- Beranda
- Stories from the Heart
Criminal Puzzle : Murder on Hotel
...
TS
claymite
Criminal Puzzle : Murder on Hotel

HOLLA

Crime-Mystery-Thriller

Quote:

Quote:

Quote:

Quote:

Quote:

Quote:
Diubah oleh claymite 18-06-2018 12:43
anasabila memberi reputasi
1
41.6K
325
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
claymite
#93
Part 11
"Oke, berjenggot...catat itu Tom"kata Ben
Ronald sebagai agen CSI pun lalu mencoba memerhatikan sang korban yang tergeletak dengan penuh darah.
"Hei deputi, bisakah korban dibersihkan terlebih dahulu?" kata Ronald kepada sang deputi
Deputi pun akhirnya mengabulkan permintaannya, korban akhirnya dibawa ke sebuah mobil ambulance dan dibersihkan.
"Hei, bagaimana jika kita berdiskusi di rumah sakit? Aku kasihan tidak tega mayatnya tergeteletak di trotoar, lebih baik kita berbincang di rumah sakit?" kata Ronald
"Mengapa tidak kau saja? Kita masih butuh banyak bukti di TKP, aku perlu observasi lebih lanjut" sahut Ben dengan dingin
"Kenapa kau tidak disini saja Ron? Mengapa kau harus ikut membersihkan mayat sang korban? Dan mengapa mayat sang korban harus dibersihkan sekarang?" tanyaku polos
"Dengar Anna, aku tidak mau ada satupun bukti yang terlewati oleh kita, aku ingin melihat sang korban secara bersih. Siapa tau ada salah satu bukti fisik yang tersangkut" kata Ronald
"Bukti fisik seperti apa? Kau meracau" jawab Ben
"Misalkan, seperti sebuah potongan kain misalkan yang ada di tubuh korban atau di baju korban? Secara Marlo bilang bahwa sang korban sempat berkelahi terlebih dahulu, bukan begitu Marlo?" kata Ronald
"Y...yaaa" jawab Marlo singkat
"Dengar, aku tidak mau sang perawat atau sang dokter menghilangkan jejaknya, aku mau melihat secara langsung proses pembersihannya agar tidak ada bukti yang hilang dari tubuh korban" kata Ronald
"Tapi itu hanya dugaan sementara, bagaimana kau tahu ada bukti, sir?" tanya Marlo penasaran
"Pepatah mengatakan, lebih baik mencoba terlebih dahulu bukan?" jawab Ronald santai
Kami pun akhirnya menuju ke rumah sakit untuk membersihkan mayat sang korban. Ronald tampak memerhatikan secara serius dan detail. Kurang lebih selama satu jam, akhirnya proses pembersihan pun selesai dan kami semua pun bergegas masuk, termasuk Marlo dan sang deputi yang ikut ke rumah sakit. Ronald, Ben dan Tommy menggunakan sarung tangan untuk mengecek seluruh bagian tubuh dari sang korban agar.
Tidak ditemukan apa-apa di kantong dan bagian tubuh korban yang lain, akhirnya Ben pun memanggil ahli forensik untuk menyelidiki sidik jari dari sang pelaku.
Ben, Ronald dan Tommy membuka sarung tangan tersebut karena sudah tidak terpakai lagi. Lama menunggu ahli forensik, Ben kembali menanyai Marlo tentang kejadian pembunuhan itu.
"Hei Marlo...aku menemukan secarik kertas, dan dia bilang bahwa dia merupakan pembunuh yang sama saat di hotel itu, ini artinya dia pernah menginap di hotel itu. Nah, kau tadi bilang bahwa sang pelaku berjenggot dan memiliki mobil camry sedan hitam, aku bertanya, siapakah yang mempunyai mobil camry sedan hitam?" tanya Ben nampak serius dengan tatapan yang tajam
"Aku tidak tahu sir, banyak mobil yang terparkir di basement dan tugasku hanya dibagian resepsionis, mungkin anda bisa bertanya kepada sang security, Clark" kata Marlo
"Mm...orang hotel, apakah ada orang hotel atau rekanmu yang mempunyai ciri ciri seperti pembunuh tersebut?" tanya Ben lagi
"Tidak sir, bahkan tidak ada sama sekali orang hotel yang mempunyai mobil itu" jawab Marlo
"Hmm...Tommy, kau punya pendapat?" tanya Ben
"Untuk saat ini, aku masih bingung Ben, kasus terumit yang pernah kutangani, padahal sebenernya kejadiannya cukup simpel, hanya pembunuhan, tapi ini membuat otakku ingin meledak rasanya" kata Tommy sambil mengeluh
"Deputi? Ada pendapat?" tanya Ben lagi
"Tidak...aku masih kurang mengerti dengan kejadian ini" kata deputi
"Anna? Apa menurutmu?" tanya Ben
