- Beranda
- Stories from the Heart
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
...
TS
juraganpengki
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)

Cool Cover By Agan Linbara (Thanks, Bree)..
Prolog
Setelah bangun dari ‘Mati Suri’ karena memutuskan untuk mencoba membunuh diri sendiri untuk melindungi Kitab Langit dan melenyapkan Bayu Ambar, gw kembali ke dunia nyata.. Kehidupan gw sedikit jauh berbeda, karena pengalaman ‘Mati Suri’ itu berefek langsung pada kelebihan yang gw miliki.. Gw masih sama Anggie, meski ujian atas cinta kami masih saja mendera.. Ada musuh baru, tentu saja.. Tapi ada juga sahabat baru yang muncul.. Karena ini akhir dari cerita kami berempat..
Kembalinya Anak Ibu...
Pengorbanan Pedang Jagat Samudera...
Cintai Aku Sewajarnya, Yank...
Matinya Seorang Saudara (Versi Gw/Bimo)
Berkumpul Kembali...
Keanehan Yang Mulai Muncul...
Sambutan Ketiga Saudara Ke Reinata...
Sabar???
Cukup! Tinggalin Aku Sendiri!!!
Siapa Kau???
Aku Ikutin Kemauan Kamu...
Keputusan Sepihak Yang Pahit...
Semua Beban Menjadi satu
Semua Beban Menjadi Satu (2)...
Serangkum Rindu Untuk Ayah...
Munculnya Penguasa Laut Utara...
Bertemunya Dua Penguasa...
Sebuah Kesepakatan...
Ibu Kenapa Yah???
Lu Kenapa, Ka???
Wanted Dead Or Alive.. ANTON!!!
Mo 'Perabotan' Lu Hancur Apa Tanggung Jawab???
It's The End Of Us...
Di Kerjain Ibu...
Ridho!!!
Kelewatan!!!
Munculnya Dua Penjaga Gerbang Kerajaan Laut...
Dewi Arum Kesuma VS Dewi Ayu Anjani
Datangnya Sosok Seorang Pemisah Dan Shock Therapy Buat Gw...
Kerajaan Jin...
Terkuaknya Semua Jawaban...
Maafin Gw, Bree...
Pengakuan Suluh...
Akhirnya Boleh Gondrong...
Pernikahan Kak Silvi Yang Seharusnya Membuat Gw Bahagia...
Pernikahan Kak Silvi Yang seharusnya Membuat Gw Bahagia (2)...
Tunggu Pembalasan Gw!!!...
Ni Mas Linduri dan Banas Ireng...
Dua Sosok Penyelamat Misterius...
Ada Apa Sama Ridho?...
Kesalahan Fatal...
Kembalinya Jin Penjaga Ridho dan Suluh...
Akibat Terlalu Ikut Campur...
Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan...
Munculnya Viny Dan Sebuah Tantangan Bertarung...
Manusia Cabul...
Suara Penolong Misterius...
Bertemunya Kembali Sepasang Kekasih...
Terkuaknya Kebenaran...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar (2)...
Jaket Dan Celana Jeans Robek Serta Sweater Hitam Kumal...
She's My True Love...
Dilema...
Pertengkaran Dengan Ibu...
Rambe Lantak...
Gendewa Panah Pramesti...
Akan Ku Balaskan Dendam Mu, Arum Kesuma!!!
Yang Hilang dan Yang Kembali...
Jawaban Ayu...
Mati Gw!!!
Aku Makin Sayang...
Nasihat Om Hendra...
Jera Mencuri...
Ajian Segoro Geni...
Pilihan Sulit...
Keputusasaan Anggie...
Kabar Baik dari Ridho dan Suluh...
Perjalanan Menuju Pembalasan Dendam...
Rawa Rontek...
Rawa Rontek 2 (Terbayarnya Dendam)...
Kedatangan Pak Sugi...
Orang Titipan...
Hukuman Paling Berat...
Tidurlah Di Pangkuan Ku...
Menjajal Kesaktian...
Menjajal Kesaktian (2)...
Pengakuan Mengejutkan Babeh Misar...
Pengajaran Ilmu Silat Betawi...
Di Kepret Babeh Misar Lagi...
Tasya...
Naga Caglak dan Bajing Item...
Misteri Sebuah Dendam...
Kekuatan Sejati Kitab Langit Bagian Matahari...
Perpisahan...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera (2)...
Kembalinya Ibu...
Empat Bayangan Hitam...
Siapa Ni Mas Laras Rangkuti???
Dendam Seorang Sahabat...
Ini Keputusan Yang Harus Gw Ambil...
Semua Pengorbanan Ini Demi Ibu...
Rapuh...
Kabar Mengejutkan Sekar dan Sebuah Restu...
Siasat Braja Krama...
Munculnya Kitab Langit...
Si Pembuka Kitab langit dan Sosok Asli Pak Sugi...
Rencana Yang Matang...
Lamaran Pribadi...
Keingintahuan Anggie...
Perubahan Rencana...
Hampir Terjebak...
Kekecewaan Sekar...
Dua Syarat Reinata...
Aku Harap Kamu dan Anggie Bahagia, Mam...
Rahasia Sepasang Suami Isteri...
Menitipkan Amanah...
Berkumpulnya Para Pembela Kitab Langit...
Siasat Ki Purwagalih...
Raja Jin Raja Muslihat (Nyesek, Bree)...
Pertukaran Tawanan...
Perang Gaib PunTak Terelakkan...
Sang Penyelamat Dari Utara...
Pertempuran Awal Dua Penguasa Kerajaan Gaib...
Bertekuk Lututnya Sekutu Braja Krama...
Pertarungan Dua Putera (Gugurnya Satu Sahabat Gaib)...
Krama Raja...
Braja Krama Versus Krama Raja...
Raja Licik...
Aku Lah Sang Pembuka...
Siasat Krama Raja dan Bayu Ambar...
Terbukanya Semua Ilmu Terlarang...
Sebuah Pengecualian...
Sri Baduga Maharaja...
Hilangnya Sebuah Pengecualian...
Hilangnya Sebuah Pengecualian (2)...
Sebuah Pengorbanan...
Pahlawan...
Sumpah...
Ilmu Pamungkas yang Terlarang...
