- Beranda
- Stories from the Heart
Criminal Puzzle : Murder on Hotel
...
TS
claymite
Criminal Puzzle : Murder on Hotel

HOLLA

Crime-Mystery-Thriller

Quote:

Quote:

Quote:

Quote:

Quote:

Quote:
Diubah oleh claymite 18-06-2018 12:43
anasabila memberi reputasi
1
41.7K
325
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
claymite
#89
Part 10
Merasa dirinya dicurigai Ronald, Ben pun mengamuk mencaci maki Ronald, ia merasa dirinya tidak dihargai sama sekali, Tommy kemudian memisahkannya.
"Hei, Ben, dengarkan aku, tahan emosimu, fokus pada kasus ini bro"kata Tommy seraya menenangkannya
Ben pun akhirnya acuh tak acuh terhadap Ronald dan melanjuti penyelidikan atas korban laki-laki tersebut, dibantu dengan deputi yang tadi sudah berada di TKP terdahulu, Ben pun menanyakan beberapa hal tentang korban tersebut.
"Sir, aku ingin identitas dia (korban)" kata Ben kepada deputi
"Tidak ditemukan kartu identitas pak, jadi identitas korban untuk sementara belum diketahui" jawab sang deputi
"Oke..oke...baiklah.." kata Ben sambil tersenyum kecil, mimik wajahnya terlihat sedikit kecewa dengan hal ini.
"Tom, ini hal yang sama, dia selalu mengambil kartu identitas sang korban" sambung Ronald kepada Tommy
"Ya..dia sangat detail sekali, ini merupakan gambaran penjahat yang sebenernya" kata Tommy
Ben tampak sedang mengobrol dengan deputi, sedangkan Ronald tampak berbincang dengan Tommy.
"Hei Tommy...aku ingin menanyakan sesuatu" kata Ronald
"Apa itu?" tanya Tommy
"Bagaimana dengan masa lalu Ben?"
"What the...kau masih mencurigainya?" kata Tommy sambil sedikit tersenyum nyeleneh
"Tidak, tidak aku hanya ingin mengetahui masa lalunya, kau tampak seperti detektif sungguhan, tapi Ben..dia terlalu labil dan emosional untuk ukuran seorang detektif" kata Ronald
"Itu karena tragedi yang menimpanya" kata Tommy
"Tragedi? Ceritakan kepadaku? Jelaskan kepadaku, siapa tau aku bisa membantunya"
"Hei...kemarilah, aku menemukan sesuatu" kata Ben yang berteriak kencang. Alhasil pembicaraan Ronald dan Tommy pun terpotong, kita bertiga pun langsung menghampiri Ben yang membuat kita penasaran.
"Ini, aku menemukan ini? Tommy? bisa kau menyimpulkan?" kata Ben sambil melihatkan sebuah benda kecil
"Hei, sebuah peluru" kata Ronald seraya mengambil benda yang diperlihatkan Ben
"Aku tidak bertanya kepadamu" kata Ben dingin sambil membuang muka
Kami pun berusaha menyelidiki lebih dalam tentang hal ini.
"Tom, apa kesimpulanmu?" kata Ben
"Yang membuatku bingung Ben, kukira korban dibunuh dengan cara dicabik-cabik, tapi mengapa ada sebuah peluru?" kata Tomny kebingungan
"Kesimpulan...Tommy...aku bertanya kesimpulan" kata Ben lagi
"Mungkin, korban ditembak terlebih dahulu, dan korban masih hidup, lalu dia mencabik-cabiknya sampai dia mati" kata Tommy
"Tidak..tidak...bagaimana dia bisa mencabik-cabik tubuh korban di trotoar seperti ini?" kata Ben
"Itu dia Ben yang aku bingung" kata Ronald
"Aku tidak bertanya kepadamu, mister" kata Ben tanpa memandang wajah Ronald
"Hei Tom, kau mau tahu kesimpulanku?" kata Ben
"Bagaimana jika, sang korban dihabisi dahulu di mobil, dengan dicabik-cabik, lalu mereka membuangnya ke trotoar, dan menembaknya, tapi yang jadi permasalahanku adalah kenapa dia menembak sang korban saat korban sudah mati?" lanjut Ben
Kami pun terdiam sesaat dan memikirkannya, tiba-tiba sang deputi yang tadi mengurusi kasus ini teriak dari kejauhan
"Ada saksi mata!" kata sang deputi
Kami pun langsung bergegas dan berlari ke arahnya.
Ternyata saksi nya adalah Marlo, seorang resepsionis hotel yang pernah menjadi tersangka itu.
"Hei, kau yang waktu itu menjadi tersangka bukan?" kata Ben sambil mengerenyutkan dahi
"Ya sir, aku Marlo, resepsionis" jawab Marlo
"Saksi mata? Kau melihatnya? Jelaskan" kata Ben
"Ya sir, aku sedang mengendarai mobil untuk pulang ke rumahku, karena aku ada cuti, tiba-tiba seorang pria sedang berkelahi di trotoar, tiba-tiba seorang pria itu menembaknya, aku yang melihat seorang pria ditembak lantas mempercepat laju mobilku, sambil melihat ke arah spion, dia terlihat seperti sedang mengambil sesuatu dari sang korban" kata Marlo
