Kaskus

Story

congyang.jusAvatar border
TS
congyang.jus
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish

Tuhan tidak selalu memberi kita jalan lurus untuk mencapai suatu tujuan. Terkadang dia memberi kita jalan memutar, bahkan seringkali kita tidak bisa mencapai tujuan yg sudah kita rencanakan diawal. Bukan karena tuhan tidak memberi yg kita inginkan, tetapi untuk memberi kita yg terbaik. Percayalah, rencana Tuhan jauh lebih indah.

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 13 suara
Siapa yang akan menjadi pemaisuri Raja?
Olivia
31%
Bunga
8%
Diana
15%
Zahra
15%
Okta
8%
Shinta
23%
Diubah oleh congyang.jus 04-03-2022 10:27
sargopipAvatar border
efti108Avatar border
JabLai cOYAvatar border
JabLai cOY dan 37 lainnya memberi reputasi
38
165.6K
793
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
congyang.jusAvatar border
TS
congyang.jus
#373
Lanjutan Part 46
"capek kok mau aja disuruh kesiniemoticon-Ngakak (S) " balas izal

"wah, ngawur nih izal. anak orang dikerjain" ucap gw

"kalian berdua ada hubungan apa sih? Okta semangat amat begitu gw bilang kalo lo cariin" tanya Izal ke gw

"hubungan apaan? tanya orangnya aja noh" jawab gw, sambil melirik ke Okta. Dengan maksud meminta Izal agar langsung bertanya ke Okta

"hayooo kalian pacaran ya?" goda Izal

"bukan urusanmu" jawab Okta, dengan nada tinggi.

Emang, anak2 bengkel kalau bercanda sering keterlaluan. Bagi Okta yang notabene merupakan anak baru, pasti lah sakit hati kalau digituin. Apalagi dia baru aja pulang dari kampung, pastinya capek kan, malah dikerjainemoticon-Big Grin .

Eh, tapi kenapa Okta mau - mau aja disuruh kesini, padahal gw kan engga beneran nyariin dia. Lagian gw juga bisa chat langsung ke Okta kalo emang gw bener mau ketemu.

Tanpa kata, Okta langsung berjalan ke arah mobil, masih dengan ekspresi ngambeknya. Baru beberapa langkah, dia balik lagi.

"oo lha edan cah iki, mondar - mandir kayak truk proyek" ucap Ryan

Okta berdiri tepat di depan gw "pokoknya kamu harus tanggung jawab. temenin aku jalan, sekarang" ucapnya, dengan menunjuk - nunjuk muka gw

karena ketidak adilan ga berpihak ke gw, otomatis gw layangkan sebuah protes "kok aku? yang ngerjain kamu kan Izal"

"aku maunya kamu yang tanggung jawab. kamu kan ketua geng nya anak sini, jadi kamu harus tanggung jawab atas perbuatan anak buahmu" jelas Okta dengan panjang lebar

"cok, emangnya kita ini geng ya?" tanya gw, pura - pura bingung karena Okta nyebut kita sebuah geng

"iya, kita ini kan geng kapak, kapak tumpulemoticon-Ngakak (S) " jawab Bagus.

"dah, ikut aja. timbang lo galau mulu disini. itung - itung cari gantiemoticon-Ngakak (S) " Ucap Feri

"tuh kan, temenmu aja ngedukung" Okta langsung narik - narik gw ke arah mobil

gw meronta - ronta sambil teriak "woi tolongin, gw diculik ini" temen gw malah pada cengengesan

"good luckemoticon-Big Grin" Izal mengacungkan dua jempol ke arah gw yang diseret ke mobil oleh Okta

Okta mendorong - dorong gw agar masuk ke belakang kemudi mobil. Di dalam mobil, gw memandang okta sambil berkata dalam hati 'ini cewek gini amat yak', dia nya malah cengengesan.

"Mau jalan kemana?" gw nyalakan mesin mobil

"ya kemana gitu, jadi cowok kok ga ada inisiatifnya sama sekali" Ekspresi nya berubah lagi, kedua tangannya dilipat. dan lagi - lagi gw hanya bisa menghela nafas menghadapi Okta

'Jalan aja dulu kali ya' kalo kata orang jawa 'dipikir karo mlaku'. Hampir satu jam waktu berjalan, entah berapa ratusan atau mungkin ribuan putaran roda kendaraan ini berputar, gw masih bingung mau kemana. Sepanjang perjalanan, Okta tak henti - hentinya berbicara, entah itu bercerita 'tentang dia', cerita tentang kesehariannya, sampai bertanya - tanya tentang hal pribadi gw. Ya emang dasarnya gw orangnya pasif saat berbicara dengan orang lain, jadi gw hanya berbicara saat ia bertanya, atau sesekali membalas ucapannya agar seakan - akan gw tertarik dengan pembicaraannya.

"Laper ga?" tanya gw

"iya sih" jawabnya dengan muka agak lesu

"mau makan apa?" tanya gw lagi

"terserah kamu" jawabnya, lagi

kesalahan besar melemparkan pertanyaan seperti itu ke wanita. Karena hanya 20% kemungkinan mereka akan menjawab dengan jawaban selain 'terserah'.