Kabar Yang Mengejutkan...
Pulang...
Pulang (2)...
Sedikit Kisah Rio Sebelum Kisah Ini Tamat...
Terhalang Sumpah...
Bantuan Sahabat Baik...
Bachelor Party...
Keturunan Lain Sang Prabu...
Pembalasan Dendam Singgih...
Sepenggal Kisah Nyi Mas Roro Suwastri...
Tawaran Yang Mengejutkan...
Lawan Atau Kawan???
Terkuaknya Silsilah...
Sebuah Kebenaran...
Sebuah Kebenaran (2)...
Bertemunya Dua Keturunan Sang Prabu...
Pertempuran Dua Hati...
Cinta Pertama VS Cinta Terakhir Jagat Tirta...
Pengakuan Bayu Barata...
Ki Larang dan Nyi Mas Galuh Pandita???
Prana Kusuma...
Kau Benar Keturunan Kami, Ngger...
Our Big Day...
Insiden...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga (2)...
Dua Tamu Istimewa...
Semua Karena Cinta...
Keputusan Sekar Kencana...
Kena Gampar...
Bonyok!!!
RIBET!!!
Berdamai...
Keponakan Baru...
Malam Pertama dan Tiga Keanehan...
Ajian Warisan Para Leluhur (The Last Part/End Of All Chapters)
SIDE STORIES
Keturunan Yang Tersesat...
Keturunan Yang Tersesat (2)...

Cool Cover By Agan Linbara (Thanks, Bree)..
Prolog
Setelah bangun dari ‘Mati Suri’ karena memutuskan untuk mencoba membunuh diri sendiri untuk melindungi Kitab Langit dan melenyapkan Bayu Ambar, gw kembali ke dunia nyata.. Kehidupan gw sedikit jauh berbeda, karena pengalaman ‘Mati Suri’ itu berefek langsung pada kelebihan yang gw miliki.. Gw masih sama Anggie, meski ujian atas cinta kami masih saja mendera.. Ada musuh baru, tentu saja.. Tapi ada juga sahabat baru yang muncul.. Karena ini akhir dari cerita kami berempat..
Kembalinya Anak Ibu...
Pengorbanan Pedang Jagat Samudera...
Cintai Aku Sewajarnya, Yank...
Matinya Seorang Saudara (Versi Gw/Bimo)
Berkumpul Kembali...
Keanehan Yang Mulai Muncul...
Sambutan Ketiga Saudara Ke Reinata...
Sabar???
Cukup! Tinggalin Aku Sendiri!!!
Siapa Kau???
Aku Ikutin Kemauan Kamu...
Keputusan Sepihak Yang Pahit...
Semua Beban Menjadi satu
Semua Beban Menjadi Satu (2)...
Serangkum Rindu Untuk Ayah...
Munculnya Penguasa Laut Utara...
Bertemunya Dua Penguasa...
Sebuah Kesepakatan...
Ibu Kenapa Yah???
Lu Kenapa, Ka???
Wanted Dead Or Alive.. ANTON!!!
Mo 'Perabotan' Lu Hancur Apa Tanggung Jawab???
It's The End Of Us...
Di Kerjain Ibu...
Ridho!!!
Kelewatan!!!
Munculnya Dua Penjaga Gerbang Kerajaan Laut...
Dewi Arum Kesuma VS Dewi Ayu Anjani
Datangnya Sosok Seorang Pemisah Dan Shock Therapy Buat Gw...
Kerajaan Jin...
Terkuaknya Semua Jawaban...
Maafin Gw, Bree...
Pengakuan Suluh...
Akhirnya Boleh Gondrong...
Pernikahan Kak Silvi Yang Seharusnya Membuat Gw Bahagia...
Pernikahan Kak Silvi Yang seharusnya Membuat Gw Bahagia (2)...
Tunggu Pembalasan Gw!!!...
Ni Mas Linduri dan Banas Ireng...
Dua Sosok Penyelamat Misterius...
Ada Apa Sama Ridho?...
Kesalahan Fatal...
Kembalinya Jin Penjaga Ridho dan Suluh...
Akibat Terlalu Ikut Campur...
Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan...
Munculnya Viny Dan Sebuah Tantangan Bertarung...
Manusia Cabul...
Suara Penolong Misterius...
Bertemunya Kembali Sepasang Kekasih...
Terkuaknya Kebenaran...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar (2)...
Jaket Dan Celana Jeans Robek Serta Sweater Hitam Kumal...
She's My True Love...
Dilema...
Pertengkaran Dengan Ibu...
Rambe Lantak...
Gendewa Panah Pramesti...
Akan Ku Balaskan Dendam Mu, Arum Kesuma!!!
Yang Hilang dan Yang Kembali...
Jawaban Ayu...
Mati Gw!!!
Aku Makin Sayang...
Nasihat Om Hendra...
Jera Mencuri...
Ajian Segoro Geni...
Pilihan Sulit...
Keputusasaan Anggie...
Kabar Baik dari Ridho dan Suluh...
Perjalanan Menuju Pembalasan Dendam...
Rawa Rontek...
Rawa Rontek 2 (Terbayarnya Dendam)...
Kedatangan Pak Sugi...
Orang Titipan...
Hukuman Paling Berat...
Tidurlah Di Pangkuan Ku...
Menjajal Kesaktian...
Menjajal Kesaktian (2)...
Pengakuan Mengejutkan Babeh Misar...
Pengajaran Ilmu Silat Betawi...
Di Kepret Babeh Misar Lagi...
Tasya...
Naga Caglak dan Bajing Item...
Misteri Sebuah Dendam...
Kekuatan Sejati Kitab Langit Bagian Matahari...
Perpisahan...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera (2)...
Kembalinya Ibu...
Empat Bayangan Hitam...
Siapa Ni Mas Laras Rangkuti???
Dendam Seorang Sahabat...
Ini Keputusan Yang Harus Gw Ambil...
Semua Pengorbanan Ini Demi Ibu...
Rapuh...
Kabar Mengejutkan Sekar dan Sebuah Restu...
Siasat Braja Krama...
Munculnya Kitab Langit...
Si Pembuka Kitab langit dan Sosok Asli Pak Sugi...
Rencana Yang Matang...
Lamaran Pribadi...
Keingintahuan Anggie...
