- Beranda
- Stories from the Heart
Dia Untukku
...
TS
nasihiber
Dia Untukku


Hidup itu keras. Hidup itu penuh dengan ketenangan. Hidup itu penuh dengan kegelisahan. Hidup itu penuh dengan tawa. Hidup itu penuh dengan air mata. Hidup adalah sebuah jalan yang kita tempuh. Dan kita harus siap menghadapi semua itu dengan lapang dada. Perjalanan hidup tidak hanya sekedar bangun tidur, melaksanakan kegiatan, dan tidur kembali. Setiap harinya, pasti ada sesuatu yang bisa kita ambil sebagai pelajaran. Terkadang kita dihadapkan dalam sebuah keadaan dimana kita harus memilih salah satu dari beberapa pilihan. Namun disitulah kita akan belajar menjadi dewasa.
Kita tak akan pernah benar-benar tahu apakah keputusan yang kita ambil berada pada posisi benar atau salah, sampai kita benar-benar telah memutuskan. Yang perlu kita yakini, saat kita memutuskan sesuatu, terlepas keputusan itu benar atau salah, berarti kita telah sukses melewati satu tahap kehidupan.
Aku bukanlah lelaki yang berasal dari keluarga berada. Aku juga tidak berasal dari keluarga yang mengenal agama. Bahkan ilmu agamakupun mungkin tergolong kategori rendah. Disini aku hanya ingin bercerita. Bukan berarti aku orang pintar, bukan. Melainkan aku orang yang penuh dengan kegelisahan. Aku bukanlah manusia yang hebat, yang dikagumi oleh banyak orang. Aku hanyalah seorang lelaki yang terlalu menikmati dosa-dosa. Aku hanya lelaki yang sedang berusaha untuk berubah ke arah yang lebih baik lagi. Jadikan kisah ini sebagai pengisi waktu kekosongan saja. Aku tidak memaksakan kalian untuk membaca kisah ini. Namun yang pasti, buang negatifnya, ambil positifnya.
Spoiler for F.A.Q:
Index
SEASON 1
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37
BAB 38
BAB 39
BAB 40
BAB 41
BAB 42
BAB 43
BAB 44
BAB 45
BAB 46
BAB 47
SEASON 2
Part 2.1 - Kehidupan
Part 2.2 - Camping
(Behind the Scene)Isi Hatiku - Istrimu
Part 2.3 - Fernita Widyaningsih
Part 2.4 - Teman Lama
Part 2.5 - Fernita Dilamar?
Part 2.6 - Dapat Restu
Part 2.7 - Keputusan
Part 2.8 - Menjelang Pernikahan
Part 2.9 - Masa Lalu
Part 2.10 - Hati yang Hilang
Part 2.11 - Persiapan
Part 2.12 - Hijrah
Part 2.13 - Cahaya Cinta
Part 2.14 - Mblenjani Janji
Part 2.15 - Serendipity
Part 2.16 - Pertemuan
Part 2.17 - Kesempatan Kedua
Part 2.18 - Harapan dan Cinta
Part 2.19 - Cahaya Cinta 2
Part 2.20 - Liburan
Part 2.21 - Mekarnya sang Melati
Part 2.22 - Cinta dan Sahabat
Part 2.23 - Mella Agustina
Part 2.24 - Penenang Hati
Part 2.25 - Ikatan Suci
Ending 1 - Cinta Suci
Ending 2 - Dia Untukku
Dibalik Hati
NB: Terima kasih buat yang sudah memberi komentar.
Yang berkomentar, page terakhir dan 2-3 page kebelakang mungkin akan ada pemberitahuan update melalui "Quote"
Yang berkomentar, page terakhir dan 2-3 page kebelakang mungkin akan ada pemberitahuan update melalui "Quote"

Polling
0 suara
Siapakah yang menikah dengan Fatir?
Diubah oleh dipretelin 27-06-2018 10:21
junti27 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
247.8K
1.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nasihiber
#1254
Ending 2 - Dia Untukku
Back to Normal, sebelum hari pernikahan Nada. Malam itu, aku mengantarkan Fitria pulang kerumahnya. Tibalah kami di rumah Fitria. Yap, rumah. Keluarganya sudah pindah kesini. Akupun menyetandarkan motorku. Kulihat didepan rumahnya ada ayah dan ibunya yang sedang duduk di teras dengan secangkir kopi di mejanya. Fitriapun salim pada mereka.