"disini gpp kan? kamu ga malu kan?" tanya gw ke Okta saat memarkirkan mobil di depan sebuah angkringan.

"terserah ja, mau kamu bawa kemana aja aku mau" ucapnya, lalu tertawa lepas

Gw turun dan berjalan ke arah si Mas penjual yang sudah lumayan akrab dengan gw.

"itu ceweknya mbok diajak kesini, jangan dibiarin disana aja, nanti diambil orang" kata Mas penjual

gw terkejoed melihat Okta yang bersandar di pintu mobil dengan muka cemberut. "sini.." teriak gw, dengan melambaikan tangan.

dia menyodorkan tangan kirinya, dengan maksud 'minta digandeng'. gw berjalan gontai menghampirinya, lalu menyambut tangan lembutnya, dan berjalan beriringan.

"wah, kemajuan mbah. sekarang naiknya bukan motor racing lagi" sindir si penjual

"kemajuan apanya, mobilnya si dia (okta) nih" balas gw

"pacar barunya mbah'e ya mbak?" tanya si Mas Penjual

"eh, bukan mas" saut gw sebelum Okta menjawab

Okta langsung mencengkeram tangan gw dengan kuku - kuku panjangnya emoticon-Frown "baru berapa hari jadian mas hehe" timpal Okta.

Si Mas penjual tertawa "gpp lah mbah, buat ganti yang kemaren, ini juga cantik kok"

"kan, suka asal kalo ngomong.. udah lah, gw es teh satu. nih dia (Okta) mau apa tanya sendiri" ucap gw, lalu melangkah menuju emperan ruko yg berada di sebelah angkringan

Di depan ruko, gw duduk memandang puluhan motor yang melintas. Sampai akhirnya okta datang membawa dua gelas minuman dan beberapa camilan.

"kamu sering kesini ya?" ia duduk di sebelah gw sembari meletakkan makanan dan minuman yang ia bawa. Gw menganggukkan kepala. "pantesan kok akrab gitu sama penjualnya". lanjutnya

"eh, kamu kok dipanggil 'mbah' knp sih?" tanya okta penasaran

"soalnya dulu aku pernah kesurupan kakek - kakek, ya trus sampai sekarang ada yg manggil aku 'mbah'" jawab gw dengan tatapan kosong menghadap jalan raya

"kamu jadi orang kok horor gitu sih" Ekspresi wajah okta langsung berubah menjadi agak ketakutan

gw ketawa pelan "sekarang kakek - kakek itu jadi penjaga ku. Kemana aku pergi, dia juga ikut" tambah gw

Okta merengek "kamu jangan nakut - nakutin dong, nanti aku jadi ga berani pulang lagi kayak dulu" ucapnya mengingatkan gw tentang kejadian saat Okta pertama kali datang kerumah.

"hahaha gausah dipikirin.. eh, tadi katanya laper. Ga mau ngambil nasi?" tanya gw

"abis nasinya u,u adanya mie instan, yaudah aku ambil ini aja" jawabnya dengan melirik gorengan, sate usus dan sate telor di depannya

"yaudah dimakan.." perintah gw. tanpa menunggu lama, Okta langsung melahapnya. sedangkan gw, hanyut dalam lamunan yang terbang entah kemana.

Kita ngobrol banyak hal di sana. Apalagi emang dasarnya Okta type orang yang cerewet, jadi ada aja hal yang bisa dibuat bahan pembicaraan. Sesekali Okta menyuapi gw dengan camilan tadi di sela - sela obrolan. Yang terpenting, menghabiskan waktu dengan Okta bisa membuat gw sejenak melupakan sosok "Shinta". Kayaknya gw kelihatan jahat ya? menjadikan Okta sebagai pelampiasan disaat Shinta pergi.

Obrolan gw dan Shinta berakhir saat waktu menunjukan sekitar pukul 23.00, jalanan pun mulai agak sepi. Saat itu juga gw antar Shinta kembali kerumahnya, kemudian gw minta anak - anak menjemput gw di rumah Okta. Saat menunggu jemputan, gw berbincang - bincang dengan Papahnya Okta. Itu adalah pertama kalinya gw bertemu beliau. Sebelumnya, gw hanya berbincang dengan beliau via telepon saat meminta izin mengajak Okta pergi berlibur ke Dieng (pernah gw ceritakan sebelumnya jika Papahnya bekerja di luar negeri, jadi jarang di rumah). Beliau berpesan juga, "nitip Okta selama beliau ga ada di semarang". Mungkin karena waktu itu gw pernah nolong Okta di tengah malam, jadi beliau seperti menaruh kepercayaan ke gw.

Ketika sudah tengah malam, jemputan gw datang. Gw kaget ketika melihat teman - teman gw datang beramai ramai mengendarai sebuah mobil bak terbuka milik bengkel. Karena kabin hanya muat untuk tiga orang, jadi sisanya naik di bak belakang. Papahnya Okta pun tepok jidat dengan kelakuan teman - teman gw. Mungkin saat itu beliau membathin "duh, anak ku salah kumpul kayaknya".

*****


Nanti malam update lagi kalau sempet
Diubah oleh congyang.jus 28-05-2018 02:32
Arsana277
japraha47
mirzazmee
mirzazmee dan 12 lainnya memberi reputasi
13
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.