Perubahan Rencana...
Hampir Terjebak...
Kekecewaan Sekar...
Dua Syarat Reinata...
Aku Harap Kamu dan Anggie Bahagia, Mam...
Rahasia Sepasang Suami Isteri...
Menitipkan Amanah...
Berkumpulnya Para Pembela Kitab Langit...
Siasat Ki Purwagalih...
Raja Jin Raja Muslihat (Nyesek, Bree)...
Pertukaran Tawanan...
Perang Gaib PunTak Terelakkan...
Sang Penyelamat Dari Utara...
Pertempuran Awal Dua Penguasa Kerajaan Gaib...
Bertekuk Lututnya Sekutu Braja Krama...
Pertarungan Dua Putera (Gugurnya Satu Sahabat Gaib)...
Krama Raja...
Braja Krama Versus Krama Raja...
Raja Licik...
Aku Lah Sang Pembuka...
Siasat Krama Raja dan Bayu Ambar...
Terbukanya Semua Ilmu Terlarang...
Sebuah Pengecualian...
Sri Baduga Maharaja...
Hilangnya Sebuah Pengecualian...
Hilangnya Sebuah Pengecualian (2)...
Sebuah Pengorbanan...
Pahlawan...
Sumpah...
Ilmu Pamungkas yang Terlarang...
Kabar Yang Mengejutkan...
Pulang...
Pulang (2)...
Sedikit Kisah Rio Sebelum Kisah Ini Tamat...
Terhalang Sumpah...
Bantuan Sahabat Baik...
Bachelor Party...
Keturunan Lain Sang Prabu...
Pembalasan Dendam Singgih...
Sepenggal Kisah Nyi Mas Roro Suwastri...
Tawaran Yang Mengejutkan...
Lawan Atau Kawan???
Terkuaknya Silsilah...
Sebuah Kebenaran...
Sebuah Kebenaran (2)...
Bertemunya Dua Keturunan Sang Prabu...
Pertempuran Dua Hati...
Cinta Pertama VS Cinta Terakhir Jagat Tirta...
Pengakuan Bayu Barata...
Ki Larang dan Nyi Mas Galuh Pandita???
Prana Kusuma...
Kau Benar Keturunan Kami, Ngger...
Our Big Day...
Insiden...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga (2)...
Dua Tamu Istimewa...
Semua Karena Cinta...
Keputusan Sekar Kencana...
Kena Gampar...
Bonyok!!!
RIBET!!!
Berdamai...
Keponakan Baru...
Malam Pertama dan Tiga Keanehan...
Ajian Warisan Para Leluhur (The Last Part/End Of All Chapters)
SIDE STORIES
Keturunan Yang Tersesat...
Keturunan Yang Tersesat (2)...
Diubah oleh juraganpengki 15-07-2018 20:23
iskrim dan 132 lainnya memberi reputasi
127
2.1M
8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#6526
Terhalang Sumpah...
“Loh, lu kenapa lietin cincin sama foto cewe gw kek gitu, Bree? Tanya Rio sambil mengerutkan dahi..
“Lu yakin ini foto cewe lu?”
“Ya yakin lah, Bree.. Mmhhmm, lu pasti mo ngatain cewe gw kan.. Gw tau Riri ga secakep calon bini lu, Anggie.. Tapi, asli Bree.. Gw cinta mati banget sama do’i” Kata Rio dengan pandangan mata berbinar..
Gw hanya terdiam.. Dalam hati, sebenarnya gw mau bilang keanehan apa yang gw lihat di foto dan cincin itu.. Jelas yang ada di dalam pegangan tangan gw hanya selembar foto yang nampak putih tanpa ada sosok siapapun disana.. Apa ini artinya cewe yang bernama Riri itu bukan manusia yak? Bayu Barata sama Sekar ga ada lagi buat di tanya-tanya..
“Woy! Kampret! Malah bengong sekarang.. Gimana cantik ga, Bree?”
Gw tersentak kaget mendengar bentakan Rio yang membuat foto dalam genggaman tangan ini jatuh ke lantai..
“Iya, iya cakep, Bree”
“Kalo emang cakep kenapa lu ga ngomong aja terus terang dari tadi, ngehe!” Gerutu Rio sambil memungut foto kosong yang terlepas dari genggaman tangan gw..
“Ya elaah, gw bengong kan karena ga nyangka lu bakal dapet cewe cakep, Bree” Timpal gw dengan ejekan..
Bukannya jawaban lisan yang gw dapat, Rio langsung mencoba melayangkan tinjunya ke arah lengan.. Tapi, dengan cepat gw menangkap ujung kepalan tangan kanan Rio dengan telapak tangan kiri..
“WADAWW!!” Rio mendadak berteriak kesakitan saat telapak tangan kiri gw mengenggam kepalan tangannya..
“Bree! Lepasin, Bree.. Sakit, Bree”
Langsung gw lepaskan kepalan tangan Rio meski benak ini di penuhi rasa penasaran melihat reaksi nya.. Rio yang nampak meniup-niupkan kepalan tangan kanan, sesekali melirik gw dengan pandangan sinis..
“Gw cuma becanda, Nyet! Kenapa lu pake ilmu segala” Bentak Rio dengan nada lumayan tinggi..
“Sumpah! Gw ga pake ilmu apa-apa, Bree.. Gw tau lu ga bakal serius koq.. Gw juga cuma nangkep doank.. Pake tenaga dalem juga kaga, Bree” Kilah gw membela diri..
Rio nampak semakin meradang mendengar ucapan gw.. Kedua tangannya yang kekar maju ke depan hendak mencengkram kerah kaus oblong gw.. Namun, tiba-tiba..
“ITEM!!!” Suara bentakan keras terdengar dari arah belakang yang sekaligus menghentikan gerakan Rio..
Gw yang sempat terkejut melihat reaksi Rio tadi, menoleh ke arah Kak Silvi yang muncul dari balik pintu.. Rio sendiri menundukkan wajah meski sempat melirik sebal ke arah gw..
“Apa-apaan nih? Lu mo berantem sama sepupu sendiri?” Tanya Kak Silvi yang mulai berjalan mendekat dan berdiri di hadapan adiknya..