"Sesuatu? Apa itu sesuatunya?" kata Tommy penasaran
"Aku tidak jelas melihatnya karena aku melihat di spion dan kondisi jalan saat itu gelap sekali, tapi aku seperti melihat dia sedang menggarap sesuatu di tubuh korban" lanjut Marlo
"Ada kemungkinan dia mengambil identitas sang korban, dan mungkin dompet sang korban saat kau melihatnya sedang menggarap sesuatu, karena tidak ditemukan jejak benda apapun di pakaian sang korban tersebut, baik handphone maupun dompet" kata Ronald
"Lalu? lanjutkan, bagaimana ciri-ciri sang pembunuh?" tanya Ben
"Aku tidak melihat secara jelas yaa, tapi sekilas pelaku pembunuhan itu berbadan tegap, dan memakai jaket kulit hitam, oh yaa, aku juga melihat sebuah mobil sedan camry hitam" kata Marlo
"Sedan camry hitam...hanya satu biji?" tanya Ben
"Yap" jawab Marlo
"Tunggu..tunggu, dia melihat mobil camry hitam, lalu pertanyaannya itu milik korban atau sang pembunuh? Jika milik korban, bagaimana mungkin sang pembunuh berjalan sendirian di malam yang sepi ini dan mengapa seseorang yang memakai mobil bisa dibunuh oleh seseorang yang jalan? Kau tahu maksudku?" kata Ben
"Maaf sir, perkataanmu kurang jelas" kata Marlo
"Simpelnya begini, apakah sang pembunuh sudah menargetkan seseorang? Dan jika dia sudah menargetkan target bunuhannya, lalu kenapa dia harus berjalan? Kenapa dia tidak membawa mobil untuk menghindari jika rencananya gagal, dia bisa kabur dengan mobilnya? Dan juga kenapa sang korban mengetahui ada orang yang ingin membunuhnya tidak langsung masuk ke dalam mobil?"
"Mungkin sang pelaku memarkirkan mobilnya jauh dari tempat itu" kata Ronald
"Aku tidak tahu pasti sir, yang kulihat hanyalah satu buah mobil saja" kata Marlo
Ben sibuk mengurusi kejadian ini, aku tidak menyangka, naluri detektif Ben kini nampak terlihat jelas di kasus ini.
"Tunggu..tunggu..apakah kalian merasakan kejanggalan? tanya Ben kepada kita semua
"Janggal?" kata Tommy bingung
Ben akhirnya menatap sang deputi dengan tajam.
"Hei deputi, kau bilang tadi pembunuhan terjadi pada jam?" tanya Ben dengan nada yang berat
"23.00" kata sang deputi
"Katakan kepadaku, darimana kau tahu pembunuhan terjadi tepat pada pukul itu?" kata Ben
"Karena kita semua datang ke TKP tepat pada pukul segitu, tanyakan pada polisi yang lain, sebelumnya, ada seseorang yang menelpon telah terjadi pembunuhan" kata sang deputi
"Kenapa kau tidak menjelaskan secara detail?" seru Ben dengan kesal
"Oh, apakah itu kamu? Yang menelpon?" tanya Ben kepada Marlo
"Ya sir, aku yang menelpon, ini, riwayat panggilanku juga masih ada" jawab Marlo sambil menunjukan riwayat panggilan kepada sang polisi
"Benarkah tepat jam 23.00?" tanya Ben lagi kepada Marlo
"Aku tidak tahu persis jam berapa sir, aku hanya menelpon 911 karena aku panik, dan mereka lah yang tahu bahwa itu jam 23.00, karena aku sangat panik saat itu dan hanya memikirkan keselamatanku nanti" kata Marlo
"Oke, baiklah, deskripsi seorang pelaku, jaket hitam, memakai mobil sedan camry hitam, oh ya, kau ingat plat nomornya?" tanya Ben
"Aku tidak ingat, tapi setahuku plat nomornya nampak mencolok dengan warna kuning" kata Marlo
Tommy pun mencatat semua deskripsi pelaku yang telah dibeberkan oleh Marlo.
"Pelaku memakai topeng ya?" tanya Tommy sambil melanjut menulis
"Aku tidak melihatnya secara jelas wajahnya, karena posisinya sedang menghadap ke arah yang berlainan dengan mataku dan juga kondisinya sangat gelap sekali, hanya terlihat jaket kulit dan mobil camry" kata Marlo
"Lalu bagaimana kau tahu itu jaket kulit?" tanya Ronald
"Teksturnya sir, jaket kulitnya bertekstur halus dan nampak terlihat kilauan jaket kulitnya" kata Marlo
"Gunakan nalurimu Marlo, fisiknya seperti apa, naluri, dugaan, gunakanlah dugaanmu sementara tentang fisiknya, tentang wajahnya, ayolah, pasti terbayang wajahnya dibenakmu" kata Ben
"Mungkin, pelakunya berjenggot" kata Marlo
0







