- Beranda
- Stories from the Heart
SULAKSMI
...
TS
meta.morfosis
SULAKSMI

PROLOG
“ semoga ini awal yang baik untuk karir gw dalam berwiraswasta...”
yaa...itulah sepenggal kalimat kebahagian yang terucap dari mulut bagus disaat sebuah berita baik terucap dari mulut bapak dan mamah, keinginan bagus untuk mempunyai sebuah usaha sendiri selepas masa perkuliahannya, kini mulai terwujud seiring dengan keinginan mamah yang menginginkan bagus untuk mengelola sebuah rumah yang merupakan rumah peninggalan dari orang tua mamah dan telah lama terbengkalai
kini bersama ketiga sahabat baiknya, bagus berusaha mewujudkan mimpinya itu menjadi sebuah kenyataan, seiring dengan berjalannnya waktu, akan kah semua usaha bagus itu akan membuahkan hasil yang memuaskan, atau kah ada sisi lain dari rumah tersebut yang bagus tidak ketahui dan akan menjadi penghambat usaha bagus untuk mewujudkan mimpinya tersebut....
Note :
* dilarang copy paste tanpa seizin penulis
* apa yang ane tuliskan hanyalah sebuah bentuk karya seni tanpa memperdebatkan nyata/fiksi
* update disesuaikan dengan RL penulis
terima kasih & selamat membaca

@meta.morfosis
Chapter demi chapter :
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
EPILOG
Diubah oleh meta.morfosis 16-01-2019 19:25
bonita71 dan 35 lainnya memberi reputasi
36
64.9K
197
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
meta.morfosis
#22
Chapter 5
.....tok...tok...tok....
suara ketukan yang terdengar pada daun pintu kini membangunkan gw dari tidur pulas ini, dan sepertinya suara ketukan itu juga telah membangunkan doni, iyan serta sella, setelah terdiam beberapa saat dan memandang ke arah jam yang telah menunjukan pukul tujuh pagi, suara ketukan itu kembali terdengar
“ siapa sih gus pagi pagi udah datang....?” tanya iyan sambil menguap, terlihat sella bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju ke kamar mandi
“ gw enggak tahu, mungkin mang edo...” jawab gw sambil berjalan menuju pintu, seiring dengan daun pintu yang terbuka, tampak terlihat mang edo sedang berdiri di depan pintu membawa dua buah kantong pelastik besar di tangannya
“ ehhh mang edo....masuk mang....” ucap gw mengajak mang edo memasuki rumah, begitu memasuki rumah tampak mang edo memperhatikan keadaaan di dalam rumah, dengan tersenyum, kini iyan dan doni menyambut kedatangan mang edo
“ haduhhh saya jadi enggak enak....pasti saya telah ganggu istirahat kalian...” ujar mang edo sambil meletakan kantong pelastik yang dibawanya di atas meja, kini beberapa jenis makanan di keluarkannya dari dalam kantong pelastik tersebut
“ enggak kenapa napa mang, asalkan mang edo membawakan makanan...semuanya sah sah saja...” canda doni yang berbalas tawa mang edo, melihat sella yang telah keluar dari dalam kamar mandi, kini terlihat doni berjalan ke kamar mandi dan memasukinya
“ bagaimana sel tidurnya semalam, masih mimpi yang sama apa enggak...?” tanya gw kepada sella, dan sepertinya pertanyaan gw itu telah memancing ekspresi keingintahuan di wajah mang edo
“ alhamdulillah enggak gus, sepertinya apa yang telah lu katakan itu benar....mungkin mimpi gw itu hanyalah efek dari rasa takut yang gw alami....” jawab sella sambil memperhatikan makanan yang telah tersaji di atas meja, kini nampak mang edo menuangkan tiga buah kantong es yang berisikan kopi panas serta sebuah kantong es yang berisikan teh panas ke dalam gelas
“ memangnya neng sella mimpi apa....?” tanya mang edo dengan rasa ingin tahu, setelah terdiam beberapa saat, kini sella menceritakan tentang mimpinya
“ kamar yang itu neng....?” tunjuk mang edo pada sebuah kamar yang ukurannya cukup besar, untuk sekedar gambaran, di rumah ini terdapat hampir sembilan kamar, dengan dua buah kamar yang berdampingan dalam ukuran yang cukup besar dibandingkan kamar yang lain, lima buah kamar terletak di lantai bawah, sedang empat buah kamar yang lain berada di lantai atas