Rio terdiam seribu bahasa, lalu berjalan menuju keluar kamar setelah sedikit kasar mendorong bahu Kak Silvi.. Gw yang melihat, sebenarnya ingin menyusul Rio dan menegur nya.. Tapi tangan kanan wanita yang perutnya semakin membuncit itu meraih lengan kanan dan menghentikan langkah gw..
“Ga usah di susul, Mam.. Biarin aja dia pergi.. Lu sini dulu deh sebentar.. Ada yang mau gw omongin” Kata Kak Silvi seraya menuntun gw untuk duduk bersebelahan dengannya di atas ranjang tempat tidur Rio..
Untuk sejenak, Kak Silvi sempet menghela nafas dan mengusap-usap perut besarnya..
“Udah bulannya ya, Kak?” Tanya gw sambil melirik ke arah perut Kak Silvi..
Wanita yang meski berat badannya sudah bertambah gemuk itu tersenyum seraya menganggukkan kepala..
“Perkiraan dokter sih dua minggu lagi, Mam.. Makanya gw disuruh nginep disini dari semalem” Jawab Kak Silvi yang terus mengusap-usap perut buncitnya..
“Oh iya, gw mo ngomong sesuatu soal si Item” Ucap Kak Silvi dengan mengubah posisi duduknya menjadi menghadap gw..
Gw pun langsung memasang kedua telinga bersiap mendengarkan arah pembicaraan nya.. Sejenak, ia sempat melirik ke arah pintu kamar.. Seperti sedang memastikan Rio tidak ada di luar dan mencoba mendengarkan pembicaraan kami.. Setelah yakin, Ka Silvi kembali melempar pandangannya ke arah gw dan memandang wajah ini lekat-lekat..
“Jadi gini, Mam.. Si Item itu beberapa minggu ini berubah aneh” Kata Kak Silvi yang membuat gw mengerutkan dahi tak mengerti..
“Aneh gimana maksud lu, Kak?”
“Sebelum acara lamaran lu kemarin malem, sore nya Rio dianter temennya ke sini.. Kata temennya, Rio sering bertindak aneh.. Kek bengong terus ngomong sendiri sama sering berlama-lama nongkrong di bawah pohon beringin di belakang asrama nya kalo malem.. Giliran di tanya, jawaban si Item mo ketemu cewe yang namanya Riri.. Gw curiga, Mam.. Apa jangan-jangan ade gw itu lagi di gangguin mahluk halus kali ya.. Secara kita kan sama-sama tahu, kalo ga ada cewe normal yang mau jadi pacarnya”
Gw yang awalnya tertegun mendengarkan penjelasan Kak Silvi, mendadak menggelengkan kepala begitu ia mengakhiri penuturan dengan candaan.. Tapi, gw tidak menimpali kalimat terakhir yang dilisankan Kak Silvi barusan.. Benak gw terpusat ke sebuah nama yang juga sempat disebutkan Rio.. Riri! Ya, gw yakin cewe yang mengaku bernama Riri itu bukan manusia.. Gw harus segera memanggil Sekar atau Bayu Barata..
“Mam.. Koq lu malah bengong sih?”
“Ehh.. Iya, Kak.. Terusin deh” Jawab gw yang sempat kesakitan menerima cubitan tangan Kak Silvi di paha kanan..
Isterinya Anton yang sedang hamil besar itu nampak sedikit merajuk dengan menekuk wajah.. Namun melihat gw meringis kesakitan, ia malah tersenyum dan kembali bersiap melanjutkan pembicaraan..
“Rio itu pokoknya berubah banget, Mam.. Dia bisa kadang-kadang baik dan penurut banget sama gw.. Lu liet baju tidur pink yang dia pake ga?” Tanya Kak Silvi yang gw balas dengan anggukan kepala..
“Nah itu buktinya kalo dia penurut, Mam”
Gw mengerutkan dahi mencoba mencari kemana arah pembicaraan Kak Silvi.. Ingatan gw sempat tertuju ke baju piyama belang-belang dengan warna dasar pink yang dipakai Rio.. Apa jangan-jangan baju itu punya Kak Silvi yak? Tapi, memang sekilas modelnya mirip baju tidur cewe sih..
“Jangan bilang kalo lu nyuruh si kambing make baju tidur punya lu, Kak?” Tanya gw dengan wajah menyelidik..
Sontak Kak Silvi tertawa keras namun langsung di tutup dengan telapak tangan kanannya sambil melirik kembali ke arah pintu.. Gw yang sudah yakin bahwa baju tidur Rio tadi adalah kepunyaan kakaknya, hanya bisa menggelengkan kepala meski sempat tertawa juga untuk beberapa saat..
“Kaco juga lu, Kak..”
“Niatnya gw Cuma mo ngerjain si Item, Mam.. Karena gw kangen banget sama dia.. Awalnya sih gw yakin dia ga bakal mau, biar gw pake alesan basi kalo masih ngidam dan kepingin liat dia make baju tidur gw.. Tapi, anehnya.. Rio langsung mau dan cari sendiri baju tidur itu di dalem lemari gw.. Dari situ gw yakin, kalo ada yang salah sama si Rio.. Kita tau banget kan kalo dia paling anti disuruh-suruh sama gw.. Apalagi disuruh ngelakuin hal konyol kek gitu”
Gw kembali tertegun sekaligus membenarkan tiap kalimat yang meluncur dari lisan Kak Silvi.. Kalo emang ternyata dugaan gw benar soal si Riri, gw bakal kasih pelajaran yang ga bakal di sangka-sangka sama sosok itu..
“Satu lagi, Mam.. Rio juga bisa kadang-kadang emosian banget sama siapapun.. Gw tau pas lihat dia hampir pukul laki gw, Anton.. Cuma gara-gara ga mau nemenin gw nginep disini.. Balum lagi tadi gw lihat lu juga hampir di pukul sama Rio.. Please, Mam.. Lu mau tolongin Rio kan? Lu punya temen orang pinter yang pernah sembuhin bokap gw dari santet kan? Siapa namanya, Oh iya.. Pak Sekartono.. Lu coba hubungin dia yah buat lihat keadaan Rio” Pinta Kak Silvi sambil menggenggam tangan kanan gw..
