Kaskus

Story

claymiteAvatar border
TS
claymite
Criminal Puzzle : Murder on Hotel
Criminal Puzzle : Murder on Hotel
HOLLA

Criminal Puzzle : Murder on Hotel
Crime-Mystery-Thriller



Criminal Puzzle : Murder on Hotel

Quote:


Criminal Puzzle : Murder on Hotel

Quote:


Criminal Puzzle : Murder on Hotel

Quote:


Criminal Puzzle : Murder on Hotel

Quote:


Criminal Puzzle : Murder on Hotel


Quote:


Criminal Puzzle : Murder on Hotel

Quote:
Diubah oleh claymite 18-06-2018 12:43
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
41.6K
325
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
claymiteAvatar border
TS
claymite
#218
Part 17


Setelah selesai dengan interogasi pertamanya, Tommy dan Anna pun melanjutkannya ke rumah tetangga yang satunya lagi. Tommy dan Anna berjalan ke arah pintu dan mengetuknya.

"Thok thok thok"
"Ya, siapa disana" suara seorang pria terdengar dari dalam
"Tolong bukakan pintunya dulu pak" kata Tommy

Pintu pun terbuka, terlihat seorang pria berbadan kekar dan mata besar yang ada di rumah itu.

"Halo pak" sapa Tommy
"Halo juga, excuse me, siapa anda?" Kata sang pria sambil memasang tatapan tajam
"Ehm..aku detektif ingin menanyakan sesuatu kepadamu tentang keluarga Moritz"
"Moritz?" sang pria nampak kaget

"Ya, bolehkah kita masuk sebentar? Tenanglah, ini tidak akan berlangsung lama" kata Tommy

Sang pria tersebut pun terdiam

"Tapi jika kau tidak membiarkan kami masuk, ini akan berlangsung lama" lanjut Tommy

Akhirnya dengan terpaksa, sang pria pun menyilahkan kita masuk.

Rumahnya sederhana, tidak ada perabotan mewah, bahkan, beberapa perabotan telah rusak dan usang. Ukuran rumahnya pun terbilang sangat kecil, hanya ada ruang tamu, 2 kamar tidur, satu kamar mandi, dapur dan ruang TV dengan TV jadul.

"Bolehkah kita duduk sir?" Tommy meminta dengan sopan
Sang pria pun mempersilahkannya dengan memberikan sebuah gestur.

"Hmmm...bagaimana harimu sir?" Tanya Ronald sambil menatap wajahnya dengan tajam
"Langsung ke intinya saja, jangan basa-basi" jawabnya dengan judes

"Apakah kau tidak terbiasa dengan basa-basi?" Tanya Tommy
"Tidak, aku tidak ingin ada basa-basi dengan detektif yang datang kerumahku yang mengangguku, langsung saja ke intinya, karena aku tidak ingin diganggu" jawabnya lagi

"Ohh, sepertinya kau telah mengalami hari yang buruk ya sampai tidak ingin diganggu" kata Tommy sambil menatapnya dengan tajam

Dia telihat gelisah, setengah menit dia terdiam, kemudian berbicara lagi

"Baiklah, kau selesai basa-basinya? Bisa kita mulai?" Katanya
"Yaa" jawab Tommy singkat sambil terus memandangi pria itu dengan tajam.

"Anna aku ingin kau mencatat hasil interogasiku di buku ini" kata Tommy sambil memberikan catatan kecil yang tadi dia pakai untuk menginterogasi.

Anna pun mengangguk.

"Siapa namamu sir?" Tanya Tommy sambil terus memandanginya
"David"
"Nama panjang?"
"David Flinch"
"Apa pekerjaanmu?"
"Pengangguran"
"Lalu darimana kau mendapatkan rumah ini dan membiayai hidupmu?"
"Aku biasa kerja sampingan"
"Pertama kau bilang tadi kau pengangguran dan sekarang kau bilang kerja sampingan"
"Itu beda" jawabnya singkat
"Oh ya? Dimana letak perbedaannya?"
"Orang yang kerja sampingan tidak selalu mendapatkan pekerjaan, ia hanya sesekali mendapatkan pekerjaan"
"Itu artinya kau kerja serabutan?"
"Ya, seperti itu"

Tommy pun terdiam sejenak, memandanginya, dan beberapa detik kemudian bertanya lagi.

"Apa kerja sampinganmu"
"Banyak"
"Banyak? Seperti?"
"Aku pernah dijadikan sopir, atau cleaning service, dan sebagainya"
"Ohh, begitu, lalu dimana saja kau pernah bekerja sebagai cleaning service?"

