Kaskus

Story

meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
SULAKSMI
SULAKSMI



PROLOG




“ semoga ini awal yang baik untuk karir gw dalam berwiraswasta...”
yaa...itulah sepenggal kalimat kebahagian yang terucap dari mulut bagus disaat sebuah berita baik terucap dari mulut bapak dan mamah, keinginan bagus untuk mempunyai sebuah usaha sendiri selepas masa perkuliahannya, kini mulai terwujud seiring dengan keinginan mamah yang menginginkan bagus untuk mengelola sebuah rumah yang merupakan rumah peninggalan dari orang tua mamah dan telah lama terbengkalai
kini bersama ketiga sahabat baiknya, bagus berusaha mewujudkan mimpinya itu menjadi sebuah kenyataan, seiring dengan berjalannnya waktu, akan kah semua usaha bagus itu akan membuahkan hasil yang memuaskan, atau kah ada sisi lain dari rumah tersebut yang bagus tidak ketahui dan akan menjadi penghambat usaha bagus untuk mewujudkan mimpinya tersebut....

Note :

* dilarang copy paste tanpa seizin penulis
* apa yang ane tuliskan hanyalah sebuah bentuk karya seni tanpa memperdebatkan nyata/fiksi
* update disesuaikan dengan RL penulis


terima kasih & selamat membaca emoticon-coffee
@meta.morfosis

Chapter demi chapter :
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
EPILOG


Diubah oleh meta.morfosis 16-01-2019 19:25
indrag057Avatar border
bukhoriganAvatar border
bonita71Avatar border
bonita71 dan 35 lainnya memberi reputasi
36
64.9K
197
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
#3
Chapter 2




