jodoh kita. Tidak menutup kemungkinan dia, mantan yang paling kamu benci sekalipun. Makanya jangan jahat2 sama mantan.
Ah, udah ah segitu aja ngelanturnya

Takut nanti pada teriak, "Mamaaaahh, curhaat dooonng."


-----
1 Januari 2015
Pukul 02.00 WIB
WA
Quote:
Di hari ini kita mau berangkat ke Jogja. Janjiannya sih jam 3 kita berangkat. Dani berangkat ke rumahku pake sepeda fixienya. Sebenernya aku disuruh jemput dia sih, tapi aku ga berani naik motor sendirian malem2. Jadinya dia yang ke rumahku. Karena kita ke Jogjanya pake motorku.
Waktu lagi nunggu, si Rendra chat katanya suruh nyusul ke rumah Fany dulu. Bantuin pamit ke ortunya Fany. Takutnya ga percaya kalo kita rame2 trus ga di ijinin. Itu tandanya kita balik arah yang lebih jauh dari meeting point. Dan rumah Fany tuh lebih jauh dari rumah Dani.
Tok tok tok...
WA
Quote:
Dia ga milih buat ketok pintu mungkin sungkan atau takut ganggu di jam dimana ayam jantan belum berani berkokok.
"Masukin sepedanya.." ujarku. "Rendra minta kita ke rumah Fany dulu loh Sep. Katanya bantuin ngijinin ke ortunya Fany."
"Ga makin jauh ta?"
"Ya iya sih. Tapi gimana lagi, demi kelancaran acara kita hahaha."
"Ck. Rendra itu. Masa gitu aja butuh bantuan."
Aku tergelak mendengar omelannya. Biarin aja. Mereka mah akrab tapi selalu musuhan. Tapi akhirnya kita tetep berangkat juga kok ke rumah Fany.
Setelah keriwehan menjemput Fany kita langsung menuju meeting point dan langsung berangkat setelah semua kumpul. Kita start berangkat ke Jogja jam 3.30 WIB. Dan hawa subuh yang cukup bikin semriwing di kulit ini mengiringi perjalanan kita.
Kita sampai di Jogja pukul 12 siang. Maklum lah banyak berhentinya. Untuk sholat, beli kopi, sarapan, isi bensin, cari jalan. Dan kita sekarang lagi berhenti di sebrang Candi Prambanan.
"Berhenti dulu ya. Istirahat. Makan dawet dulu tuh.." ujar Aldi dengan meregangkan badannya. Dan diikuti oleh yang lain termasuk aku. Panas nih pantat. Punggung juga rasanya pengen segera direbahin.
Sepanjang perjalanan tadi aku kuat loh. Walopun malem ga tidur. Lumayan kebantu lah sama kopi. Tapi waktu masuk Solo setelah melewati kemacetan kotanya itu aku udah ga kuat dan tepar di punggung Dani

Aku masih menikmati pemandangan yang terpampang di sebrang sana. Tumpukan2 batu yang tersusun dengan indahnya. Sekedar mensyukuri dan lega karena udah memasuki wilayah Jogja walopun masih depan banget ini ya