“ iya mang kamar yang itu....” ucap sella yang berbalas langkah mang edo ke kamar yang ditunjuknya, kini nampak mang edo mencoba membuka pintu tersebut dengan beberapa kunci yang sedari tadi tersimpan di saku celananya, seiring dengan pintu yang telah terbuka, tampak mang edo melambaikan tangannya kepada sella
“ coba lihat sini neng, enggak ada apa apa koq....” terang mang edo sambil mengembangkan senyumnya, dengan segera, gw, sella dan iyan berjalan menghampiri mang edo, kini gw dapat melihat keadaan di dalam kamar, semuanya masih terlihat sama dengan saat waktu gw pertama kali memeriksanya untuk mendata bagian rumah yang harus di renovasi, dan kamar ini adalah salah satu dari dua buah kamar yang menurut gw tidak memerlukan renovasi karena semuanya masih terlihat baik, hanya bagian dindingnya saja yang memerlukan sentuhan cat baru
“ sebenarnya kalau dua kamar besar ini dulunya milik siapa ya mang....?” tanya sella sambil memperhatikan keadaan di dalam kamar
“ waduh neng, saya enggak tahu....seharusnya yang tahu kan kang bagus.....” jawab mang edo seraya membuka jendela kamar, kini gw bisa melihat terasa halaman depan berikut pemandangan halaman depan melalui jendela rumah
“ saya juga enggak tahu mang....justru saya baru tahu rumah ini juga baru baru ini....” ucap gw sambil kembali memperhatikan langit langit kamar yang terlihat tidak menunjukan kerusakan
“ kapan para tukang itu akan datang mang....?”
“ nanti kang...sebentar lagi, mungkin sekitar pukul delapan...” jawab mang edo seraya berjalan keluar dari dalam kamar
“ ya udah, sebaiknya kita sarapan dulu....setelah ini kita akan membereskan kebun....” ucap gw mengajak sella dan iyan dari dalam kamar, kini nampak terlihat doni sudah menempati kursinya di meja makan
“ mang edo, nanti jangan lupa untuk membelikan bambu ya....” pinta gw begitu mang edo hendak melangkahkan kakinya ke teras belakang
“ siap kang...bambu untuk kebun itu kan....?” dengan menganggukan kepala untuk menjawab pertanyaan mang edo, kini gw mengajak doni, iyan serta sella untuk menghabiskan sarapan yang telah tersedia di meja
hampir seminggu lamanya gw bersama sella, iyan dan doni membereskan kebun, dan semua itu semakin diperingan dengan keterampilan mang edo dalam membuat susunan bambu yang di perlukan untuk menunjang tanaman di kebun
“ sepertinya usaha kita enggak sia sia gus....” ujar doni dengan wajah yang berkeringat, hamparan kebun yang telah terlihat rapih kini seperti memanjakan mata gw dan doni
“ iya don, dan sepertinya dari pengamatan yang gw temukan selama membersihkan kebun ini, dulu kebun ini di gunakan untuk menanam berbagai jenis buah dan sayuran, terutama strawbery dan arbey....mungkin suhu di sini sangat cocok dengan jenis tanaman itu....”
“ sepertinya memang begitu gus....lantas setelah ini bagaimana....?” tanya doni sambil mengelap peluh keringat di wajahnya
“ biar nanti gw akan meminta mang edo untuk membeli bibit tanaman yang sudah jadi, kalau untuk urusan menyemai bibit tanaman, semua itu akan kita lakukan nanti....” jawab gw yang berbalas anggukan kepala doni, seiring dengan tatapan gw yang memandang teras belakang, kini gw bisa melihat iyan dan sella melambai lambaikan tangannya ke arah gw dan doni
“ benar benar hari yang sempurna gus.....rumah sudah rapih begitu juga dengan kebun ini.....” ucap doni sambil memandang ke arah rumah yang kini dindingnya telah terlapisi oleh cat yang baru, tanpa berbasa basi lagi, gw dan doni segera berjalan menuju teras belakang
hembusan angin yang terasa dingin kini seperti menyambut kehadiran gw dan doni di teras belakang, sinar matahari yang mulai meredup seperti menghadirkan sensasi tersendiri untuk memandang kebun melalui teras belakang ini, cukup lama juga gw terpaku menatap keindahan ini, hingga akhirnya terdengar suara mang edo yang mencoba mengingatkan gw bahwa proses renovasi rumah ini telah selesai