Sejenak gw dapat melihat pancaran kasih sayang dari Kak Silvi untuk adiknya, Rio.. Terbukti dari permintaannya yang terdengar sangat tulus meluncur dari lisan.. Gw segera menyimpulkan senyuman dan menganggukkan kepala serta mengusap punggung tangan Kak Silvi yang masih menggenggam jemari tangan kanan gw..
“Inshaa Allah, gw bakal bantuin, Kak.. Gw nanti coba hubungin temen gw, Pak Sekartono.. Gw juga ga mau sepupu gw kenapa-napa nantinya”
“Makasih ya, Mam.. Gw ga mau bokap sama nyokap tahu soal Rio.. Jadi lu sebisa mungkin rahasiain masalah ini yah” Kata Kak Silvi sambil mengaggukkan kepala dan juga menyungingkan senyuman manis..
Tapi tiba-tiba, tangan kanannya yang tadi menggenggam jemari gw, terlepas dan langsung mencubit lagi paha ini.. Sontak gw berteriak kesakitan dan menepis cubitan tangan Kak Silvi.. Sambil berdiri menjauh, gw kembali mengusap-usap paha kanan yang terasa panas perih..
Sesekali gw melirik ke arah Kak Silvi yang masih duduk dipinggir tempat tidur Rio, seraya terus mengusap-usap perut buncitnya..
“Koq lu malah nyubit gw lagi sih, Kak? Sakit banget nih” Kata gw dengan nada sedikit keras..
Kak Silvi yang mendengar kemudian bangkit dari tempat tidur dengan sedikit kesusahan karena terganjal perut besarnya.. Lalu, ia berjalan santai menuju gw..
“Baru di cubit segitu doank udah komplain.. Padahal gw pengennya gampar muka lu , Mam.. Biar lu marah beneran terus benci sama gw dan calon keponakan lu ini, mukanya nanti jadi mirip sama lu deh” Kata Kak Silvi sambil mencolek dagu gw dan ngeloyor pergi ke arah pintu kamar Rio..
Gw yang melihat tingkah konyol saudara sepupu perempuan itu, hanya bisa menggeram geregetan sambil menendang angin kosong di belakang Kak Silvi.. Untuk beberapa saat, gw kembali tertegun menunggu Rio dalam kamar.. Tapi yang gw tunggu tidak juga kembali.. Padahal sudah hampir setengah jam dari awal kemunculan Kak Silvi.. Akhirnya, dengan benak masih dipenuhi rasa penasaran, gw keluar dari kamar Rio..
Gw sempat menegur Om Hendra yang masih fokus membaca berita di surat kabar.. Mungkin ada topik politik kesukaannya yang membuat ia tidak membalas teguran gw.. Sambil celingak-celinguk ke semua tempat, gw terus berjalan mencari sosok Rio..
“Abang mau jemput Ade, yah?” Tanya adik gw Ayu, yang keluar dari dalam bekas kamar Kak Silvi..
“Iya, De.. Tapi abang lagi nyari Bang Rio dulu.. Kamu liat ga?” Jawab gw ke Ayu..
“Kata nyokap, si Item udah keluar bawa motor gede nya, Mam” Sahut Kak Silvi yang tahu-tahu keluar dari dapur sambil memegangi segelas jus jeruk dingin..
Mendengar jawaban Kak Silvi, gw segera mengajak Ayu untuk pulang.. Tak lupa gw berpamitan dengan Tante Septi dan Om Hendra.serta bumil rese yang telah berhasil membuat merah paha kanan ini..
Sepulangnya menjemput Ayu, gw kembali ke kamar berpura-pura ingin bersantai sambil mendengarkan musik.. Pintu kamar sudah gw kunci rapat.. Lagu Hoobastank yang berjudul Crawling In The Dark juga sudah terdengar hentakan nadanya.. Gw segera duduk di pinggir tempat tidur dan memejamkan kedua mata sambil mencoba memanggil Sekar..
Aneh, Sekar Kencana tidak langsung muncul meski sudah gw panggil sebanyak tiga kali.. Apa mungkin dia masih menemani Jagat Tirta yang masih berduka? Ya sudahlah, masih ada Bayu Barata yang pasti akan langsung hadir jika gw sebut namanya..
Kembali gw memejamkan kedua mata dan berusaha mengumpulkan konsentrasi..
“Bayu Barata, muncul lah” Ucap gw dalam hati..
Tak sampai dua detik gw selesai memanggil nama Bayu Barata, terdengar samar-samar suara auman harimau tertangkap oleh indera pendengaran gw.. Dan begitu kedua mata ini terbuka, sosok pemuda gagah berpakaian rompi hitam berajut benang emas pada pinggirnya, sudah berdiri tepat satu tombak dihadapan.. Gw perlahan bangkit dan berdiri berhadapan dengan Bayu Barata..
“Raden, aku sudah menemukan pakaian hitam milikmu yang tertinggal di Gunung tempat pertarungan semalam.. Apakah kau ingin aku memberikan pakaian ini ke kekasihmu sekarang juga?” Kata Bayu Barata sambil mengulurkan sebuah benda hitam dan kumal yang sangat diinginkan Anggie..
Yup! Sweater hitam kumal yang sekarang sudah bolong terkena sambaran sinar dari angkasa saat Kitab Langit melesat menembusnya, kini sudah kembali ke genggaman tangan gw.. Untuk sesaat gw tertegun melihat benda bersejarah dalam hubungan gw dan Anggie.. Sampai-sampai gadis itu mengancam gw jika tidak mengambil lagi sweater tersebut..
“Raden..” Ucap Bayu Barata lagi yang membuat gw tersadar dari ketertegunan..
“Iya, Bayu.. Biar aku saja yang mengantarkan benda ini nanti.. Ada hal jauh lebih penting yang membutuhkan bantuan mu saat ini”
Bayu Barata nampak menganggukkan kepala dan bersiap mendengarkan apa yang akan gw ucapkan.. Kalimat demi kalimat mulai meluncur dari mulut gw yang menerangkan apa yang kemungkinan terjadi dengan sepupu gw, Rio.. Bayu Barata terlihat membesarkan kedua matanya beberapa kali, begitu penjelasan gw tiba tentang selembar photo kosong serta cincin emas putih dan reaksi kesakitan Rio saat kepalan tangan kanan nya tergenggam oleh telapak tangan gw..