"Mas, masih jauh ini ke tempat penginapan kita?" Tanya Rendra pada Aldi.
"Masih." Jawabnya. "Coba pinjem hpnya." Pintanya ke Sita.
Kita sudah duduk berhadapan di meja panjang menunggu dawet pesanan kita datang.
"Abis ini kita masih lurus sampe bandara abis itu belok kiri lurus aja terus perempatan kita ambil kanan." Aldi menjelaskan dengan melihat google maps.
Kemudian kita menikmati es dawet ter-enak yang pernah kumakan. Perpaduan manis dan kecut dari tape ketan itemnya tuh pas banget. Cocok banget buat dinikmati di siang hari seperti ini. Belum pernah aku makan dawet yang seperti ini. Jadi pengen nyobain lagi. Semuanya juga setuju.
Selesai makan dawet kita lanjutkan perjalanan menuju penginapan. Tapi karena kita ga tahu dimana alamat tepatnya. Kita berhenti di sudut jalan. Menunggu Aldi menemukan alamatnya dengan telpon pemiliknya. Itu cukup lama dan kita baru tiba di penginapan hampir jam 2 siang.
Setibanya kita langsung sholat dhuhur, setelah sholat baru makan nasi padang yang dibeli Aldi sama Sita. Jadi sebelum berangkat kita sepakat ngumpulin uang ke Sita 250.000 per orang. Buat makan sama tiket masuk wisata juga penginapan.
Karena porsi dari sebungkus nasi padang ini kayak ngajak tawuran, jadi kita makannya sebungkus berdua. Aku sama Dani tentunya. Duh, aku mah ga perlu makan mewah, makan sebungkus berdua seperti ini aja terasa nikmat kalo sama kamu..

"Hm, ya ampun parenyaaa banyak banget. Pahit lagi." Celetuk Indro, temen Rendra.
"Hahaha iya pek. Pahit!" Ujar Reza.
"Tapi pahit2 enak." Tambah Indro.
"Haha doyan Ndro?" Tanya Aldi.
"Dimakan aja mas. Mubazir." Jawabnya.
"Masa pahit banget, Sep?" Tanyaku ke Dani. Penasaran karena dari awal ga aku sentuh itu pare.
"Pahit. Coba aja." Katanya.
Aku coba satu, dan... "hmmm, masak alaaah. Iya bener. Rasane koyok wong kelangan mangan iki!" Komentarku dengan langsung cepet telen tuh pare.
"Hahaha enak mbak." Bantah Indro.
"Hm nih, Ndro kalo mau. Aku duduk wedhus mangan tanduran sakmene akehe."kataku dengan menaruh semua bagian pareku ke nasinya Indro.
"Hahaha bawa sini."
"Nih, makan punyaku juga." Kata Sita.
Lalu semua pada ngasih ke Indro.
"Weh, ya jangan banyak2. Bisa darah tinggi aku..."

...
Malam hari tujuan kita ke Malioboro dan sekitarnya. Setelah makan kita langsung menuju kesana. Lokasi penginapan kita ga jauh dari pusat kota. Deket banget sama Gembira Loka.
"Kita kemana dulu?" Tanya Rendra.
"Ke Tugu Muda aja dulu. Nanti pulangnya baru belanja." Jawab Aldi.
"Oke."
Suasana Malioboro di malam hari ini sangat ramai dan padat. Apalagi musim liburan seperti ini. Menyenangkan sekali!
Kita berjalan menyebrang dari parkiran menuju arah ke stasiun Tugu. Tapi begitu lihat plakat alamat "Jl. Pasar Kembang"...
"Woy, sarkem...." teriak Rendra.
"Wosh, mau belok ta Ndra?" Tanya Aldi.
"Ayo!" Soraknya.
"Bang, ga belok bang?" Tanya Aldi ke Reza.
"Haha ga deh.."
"Foto dulu yuk!" Ajak Rendra.
Padahal di Surabaya itu ada juga alamat Pasar Kembang tapi beneran sepanjang jalan itu pada jual kembang, kembang tujuh rupa. Nah kalo di Jogja kan yang dijual kembang lain