"Di rumah sakit, di restoran, dan di hotel"
Pria itu nampak terlihat bingung saat mengatakan kata-kata terakhirnya, dia terlihat seperti ingin menarik kembali kata-katanya.

Tapi Tommy, dia tidak menanyakan lebih lanjut tentang nama tempatnya, termasuk nama hotel tempat dia pernah bekerja. Tommy malah langsung meloncat pertanyaannya.

"Bagaimana pendapatmu tentang tetangga sebelah? Moritz." Tanya Tommy

Anna yang saat itu disampingnya terkejut melihat Tommy tidak menanyakan tentang hotel tempat ia bekerja. Anna menatapnya dengan pandangan sinis, tapi Tommy tidak menanggapinya.

"Sir? Bagaimana pendapatmu tentang tetanggamu itu?" Tommy mengulangi kata-katanya.

"Tetangga yang mana?" Tanya David
"Moritz"
"Moritz? Oh yaa, dia orang yang...apaya kusebut...aneh"
"Perkataanmu seolah-olah menegaskan bahwa kau tidak mengenalnya"
"Hah? Bagaimana kau tahu?"
"Terlihat dari mimikmu, kau tidak mengenalnya" kata Tommy

"Ya, aku tidak mengenal namanya karena ia sangat tertutup, tapi aku sering melihatnya"
"Melihatnya? Maksudmu?"
"Yaa...melihatnya" katanya singkat
"Apakah dia suka bepergian?"
"Tidak" jawab David dengan cepat
"Waw, kau menjawab seolah-olah kau sudah tahu semuanya"
"Yaa, memang dia yang kulihat jarang sekali bepergian"
"Aneh, tetangga sebelah bilang bahwa dia sering bepergian" kata Tommy
"Tetangga yang mana?"
"Sebelah kanan di samping rumah Moritz"
"Benarkah? Aku sering melihatnya dirumah ah" gumam David

"Ohh begituya, oke, apakah kamu mengenal tetangga yang diujung? Tetangga yang disamping kanan rumah Moritz?" Tanya Tommy
"Aku tidak mengenalnya"

"Seriously? Sudah berapa lama kau tinggal disini?"
"Baru dua bulan"
"Dua bulan..."
"Yap"

Tommy mengangguk, dan melihat catatan yang telah Anna tulis.

"Anna, kau ingin bertanya sesuatu?" Kata Tommy mempersilahkan
"Tentu saja" jawab Anna

Anna pun menatap pria yang bernama David itu sejenak, lalu mengajukan pertanyaan yang membuat David sangat terkejut.

"Dimanakah hotel tempatmu pernah bekerja?" Tanya Anna

Pria itu nampak menggerak-gerakan jarinya, matanya menengok ke arah kiri, dan kemudian ia menjawab.

"Hotel of New York, dan Plaza Hotel"
"Itu saja?"
"Yup" jawabnya

"Apakah kau pernah berkunjung ke Hotel C'ave Clep?
"Hotel apa itu? Aku tidak tahu"
"Jangan berbohong!" Bentak Anna

David terdiam, Tommy pun terdiam juga.

"Hey, gini saja, aku meminta kartu identitasmu pak" kata Tommy
"Kartunya ada di kamarku, bolehkah kuambil?"
"Ya, tapi tetap dalam pengawasan" kata Tommy
"Ini rumahku!" David mulai tampak emosi
"Dan kau akan berakhir dipenjara jika kau tidak mengizinkan kami mengawasimu!" Bentak Anna lagi.

David yang saat itu terpojok pun mengangguk-kan kepalanya dan tampak pasrah akan keadaan. Ia pun mengambil kartunya yang terletak di laci meja samping tempat tidurnya.

Tommy melihat ke sekeliling dan berkata
"Bolehlah aku menggeledah kamarmu? Karena disini kelihatan banyak laci-laci, sedangkan di ruang tamu tidak ada"

David pun mengangguk saja tanpa berbicara sepatah kata pun.

"Biar aku saja yang menggeledah Tom" kata Anna

Akhirnya, Tommy pun mengawasi sambil menodongkan pistol ke arah David, sedangkan Anna menggeledah semua isi laci yang ada di kamar tersebut, semuanya.

Disaat Anna sedang menggeledah, Tommy menanyakan beberapa hal kepada David.