"Assalamualaikum" ucapku sambil salim pada mereka
"Waalaikumus salam, gimana kabarnya nak Fatir" tanya ayah Fitria
"Alhamdulillah pak, gimana sekeluarga?" tanyaku
"Alhamdulillah, sehat semua. Duduk, duduk" ucap beliau
Disana, ternyata orang tuanyalah yang ingin bertemu denganku. Mereka hanya berkata, bahwa mereka rindu dengan aku dan Fernita. Sudah lama ga mampir. Semenjak SMA dulu, Fernita sudah dekat dengan Fitria seperti layaknya adik kakak. Jadi wajar kalau keluarganya dengan keluargaku cukup dekat.
Beberapa hari kemudian, aku sudah bersiap dengan pakaianku yang sederhana. Aku berjalan memantapkan hati dengan segala persiapan mental dalam diriku.
"Dek" panggilku
"Iya kak?"
"Siap-siap ya" ucapku
"Mau kemana kak?"
"Kakak mau lamar seseorang" ucapku
"Ah siapa kak? Jangan bercanda ah" katanya tak percaya
"Serius dek. Kamu sudah tau siapa"
"Emm iya kak, aku pakai cadar dulu sebentar"
Ferni memang jarang melepas jilbab meskipun didalam rumah. Biar ga ribet, kalau-kalau tiba-tiba ada seseorang yang bukan mahramnya, ia tinggal pakai masker atau cadar
"Sudah kak"
Aku dan Fernita berangkat. Sesampainya di tempat tujuan, aku mengetuk pintu dan keluarlah seorang lelaki dan langsung mempersilahkan kami masuk.
"Ada maksud apa kedatangan nak Fatir kemari" ucap beliau
"Niat saya datang kesini, tidak lain dan tidak bukan, untuk silaturahmi pak"
"Oh iya iya, menjaga tali silaturahmi ya hehe"
"Hehe iya pak, tapi bukan hanya itu"
"Lalu?"
"Saya, mau melamar Fitria untuk menjadi istri saya pak" ucapku
"Kamu serius? Dan sudah kamu pikirkan matang-matang?" tanya beliau
"Saya sudah istikharah, beberapa kali, dan jawabannya, tetap sama pak"
"Baik bapak hargai keberanianmu, tetapi semua keputusan ada di tangan anak saya. Kalau bapak, yakin kamu lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Ya, meski kamu seorang duda, tapi status itu ga penting selama ia memiliki akhlak yang baik" ujar beliau
"Em, saya juga masih banyak kekurangan pak"
Kemudian beliau memanggil anaknya, dan keluarlah dari dalam seorang gadis bercadar lalu duduk disamping ayahnya, diikuti oleh ibunya dari belakang membawakan minuman untuk kami.
"Nih, ada yang mau lamar kamu, kalau abi setuju saja, tapi kamu ikhlas menikah dengan nak Fatir?"
"Kenapa kak?" tanya Fitria
"Karena aku mencari jawaban atas pertanyaanku, dan Allah menjawabnya dengan jawaban yang sama"
"Abi, izinkan aku menjadi kekuatan untuk kak Fatir, dalam menghadapi setiap ujian" ucap Fitria
"Abi yakin, kamu tahu mana yang baik mana yang engga, dan abi percaya keputusan yang kamu ambil adalah yang terbaik untuk kamu nak"
"Terima kasih abi" ucap Fitria sambil memeluk ayahnya
Fernitapun ikut memelukku. Aku hanya tersenyum sambil terus tertunduk. Semoga ini merupakan awal yang baik untukku dan semuanya. Keesokan harinya, setelah aku melamar Fitria, Tirta datang kerumahku.
"Ada apa Tir?" tanyaku
"Gue cuma mau minta maaf soal kejadian tempo hari"
"Ah udah lupain aja, gue ga mau bahas gitu lagi"
"Gue ga enak aja. Dan . . ."
"Dan?"