Abis foto kita duduk2 di trotoar udah mirip orang ilang berjamaah. Ditambah difotoin pula sama Reza.
Terus kita lanjut jalan ke arah Tugu Muda. Aku selalu senang dengan suasana seperti ini. Jalan kaki di jalanan yang sedang rame. Malioboro sama Legian Bali itu favoritku.
Tiba di Tugu Muda (salah satu tujuan wajib bagi para wisatawan) kerumunan manusia ini banyak banget pada foto2 di area sekitar sampe menimbulkan kemacetan makanya ada Polantas di setiap sudut jalan.
Kita foto bareng dan bergantian sendiri2 juga sama pasangan dengan background Tugu Muda. Aku mempersilahkan lainnya untuk duluan yang sudah jelas "berpasangan".
"Ayo mba Hani, ga foto ta?" Reza memanggilku kali ini. Setelah Dani yang giliran berfoto.
"Foto dong..."
"Foto disini loh bagus Neng.." Dani kasih arahan seteleh tadi beberapa kali jepretan aku berfoto dengan background Tugu Muda. Sekarang dia nunjuk arah yang sebaliknya.
Aku nurut aja dan berpindah tempat. Reza juga mengikutiku dan mulai memfoto. Ternyata Dani juga ikut berpose di belakangku. Ngomong dong kalo mau foto berdua

...
"Ayo Ren, kuat ga kamu gendong Fany kayak gini?" Ujar Aldi ketika dia udah gendong Sita di punggungnya.
"Waduh. Gatau. Kuat paling. Ayo Fan, coba naik." Timpal Rendra dan menyuruh Fany ikutan kayak Sita.
Dan Fany pun segera naik keatas punggung Rendra. Trus dua kuda, Aldi dan Rendra yang sedang membawa penumpangnya masing2 itupun segera berjalan.
"Ayo adu kuat ya Ren, sampe mana kita kuat gendong." Kata Aldi mengajak Rendra adu kuat gendong.
"Iya. Ayo!" Yang langsung disanggupi Rendra karena merasa tertantang.
Kita semua cuma ngikutin mereka jalan dari belakang.
"Gendong juga ta?" Tanya Dani dengan melirikku.
Eh.
"Hehehe iya!" Jawabku dengan cengiran lebar.
"Ayo naik!"
"Kamu ga juga ta mbak?" Giliran Alfin sekarang yang menawari Fika.
"Hah? Gausah.." tolak Fika.
"Gapapa. Ayo.."
"Aku takut jatuh, Fin!"
"Engga2. Aman.."
"Iya mbak, ayo kita balapan." Sahut Rendra.
"Udah, ayo cepetan." Alfin masih membujuk Fika. Dan akhirnya Fika naik juga.
Lalu seperti ini lah kita sekarang. Empat pasangan yang sedang gendong2an di jalanan yang ramai para wisatawan lain sedang berjalan kaki. Tentu saja momen ini ga lupa diabadikan oleh Reza. Hahaha seru!
Tapi Aldi ga kuat lama2 gendong Sita, begitupun Rendra. Tuh mereka berdua menyerah dan yang paling kuat jelas lah Dani!

Sampe dekat Stasiun Tugu tiba2 gerimis datang tanpa diundang. Kita pada jalan cepat buat cari tempat berteduh. Ada yang lebih bikin kaget dari gemiris yang turun tiba2. Ketika ada kupluk nyasar di kepalaku.
"Nih pake..."
Pelakunya sendiri sudah pake hoodie jaket parkanya buat melindungi kepalanya dari air hujan. Menimbulkan efek ada banyak kupu-kupu yang terasa dalam perutku. Kelakuan manis yang kayak gini nih yang bikin hati mudah terbolak balik. Gausah dijelasin siapa pelakunya juga kalian pasti paham.
...
Keesokan paginya anak2 masak mie instant buat sarapan. Ada Sita, Fika sama Fany yang lagi masak di dapur.
Dan kita semua makan sepiring berdua lagi. Sebenarnya bukan mau romantis sih, tapi karena piringnya yang terbatas

"Suapin ya.." rengekku ke Dani.
"Iya.." jawabnya seakan akan dia sudah tahu kalo aku bakal memintanya.
Terus aku sama Dani kebagian cuci piringnya. Udah kayak suami istri yang saling bantu ya!