secangkir coklat hangat yang bertemankan beberapa buah pisang goreng yang telah di sajikan oleh mbok ida kini menemani waktu bersantai gw di teras depan, azan isya yang berkumandang seperti menyambut kedatangan sebuah mobil yang membunyikan klaksonnya tepat di depan pintu pagar rumah, dengan setengah berlari, tampak mang rohim mulai membuka pintu pagar
“ tumben bapak pulang malam....” ucap gw begitu melihat mobil mulai memasuki halaman rumah, wajah bapak yang terlihat lelah kini mulai terlihat menuruni mobil
“ Assalamualaikum....” salam bapak lalu menghempaskan tubuhnya di kursi
“ wa’alaikumsalam....tumben pulangnya malam pak...?”
“ iya gus, tadi ada meeting di kantor....biasalah kalau habis dapat proyek baru...” seiring ucapannya terlihat bapak melepaskan sepatu yang di kenakannya
“ bagaimana dengan wisuda kamu gus....?” tanya bapak yang berbalas rasa tidak antusias gw
“ ya seperti itulah, rangkaian acara seremonial yang membosankan, intinya sekarang bagus sudah sarjana pak.....” seiring jawaban gw, terlihat mamah dan vina keluar dari dalam rumah, tampak vina membawa segelas besar air putih lalu meletakannya di meja,
“ kamu enggak boleh begitu gus, jangan kamu pandang kuliah itu dari title yang kamu raih...tapi pandanglah dari ilmu yang kamu dapatkan....” ucap bapak sambil meminum air putih yang telah tersedia, kini nampak mamah dan vina mengambil posisi duduk tepat diantara gw dan bapak
“ dengar kata bapak tuh bang....jangan ngeyel...” canda vina, tangannya terlihat mengambil sepotong pisang goreng yang ada di piring lalu menyantapnya
“ huhhh...anak kecil jangan sok tahu....” ucap gw seraya mencoba merebut pisang goreng dari tangan vina, dengan sigap vina menepiskan tangan gw lalu mencibirkan bibirnya
“ sudah...sudah....kalian tuh masih seperti anak kecil aja...” lerai mamah yang berbalas gelak tawa gw dan vina, tampak bapak mengembangkan senyumnya
“ ohhh iya pak, sekarang bagus sudah sarjana tuh....tadi dia menagih janji kita mengenai keinginannya untuk berwiraswasta.....”
mendengar perkataan mamah terlihat bapak terdiam beberapa saat, tanpa menjawab perkataan mamah, bapak berjalan memasuki rumah, dan tidak lama kemudian, terlihat bapak kembali keluar dari dalam rumah dengan membawa sebuah album photo ditangannya
“ gus....coba kamu lihat ini....” ucap bapak sambil menyerahkan album photo yang ada ditangannya, kini dengan bingung, gw memperhatikan sebuah halaman photo yang berisikan photo sebuah rumah, terlihat bapak, mamah beserta vina yang masih kecil berdiri di depan rumah tersebut
“ ini maksudnya apa ya pak...bagus enggak ngerti...”
“ coba kamu perhatikan photo rumah itu....” ucap bapak yang berbalas pandangan mata gw menatap photo tersebut, beberapa photo tampak memperlihatkan ukuran rumah yang besar di sertai halaman yang luas
“ bagus masih belum mengerti pak....” ucap gw dengan perasaan bingung, terlihat mamah mengembangkan senyumnya
“ gus....itu rumah peninggalan orang tua mamah, dulu disaat awal mamah dan bapak menikah.....” untuk sesaat mamah menghentikan perkataannya, tatapan matanya terlihat memandang gw, sepertinya mamah merasa sungkan dengan perkataannya itu, biar bagaimanapun mamah masih bisa merasakan rasa perih yang gw rasakan ketika mamah mengucapkan kata kata pernikahan
“ lanjutkan mamah....bagus enggak kenapa napa....” ucap gw yang berbalas rasa bangga di wajah bapak karena gw telah bersikap dewasa
“ disaat itu usia vina baru empat tahun, dikarenakan adanya promosi pekerjaan yang mengharuskan bapak untuk berkantor di jakarta, akhirnya bapak dan mamah memutuskan untuk meninggalkan rumah itu....” untuk sesaat mamah kembali terdiam
“ berarti selama bapak dan mamah pindah ke jakarta, rumah itu kosong....?” tanya gw dengan rasa keingintahuan
“ dua tahun setelah bapak dan mamah meninggalkan rumah itu, sebenarnya masih ada orang tua mamah, lebih tepatnya ibunya mamah yang mengurus rumah itu dibantu oleh seorang pembantu rumah tangga, tapi setelah ibunya mamah meninggal....pembantu rumah tangga yang biasa mengurus dan membersihkan rumah, memutuskan untuk mengundurkan diri dan pergi entah kemana....bisa dibilang rumah itu sekarang sudah terbengkalai selama tiga belas tahun.....” terang bapak mewakili penjelasan yang akan terucap dari mulut mamah
“ lohh lantas...bapaknya mamah kemana...?”