“Jadi, aku mohon sekali kau untuk bisa membantu sepupu ku, Rio.. Aku takut ada sesosok jin yang mencoba mencelakainya, Bayu”
Bayu Barata untuk sesaat menundukkan kepalanya.. Kemudian, perlahan ia merapatkan kedua telapak tangan di depan dada..
“Mohon maafkan diriku, Raden.. Sri Baginda Maharaja telah menemui ku dan mengikat diri ini dengan sumpah untuk tidak membantu siapapun di luar garis mahrom mu sendiri” Jawab Bayu Barata dengan suara lirih..
Gw terdiam mengingat jeratan sumpah yang sempat terucap juga dari lisan oleh permintaan Sang Prabu Siliwangi.. Pandangan gw sempat melirik ke arah pergelangan tangan kanan yang masih menyiratkan pola gelang akar bahar, meski terlihat sangat samar.. Nafas panjang gw hembuskan dari mulut seiring dengan pandangan mata kembali menatap wajah Bayu Barata..
“Aku ingat akan sumpah itu, Bayu.. Tapi, aku tidak mungkin hanya berdiam diri mengetahui bahaya sedang mengancam sepupu ku sendiri” Ucap gw dengan suara lirih..
Bayu Barata nampak tertegun tanpa bisa mengutarakan suatu apapun..
“Biar kami yang membantu kalian” Ucap suara tak asing yang tiba-tiba muncul dari arah belakang..
“Loh, lu kenapa lietin cincin sama foto cewe gw kek gitu, Bree? Tanya Rio sambil mengerutkan dahi..
“Lu yakin ini foto cewe lu?”
“Ya yakin lah, Bree.. Mmhhmm, lu pasti mo ngatain cewe gw kan.. Gw tau Riri ga secakep calon bini lu, Anggie.. Tapi, asli Bree.. Gw cinta mati banget sama do’i” Kata Rio dengan pandangan mata berbinar..
Gw hanya terdiam.. Dalam hati, sebenarnya gw mau bilang keanehan apa yang gw lihat di foto dan cincin itu.. Jelas yang ada di dalam pegangan tangan gw hanya selembar foto yang nampak putih tanpa ada sosok siapapun disana.. Apa ini artinya cewe yang bernama Riri itu bukan manusia yak? Bayu Barata sama Sekar ga ada lagi buat di tanya-tanya..
“Woy! Kampret! Malah bengong sekarang.. Gimana cantik ga, Bree?”
Gw tersentak kaget mendengar bentakan Rio yang membuat foto dalam genggaman tangan ini jatuh ke lantai..
“Iya, iya cakep, Bree”
“Kalo emang cakep kenapa lu ga ngomong aja terus terang dari tadi, ngehe!” Gerutu Rio sambil memungut foto kosong yang terlepas dari genggaman tangan gw..
“Ya elaah, gw bengong kan karena ga nyangka lu bakal dapet cewe cakep, Bree” Timpal gw dengan ejekan..
Bukannya jawaban lisan yang gw dapat, Rio langsung mencoba melayangkan tinjunya ke arah lengan.. Tapi, dengan cepat gw menangkap ujung kepalan tangan kanan Rio dengan telapak tangan kiri..
“WADAWW!!” Rio mendadak berteriak kesakitan saat telapak tangan kiri gw mengenggam kepalan tangannya..
“Bree! Lepasin, Bree.. Sakit, Bree”
Langsung gw lepaskan kepalan tangan Rio meski benak ini di penuhi rasa penasaran melihat reaksi nya.. Rio yang nampak meniup-niupkan kepalan tangan kanan, sesekali melirik gw dengan pandangan sinis..
“Gw cuma becanda, Nyet! Kenapa lu pake ilmu segala” Bentak Rio dengan nada lumayan tinggi..
“Sumpah! Gw ga pake ilmu apa-apa, Bree.. Gw tau lu ga bakal serius koq.. Gw juga cuma nangkep doank.. Pake tenaga dalem juga kaga, Bree” Kilah gw membela diri..
Rio nampak semakin meradang mendengar ucapan gw.. Kedua tangannya yang kekar maju ke depan hendak mencengkram kerah kaus oblong gw.. Namun, tiba-tiba..
“ITEM!!!” Suara bentakan keras terdengar dari arah belakang yang sekaligus menghentikan gerakan Rio..
Gw yang sempat terkejut melihat reaksi Rio tadi, menoleh ke arah Kak Silvi yang muncul dari balik pintu.. Rio sendiri menundukkan wajah meski sempat melirik sebal ke arah gw..
“Apa-apaan nih? Lu mo berantem sama sepupu sendiri?” Tanya Kak Silvi yang mulai berjalan mendekat dan berdiri di hadapan adiknya..
Rio terdiam seribu bahasa, lalu berjalan menuju keluar kamar setelah sedikit kasar mendorong bahu Kak Silvi.. Gw yang melihat, sebenarnya ingin menyusul Rio dan menegur nya.. Tapi tangan kanan wanita yang perutnya semakin membuncit itu meraih lengan kanan dan menghentikan langkah gw..
“Ga usah di susul, Mam.. Biarin aja dia pergi.. Lu sini dulu deh sebentar.. Ada yang mau gw omongin” Kata Kak Silvi seraya menuntun gw untuk duduk bersebelahan dengannya di atas ranjang tempat tidur Rio..
Untuk sejenak, Kak Silvi sempet menghela nafas dan mengusap-usap perut besarnya..
“Udah bulannya ya, Kak?” Tanya gw sambil melirik ke arah perut Kak Silvi..
Wanita yang meski berat badannya sudah bertambah gemuk itu tersenyum seraya menganggukkan kepala..
“Perkiraan dokter sih dua minggu lagi, Mam.. Makanya gw disuruh nginep disini dari semalem” Jawab Kak Silvi yang terus mengusap-usap perut buncitnya..
“Oh iya, gw mo ngomong sesuatu soal si Item” Ucap Kak Silvi dengan mengubah posisi duduknya menjadi menghadap gw..
Gw pun langsung memasang kedua telinga bersiap mendengarkan arah pembicaraan nya.. Sejenak, ia sempat melirik ke arah pintu kamar.. Seperti sedang memastikan Rio tidak ada di luar dan mencoba mendengarkan pembicaraan kami.. Setelah yakin, Ka Silvi kembali melempar pandangannya ke arah gw dan memandang wajah ini lekat-lekat..