..
Pagi ini kita mau jalan2 sekitaran kota. Ke Benteng Vredeburg dan Taman Sari. Yang ikut cuma Aku, Dani, Sita, Fika, sama Fany. Lainnya ada yang belanja oleh2, ada yang tidur.
Aku bawa kameranya Reza. Karena diantara kita berlima yang lumayan bisa cuma aku. Reza cuma bawa lensa manual soalnya. Jadi susah buat ngefokusin.
Di Benteng Vredeburg awalnya kita jalan bareng. Aku fotoin mereka yang pada pengen foto. Tapi begitu keluar dari museum kita jadi berpencar. Aku jalan berdua sama Dani, lebih tepatnya aku yang ngikutin dia. Mengeksplor benteng ini sampai di lorong yang cukup lebar dan sepi, kita seperti sudah tidak ada tujuan.
Aku coba bidik lensa kamera menyorot Dani. Dia pun sadar dan berpose. Terus berlanjut sampe berbagai pose yang kadang mengundang gelak tawa.
"Gantian sini, Neng ga pengen foto ta?"
Tanpa menjawab aku serahkan saja kameranya ke dia.
"Coba dulu. Fokusin." Ucapku memberi arahan.
"Iya coba."
Aku langsung saja bersiap untuk difoto. Tapi entah kenapa tiba2 mati gaya. Gatau mau pose kayak gimana. Kok bisa gini sih!
"Coba liat." Pintaku meminta kameranya.
"Ini masih blur." Kataku. "Lagi."
Tapi berkali kali dicoba pun ya gitu hasilnya. Sebenernya ga jauh beda sih sama hasil bidikanku cuma ya lumayan bisa dilihat lah.
"Udah yuk, cari anak2." Ajakku.
Karena kamera ini yang bawa aku, hasil jepretannya jadi banyakan juga foto candid yang obyeknya Dani.
Setelah ketemu sama yang lain kita trus keluar. Di luar pada minta foto di depan pintu masuk yang bertuliskan Vredeburg. Akupun juga.
Masih nunggu yang lain aku iseng buka instagram, ternyata ada Dani upload foto atap benteng Vredeburg dengan latar awan yang bagus. Tapi captionnya...
Dia ambil dari lirik lagunya Shania Twain - From This Moment On.
Quote:
Tadinya biasa aja bacanya, tapi setelah dipikir... kok gitu ya captionnya? Apa nih maksudnya? Cuma caption doang atau...
Sebenernya ga pengen GR biar ga kepedean tapi secara naluriah bibir ini berkedut kedut, pengen senyum. Ah, susah..

Setelah itu kita bergegas ke Taman Sari. Karena kita semua ini pada belum pernah kesana, dan cuma bermodalkan peta yang aku print dan google maps aja. Alhasil nyasar2. Mana dikejar waktu sholat jumat.
Begitu nyampe setelah parkir motor Dani langsung lari ke masjid yang ada di depan Taman Sari ini karena emang udah adzan. Kita baru masuk setelah nunggu Dani selesai sholat jumat.
Cuma sebentar kita disini, kita ga nemu dimana masjid bawah tanahnya yang ternyata beda lokasi. Harus keluar dulu jalan ke belakang melewati kampung2. Kita ga tahu dan ga nanya juga. Yang di homestay juga udah teriak2 nyuruh pulang, jadinya kita ga bisa explore penuh. Soalnya next trip kita ke Gunung Kidul.
"Lamanya sih. Kemana aja?" Tanya Rendra setiba kita di homestay.
"Ke Vredeburg sama Taman Sari." Jawab Fany.
"Aku sampe abis bakpia satu kardus nih nunggu kalian."
"Loh, kamu udah beli bakpia Ren?" Tanya Fany.
"Udah. Tadi belanja sama Dira. Nih aku juga beli kaos couple. Pake ya Fan buat ke pantai."
"Ya ampun. Kok gini sih kaosnya? Kekecelan ini mah Ren... hahaha sumpah, gamau aku pake ini!" Fany geli sendiri lihat kaosnya.
Yang lain pun sama. Ketawa ngakak lihat kelakuan Rendra. Pengen romantis jatuhnya malah norak. Mana kaos pilihannya itu bocah banget

