azizahnoorqolamAvatar border
TS
azizahnoorqolam
Indahnya Ramadhan
Oleh Azizah Noor Qolam

            Ramadhan, selalu menjadi bulan yang dinantikan oleh seluruh umat Muslim di dunia. Bulan ini adalah bulan penuh rahmat, berkah dan pengampunan-Nya. Pada bulan ini pula, kitab suci umat Islam, Al-Qur’an diturunkan. Malam yang terindah dari seribu malam pun ada di bulan ini.

            Hari pertama puasa, Adel bangun sahur kesiangan. Pukul 04:00. Ia memegang perutnya yang buncit, dengan sigap ia langsung membanting selimut yang menutupi sekujur tubuhnya dan pergi ke dapur. Ia mengobrak-abrik isi lemari es.

Tak ada yang bisa, ia masak. Lupa, tadi pagi ia tidak sempat belanja untuk sahur. Oh...Tuhan..., gimana ini? Ia mondar-mandir mencari sesuatu yang bisa ia masak. Ia membuka lemari demi lemari yang ada di sana. Dari lemari paling ujung ia memegang sesuatu. Ia ambil. Ternyata sebungkus mie instan. Tak apalah, yang penting ia bisa sahur. Ia memegang perutnya seolah memberikan syarat pada roh yang hidup di dalam rahimnya agar bersabar. Ia mengambil panci dan mengisinya dengan air. Kemudian menyalakan kompor dan meletakkan panci tersebut di atas kompor. Sambil menunggu air mendidih. Pikiran adel, entah mengelana kemana? Ada sesosok pria yang mengusik hidupnya yang baru saja ia jalani.

 “ Adel, maukah kamu menjadi pendamping hidupku?” 

  Sapto tiba-tiba mengucapkan sebuah kata yang paling tak ingin ia dengar. Ia benci dengan kata-kata itu.

 “Kamu...Apa yang kamu katakan, Sapto?” ia tercenung. Tak menyangka, teman sepermainannya sejak masih kecil melamarku pada saat yang tak tepat lagi.

 “Aku serius meminangmu.”

  “Kamu tau sendiri, aku wanita nggak baik. Aku tak pantas untukmu. Lebih baik kamu cari wanita yang lain, wanita yang masih suci. Tidak seperti aku, Sapto,” tak kuasa lelehan airmata tak bisa ditahan lagi dari bendungannya. Hingga tumpah ruah.
 “Tapi, semua itu bukan kesalahanmu. Kamu korban, Del,” ia masih saja membujukku.

Tiba-tiba Adel tersadar dari lamunannya. Mie instan telah matang dari tadi. Alhasil Ia makan sahur dengan mie yang terlalu matang. Tak apa, setidaknya ada sesuatu yang ia makan. Agar si Jabang bayi tidak kelaparan.
emoticon-Keep Posting Ganemoticon-Keep Posting Ganemoticon-Keep Posting Gan

Adel sedang duduk dengan santainya di teras rumah. Halaman rumahnya yang luas dengan berbagai jenis pohon yang hijau. Memberikan kesan sejuk dipandang mata. Ia tersenyum sambil melantunkan shalawat. Ia elus-elus perutnya yang semakin membuncit. Ia menarik nafas dengan lemasnya. Bagaimana jika suatu saat anaknya menanyakan tentang keberadaan ayahnya? Apa yang harus ia katakan? Wajahnya pun berubah murung. Membayangkan hari-hari yang akan ia lalui tanpa pasangan hidup. Apalagi ia hanya tinggal sendirian di sini. Orangtuanya, tak tahu akan kejadian yang ia alami. Ia menyembunyikan segala rasa sakit dan perihnya seorang diri. Ia tak mau membuat nama baik orang tuanya tercemar. Untungnya tetangga di sini, selalu memberikan semangat. Kadang ada juga yang memberikan makanan untuk padanya.

