fajraadhaAvatar border
TS
fajraadha
Ledakan Penduduk Dunia dan Efek Domino yang Mengancam Kehidupan


Pertumbuhan penduduk bumi kian tak terkendali. Berbagai masalah siap menghadang masyarakat dunia.

Saat ini penduduk dunia sudah mencapai tujuh miliar, dan satu dari delapan orang tidak dapat makan secara layak. Pertanyaannya adalah, sampai berapa lama bumi dapat menanggung sekian banyak orang? Apa yang akan terjadi jika ledakan penduduk tetap terjadi?

Data terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bekerja sama dengan University of Washington menemukan fakta bahwa tahun 2050, bumi akan dihuni sebanyak 9,6 miliar. Bahkan tahun 2100 saja bumi akan semakin sesak karena ditempati 11 miliar orang. Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Science. 

Penelitian lain dilakukan oleh Global Enviromental Change. Dalam penelitiantersebut, didapat bahwa pada abad ini saja bumi akan dihuni oleh 9,4 miliar orang. Perbedaannya, terjadi penurunan jumlah penduduk di tahun 2100 menjadi 9 miliar saja.

Data manakah yang benar? Tidak ada yang tahu, lihat saja kondisi seratus tahun mendatang.

Pada tahun 2011, National Geographicmenerbitkan kumpulan seri 7 Billion tentang populasi penduduk bumi, dampak, serta masa depan dunia.

Beberapa tahun belakangan, National Geographic telah mempelajari mengenai isu lingkungan, seperti perubahan iklim, energi, ketersediaan makanan, bahkan air bersih.

Keseluruhan isu lingkungan ini ternyata berhubungan dengan ledakan pendudukyang tampaknya kurang terkontrol.

Berdasarkan data PBB, Oktober 2011, bumidihuni oleh lebih dari tujuh miliar orang. Estimasi jumlah penduduk ini berdasarkan jumlah populasi dan angka kelahiran, kematian, dan migrasi saja.

Sementara menurut data Bank Dunia, pada tahun 2016, Bumi dihuni oleh 7,442 miliar orang.

Penduduk bumi telah mengalami pertumbuhan begitu pesat. Pada 1900, bumi hanya dihuni 1,6 miliar orang dan peningkatan terjadi di tahun 1950 menjadi 2,5 miliar.

Tidak berselisih terlalu jauh, pada tahun 2000 bumi telah menjadi rumah bagi lebih dari 6 miliar orang dan sekarang mencapai 7,2 miliar.

Sebuah esai terkenal tahun 1798 dibuat oleh the Reverend Thomas Malthus. Esai itu berisi mengenai pertumbuhan jumlah penduduk yang tak terkendali akan menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan pangan pula.Bila hal di atas terjadi, dunia akan mengalami kelaparan.

Menurut penelitian Jeffrey Sachs dan Paul Ehrlich—mereka melanjutkan esai Thomas Maltus—sebanyak 800 juta orang di dunia tidak akan bisa makan dengan layak. Penyebab utama dari bencana ini terkait agrikultur.



Ehrlich memaparkan bahwa inti permasalahan bukan hanya dari jumlah penduduk dunia, melainkan ledakan penghuni bumi yang akan berdampak pada tingkat konsumsi.

Penggunaan minyak bumi, gas, dan batubara pun akan meningkatkan kandungan metana dalam atmosfer. Selain itu karbon dioksida pun akan terus meningkat karena penggunaan rumah kaca.

Salah satu dampak terbesar yang akan dirasakan yakni di bidang agrikultur. Pasalnya jumlah panganan tidak sebanding dengan jumlah manusia di bumi. Walaupun sekarang kondisi panganan masih dapat diatasi, namun bagaimana bidang agrikultur memberikan tambahan pangan bagi dua hingga tiga miliar orang lagi? Inilah pekerjaan rumah yang dibahas National Geographic pada kumpulan seri the future of food. 

Tak hanya sekadar angka

Populasi penduduk dunia tidak hanya masalah angka semata, namun juga mengenai kelahiran, kematian, serta migrasi.

Kelahiran memberi gambaran berapa banyak orang yang akan bertambah dan seberapa lama seorang ibu dapat hidup. Kematian menunjukkan seberapa lama manusia hidup, sedangkan migrasi melihat tempat tinggal dan perpindahan manusia.

Mengurangi tingkat kelahiran adalah langkah penting untuk menekan pertumbuhan penduduk dunia di masa depan. Cynthia Gorney menuliskan kisah penurunan tingkat kelahiran di Brasil. Rata-rata anak (per keluarga) turun menjadi 1,9 anak yang semula mencapai 6,3 anak. Hasil ini didapat dengan berbagai cara, yakni peningkatan pendidikan bagi anak perempuan, peluang karier, dan peningkatan ketersediaan kontrasepsi.

Kematian dan migrasi juga memberikan unsur penting dalam struktur populasi dunia. Tingkat kehidupan yang lebih lama dapat meningkatkan populasi suatu daerah meningkat atau konstan. Sedangkan migrasi dilakukan untuk menghindari dari gangguan politik, kondisi lingkungan yang buruk, seperti kekeringan air maupun pangan.


sumber

0
26.6K
375
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Tampilkan semua post
fajraadhaAvatar border
TS
fajraadha
#1
Ledakan Penduduk Dunia dan Efek Domino yang Mengancam Kehidupan


Pertumbuhan penduduk bumi kian tak terkendali. Berbagai masalah siap menghadang masyarakat dunia.