“Jadi gini, Mam.. Si Item itu beberapa minggu ini berubah aneh” Kata Kak Silvi yang membuat gw mengerutkan dahi tak mengerti..
“Aneh gimana maksud lu, Kak?”
“Sebelum acara lamaran lu kemarin malem, sore nya Rio dianter temennya ke sini.. Kata temennya, Rio sering bertindak aneh.. Kek bengong terus ngomong sendiri sama sering berlama-lama nongkrong di bawah pohon beringin di belakang asrama nya kalo malem.. Giliran di tanya, jawaban si Item mo ketemu cewe yang namanya Riri.. Gw curiga, Mam.. Apa jangan-jangan ade gw itu lagi di gangguin mahluk halus kali ya.. Secara kita kan sama-sama tahu, kalo ga ada cewe normal yang mau jadi pacarnya”
Gw yang awalnya tertegun mendengarkan penjelasan Kak Silvi, mendadak menggelengkan kepala begitu ia mengakhiri penuturan dengan candaan.. Tapi, gw tidak menimpali kalimat terakhir yang dilisankan Kak Silvi barusan.. Benak gw terpusat ke sebuah nama yang juga sempat disebutkan Rio.. Riri! Ya, gw yakin cewe yang mengaku bernama Riri itu bukan manusia.. Gw harus segera memanggil Sekar atau Bayu Barata..
“Mam.. Koq lu malah bengong sih?”
“Ehh.. Iya, Kak.. Terusin deh” Jawab gw yang sempat kesakitan menerima cubitan tangan Kak Silvi di paha kanan..
Isterinya Anton yang sedang hamil besar itu nampak sedikit merajuk dengan menekuk wajah.. Namun melihat gw meringis kesakitan, ia malah tersenyum dan kembali bersiap melanjutkan pembicaraan..
“Rio itu pokoknya berubah banget, Mam.. Dia bisa kadang-kadang baik dan penurut banget sama gw.. Lu liet baju tidur pink yang dia pake ga?” Tanya Kak Silvi yang gw balas dengan anggukan kepala..
“Nah itu buktinya kalo dia penurut, Mam”
Gw mengerutkan dahi mencoba mencari kemana arah pembicaraan Kak Silvi.. Ingatan gw sempat tertuju ke baju piyama belang-belang dengan warna dasar pink yang dipakai Rio.. Apa jangan-jangan baju itu punya Kak Silvi yak? Tapi, memang sekilas modelnya mirip baju tidur cewe sih..
“Jangan bilang kalo lu nyuruh si kambing make baju tidur punya lu, Kak?” Tanya gw dengan wajah menyelidik..
Sontak Kak Silvi tertawa keras namun langsung di tutup dengan telapak tangan kanannya sambil melirik kembali ke arah pintu.. Gw yang sudah yakin bahwa baju tidur Rio tadi adalah kepunyaan kakaknya, hanya bisa menggelengkan kepala meski sempat tertawa juga untuk beberapa saat..
“Kaco juga lu, Kak..”
“Niatnya gw Cuma mo ngerjain si Item, Mam.. Karena gw kangen banget sama dia.. Awalnya sih gw yakin dia ga bakal mau, biar gw pake alesan basi kalo masih ngidam dan kepingin liat dia make baju tidur gw.. Tapi, anehnya.. Rio langsung mau dan cari sendiri baju tidur itu di dalem lemari gw.. Dari situ gw yakin, kalo ada yang salah sama si Rio.. Kita tau banget kan kalo dia paling anti disuruh-suruh sama gw.. Apalagi disuruh ngelakuin hal konyol kek gitu”
Gw kembali tertegun sekaligus membenarkan tiap kalimat yang meluncur dari lisan Kak Silvi.. Kalo emang ternyata dugaan gw benar soal si Riri, gw bakal kasih pelajaran yang ga bakal di sangka-sangka sama sosok itu..
“Satu lagi, Mam.. Rio juga bisa kadang-kadang emosian banget sama siapapun.. Gw tau pas lihat dia hampir pukul laki gw, Anton.. Cuma gara-gara ga mau nemenin gw nginep disini.. Balum lagi tadi gw lihat lu juga hampir di pukul sama Rio.. Please, Mam.. Lu mau tolongin Rio kan? Lu punya temen orang pinter yang pernah sembuhin bokap gw dari santet kan? Siapa namanya, Oh iya.. Pak Sekartono.. Lu coba hubungin dia yah buat lihat keadaan Rio” Pinta Kak Silvi sambil menggenggam tangan kanan gw..
Sejenak gw dapat melihat pancaran kasih sayang dari Kak Silvi untuk adiknya, Rio.. Terbukti dari permintaannya yang terdengar sangat tulus meluncur dari lisan.. Gw segera menyimpulkan senyuman dan menganggukkan kepala serta mengusap punggung tangan Kak Silvi yang masih menggenggam jemari tangan kanan gw..
“Inshaa Allah, gw bakal bantuin, Kak.. Gw nanti coba hubungin temen gw, Pak Sekartono.. Gw juga ga mau sepupu gw kenapa-napa nantinya”
“Makasih ya, Mam.. Gw ga mau bokap sama nyokap tahu soal Rio.. Jadi lu sebisa mungkin rahasiain masalah ini yah” Kata Kak Silvi sambil mengaggukkan kepala dan juga menyungingkan senyuman manis..
Tapi tiba-tiba, tangan kanannya yang tadi menggenggam jemari gw, terlepas dan langsung mencubit lagi paha ini.. Sontak gw berteriak kesakitan dan menepis cubitan tangan Kak Silvi.. Sambil berdiri menjauh, gw kembali mengusap-usap paha kanan yang terasa panas perih..
Sesekali gw melirik ke arah Kak Silvi yang masih duduk dipinggir tempat tidur Rio, seraya terus mengusap-usap perut buncitnya..
“Koq lu malah nyubit gw lagi sih, Kak? Sakit banget nih” Kata gw dengan nada sedikit keras..
Kak Silvi yang mendengar kemudian bangkit dari tempat tidur dengan sedikit kesusahan karena terganjal perut besarnya.. Lalu, ia berjalan santai menuju gw..