 Sejak kejadian yang tak diinginkan itu. Adel berhenti dari pekerjaannya. Yang ingin ia lakukan sekarang adalah menata hatinya kembali seperti semula. Tuhan memberikan ujian ini padanya karena ia sanggup menghadapi semua ini. Ia meyakini hal itu. Tapi ketika hatinya terasa sakit, terkadang ia sedikit protes pada Tuhan. Ternyata Tuhan memang selalu memberikan yang terbaik untuknya. Tuhan telah mempertemukannya dengan teman semasa kecilnya dulu yaitu Sapto.

 Tiba-tiba....

 “Aw....,” Ia merasakan perutnya sangat mulas dan sakit. Tak ada siapa-siapa di sekitar rumahnya. Sepertinya ia akan melahirkan sekarang.

  Ia terus mengaduh dan berteriak minta tolong. Ya Allah....lindungi aku dan anakku.....
  Kepalanya semakin berat. Sakit yang ia rasakan semakin memuncak dan pada akhirnya semuanya GELAP
emoticon-Sorryemoticon-Sorryemoticon-Sorry

 Bau obat-obatan yang menyengat mulai tercium oleh hidungnya yang tajam. Setelah satu jam Adel pingsan. Akhirnya ia siuman juga. Ketika perlahan matanya terbuka. Betapa terkejutnya ia, di hadapannya telah berdiri dua orang yang sangat ia kenal.

 Ayah....Ibu....tanpa kompromi lagi. Airmata langsung jatuh dengan derasnya membasahi kedua pipinya. Ibu langsung menghujaminya dengan ciuman. Ayah memegang tangannya memberikan kekuatan. Ibu menangis memeluknya. Dan di belakang mereka. Berdiri sesosok pria gagah, tinggi, berkulit putih, dan berpakaian rapi. Tersenyum menatapnya. Dia tak lain adalah Sapto. Dia-lah yang telah membawa kedua orangtuanya ke sini. Dan dia juga yang membawanya ke rumah sakit.

“Del, kenapa kamu nggak pernah cerita semua masalahmu pada Ayah dan Ibu?”

“Adel nggak mau nama baik Ayah dan Ibu tercoreng gara-gara Adel,” ujarnya menangis tersedu-sedu. Mereka pun saling menumpahkan segala kerinduan yang ada. Adel juga menceritakan semua kejadian yang telah ia alami selama ini.
Setelah puas menumpahkan segala kerinduan yang ada. Adel baru sadar akan sesuatu. Ia memegang perutnya yang sudah kempis dan tak ada kehidupan di dalamnya.

“Kemana bayiku?” Adel terkejut sekaligus bingung.

Ayah dan ibu saling bertatapan.

“Bayimu meninggal, Del. Dia nggak bisa diselamatkan. Karena kamu ditemukan pingsan cukup lama. Sebelum dibawa ke rumah sakit. Sehingga bayimu meninggal ketika masih di dalam kandungan,” Sapto menjelaskan dengan detail. Langsung tanpa basa basi.

Adel hanya termangu. Entah ia harus bersyukur atau bersedih?! Memang kehadiran bayi itu tidak ia inginkan. Dengan kuasa-Nya, Ia tunjukkan kasih sayang teramat luas. Sapto mendekatinya. Sebelah tangannya menggenggam sesuatu.

“Ayah, Ibu, saya mau mengutarakan sesuatu.”

Sapto menarik nafasnya dalam-dalam,“Saya.....m-ma-u....me-la-mar Adel....”

Akhirnya kata-kata itu terucap kembali dari mulut manis Sapto. Yang membuatnya sangat simpatik adalah keberaniannya yang langsung bicara pada kedua orang tua Adel. Entah dari mana datangnya hawa sejuk merasuk ke dalam hati Adel. Debar itu pun muncul tanpa ia tahu apa sebab dan akibatnya. Semua memang rahasia Tuhan, manusia hanya mengikuti alur takdir-Nya.
 