"Ayolah Fan. Biar couplean kita.. buat foto di pantai.." Rendra masih ngeyel nyuruh Fany pake.
"Kenapa ga sama aku sih beli kaosnya. Kan aku bisa milih juga.."
"Kan biar surperise.. udahlah Fan.. pake aja."
Fany masih ingin menolak. Yang lain pun masih ketawa ngelihatnya.
"Aku dapet sms dari adekku. Katanya ibuku pesan ke pantai ga boleh pake kaos merah." Cerita Dani yang udah bawa kaos lain buat ganti.
Karena emang tadi dia pake polo shirt merah yang aku kado itu sih. Sekarang dia mau ganti sama kaos putih.
...
"Kita kemana nih?" Tanya leader kita, si Aldi. Waktu kita sudah memasuki wilayah Tempik Gundul.
Weitz! Jangan berpikir kotor guys. Kepanjangannya Tempat Piknik Gunung Kidul

"Mana aja lah terserah, yang paling deket aja deh. Udah kesorean juga kita ini.." jawab Reza.
"Yang paling deket ya Pantai Ngrenehan."
"Yaudah mas, itu aja gapapa. Penting pantai. Sama aja kan.." ujar Rendra.
Sepi. Itu yang pertama terlihat oleh kita. Cuma ada beberapa orang yang sepertinya penduduk sekitar atau keluarga nelayan. Cuma rombongan kita lah pengunjung satu2nya di pantai ini.
Amis. Begitu kita lebih mendekat kearah pantai. Banyak perahu nelayan yang bersandar di bibir pantai. Sepintas di pikiran kita tujuan ke pantai ini adalah zonk! Tapi mau gimana lagi, waktunya ga kekejar.
Gelap. Cuacanya juga sedang tidak bersahabat karena lagi mendung. Pantainya ga begitu luas. Tapi airnya jernih, pasirnya juga bagus walopun sedikit bau amis.
"Ayo ayo, yang foto yang foto. Keburu makin gelap.." Reza mulai menawarkan jasa fotonya. Dan semua pada mulai mencari spot bagus buat mereka berfoto.
"Ayo, ga nyemplung nih? Masa udah ke pantai tapi ga nyemplung? Aah.. rugi!" Ujar Aldi ngajak kita nyemplung.
"Loh ayo mas. Wani thok awak ndewe!"sahut Indro.
"Wani!" Teriak Alfin.
"Hey, gerimis!" Teriakku mulai panik dan turun dari perahu.
"Loh.. malah enak. Hujan2 sambil slulup.." ucap Aldi lagi yang sudah bersiap dengan memakai celana kolor doang.
Yang terjadi berikutnya adalah gerimis makin rapat, membuat Rendra mengambil payung karena dia masih sesi foto sama Fany dengan baju couplenya

Yang cowo kecuali Dani sama Reza pada main air di pantai. Cewenya ga ada yang nyemplung. Yang di pantai sudah seseruan sendiri, kita juga asyik nonton film AADC di hpnya Dani. Jangan kira AADC 2 ya, belum keluar waktu itu.
Sampai langit sudah benar2 gelap dan tempat kita berteduh juga ga ada lampunya, mereka yang bermain air menghentikan aktivitasnya. Hujan juga sudah reda.
Gelap banget jalanan yang kita lewatin. Jadi serem. Bukan serem karena ada hantu. Tapi takut ga kelihatan kalo ada kendaraan lain. Mana jalannya ga seberapa lebar. Beberapa kali kita juga kaget karena tiba2 bersimpangan dengan mobil.
Sampai akhirnya hujan datang lagi. Kita semua menepi setelah diberi aba2 oleh Aldi.
"Mba, jaketmu biar dipake Fany dong. Dia ga bawa jas hujan." Pinta Rendra ke Sita. Karena Sita emang pake jaket anti air.
"Loh, kamu ga bawa jas hujan ta Fan? Kan udah dikasih tahu harus bawa." Tanyaku.
"Bawa Mi, tapi aku taruh di homestay."
"Heleuh. Bagus."
"Yaudah pinjemin yang." Ucap Aldi ke Sita.
Setelah kita semua sudah pakai jas hujan kita lanjut perjalanan, tujuan kita selanjutnya ke Bukit Bintang.
Perkiraanku beneran bukit yang luas dan kita bisa melihat banyak bintang. Ternyata kita malah berhenti di warung pinggir jalan yang belakangnya memamerkan gemerlap lampu di jalanan. Astaga dragon, sungguh jauh dari ekspektasi