"Dan gue udah lamar Nada" katanya
"Kapan?" tanyaku dengan nada datar
"Kemarin"
Aku terdiam sejenak. Aku menatapnya dengan tajam, dan ia juga menatapku dengan tajam. Lalu, aku mengulurkan tanganku dan hendak mengajaknya berjabat tangan
"Selamat ya" ucapku
"Lo ga . . "
"Engga, gue ga mau ngerusak pertemanan kita" ucapku
"Makasih banyak Fat. Tapi gue ga bermaksud nusuk lo dari belakang" katanya
"Gue sama Nada sudah selesai Tir, kami memulai dengan cara yang baik, dan kami akhiri dengan yang baik juga. Gue rasa, gue cuma bisa jadi temennya doang. Dan lo pantas sama dia" ujarku
"Semoga lo dapat yang lebih baik Fat, yang sebaik lo"
"InsyaAllah, gue sudah ada calon sendiri, karena kemarin juga gue abis lamar seseorang" ucapku
"HAH? SERIUS? SIAPA?" katanya
"Fitria"
Tirta nampak sedikit kaget dengan ucapanku. Tapi aku melihat ekspresinya begitu senang. Ya, inilah kami, dua lelaki yang labil memilih cinta. Masih mengikuti ego kami. Tapi kami terus mencoba melangkah ke puncak tertinggi agar dapat melihat seluruh dunia dengan lebih nyata. Melihat segala kemungkinan yang akan datang, dan mempersiapkan diri untuk jalan yang akan kami tempuh selanjutnya.
Satu minggu setelah Tirta dan Nada melangsungkan pernikahan, aku dan Fitria melangsungkan pernikahan. Akupun didampingi keluargaku (Keluarga Dea) Aku bersyukur atas semua yang telat terjadi. Tak aku sangka, gadis yang telah lama dekat dengan keluargaku, adalah gadis yang berada disampingku saat ini juga. Gadis yang melihatku menuliskan kisah hidup sederhanaku. Gadis yang pernah merasa cemburu karena kedekatanku dengan Nada bahkan mengetahui semua sifat burukku. Namun ketika aku merasa aku bukan lelaki yang baik, ia selalu berkata
"Aku menikah denganmu, untuk masa depan kita, bukan untuk membahas masa lalu kita"
Kini kami bergandengan tangan. Bersama-sama melawan dunia. Dunia yang hanya sebentar ini. Mungkin pada awalnya aku tak mengenal Fitria, bahkan tak memiliki perasaan seperti saat ini.Jujur saja, aku mulai merasakan cinta dengan Fitria saat malamterakhir aku mengantarnya pulang bersamaan dengan pertemuan keluarganya. Cinta yang membawaku pada taqwa, mendekatkan aku dengan Allah. Itulah yang disebut Cinta Fisabilillah. Dan Fitria, adalah seorang gadis yang menjadi jawaban atas istikharahku.
Namun kini, aku mengetahui satu hal. Cinta tak bisa dipaksakan jika tanpa restu. Walau takdir bisa mengubah semuanya. Dan akupun sadar, cinta akan terasa lebih indah jika kita mau berikhtiar dan memulainya dengan cara yang Allah redha. Untuk Fitria, maaf aku tak datang dalam keadaan sempurna. Tetapi kamulah penyempurnaku. Seorang wanita yang cita-citanya menjadi cita-citaku, dan cita-citaku menjadi cita-citanya. Cinta aku dengan kamu. Dia untukku.
Untuk kalian yang pernah mengisi hariku.
Fernita Widyaningsih / Ferni (NW):
Terima kasih telah menjadi adik terbaik sepanjang masa. Jadilah anak yang shalihah sayang.