“ maaf den bagus, sepertinya proses renovasi ini telah selesai....” ucap mang edo dengan sopannya
“ iya mang saya mengerti, dimana mereka....” tanya gw yang menanyakan keberadaan tukang tukang yang mengerjakan proses renovasi ini, kini dengan memberikan isyarat tangannya, mang edo memberitahukan kalau para tukang tersebut telah menanti di teras depan, mengetahui hal tersebut, gw segera berjalan menuju teras depan diikuti oleh mang edo, doni, iyan serta sella
“ alhamdulillah...akhirnya selesai juga ya bapak bapak......” ucap gw ketika tiba di teras depan, dengan wajah yang ceria kini para tukang tersebut menerima penghasilan dari pekerjaan yang telah mereka kerjakan selama seminggu ini
“ terima kasih kang....nanti kalau ada apa apa bisa menghubungi kami lagi....” ucap salah satu tukang begitu menerima selembar amplop yang berisikan uang
“ saya yang harusnya mengucapkan terima kasih pak...karena bapak bapak sudah membantu saya merapihkan rumah ini...” ujar gw yang berbalas senyum yang mengembang di wajah mereka, diantara senyuman itu kini gw melihat dua orang tukang yang sepertinya sedang membicarakan sesuatu dan terlihat ragu untuk mengutarakannya
“ ada apa pak....?” tanya gw dengan penuh keingintahuan
“ sebenarnya begini kang bagus, ada yang ingin saya beritahukan kepada kang bagus....sebaiknya kang bagus lihat sendiri ” jawab salah satu tukang, kini terlihat tukang tersebut berjalan menuruni teras depan dan menuju ke bagian samping rumah, melihat hal tersebut, gw beserta kawan kawan serta mang edo mengikuti tukang tersebut, tampak tukang tersebut berhenti tepat di samping rumah dan memperlihatkan sebuah pintu kecil yang berada pada susunan batu yang tersusun rapih dan menjadi penunjang rumah ini
“ hahh...pintu apa itu pak...?” tanya gw seraya menghampiri pintu tersebut, kini gw bisa melihat tampak pintu tersebut terkunci dengan sebuah gembok yang telah berkarat tergantung pada bagian pintu
“ saya juga enggak tahu ini pintu apa pak....tapi kalau saya perkirakan sih, mungkin ini adalah pintu gudang atau penyimpanan lainnya, saya dan teman teman menemukan pintu ini disaat kami membersihkan tanaman rambat serta ilalang liar yang menutupi dinding batu ini....” terang tukang tersebut, setelah beberapa saat kembali memperhatikan keadaan pintu, kini para tukang tersebut meminta izin untuk meninggalkan rumah, seiring dengan kendaraan yang dikendarai para tukang meninggalkan rumah, gw, iyan, sella, doni serta mang edo, kembali ke pintu tersebut dan mencoba menerka nerka apa yang mungkin ada di balik pintu yang kini berada tepat di hadapan mata gw
“ sebenarnya pintu apa ya gus....?” tanya doni sambil memegang gembok berkarat yang menempel pada daun pintu
“ entahlah don, gw juga enggak tahu, mang edo...coba mang edo buka pintu ini...” pinta gw yang berbalas kebingungan di wajah mang edo
“ dibuka....?, maksud kang bagus teh dibongkar paksa...?” tanya mang edo mencoba meyakinkan dirinya kalau gw memang meminta mang edo untuk membongkar paksa pintu tersebut, seiring dengan anggukan kepala gw, terlihat mang edo berjalan menaiki teras depan dan memasuki rumah, setelah beberapa saat lamanya menghilang ke dalam rumah, kini mang edo terlihat kembali dari arah halaman belakang dengan membawa sebuah palu di tangannya
“ permisi kang....” ucap mang edo meminta gw dan doni menyingkir dari depan pintu, wajah sella dan iyan terlihat begitu tegang menyaksikan apa yang akan dilakukan oleh mang edo, kini dengan sebuah ayunan keras tangan mang edo mengarahkan palu yang ada di tangannya ke arah gembok, terdengar bunyi sentuhan dua buah besi yang berakhir dengan terbukanya gembok yang menutupi pintu, mendapati hal tersebut, tangan mang edo terlihat melepaskan gembok tersebut lalu membuka menarik daun pintu secara perlahan, dan sepertinya faktor usia yang telah memakan engsel pintu tersebut telah membuat timbulnya suara deritan yang mengiri pergerakan daun pintu