Jadinya kita makan dan numpang berteduh dengan bonus lampu2 kendaraan juga gedung yang terpampang di depan sana. Sudah pantainya zonk, bukitnya juga jauh dari ekspektasi

Tapi semua itu tak pernah kusesali. Yang terpenting bukan tujuannya, bagiku kebersamaannya lah yang kucari. Dimana saja asalkan dengan orang2 tersayang, semua pasti menyenangkan!
...
Keesokan paginya kita semua terbangun dengan berita bahwa Sita sakit. Dia itu ga bisa kena air hujan sedikit pun. Semalam selain hujan kan hawanya juga dingin. Jadi meskipun dia udah pake jas hujan tapi hawanya terasa karena dia ga pake jaket.
"Kamu ga bawa obat Jhe?" Tanyaku setelah memeriksa keadaannya. Badannya panas sekali. Kasian.
"Ga bawa." Jawabnya dengan suara bindeng dan sember. Dia tidur mlungker dengan pake jaket Aldi.
"Di, beliin obat deh.." suruhku ke Aldi.
"Yang, obat apa?" Tanya Aldi ke Sita.
"Gatau. Aku ga pernah minum obat warungan."
"Apa ajalah yang buat flu. Ultraflu atau mixagrip kek.." terangku memberi saran.
"Yaudah. Aku beliin dulu ya."
"Iya. Sama teh anget!"
Semalam juga Kiki baru datang, dia emang baru nyusul karena kemarin masih ada urusan kampus.
Terus pagi ini kita jadwalnya mau belanja oleh2. Dan siangnya ke Dieng.
Mulai dari Pasar Beringharjo karena Kiki mau beli kendil titipan dari neneknya buat bikin jamu. Aldi jadi ikut2an beli satu set teko dan cangkir untuk minum teh poci. Terus lanjut beli bakpia.
Waktu aku, Dani, Kiki sama Fany tiba dari belanja setelah muter2 mencari jalan pulang gara2 banyak jalan yang ditutup secara dadakan karena ada pawai gajah. Keadaan Sita juga belum membaik. Malah parahnya dia makin ga bisa melek matanya.
"Jhe, kamu gapapa ta?" Tanyaku khawatir.
"Hmm, mataku ga bisa melek.." jawabnya ala khas orang setengah sadar.
"Udah makan dia, Di?" Kini aku tanya ganti ke Aldi.
"Gamau makan kok. Tadi cuma makan roti sama teh anget doang."
"Ini dari tadi tidur aja gini?"
"Iya. Dari kalian berangkat sampe sekarang."
"Gimana dong? Mana badannya masih anget."
"Yaudah kalian berangkat aja ke Dieng. Aku disini aja jaga Sita."
"Gapapa ta?"
"Iya gapapa. Kalian berangkat aja."
Akhirnya kita berangkat ke Dieng dengan Indro dan Dira sebagai leader kita kali ini. Hanya bermodal google maps pun berangkat. Walopun harus banyak kejadian konyol karena buta arah. Kita emang bolang. Iya, bener2 bolang. Bocah ilang!
Simak ceritanya, besok lagi....
Gatau kapan..

0