Tirta Yudhatama / Tirta (TAP):
Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik yang pernah saya miliki. Kurangin waktu main diluar. Mending ngeGame bareng dirumah
Renada Wulandari / Nada (RM):
Terima kasih telah memberikan kebahagiaan disaat aku sudah mulai putus asa. Tetap jadi diri sendiri, yang mencintai orang lain dengan tulus
Nindya Lestari / Dea (AY):
Terima kasih telah menjadi istri yang hebat, kamu mengajariku akan arti penantian cinta yang sejati. Aku merindukanmu
Cahaya Sartika Dewi / Aya (FA):
Meski jarang muncul, tapi kamu pernah menjadi pendengar terbaik untukku. Mampir kerumah, pengen ketemu si dedebayi. Haha
Fitria Aisyah Fatami / Fitria (FE):
Terima kasih telah mengajarkan aku arti cinta yang sesungguhnya. Cinta karena Allah, yang saling mendoakan, walau tanpa berbicara. Mengingatkan agar tidak mendekati maksiat. Jangan pernah bosan berbuat kebaikan
Ibrahim / Ibra (MI):
Terima kasih sudah memberikan yang terbaik untuk Ferni, jaga dia. Ada sesuatu terjadi sama dia, abis lo sama gua. Haha Bercanda. Jangan capek bimbing Fernita
Mella Agustina / Mella (MLL):
Kamu adalah cinta pertama, meski kita hanya bisa bersama sebagai keluarga. Jangan menyerah Mel
Bagi yang ingin ditanyakan silahkan tulis di komentar insyaAllah saya akan jawab di Epilog
"Assalamualaikum" ucapku sambil salim pada mereka
"Waalaikumus salam, gimana kabarnya nak Fatir" tanya ayah Fitria
"Alhamdulillah pak, gimana sekeluarga?" tanyaku
"Alhamdulillah, sehat semua. Duduk, duduk" ucap beliau
Disana, ternyata orang tuanyalah yang ingin bertemu denganku. Mereka hanya berkata, bahwa mereka rindu dengan aku dan Fernita. Sudah lama ga mampir. Semenjak SMA dulu, Fernita sudah dekat dengan Fitria seperti layaknya adik kakak. Jadi wajar kalau keluarganya dengan keluargaku cukup dekat.
Beberapa hari kemudian, aku sudah bersiap dengan pakaianku yang sederhana. Aku berjalan memantapkan hati dengan segala persiapan mental dalam diriku.
"Dek" panggilku
"Iya kak?"
"Siap-siap ya" ucapku
"Mau kemana kak?"
"Kakak mau lamar seseorang" ucapku
"Ah siapa kak? Jangan bercanda ah" katanya tak percaya
"Serius dek. Kamu sudah tau siapa"
"Emm iya kak, aku pakai cadar dulu sebentar"
Ferni memang jarang melepas jilbab meskipun didalam rumah. Biar ga ribet, kalau-kalau tiba-tiba ada seseorang yang bukan mahramnya, ia tinggal pakai masker atau cadar
"Sudah kak"
Aku dan Fernita berangkat. Sesampainya di tempat tujuan, aku mengetuk pintu dan keluarlah seorang lelaki dan langsung mempersilahkan kami masuk.
"Ada maksud apa kedatangan nak Fatir kemari" ucap beliau
"Niat saya datang kesini, tidak lain dan tidak bukan, untuk silaturahmi pak"
"Oh iya iya, menjaga tali silaturahmi ya hehe"
"Hehe iya pak, tapi bukan hanya itu"
"Lalu?"
"Saya, mau melamar Fitria untuk menjadi istri saya pak" ucapku
"Kamu serius? Dan sudah kamu pikirkan matang-matang?" tanya beliau
"Saya sudah istikharah, beberapa kali, dan jawabannya, tetap sama pak"
"Baik bapak hargai keberanianmu, tetapi semua keputusan ada di tangan anak saya. Kalau bapak, yakin kamu lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Ya, meski kamu seorang duda, tapi status itu ga penting selama ia memiliki akhlak yang baik" ujar beliau
"Em, saya juga masih banyak kekurangan pak"
Kemudian beliau memanggil anaknya, dan keluarlah dari dalam seorang gadis bercadar lalu duduk disamping ayahnya, diikuti oleh ibunya dari belakang membawakan minuman untuk kami.
"Nih, ada yang mau lamar kamu, kalau abi setuju saja, tapi kamu ikhlas menikah dengan nak Fatir?"
"Kenapa kak?" tanya Fitria
"Karena aku mencari jawaban atas pertanyaanku, dan Allah menjawabnya dengan jawaban yang sama"
"Abi, izinkan aku menjadi kekuatan untuk kak Fatir, dalam menghadapi setiap ujian" ucap Fitria
"Abi yakin, kamu tahu mana yang baik mana yang engga, dan abi percaya keputusan yang kamu ambil adalah yang terbaik untuk kamu nak"
"Terima kasih abi" ucap Fitria sambil memeluk ayahnya
Fernitapun ikut memelukku. Aku hanya tersenyum sambil terus tertunduk. Semoga ini merupakan awal yang baik untukku dan semuanya. Keesokan harinya, setelah aku melamar Fitria, Tirta datang kerumahku.