“ bapaknya mamah kamu ini telah meninggal setahun sebelum bapak dan mamah menikah.....” jawab bapak yang berbalas rasa penyesalan gw karena telah mengeluarkan pertanyaan sebodoh itu
“ maafkan bagus mah....”
“ enggak kenapa napa gus...kamu kan enggak tahu, jadi wajar saja kalau bertanya itu...” ujar mamah dengan bijaknya, terlihat vina yang ikut memperhatikan perbincangan ini kembali mengambil sepotong pisang goreng dan memakannya kembali
“ vina jadi bingung...lantas hubungannya rumah dengan keinginan bang bagus untuk berwiraswasta itu apa....?” mendengar pertanyaan vina, terlihat bapak dan mamah mengembangkan senyumnya
“ hubungannya....bapak dan mamah menginginkan agar bagus mengurus rumah itu sebagai modal awal untuk berwiraswasta....?” ucap bapak sambil menatap wajah gw yang masih terlihat bingung, dengan senyum mengembang di wajahnya, sepertinya ekspresi wajah yang diperlihatkan mamah seperti mewakili perkataannya yang menyetujui usulan bapak
“ rumah itu sebagai modal awal....?”
“ iya gus....kamu bisa mengelola rumah itu sebagai tempat penginapan, karena hampir setiap musim liburan ataupun hari biasa, banyak turis lokal ataupun turis dari luar negeri yang datang berkunjung ke obyek wisata yang tidak jauh dari kampung kita itu...(bapak menyebutkan sebuah tempat di jawa barat yang terkenal dengan suasana alamnya yang indah dan bersuhu dingin), walaupun rumah kita itu cukup jauh dari ingkungan perkampungan, tapi bapak yakin, dengan sedikit marketing yang cerdas akan membuat rumah kita itu dikunjungi oleh para pelancong yang membutuhkan jasa penginapan....” terang bapak dengan antusias
“ tapi pak....”
“ tapi apa gus....?” tanya mamah begitu merasakan keraguan di wajah gw
“ bagaimana dengan keinginan bagus untuk berkebun....” mendengar jawaban gw, kembali bapak dan mamah mengembangkan senyumnya
“ banyak yang belum kamu ketahui tentang rumah itu gus, rencana bapak....besok itu kan hari minggu, bapak dan mamah akan mengajak kamu dan vina ke rumah itu....biar kamu bisa melihat sendiri potensi apa yang bisa kamu kembangkan di rumah itu....”
“ asikkk....akhirnya vina pulang kampung....” teriak vina dengan girangnya
waktu yang telah beranjak malam kini mengantarkan gw ke pembaringan, pandangan gw yang menatap langit langit kamar seperti memanjakan lamunan gw pada sebuah rumah yang mungkin akan menjadi modal awal gw untuk berwiraswasta, walaupun gw sedikit merasa kecewa karena belum mendapatkan kepastian akan keinginan gw untuk berkebun, tapi setidaknya saran dari bapak dan mamah yang menginginkan gw untuk mengelola rumah tersebut menjadi sebuah penginapan telah mengindikasikan kalau bapak dan mamah telah mendukung keinginan gw untuk berwiraswasta
“ semoga ini awal yang baik untuk karir gw dalam berwiraswasta...” ucapan kecil yang terucap dalam hati gw, kini mengantarkan perasaan ngantuk yang mulai membelai kedua kelopak mata ini, hingga akhirnya gw pun mulai tertidur menembus alam mimpi yang indah
“ vin....cepat dong...bapak dan mamah sudah menunggu di mobil tuh...!” teriak gw kepada vina yang masih berada di dalam kamar, kini dengan mengenakan sebuah jacket jeans lusuh yang berpadu dengan celana jeansnya, tampak vina keluar dari dalam kamar
“ sabar bang....udah enggak sabar ya untuk jadi bos penginapan....” canda vina sambil tertawa, melihat hal tersebut, gw segera menarik pergelangan tangan vina agar mempercepat langkah kakinya keluar dari dalam rumah dan menuju ke mobil yang terparkir di halaman rumah
“ nah gitu dong....sekali kali mang rohim sama mbok ida ikut jalan jalan....” canda vina begitu melihat mang rohim dan mbok ida berada di dalam mobil, tampak kini mang rohim telah berada di balik kemudi sedangkan mbok ida mengambil posisi duduk di kursi bagian belakang
“ ayo cepat naik....kapan mau sampainya kalau kalian masih bercanda disini....” tegur bapak yang duduk di samping mang rohim, mendapati perkataan bapak tersebut, gw dan vina segera menaiki mobil
“ gw di belakang aja ahhh...males dekat lu bang...bau keringat...” ledek vina yang berbalas senyuman dari yang lain
“ ahhh gw juga males dekat lu vin...parfum lu itu menyengat banget seperti etalase parfum berjalan....” canda gw yang berbalas tarikan tangan vina pada rambut gw, mbok ida yang duduk disamping vina hanya tertawa kecil menyaksikan keakraban ini