“ apa itu mang....” ucap gw begitu melihat keadaan di dalam ruangan yang terlihat gelap, sepertinya cahaya senja yang kini memayungi rumah ini, tidak mampu untuk menyingkap tabir kegelapan di dalam ruangan tersebut, melihat hal tersebut, iyan yang semula hanya berdiri mematung, kini mengambil inisiatifnya untuk menyalakan cahaya api dari korek api yang ada di genggaman tangannya di dalam ruangan
“ sepertinya ruangan ini memang digunakan sebagai tempat penyimpanan gus...” uajr iyan sambil berjalan secara membungkuk memasuki ruangan, melihat hal tersebut, gw, doni dan mang edo mengikuti langkah iyan memasuki ruangan, kini gw dapat merasakan suasana ruangan yang lembab dengan bau yang kurang sedap, beberapa barang yang dipergunakan untuk berkebunan tampak tersimpan di dalam ruangan, begitu juga dengan beberapa balai bambu yang terlihat memenuhi ruangan, hingga akhirnya gw mengambil kesimpulan, bahwa ruangan ini memang dulunya dipergunakan untuk ruang penyimpanan atau gudang
“ sepertinya begitu yan....mungkin ruangan ini dulunya dipergunakan untuk menyimpan alat alat perkebunan dan persemaian bibit tanaman, atau mungkin sebagai ruangan untuk menyimpan buah dan sayur hasil perkebunan, sebelum akhirnya di jual.....” ucap gw mencoba mengambil kesimpulan, kini sama sekali gw tidak melihat adanya lantai yang melapisi tanah yang sedang gw pijak sekarang ini, sella yang terlihat berdiri di depan pintu hanya ikut menyaksikan keadaan di dalam ruangan tanpa berani untuk memasukinya
“ masuk sel....lu takut ya...” ledek iyan sambil menunjukan wajah seramnya
“ enggak ah...bukannya gw takut yan, tapi gw enggak suka dengan hawanya, terasa lembab dan bau...” ujar sella sambil beranjak mundur menjauhi pintu
“ jadi bagaimana gus....apa rencana lu dengan tempat ini...?” tanya doni, yang sepertinya berharap gw mempunyai ide untuk menggunakan ruangan ini
“ belum terpikir don, tapi sepertinya ruangan ini akan gw gunakan fungsinya sama seperti yang dulu, gw akan jadikan ruangan ini sebagai gudang, ataupun tempat persemaian...” jawab gw sambil mengajak iyan, doni dan mang edo keluar dari dalam ruangan, karena gw melihat cahaya senja di luar ruangan semakin terlihat gelap
satu minggu berlalu setelah penemuan pintu rahasia tersebut, kini keadaan rumah telah terlihat rapih dan baru, tidak ada lagi sudut sudut ruangan yang terlihat gelap, beberapa pas bunga yang kini menghiasi beberapa sudut rumah, kini tampak semakin mempercantik keadaan didalam rumah, seiring dengan tatapan mata gw yang memandang perkebunan melalui teras halaman belakang, tampak mang edo, doni dan iyan, keluar dari dalam sebuah kamar dengan keringat yang membasahi wajahnya
“ ini yang terakhir gus...semua sudah beres...rapih...” ujar iyan seraya menghempaskan tubuhnya di kursi, permintaan gw untuk menempatkan semua kasur dan guling baru di dalam kamar, sepertinya telah terlaksana dengan baik
“ bagaimana gus, sekarang kan semuanya sudah beres....apa kita akan mengadakan selamatan dulu sebelum kita membuka resmi tempat ini....?” tanya doni sambil mengambil posisi duduk di sisi iyan, tampak terlihat sella tengah sibuk dengan pc yang telah terpasang di salah satu ruangan yang akan pergunakan sebagai ruang penerimaan tamu
“ selamatan...?, duhh don....cukup berdoa aja deh...enggak usah pakai yang seperti itu, lu tuh ya...mukanya aja yang terlihat muda tapi kelakuannya masih kuno...” jawab gw yang berbalas gelak tawa iyan, terlihat sella mengembangkan senyumnya dari kejauhan, sepertinya sella mendengarkan apa yang tengah kami perbincangkan
“ tapi memang enggak ada salahnya kang bagus, di sekitar rumah saya juga begitu, kalau ada peresmian rumah baru ataupun gedung biasanya diadakan selametan, terus kalau perlu kita adakan sesaji untuk menghormati penghuni lama yang telah terlebih dahulu mendiami tempat itu....” ujar mang edo menimpali perkataan doni
regmekujo dan 11 lainnya memberi reputasi
12