Aku pun berpikir sejenak sambil flashback ke kejadian saat itu, kejadian saat pembunuhan dan sesudah pembunuhan
"Aku tidak mempunyai pendapat Ben, tapi...mengapa sang pembunuh harus mengirim surat?" kataku
"Itu dia yang sedang kupikirkan Anna, mengapa saat dia sudah aman, dia kemudian menggempar-gemparkan pembunuhan seolah-olah dia ingin mencari sensasi" kata Ben
"Lalu...pesan they itu, mungkin dia adalah pembunuh keduanya, dan semalam aku diteror. Aku bingung apakah itu orang yang sama yang mengirimkan aku surat di hotel atau sang pembunuh?" kata Anna
"Masalahnya Anna..mengapa dia meninggalkan sebuah kertas, seolah-olah ingin terkenal" kata Ben
Kami semua nampak terdiam disitu, Ben melamun sejenak dan kemudian menanyakan kertas yang berisi kata "they" dan kata "23N"
"Tommy, dimanakah kertas tadi? Kau yang menyimpan kan?" tanya Ben
Tommy pun menyerahkan kertasnya kepada Ben, Ben membaca dengan teliti.
"Orang ini ingin mencelakakanku, seolah-olah aku lah pembunuhnya, kurasa orang yang menulis ini adalah pembunuhnya" kata Ben sambil terus menatap ke kertas
"Mengapa kau punya kesimpulan seperti itu?" tanyaku
"Anna...dia membunuh tepat pada jam 23.00, oke..dia datang kerumahmu jam?" tanya Ben interaktif
"Mmm...maafkan aku Ben, aku tidak melihat jam karena kepanikanku, ketika aku bangun ada seseorang yang menerorku, lantas aku siaga untuk berjaga diri tanpa melihat jam" kata Anna
"Tidak apa apa, tapi intinya, mengapa aku berasumsi bahwa sang pengirim kertas itu pembunuhnya...karna dia mengirim surat padamu tepat pada malam hari, dan pembunuhan dilakukan jam 23.00. Kesimpulan dan teoriku saat ini, sang pembunuh membunuh sang korban pada malam itu, ia menyadari ada sosok saksi, yaitu Marlo yang melihat kejadian itu, akhirnya ia pun mengirimkan sebuah clue agar kau percaya bahwa aku pembunuhnya, dan pusat perhatian pun akhirnya teralih kepadaku sebagai pembunuhnya" kata Ben
"Lalu mengapa ia bisa mengetahui lokasiku?" kataku
"Katakan, apa kau memakai GPS?"
"Ya...." kataku
"Itu dia jawabannya"
Aku pun akhirnya menatap ke arah Ronald yang dari tadi duduk terdiam di pojokan sambil menyendiri, ia pun kemudian menatapku karena mendengar hal itu.
"Oke, berjenggot...catat itu Tom"kata Ben
Ronald sebagai agen CSI pun lalu mencoba memerhatikan sang korban yang tergeletak dengan penuh darah.
"Hei deputi, bisakah korban dibersihkan terlebih dahulu?" kata Ronald kepada sang deputi
Deputi pun akhirnya mengabulkan permintaannya, korban akhirnya dibawa ke sebuah mobil ambulance dan dibersihkan.
"Hei, bagaimana jika kita berdiskusi di rumah sakit? Aku kasihan tidak tega mayatnya tergeteletak di trotoar, lebih baik kita berbincang di rumah sakit?" kata Ronald
"Mengapa tidak kau saja? Kita masih butuh banyak bukti di TKP, aku perlu observasi lebih lanjut" sahut Ben dengan dingin
"Kenapa kau tidak disini saja Ron? Mengapa kau harus ikut membersihkan mayat sang korban? Dan mengapa mayat sang korban harus dibersihkan sekarang?" tanyaku polos
"Dengar Anna, aku tidak mau ada satupun bukti yang terlewati oleh kita, aku ingin melihat sang korban secara bersih. Siapa tau ada salah satu bukti fisik yang tersangkut" kata Ronald
"Bukti fisik seperti apa? Kau meracau" jawab Ben
"Misalkan, seperti sebuah potongan kain misalkan yang ada di tubuh korban atau di baju korban? Secara Marlo bilang bahwa sang korban sempat berkelahi terlebih dahulu, bukan begitu Marlo?" kata Ronald
"Y...yaaa" jawab Marlo singkat
"Dengar, aku tidak mau sang perawat atau sang dokter menghilangkan jejaknya, aku mau melihat secara langsung proses pembersihannya agar tidak ada bukti yang hilang dari tubuh korban" kata Ronald
"Tapi itu hanya dugaan sementara, bagaimana kau tahu ada bukti, sir?" tanya Marlo penasaran
"Pepatah mengatakan, lebih baik mencoba terlebih dahulu bukan?" jawab Ronald santai