tepat pukul delapan pagi, mobil pun mulai berjalan menembus padatnya jalan raya, setelah cukup lama mobil melaju di jalan raya, hijaunya rerimbunan kebun teh yang berada di sisi kanan dan kiri jalan seperti memanjakan mata gw, terlihat sesekali beberapa warung yang berada di pinggir jalan sedang menjalankan aktifitas jual belinya
“ kalau suasana rumah kita disana sama seperti suasana di puncak ini, bagus pasti betah mah....dingin dan sejuk...” ucap gw sambil membuka jendela mobil, kini gw bisa merasakan hawa sejuk yang memasuki mobil
“ kamu pasti betah gus...disana lebih sejuk dan dingin, bahkan suasanya lebih tenang dibandingkan jalan raya puncak ini....” ujar mamah seraya ikut memperhatikan pemandangan alam di kanan kiri jalan
hampir delapan jam lamanya mobil menapaki rodanya di jalan yang beraspal, hingga akhirnya kami tiba di rumah yang di tuju, setelah melewati beberapa kebun teh yang kembali menghiasi sisi kanan dan kiri jalan, mobil pun mulai memasuki jalan yang beralaskan batu batu kali yang tersusun rapih, hingga akhirnya terlihat sebuah rumah yang tampak besar, batu batu kali yang menghiasi dinding rumah tersebut seperti menegaskan bahwa rumah tersebut masih berasitektur masa lalu
“ akhirnya sampai juga....ayo turun....” tegur mamah begitu melihat, gw, vina dan mbok ida masih terpaku menatap rumah dari dalam mobil, tampak bapak dan mong rohim telah turun terlebih dahulu dan membuka pintu gerbang
“ besar banget rumahnya mah....” ucap gw dengan rasa kagum, terlihat mamah mulai menuruni mobil, melihat hal tersebut, gw, vina dan mbok ida segera mengikuti mamah menuruni mobil, begitu turun dari mobil, kembali gw menatap rumah tersebut dengan decak kekaguman
“ rumah sebesar ini dulunya ditinggali oleh siapa aja....?” tanya gw dalam hati, melihat bapak, mamah, vina dan mbok ida yang telah berjalan memasuki halaman rumah, gw pun segera melangkahkan kaki mengikuti mereka, terlihat mang rohim memarkirkan mobil di halaman rumah yang luas, kini gw melihat tumpukan batu kali yang tersusun rapih serta berselimut tanaman liar dan lumut hijau seperti membuat rumah tersebut laksana sebuah rumah panggung yang beralaskan batu kali
“ kita enggak salah rumah kan mah...?” tnya gw yang berbalas tawa bapak dan mamah, bukannya menjawab pertanyaan gw, terlihat bapak dan mamah mulai berjalan ke sekitar rumah, sepertinya bapak dan mamah sedang bernostalgia dengan masa lalunya, tampak mang rohim dan mbok ida mengeluarkan bekal makanan yang telah dipersiapkan dari rumah dari dalam mobil
“ loh koq lu masih bengong vin.....lu masih ingat kan dengan rumah ini....?” tanya gw begitu melihat vina yang masih terpaku menatap rumah
“ gw udah lupa bang, yaa...lu bayangin aja, saat itu umur gw masih empat tahun...” jawab vina sambil melayangkan pandangannya ke teras depan, terlihat vina memalingkan wajahnya begitu melihat ke arah jendela yang berada di teras depan
“ kenapa vin....?” mendengar pertanyaan gw, tampak vina hanya menggelengkan kepalanya
“ vin...jangan bilang halusinasi lu bisa melihat keberadaan hal hal yang aneh kambuh lagi deh....” ucap gw sambil memandang wajah vina
hal yang gw ucapkan kepada vina ini memanglah sangat beralasan, karena selama lima tahun kehidupan gw bergabung dengan keluarga ini, gw mendapati vina mempunyai kelainan kejiwaan yang membuat vina berhalusinasi bisa melihat hal hal yang menyeramkan, dan hal tersebutlah yang menjadi alasan bapak untuk mengobati vina dengan terapi kejiwaan di salah satu tempat di jakarta, walaupun hal itu sebenarnya ditentang oleh mamah dengan alasan mamah merasa yakin bahwa apa yang vina alami bukanlah sebuah gangguan kejiwaan
“ enggak bang, gw enggak lihat apa apa....hanya kepala gw aja yang pusing, mungkin karena perjalanan jauh tadi....” ucap vina dengan tersenyum, kini terlihat bapak dan mamah telah berjalan ke teras depan dan melambaikan tangannya, mendapati hal tersebut, gw dan vina segera berjalan menuju teras depan, sesampainya di teras depan, kini gw dapat melihat kalau rumah ini mempunyai lantai yang tersusun dari kayu yang tertata sangat rapih
“ mang rohim....mbok ida...makanannya di gelar di halaman aja...!” teriak mamah kepada mang rohim dan mbok ida, kini nampak mang rohim mengeluarkan sebuah tikar dari dalam mobil lalu menggelarnya pada salah satu sudut halaman yang teduh, mendapati hal tersebut, mbok ida segera menyajikan makanan di atas hamparan tikar