“Baru di cubit segitu doank udah komplain.. Padahal gw pengennya gampar muka lu , Mam.. Biar lu marah beneran terus benci sama gw dan calon keponakan lu ini, mukanya nanti jadi mirip sama lu deh” Kata Kak Silvi sambil mencolek dagu gw dan ngeloyor pergi ke arah pintu kamar Rio..
Gw yang melihat tingkah konyol saudara sepupu perempuan itu, hanya bisa menggeram geregetan sambil menendang angin kosong di belakang Kak Silvi.. Untuk beberapa saat, gw kembali tertegun menunggu Rio dalam kamar.. Tapi yang gw tunggu tidak juga kembali.. Padahal sudah hampir setengah jam dari awal kemunculan Kak Silvi.. Akhirnya, dengan benak masih dipenuhi rasa penasaran, gw keluar dari kamar Rio..
Gw sempat menegur Om Hendra yang masih fokus membaca berita di surat kabar.. Mungkin ada topik politik kesukaannya yang membuat ia tidak membalas teguran gw.. Sambil celingak-celinguk ke semua tempat, gw terus berjalan mencari sosok Rio..
“Abang mau jemput Ade, yah?” Tanya adik gw Ayu, yang keluar dari dalam bekas kamar Kak Silvi..
“Iya, De.. Tapi abang lagi nyari Bang Rio dulu.. Kamu liat ga?” Jawab gw ke Ayu..
“Kata nyokap, si Item udah keluar bawa motor gede nya, Mam” Sahut Kak Silvi yang tahu-tahu keluar dari dapur sambil memegangi segelas jus jeruk dingin..
Mendengar jawaban Kak Silvi, gw segera mengajak Ayu untuk pulang.. Tak lupa gw berpamitan dengan Tante Septi dan Om Hendra.serta bumil rese yang telah berhasil membuat merah paha kanan ini..
Sepulangnya menjemput Ayu, gw kembali ke kamar berpura-pura ingin bersantai sambil mendengarkan musik.. Pintu kamar sudah gw kunci rapat.. Lagu Hoobastank yang berjudul Crawling In The Dark juga sudah terdengar hentakan nadanya.. Gw segera duduk di pinggir tempat tidur dan memejamkan kedua mata sambil mencoba memanggil Sekar..
Aneh, Sekar Kencana tidak langsung muncul meski sudah gw panggil sebanyak tiga kali.. Apa mungkin dia masih menemani Jagat Tirta yang masih berduka? Ya sudahlah, masih ada Bayu Barata yang pasti akan langsung hadir jika gw sebut namanya..
Kembali gw memejamkan kedua mata dan berusaha mengumpulkan konsentrasi..
“Bayu Barata, muncul lah” Ucap gw dalam hati..
Tak sampai dua detik gw selesai memanggil nama Bayu Barata, terdengar samar-samar suara auman harimau tertangkap oleh indera pendengaran gw.. Dan begitu kedua mata ini terbuka, sosok pemuda gagah berpakaian rompi hitam berajut benang emas pada pinggirnya, sudah berdiri tepat satu tombak dihadapan.. Gw perlahan bangkit dan berdiri berhadapan dengan Bayu Barata..
“Raden, aku sudah menemukan pakaian hitam milikmu yang tertinggal di Gunung tempat pertarungan semalam.. Apakah kau ingin aku memberikan pakaian ini ke kekasihmu sekarang juga?” Kata Bayu Barata sambil mengulurkan sebuah benda hitam dan kumal yang sangat diinginkan Anggie..
Yup! Sweater hitam kumal yang sekarang sudah bolong terkena sambaran sinar dari angkasa saat Kitab Langit melesat menembusnya, kini sudah kembali ke genggaman tangan gw.. Untuk sesaat gw tertegun melihat benda bersejarah dalam hubungan gw dan Anggie.. Sampai-sampai gadis itu mengancam gw jika tidak mengambil lagi sweater tersebut..
“Raden..” Ucap Bayu Barata lagi yang membuat gw tersadar dari ketertegunan..
“Iya, Bayu.. Biar aku saja yang mengantarkan benda ini nanti.. Ada hal jauh lebih penting yang membutuhkan bantuan mu saat ini”
Bayu Barata nampak menganggukkan kepala dan bersiap mendengarkan apa yang akan gw ucapkan.. Kalimat demi kalimat mulai meluncur dari mulut gw yang menerangkan apa yang kemungkinan terjadi dengan sepupu gw, Rio.. Bayu Barata terlihat membesarkan kedua matanya beberapa kali, begitu penjelasan gw tiba tentang selembar photo kosong serta cincin emas putih dan reaksi kesakitan Rio saat kepalan tangan kanan nya tergenggam oleh telapak tangan gw..
“Jadi, aku mohon sekali kau untuk bisa membantu sepupu ku, Rio.. Aku takut ada sesosok jin yang mencoba mencelakainya, Bayu”
Bayu Barata untuk sesaat menundukkan kepalanya.. Kemudian, perlahan ia merapatkan kedua telapak tangan di depan dada..
“Mohon maafkan diriku, Raden.. Sri Baginda Maharaja telah menemui ku dan mengikat diri ini dengan sumpah untuk tidak membantu siapapun di luar garis mahrom mu sendiri” Jawab Bayu Barata dengan suara lirih..
Gw terdiam mengingat jeratan sumpah yang sempat terucap juga dari lisan oleh permintaan Sang Prabu Siliwangi.. Pandangan gw sempat melirik ke arah pergelangan tangan kanan yang masih menyiratkan pola gelang akar bahar, meski terlihat sangat samar.. Nafas panjang gw hembuskan dari mulut seiring dengan pandangan mata kembali menatap wajah Bayu Barata..
“Aku ingat akan sumpah itu, Bayu.. Tapi, aku tidak mungkin hanya berdiam diri mengetahui bahaya sedang mengancam sepupu ku sendiri” Ucap gw dengan suara lirih..
Bayu Barata nampak tertegun tanpa bisa mengutarakan suatu apapun..
“Biar kami yang membantu kalian” Ucap suara tak asing yang tiba-tiba muncul dari arah belakang..
dodolgarut134 dan 15 lainnya memberi reputasi
16