Quote:

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
554
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Tampilkan semua post
azizahnoorqolamAvatar border
TS
azizahnoorqolam
#1
Indahnya Ramadhan
Oleh Azizah Noor Qolam

            Ramadhan, selalu menjadi bulan yang dinantikan oleh seluruh umat Muslim di dunia. Bulan ini adalah bulan penuh rahmat, berkah dan pengampunan-Nya. Pada bulan ini pula, kitab suci umat Islam, Al-Qur’an diturunkan. Malam yang terindah dari seribu malam pun ada di bulan ini.

            Hari pertama puasa, Adel bangun sahur kesiangan. Pukul 04:00. Ia memegang perutnya yang buncit, dengan sigap ia langsung membanting selimut yang menutupi sekujur tubuhnya dan pergi ke dapur. Ia mengobrak-abrik isi lemari es.

Tak ada yang bisa, ia masak. Lupa, tadi pagi ia tidak sempat belanja untuk sahur. Oh...Tuhan..., gimana ini? Ia mondar-mandir mencari sesuatu yang bisa ia masak. Ia membuka lemari demi lemari yang ada di sana. Dari lemari paling ujung ia memegang sesuatu. Ia ambil. Ternyata sebungkus mie instan. Tak apalah, yang penting ia bisa sahur. Ia memegang perutnya seolah memberikan syarat pada roh yang hidup di dalam rahimnya agar bersabar. Ia mengambil panci dan mengisinya dengan air. Kemudian menyalakan kompor dan meletakkan panci tersebut di atas kompor. Sambil menunggu air mendidih. Pikiran adel, entah mengelana kemana? Ada sesosok pria yang mengusik hidupnya yang baru saja ia jalani.

 “ Adel, maukah kamu menjadi pendamping hidupku?” 

  Sapto tiba-tiba mengucapkan sebuah kata yang paling tak ingin ia dengar. Ia benci dengan kata-kata itu.

 “Kamu...Apa yang kamu katakan, Sapto?” ia tercenung. Tak menyangka, teman sepermainannya sejak masih kecil melamarku pada saat yang tak tepat lagi.

 “Aku serius meminangmu.”

  “Kamu tau sendiri, aku wanita nggak baik. Aku tak pantas untukmu. Lebih baik kamu cari wanita yang lain, wanita yang masih suci. Tidak seperti aku, Sapto,” tak kuasa lelehan airmata tak bisa ditahan lagi dari bendungannya. Hingga tumpah ruah.
 “Tapi, semua itu bukan kesalahanmu. Kamu korban, Del,” ia masih saja membujukku.

Tiba-tiba Adel tersadar dari lamunannya. Mie instan telah matang dari tadi. Alhasil Ia makan sahur dengan mie yang terlalu matang. Tak apa, setidaknya ada sesuatu yang ia makan. Agar si Jabang bayi tidak kelaparan.
emoticon-Keep Posting Ganemoticon-Keep Posting Ganemoticon-Keep Posting Gan

Adel sedang duduk dengan santainya di teras rumah. Halaman rumahnya yang luas dengan berbagai jenis pohon yang hijau. Memberikan kesan sejuk dipandang mata. Ia tersenyum sambil melantunkan shalawat. Ia elus-elus perutnya yang semakin membuncit. Ia menarik nafas dengan lemasnya. Bagaimana jika suatu saat anaknya menanyakan tentang keberadaan ayahnya? Apa yang harus ia katakan? Wajahnya pun berubah murung. Membayangkan hari-hari yang akan ia lalui tanpa pasangan hidup. Apalagi ia hanya tinggal sendirian di sini. Orangtuanya, tak tahu akan kejadian yang ia alami. Ia menyembunyikan segala rasa sakit dan perihnya seorang diri. Ia tak mau membuat nama baik orang tuanya tercemar. Untungnya tetangga di sini, selalu memberikan semangat. Kadang ada juga yang memberikan makanan untuk padanya.