Saat ini penduduk dunia sudah mencapai tujuh miliar, dan satu dari delapan orang tidak dapat makan secara layak. Pertanyaannya adalah, sampai berapa lama bumi dapat menanggung sekian banyak orang? Apa yang akan terjadi jika ledakan penduduk tetap terjadi?

Data terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bekerja sama dengan University of Washington menemukan fakta bahwa tahun 2050, bumi akan dihuni sebanyak 9,6 miliar. Bahkan tahun 2100 saja bumi akan semakin sesak karena ditempati 11 miliar orang. Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Science. 

Penelitian lain dilakukan oleh Global Enviromental Change. Dalam penelitiantersebut, didapat bahwa pada abad ini saja bumi akan dihuni oleh 9,4 miliar orang. Perbedaannya, terjadi penurunan jumlah penduduk di tahun 2100 menjadi 9 miliar saja.

Data manakah yang benar? Tidak ada yang tahu, lihat saja kondisi seratus tahun mendatang.

Pada tahun 2011, National Geographicmenerbitkan kumpulan seri 7 Billion tentang populasi penduduk bumi, dampak, serta masa depan dunia.

Beberapa tahun belakangan, National Geographic telah mempelajari mengenai isu lingkungan, seperti perubahan iklim, energi, ketersediaan makanan, bahkan air bersih.

Keseluruhan isu lingkungan ini ternyata berhubungan dengan ledakan pendudukyang tampaknya kurang terkontrol.

Berdasarkan data PBB, Oktober 2011, bumidihuni oleh lebih dari tujuh miliar orang. Estimasi jumlah penduduk ini berdasarkan jumlah populasi dan angka kelahiran, kematian, dan migrasi saja.

Sementara menurut data Bank Dunia, pada tahun 2016, Bumi dihuni oleh 7,442 miliar orang.

Penduduk bumi telah mengalami pertumbuhan begitu pesat. Pada 1900, bumi hanya dihuni 1,6 miliar orang dan peningkatan terjadi di tahun 1950 menjadi 2,5 miliar.

Tidak berselisih terlalu jauh, pada tahun 2000 bumi telah menjadi rumah bagi lebih dari 6 miliar orang dan sekarang mencapai 7,2 miliar.

Sebuah esai terkenal tahun 1798 dibuat oleh the Reverend Thomas Malthus. Esai itu berisi mengenai pertumbuhan jumlah penduduk yang tak terkendali akan menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan pangan pula.Bila hal di atas terjadi, dunia akan mengalami kelaparan.

Menurut penelitian Jeffrey Sachs dan Paul Ehrlich—mereka melanjutkan esai Thomas Maltus—sebanyak 800 juta orang di dunia tidak akan bisa makan dengan layak. Penyebab utama dari bencana ini terkait agrikultur.



Ehrlich memaparkan bahwa inti permasalahan bukan hanya dari jumlah penduduk dunia, melainkan ledakan penghuni bumi yang akan berdampak pada tingkat konsumsi.

Penggunaan minyak bumi, gas, dan batubara pun akan meningkatkan kandungan metana dalam atmosfer. Selain itu karbon dioksida pun akan terus meningkat karena penggunaan rumah kaca.

Salah satu dampak terbesar yang akan dirasakan yakni di bidang agrikultur. Pasalnya jumlah panganan tidak sebanding dengan jumlah manusia di bumi. Walaupun sekarang kondisi panganan masih dapat diatasi, namun bagaimana bidang agrikultur memberikan tambahan pangan bagi dua hingga tiga miliar orang lagi? Inilah pekerjaan rumah yang dibahas National Geographic pada kumpulan seri the future of food. 

Tak hanya sekadar angka

Populasi penduduk dunia tidak hanya masalah angka semata, namun juga mengenai kelahiran, kematian, serta migrasi.

Kelahiran memberi gambaran berapa banyak orang yang akan bertambah dan seberapa lama seorang ibu dapat hidup. Kematian menunjukkan seberapa lama manusia hidup, sedangkan migrasi melihat tempat tinggal dan perpindahan manusia.

Mengurangi tingkat kelahiran adalah langkah penting untuk menekan pertumbuhan penduduk dunia di masa depan. Cynthia Gorney menuliskan kisah penurunan tingkat kelahiran di Brasil. Rata-rata anak (per keluarga) turun menjadi 1,9 anak yang semula mencapai 6,3 anak. Hasil ini didapat dengan berbagai cara, yakni peningkatan pendidikan bagi anak perempuan, peluang karier, dan peningkatan ketersediaan kontrasepsi.

Kematian dan migrasi juga memberikan unsur penting dalam struktur populasi dunia. Tingkat kehidupan yang lebih lama dapat meningkatkan populasi suatu daerah meningkat atau konstan. Sedangkan migrasi dilakukan untuk menghindari dari gangguan politik, kondisi lingkungan yang buruk, seperti kekeringan air maupun pangan.


sumber

0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.