“ bagus benar benar enggak menyangka kalau rumahnya sebesar ini mah.....” ucap gw begitu memasuki rumah, tampak beberapa furniture tua yang tidak terawat menghiasi dalam rumah, sebuah jam kayu dengan bandul jamnya yang terlihat besar tampak berdiri kokoh di salah satu sudut rumah
“ mamah memang sengaja enggak memberitahukannya ke kamu gus, anggap aja ini kejutan dari mamah....” ujar mamah seraya mencoba menyingkirkan beberapa sarang laba laba kecil yang bersarang di atas kursi
“ memangnya dalam waktu selama itu, enggak ada keluarga mamah yang mengurus rumah ini...?” tanya gw kepada mamah, tampak bapak sedang membuka sebuah pintu yang entah mengarah kemana, tapi sepertinya bapak mengetahui arah tujuannya
“ mamah itu anak semata wayang gus, sebenarnya keluarga dari bapak dan ibunya mamah masih ada beberapa....tapi mereka tinggal di luar daerah...” terang mamah sambil melangkahkan kakinya menyusul bapak
“ kamar sebanyak ini untuk apa ya vin....?” tanya gw sambil memperhatikan beberapa pintu yang tertutup rapat, sebuah tangga kayu yang menuju ke lantai atas tampak terlihat di bagian tengah ruangan
“ gw enggak tau bang...” jawab vina sambil memperhatikan langkah kaki gw menuju ke tangga kayu
“ ehhh...lu mau kemana bang....” tegur vina begitu melihat gw menaiki tangga kayu
“ gw mau lihat vin, ada apa aja di lantai atas....” ucap gw sambil meneruskan berjalan ke lantai atas, mendapati hal tersebut terlihat vina segera berjalan menyusul bapak dan mamah
sebuah ruangan gelap yang terlihat besar tampak di lantai atas, dan sepertinya ruangan ini dipakai sebagai ruangan bersantai pada masa lalunya, beberapa buah kamar juga tampak terlihat di lantai atas, keinginan gw untuk memeriksa kamar kamar tersebut kini menemui kegagalan, sepertinya pintu pintu kamar tersebut terkunci dengan rapat
“ gus....!!” sebuah suara panggilan bapak kini menyadarkan gw dari keterpakuan menatap ruangan dilantai atas
“ cepat kesini gus....!” teriak bapak sekali lagi, kini gw bergegas menuruni anak tangga dan berjalan menuju ke arah sumber suara, tampak bapak, mamah dan vina tengah berdiri di sebuah teras dengan pandangan menatap ke bawah, dan kini setelah gw berdiri menghampiri, gw bisa melihat sebuah halaman luas dengan beberapa susunan batang bambu yang menghiasinya dan sepertinya apa yang tengah gw lihat kali ini adalah sebuah perkebunan yang telah terbengkalai
“ ini luar biasa....” gumam gw mengagumi apa yang tengah gw lihat, terlihat keceriaan di wajah bapak dan mamah begitu melihat rasa kekaguman di wajah gw
“ bagaimana gus....apa masih berminat mengelola rumah ini....?” tanya bapak dengan candanya
“ bagus berminat pak...berminat banget...” jawab gw yang berbalas tawa kecil bapak dan mamah, dengan mengembangkan senyumnya tampak vina ikut merasakan kebahagiaan yang gw rasakan
“ untuk masalah perizinan rumah ini menjadi penginapan biar nanti bapak yang mengurusnya, bapak hanya ingin kamu fokus merapihkan tempat ini....”
“ iya pak...tapi pak....”
“ tapi apa gus....?” tanya bapak begitu merasakan keraguan dalam perkataan yang terucap dari mulut ini
“ kalau memang bagus di izinkan, bagus ingin mengajak teman teman bagus mengelola rumah ini, kebetulan mereka belum mempunyai rencana jelas setelah wisuda....” jawab gw dengan persaaan takut bapak akan menolak keinginan gw ini, terlihat bapak dan mamah saling berpandangan lalu tersenyum
“ mamah dan bapak mengizinkan gus....kamu tanyakan dulu kepada teman teman kamu, mau apa enggak mereka mengelola rumah ini...” ujar mamah yang berbalas kegembiraan di wajah gw
“ nanti akan bagus beri kabar kepada teman teman bagus mah.....”
“ yang penting kamu fokus mengelola rumah ini, karena suatu saat nanti...kamu dan vina juga yang akan mewariskan rumah ini...” ucap bapak mengakhiri pembicaraan, kini kami segera bergegas keluar dari dalam rumah untuk menikmati acara makan yang telah di persiapkan oleh mbok ida dan mang rohim di halaman rumah, sebuah acara makan yang berpayungkan kesejukan alam
Diubah oleh meta.morfosis 04-06-2018 12:45
indrag057
aripinastiko612
regmekujo
regmekujo dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.