"Ada apa Tir?" tanyaku
"Gue cuma mau minta maaf soal kejadian tempo hari"
"Ah udah lupain aja, gue ga mau bahas gitu lagi"
"Gue ga enak aja. Dan . . ."
"Dan?"
"Dan gue udah lamar Nada" katanya
"Kapan?" tanyaku dengan nada datar
"Kemarin"
Aku terdiam sejenak. Aku menatapnya dengan tajam, dan ia juga menatapku dengan tajam. Lalu, aku mengulurkan tanganku dan hendak mengajaknya berjabat tangan
"Selamat ya" ucapku
"Lo ga . . "
"Engga, gue ga mau ngerusak pertemanan kita" ucapku
"Makasih banyak Fat. Tapi gue ga bermaksud nusuk lo dari belakang" katanya
"Gue sama Nada sudah selesai Tir, kami memulai dengan cara yang baik, dan kami akhiri dengan yang baik juga. Gue rasa, gue cuma bisa jadi temennya doang. Dan lo pantas sama dia" ujarku
"Semoga lo dapat yang lebih baik Fat, yang sebaik lo"
"InsyaAllah, gue sudah ada calon sendiri, karena kemarin juga gue abis lamar seseorang" ucapku
"HAH? SERIUS? SIAPA?" katanya
"Fitria"
Tirta nampak sedikit kaget dengan ucapanku. Tapi aku melihat ekspresinya begitu senang. Ya, inilah kami, dua lelaki yang labil memilih cinta. Masih mengikuti ego kami. Tapi kami terus mencoba melangkah ke puncak tertinggi agar dapat melihat seluruh dunia dengan lebih nyata. Melihat segala kemungkinan yang akan datang, dan mempersiapkan diri untuk jalan yang akan kami tempuh selanjutnya.
Satu minggu setelah Tirta dan Nada melangsungkan pernikahan, aku dan Fitria melangsungkan pernikahan. Akupun didampingi keluargaku (Keluarga Dea) Aku bersyukur atas semua yang telat terjadi. Tak aku sangka, gadis yang telah lama dekat dengan keluargaku, adalah gadis yang berada disampingku saat ini juga. Gadis yang melihatku menuliskan kisah hidup sederhanaku. Gadis yang pernah merasa cemburu karena kedekatanku dengan Nada bahkan mengetahui semua sifat burukku. Namun ketika aku merasa aku bukan lelaki yang baik, ia selalu berkata
"Aku menikah denganmu, untuk masa depan kita, bukan untuk membahas masa lalu kita"
Kini kami bergandengan tangan. Bersama-sama melawan dunia. Dunia yang hanya sebentar ini. Mungkin pada awalnya aku tak mengenal Fitria, bahkan tak memiliki perasaan seperti saat ini.Jujur saja, aku mulai merasakan cinta dengan Fitria saat malamterakhir aku mengantarnya pulang bersamaan dengan pertemuan keluarganya. Cinta yang membawaku pada taqwa, mendekatkan aku dengan Allah. Itulah yang disebut Cinta Fisabilillah. Dan Fitria, adalah seorang gadis yang menjadi jawaban atas istikharahku.
Namun kini, aku mengetahui satu hal. Cinta tak bisa dipaksakan jika tanpa restu. Walau takdir bisa mengubah semuanya. Dan akupun sadar, cinta akan terasa lebih indah jika kita mau berikhtiar dan memulainya dengan cara yang Allah redha. Untuk Fitria, maaf aku tak datang dalam keadaan sempurna. Tetapi kamulah penyempurnaku. Seorang wanita yang cita-citanya menjadi cita-citaku, dan cita-citaku menjadi cita-citanya. Cinta aku dengan kamu. Dia untukku.