 Sejak kejadian yang tak diinginkan itu. Adel berhenti dari pekerjaannya. Yang ingin ia lakukan sekarang adalah menata hatinya kembali seperti semula. Tuhan memberikan ujian ini padanya karena ia sanggup menghadapi semua ini. Ia meyakini hal itu. Tapi ketika hatinya terasa sakit, terkadang ia sedikit protes pada Tuhan. Ternyata Tuhan memang selalu memberikan yang terbaik untuknya. Tuhan telah mempertemukannya dengan teman semasa kecilnya dulu yaitu Sapto.

 Tiba-tiba....

 “Aw....,” Ia merasakan perutnya sangat mulas dan sakit. Tak ada siapa-siapa di sekitar rumahnya. Sepertinya ia akan melahirkan sekarang.

  Ia terus mengaduh dan berteriak minta tolong. Ya Allah....lindungi aku dan anakku.....
  Kepalanya semakin berat. Sakit yang ia rasakan semakin memuncak dan pada akhirnya semuanya GELAP
emoticon-Sorryemoticon-Sorryemoticon-Sorry

 Bau obat-obatan yang menyengat mulai tercium oleh hidungnya yang tajam. Setelah satu jam Adel pingsan. Akhirnya ia siuman juga. Ketika perlahan matanya terbuka. Betapa terkejutnya ia, di hadapannya telah berdiri dua orang yang sangat ia kenal.

 Ayah....Ibu....tanpa kompromi lagi. Airmata langsung jatuh dengan derasnya membasahi kedua pipinya. Ibu langsung menghujaminya dengan ciuman. Ayah memegang tangannya memberikan kekuatan. Ibu menangis memeluknya. Dan di belakang mereka. Berdiri sesosok pria gagah, tinggi, berkulit putih, dan berpakaian rapi. Tersenyum menatapnya. Dia tak lain adalah Sapto. Dia-lah yang telah membawa kedua orangtuanya ke sini. Dan dia juga yang membawanya ke rumah sakit.

“Del, kenapa kamu nggak pernah cerita semua masalahmu pada Ayah dan Ibu?”

“Adel nggak mau nama baik Ayah dan Ibu tercoreng gara-gara Adel,” ujarnya menangis tersedu-sedu. Mereka pun saling menumpahkan segala kerinduan yang ada. Adel juga menceritakan semua kejadian yang telah ia alami selama ini.
Setelah puas menumpahkan segala kerinduan yang ada. Adel baru sadar akan sesuatu. Ia memegang perutnya yang sudah kempis dan tak ada kehidupan di dalamnya.

“Kemana bayiku?” Adel terkejut sekaligus bingung.

Ayah dan ibu saling bertatapan.

“Bayimu meninggal, Del. Dia nggak bisa diselamatkan. Karena kamu ditemukan pingsan cukup lama. Sebelum dibawa ke rumah sakit. Sehingga bayimu meninggal ketika masih di dalam kandungan,” Sapto menjelaskan dengan detail. Langsung tanpa basa basi.

Adel hanya termangu. Entah ia harus bersyukur atau bersedih?! Memang kehadiran bayi itu tidak ia inginkan. Dengan kuasa-Nya, Ia tunjukkan kasih sayang teramat luas. Sapto mendekatinya. Sebelah tangannya menggenggam sesuatu.

“Ayah, Ibu, saya mau mengutarakan sesuatu.”

Sapto menarik nafasnya dalam-dalam,“Saya.....m-ma-u....me-la-mar Adel....”

Akhirnya kata-kata itu terucap kembali dari mulut manis Sapto. Yang membuatnya sangat simpatik adalah keberaniannya yang langsung bicara pada kedua orang tua Adel. Entah dari mana datangnya hawa sejuk merasuk ke dalam hati Adel. Debar itu pun muncul tanpa ia tahu apa sebab dan akibatnya. Semua memang rahasia Tuhan, manusia hanya mengikuti alur takdir-Nya.
 
Quote:

0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.