Kaskus

Story

chrishanaAvatar border
TS
chrishana
Burung Kertas Merah Muda
Burung Kertas Merah Muda


Quote:



Spoiler for Perkenalan:


Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang ada dibalik burung kertas berwarna merah muda tersebut?
Diubah oleh chrishana 08-01-2019 13:13
pulaukapokAvatar border
JabLai cOYAvatar border
zio0108Avatar border
zio0108 dan 16 lainnya memberi reputasi
15
134.7K
610
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
chrishanaAvatar border
TS
chrishana
#410
Chapter 61 (Final but it's not final)
Dua sepeda motor besutan negeri sakura dengan kapasitas mesin dua ratus lima puluh yang mempunyai dua silinder terparkir di depan sebuah restoran di daerah Jakarta Pusat. Kedua motor tersebut milik Rendy dan sahabatnya, Danu. Mereka mempunyai janji untuk bertemu pada waktu makan siang.
“Wih, Pak Bos dateng.” ujar Danu.

“Bos apaan. Lagi hoki aja gue promosi jabatan.” ujar Rendy.

“Adek gue mana, Nu?” tanya Rendy.

Dari kejauhan, terlihat sesosok perempuan dengan tubuh langsing serta rambut yang panjang tergerai. Dia melambaikan tangan ke arah Danu dan Rendy. Lalu, dia berjalan menghampiri ke meja di mana Danu dan Rendy sudah menempati terlebih dahulu.
“Halo, Kak!” sapa Tasya kepada Rendy.

“Hai, sayang!” Danu menyapa Tasya.

“Hai, juga sayang!” Tasya memeluk dan mencium kedua pipi Danu.

“Nyet! Ga usah cipika cipiki juga depan gue.” ujar Rendy kesal.

“Makanya punya pacar, Kak.” ledek Tasya.

“Tau nih. Betah banget jadi jones. Lagian itu si Vera cantik. Kenapa gak lo sikat aja?” tanya Danu.

“Masih nanya lagi kenapa. Gak segampang itu ngegantiin orang yang udah berakar di hati gue.” ujar Rendy.

“Ya kakak gak niat sih.” ujar Tasya.

“Susah, dek. Lagian kamu mau aja sama Danu.”

“Kan udah gue bilang, Ren. Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti... Mendarat juga.” ujar Danu.

“Pribahasa lo gak berfaedah, Nu.”

Ponsel milik Rendy yang tergeletak di atas meja tiba-tiba saja berdering dan bergetar. Nama Vera Agatha muncul di layar ponselnya. Tapi, Rendy menghiraukan panggilan tersebut.
“Cieee... Baru diomongin udah di telpon.” ledek Danu.

“Ah paling nanya lagi di mana terus bilang jangan lupa makan siang. Bosen gue dengernya.” ujar Rendy.

“Gak boleh gitu, Kak. Hargain dong usahanya buat dapetin hati Kakak.” lanjut Tasya.

Ponsel milik Rendy berdering kembali. Siapa lagi kalau bukan panggilan dari Vera Agatha yang masuk ke ponselnya. Dan, lagi-lagi Rendy menghiraukan panggilan tersebut.
“Angkat aja, Ren. Siapa tau penting.” ujar Danu.

“Kalau penting, pasti abis ini dia nelpon lagi, Nu.” ujar Rendy lalu meminum jus yang dipesannya.

Dan benar saja, ponsel itu kembali berdering dan bergetar. Karena sudah kali ketiga Vera menelpon, mau tidak mau Rendy menjawab panggilannya. Sambil menghela napas, Rendy berbicara.
“Iya iya, ada apa sih, Ver?”

“Mas, kamu masih makan?”

“Masih, ada apa?”

“Ini loh ada pegawai baru masuk ke tim kita. Kamu masih lama gak? Ini udah lewat jam makan siang loh, Mas.”

“Nggak, sedikit lagi kok. Aku lagi sama adekku.”

“Ya udah kalau gitu, kamu jangan lupa sholat loh, Mas.”

“Iya, makasih udah ingetin aku, Ver.”

“Iya, sama-sama, Mas. Dah, Mas Rendy.”

“Daahh...”

Rendy menyudahi panggilannya. Dengan cepat, Rendy menghabiskan minuman serta makan siangnya. Danu dan Tasya yang melihat sedikit heran dan bertanya-tanya.
“Kenapa tuh kakakmu?” tanya Danu kepada Tasya.

“Kesurupan kali.” jawab Tasya.

“Nu, bayarin dulu. Gue mesti cabut.” ujar Rendy.

“Lah, lah. Yang jadi bos kan lo, kenapa jadi gue?” protes Danu.

“Gak usah ngibul sama gue! Lo baru menang tender project, kan?” Rendy berkata sambil mengenakan jaketnya.

“Hehehehehe...”

“Kok kamu gak bilang sih, yang! Terus kapan mau nyari mahar nikah buat aku?” Tasya protes.

“Hei, bidadariku. Abangmu saja belum nikah.”

“Kalian duluan aja kalau soal nikah, cabut dulu ya.” Rendy langsung menenteng helm dan pergi.

Motor besutan negeri sakura dengan isi silinder dua ratus lima puluh bersiap untuk melaju. Suara dari pipa pembuangan racing miliknya membunyikan suara yang kencang dan membuat orang-orang di restoran tersebut mengalihkan perhatiannya pada Rendy. Tapi, Rendy langsung melesat cepat menuju kantornya.

Dua puluh menit kemudian, sampailah Rendy di parkiran khusus motor besar yang disediakan oleh pihak gedung. Rendy sudah cukup dikenal di gedung kantornya. Bahkan, sampai penjaga keamanan dan resepsionis yang berada di lobi lantai dasar menyapanya setiap hari. Dan akhirnya, sampailah Rendy di mejanya yang bertempat khusus untuk seorang Manager.
“Permisi, Mas.”

“Iya, Ver.”

“Kenalin, ini pegawai baru yang masuk ke tim kita. Dia yang gantiin posisimu sebelumnya.” ujar Vera.

“Mana?” tanya Rendy.

“Hei, sini. Jangan malu-malu. Bos kita masih sebaya sama kita kok.” Vera memanggil pegawai baru tersebut.

Terdengar suara langkah kaki dari sepatu high heelsyang dikenakan oleh pegawai baru tersebut. Langkahnya semakin lama semakin terdengar mendekat dan akhirnya dia berdiri tepat di hadapan Rendy. Pegawai baru itu sedikit kaget melihat atasannya.

Rendy yang melihatnya sontak sangat terkejut. Dia berdiri dari duduknya dan melihat pegawai baru tersebut dengan tatapan seolah-olah tak percaya. Kini, ada seorang perempuan dengan blazer hitam yang melapisi kemeja putihnya serta celana panjang sampai menutup mata kaki. Yang tak bisa mengalihkan pandangan Rendy adalah hijab yang dipakai oleh pegawai tersebut dengan senyuman manisnya.
“Ren... Rendy?!”

“Kamu... Anna?!”

****



“Kamu benar, aku adalah matahari. Matahari yang selalu memberi cahaya pada hidupmu. Namun, kamu salah. Kamu bukan bumi.”

“Lalu, aku ini apa?”

“Kamu adalah langit. Langit menjadi indah terlihat jika bersatu matahari. Dan itu adalah kita.”



(Rendy & Anna, Burung Kertas Merah Muda)

Diubah oleh chrishana 23-05-2018 07:39
lsenseyel
itkgid
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.