Ippo Hafiz - Dia Untukku
Saatku Menanti
Wahai Cintaku
Saatku Lemah
Aku
Terbayang Wajahmu
Dimataku
Dalam jiwaku
Kau melihat aku
Dalam senyumanmu
Kau Bahagiakan ku
Tulus takdir temukan kita
Cinta Aku dengan kamu
Meskipun Ku harus bisa
Junjung Langitnya
Meskipun Harus aku
Gapai Bintangnya
Hanya Kau yang satu
Tercipta Untukku
Aku Takkan berpaling
Tuhan Yakinkan aku
Dia Untukku
Agar Ku takkan luluh
Genggam Tangannya
Suluhlah Jalanku
Selama Bersamanya
Dia Untukku
Takkan Aku berpaling
Menjauhi Cintamu
Hukumku Bila terjadi
Meskipun Ku harus bisa
Junjung Langitnya
Meskipun Harus aku
Gapai Bintangnya
Hanya kau yang satu
Tercipta untukku
Aku takkan berpaling
Tuhan Yakinkan aku
Dia untukku
Agar Ku takkan luluh
Genggam Tangannya
Suluhlah Jalanku
Selama Bersamanya
Dia Untukku
Dia Untukku
Saatku Menanti
Wahai Cintaku
Saatku Lemah
Aku
Terbayang Wajahmu
Dimataku
Dalam jiwaku
Kau melihat aku
Dalam senyumanmu
Kau Bahagiakan ku
Tulus takdir temukan kita
Cinta Aku dengan kamu
Meskipun Ku harus bisa
Junjung Langitnya
Meskipun Harus aku
Gapai Bintangnya
Hanya Kau yang satu
Tercipta Untukku
Aku Takkan berpaling
Tuhan Yakinkan aku
Dia Untukku
Agar Ku takkan luluh
Genggam Tangannya
Suluhlah Jalanku
Selama Bersamanya
Dia Untukku
Takkan Aku berpaling
Menjauhi Cintamu
Hukumku Bila terjadi
Meskipun Ku harus bisa
Junjung Langitnya
Meskipun Harus aku
Gapai Bintangnya
Hanya kau yang satu
Tercipta untukku
Aku takkan berpaling
Tuhan Yakinkan aku
Dia untukku
Agar Ku takkan luluh
Genggam Tangannya
Suluhlah Jalanku
Selama Bersamanya
Dia Untukku
Dia Untukku
Untuk kalian yang pernah mengisi hariku.
Fernita Widyaningsih / Ferni (NW):
Terima kasih telah menjadi adik terbaik sepanjang masa. Jadilah anak yang shalihah sayang.
Tirta Yudhatama / Tirta (TAP):
Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik yang pernah saya miliki. Kurangin waktu main diluar. Mending ngeGame bareng dirumah
Renada Wulandari / Nada (RM):
Terima kasih telah memberikan kebahagiaan disaat aku sudah mulai putus asa. Tetap jadi diri sendiri, yang mencintai orang lain dengan tulus
Nindya Lestari / Dea (AY):
Terima kasih telah menjadi istri yang hebat, kamu mengajariku akan arti penantian cinta yang sejati. Aku merindukanmu
Cahaya Sartika Dewi / Aya (FA):
Meski jarang muncul, tapi kamu pernah menjadi pendengar terbaik untukku. Mampir kerumah, pengen ketemu si dedebayi. Haha
Fitria Aisyah Fatami / Fitria (FE):
Terima kasih telah mengajarkan aku arti cinta yang sesungguhnya. Cinta karena Allah, yang saling mendoakan, walau tanpa berbicara. Mengingatkan agar tidak mendekati maksiat. Jangan pernah bosan berbuat kebaikan
Ibrahim / Ibra (MI):
Terima kasih sudah memberikan yang terbaik untuk Ferni, jaga dia. Ada sesuatu terjadi sama dia, abis lo sama gua. Haha Bercanda. Jangan capek bimbing Fernita
Mella Agustina / Mella (MLL):
Kamu adalah cinta pertama, meski kita hanya bisa bersama sebagai keluarga. Jangan menyerah Mel
Bagi yang ingin ditanyakan silahkan tulis di komentar insyaAllah saya akan jawab di Epilog

Dia Untukku - Written by nasihiber a.k.a Fatir Ahmad Ramadhan / Fatir (MAP)
Diubah oleh nasihiber 24-06-2018 22:50
junti27 dan 3 lainnya memberi reputasi
4