Kami pun akhirnya menuju ke rumah sakit untuk membersihkan mayat sang korban. Ronald tampak memerhatikan secara serius dan detail. Kurang lebih selama satu jam, akhirnya proses pembersihan pun selesai dan kami semua pun bergegas masuk, termasuk Marlo dan sang deputi yang ikut ke rumah sakit. Ronald, Ben dan Tommy menggunakan sarung tangan untuk mengecek seluruh bagian tubuh dari sang korban agar.
Tidak ditemukan apa-apa di kantong dan bagian tubuh korban yang lain, akhirnya Ben pun memanggil ahli forensik untuk menyelidiki sidik jari dari sang pelaku.
Ben, Ronald dan Tommy membuka sarung tangan tersebut karena sudah tidak terpakai lagi. Lama menunggu ahli forensik, Ben kembali menanyai Marlo tentang kejadian pembunuhan itu.
"Hei Marlo...aku menemukan secarik kertas, dan dia bilang bahwa dia merupakan pembunuh yang sama saat di hotel itu, ini artinya dia pernah menginap di hotel itu. Nah, kau tadi bilang bahwa sang pelaku berjenggot dan memiliki mobil camry sedan hitam, aku bertanya, siapakah yang mempunyai mobil camry sedan hitam?" tanya Ben nampak serius dengan tatapan yang tajam
"Aku tidak tahu sir, banyak mobil yang terparkir di basement dan tugasku hanya dibagian resepsionis, mungkin anda bisa bertanya kepada sang security, Clark" kata Marlo
"Mm...orang hotel, apakah ada orang hotel atau rekanmu yang mempunyai ciri ciri seperti pembunuh tersebut?" tanya Ben lagi
"Tidak sir, bahkan tidak ada sama sekali orang hotel yang mempunyai mobil itu" jawab Marlo
"Hmm...Tommy, kau punya pendapat?" tanya Ben
"Untuk saat ini, aku masih bingung Ben, kasus terumit yang pernah kutangani, padahal sebenernya kejadiannya cukup simpel, hanya pembunuhan, tapi ini membuat otakku ingin meledak rasanya" kata Tommy sambil mengeluh
"Deputi? Ada pendapat?" tanya Ben lagi
"Tidak...aku masih kurang mengerti dengan kejadian ini" kata deputi
"Anna? Apa menurutmu?" tanya Ben
Aku pun berpikir sejenak sambil flashback ke kejadian saat itu, kejadian saat pembunuhan dan sesudah pembunuhan
"Aku tidak mempunyai pendapat Ben, tapi...mengapa sang pembunuh harus mengirim surat?" kataku
"Itu dia yang sedang kupikirkan Anna, mengapa saat dia sudah aman, dia kemudian menggempar-gemparkan pembunuhan seolah-olah dia ingin mencari sensasi" kata Ben
"Lalu...pesan they itu, mungkin dia adalah pembunuh keduanya, dan semalam aku diteror. Aku bingung apakah itu orang yang sama yang mengirimkan aku surat di hotel atau sang pembunuh?" kata Anna
"Masalahnya Anna..mengapa dia meninggalkan sebuah kertas, seolah-olah ingin terkenal" kata Ben
Kami semua nampak terdiam disitu, Ben melamun sejenak dan kemudian menanyakan kertas yang berisi kata "they" dan kata "23N"
"Tommy, dimanakah kertas tadi? Kau yang menyimpan kan?" tanya Ben
Tommy pun menyerahkan kertasnya kepada Ben, Ben membaca dengan teliti.
"Orang ini ingin mencelakakanku, seolah-olah aku lah pembunuhnya, kurasa orang yang menulis ini adalah pembunuhnya" kata Ben sambil terus menatap ke kertas
"Mengapa kau punya kesimpulan seperti itu?" tanyaku
"Anna...dia membunuh tepat pada jam 23.00, oke..dia datang kerumahmu jam?" tanya Ben interaktif
"Mmm...maafkan aku Ben, aku tidak melihat jam karena kepanikanku, ketika aku bangun ada seseorang yang menerorku, lantas aku siaga untuk berjaga diri tanpa melihat jam" kata Anna
"Tidak apa apa, tapi intinya, mengapa aku berasumsi bahwa sang pengirim kertas itu pembunuhnya...karna dia mengirim surat padamu tepat pada malam hari, dan pembunuhan dilakukan jam 23.00. Kesimpulan dan teoriku saat ini, sang pembunuh membunuh sang korban pada malam itu, ia menyadari ada sosok saksi, yaitu Marlo yang melihat kejadian itu, akhirnya ia pun mengirimkan sebuah clue agar kau percaya bahwa aku pembunuhnya, dan pusat perhatian pun akhirnya teralih kepadaku sebagai pembunuhnya" kata Ben
"Lalu mengapa ia bisa mengetahui lokasiku?" kataku
"Katakan, apa kau memakai GPS?"
"Ya...." kataku
"Itu dia jawabannya"
Aku pun akhirnya menatap ke arah Ronald yang dari tadi duduk terdiam di pojokan sambil menyendiri, ia pun kemudian menatapku karena mendengar hal itu.
0