"David, dimanakah kamu tinggal sebelum disini?"
"Aku awalnya berada di Washington dan kemudian pindah kesini"

"Atas dasar apa kamu pindah?"
"Pekerjaan"

"Kau bilang tadi kau tidak mempunyai pekerjaan tetap"
"Ya, aku tidak mempunyainya karena aku dipecat" kata David dengan nada kecewa

"Dipecat? Kapan?"
"Sudah sebulan yang lalu"
"Bagaimana perasaanmu David saat dipecat?"
"Terpukul"

Mereka pun berhenti berbincang. Tommy melihat ke arah Anna sambil tetap menodongkan pistol ke arah David.

"Anna, apa yang kau temukan?" Tanya Tommy
"Majalah dewasa, surat pemecatan, majalah pencari pekerjaan"

"Ada lagi selain itu?"
"Banyak kertas robek disini Tom, keadannya berantakan"
Tommy pun berjalan ke arah Anna perlahan dan tetap berhati-hati sambil terus menodongkan pistolnya.

"Coba kulihat" kata Tommy
"Ini, robek, kurasa sebuah koran, dan sudah luntur" kata Anna
"Sial, kenapa banyak kertas dikamarmu" gumam Tommy kepada David

David hanya terdiam tanpa berkata apapun.

Lalu Anna melanjutkannya penggeledahannya di tiap laci, tapi tetap saja, hanya ditemukan kertas saja.

Setelah beberapa detik kemudian, akhirnya David berbicara.

"Apakah aku bersih?"
"Alibimu lemah, tapi tidak ada barang yang mencurigakan disekitar rumahmu ini, maka...kau bersih"

"Tom!" Bentak Anna
"Apa yang terjadi padamu!?" Lanjutnya

"Hey, dia bersih" jawab Tommy
"Bersih? Apakah kau sekongkolannya dia?" Kata Anna

"Tidak Anna, tapi mau bagaimana lagi, dia bersih"
"Persetan kau" kata Anna sambil mengeluarkan teleponnya dan kemudian menelepon Ronald dihadapan Tommy dan David.

Beberapa detik kemudian, telepon tersambung.

"Ron?" Kata Anna
"Bukan, ini Ben, Ronald sedang mengurusi jenazah, handphonenya ditinggalkan bersamaku"

"Oh Ben, aku ingim berbicara kepadamu, bahwa anakbuahmu Tommy sangat mencurigakan, dan jika sekarang aku terbunuh, maka bisa dipastikan nama orang yang membunuku adalah Tommy dan David" kata Anna sambil mengeluarkan emosinya

"Hei ada apa denganmu Anna?" Tanya Tommy yang saat itu masih menodongkan pistolnya kearah David.

Anna tidak menanggapinya dan melanjutkan kata-katanya kepada Ben di telepon.

"Sudah jelas-jelas ada pria yang alibinya lemah, tapi dinyatakan bersih oleh Tommy!" Kata Anna secara terang-terangan didepan mereka.

"Hei hei Anna, tenangkan dirimu, kutanya apakah telepon ini di speaker?"
"Tidak!"

"Apakah kau menelponnya dihadapan Tommy dan sang tersangka yang kau curigai itu?"
"Ya"

"Oke, begini Anna, pernahkah kau pikirkan, jika Tommy bersekongkol pasti ia tidak akan membiarkanmu meneleponku, mungkin dia akan langsung membunuhmu dan kau tidak bisa meneleponku" kata Ben dengan tenang.

"Tapi sikapnya mencurigai Ben, dia membiarkan pria yang alibinya lemah bersih begitu saja" kata Anna dengan nada yang pelan, telah redup emosinya.
"Dengarkan aku baik-baik, biarkanlah dia bekerja dengan semestinya, dia tahu apa yang harus dia lakukan" kata Ben

"Maksudmu Ben? Tapi aku tidak rela jika pria yang lemah alibinya dilepaskan."
"Hey, sudah kubilang, dia tahu apa yang dia lakukan, dia lebih berpengalaman"

Anna terdiam sejenak sambil menatap Tommy. Kemudian melanjutkan pembicaraannya di telepon bersama Ben.

"Lalu apa yang harus kulakukan sekarang?"
"Ambil kartu identitasnya, minta no teleponnya, dan kembalilah ke hotel, jangan pulang kerumahmu sendiri, karena kamu butuh pengawasan yang ketat"

Akhirnya, Anna pun meminta no identitasnya dan no teleponnya, kemudian dengan terpaksa kembali ke hotel.

Akhirnya mereka pun berpamitan kepada David.


***


*Part ini gaterlalu intens, soalnya lebih ke "mengumpulkan fragmen" buat part selanjutnya
Diubah oleh claymite 10-06-2018 10:25
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.