Kaskus

Story

claymiteAvatar border
TS
claymite
Criminal Puzzle : Murder on Hotel
Criminal Puzzle : Murder on Hotel
HOLLA

Criminal Puzzle : Murder on Hotel
Crime-Mystery-Thriller



Criminal Puzzle : Murder on Hotel

Quote:


Criminal Puzzle : Murder on Hotel

Quote:


Criminal Puzzle : Murder on Hotel

Quote:


Criminal Puzzle : Murder on Hotel

Quote:


Criminal Puzzle : Murder on Hotel


Quote:


Criminal Puzzle : Murder on Hotel

Quote:
Diubah oleh claymite 18-06-2018 12:43
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
41.6K
325
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
claymiteAvatar border
TS
claymite
#42
Part 7


Beberapa Menit kemudian datanglah sosok Arnold dengan membawa tas ransel di punggungnya
"Aku akan menginap untuk beberapa hari kedepan agar aku bisa mengetahui lebih jelas tentang kasus yang sedang kita hadapi ini"kata Ronald
"Totalitas ya?" kata Ben dengan sedikit mengejek

Memang hubungan antara Ben dan Ronald itu tidak baik, Ronald mencurigai Ben, dan Ben selalu sinis kepada Ronald.

"Oh ya, Ron, aku punya barang bukti dan informasi baru" kataku
Aku pun kemudian menceritakan semua kejadian yang aku alami, mulai dari surat yang hanya berisi kalimat "they". Sampai sang koki, Darwin yang membuatku curiga karena ada satu pisau tumpul.

"Kata they itu sendiri memiliki arti yang dalam menurutku" kata Ronald
"Apa itu Ronald?" tanya Tommy
"Well, they, aku yakin bahwa dia yang menulisnya telah mengetahui suatu hal tentang pembunuhan itu, dan kata they jelas mengacu pada pembunuhan itu, pembunuhannya berarti dilakukan oleh lebih dari satu orang" kata Ronald
"Oke, Ron, kau silahkan berimajinasi sesukamu mengenai hal itu, karena aku ingin melakukan penyelidikan terhadap Darwin. kata Ben

Hari sudah menjelang sore, dan Ben bersama Tommy melakukan penyelidikan terhadap Darwin. Ia sempat bertanya-tanya mengenai beberapa hal. Sementara aku, masih mondar-mandir tidak jelas. Ronald yang daritadi nampak membaca novel Sherlock Holmes pun kemudian mulai berbicara kepadaku.

"Anna, ingat yang pernah kukatakan kepadamu? Tentang Ben dan Tommy?" tanya Ronald
"Ya, apakah kau masih mencurigainya?" tanyaku
"Hei Anna, dengarkan, aku bakal selalu memantau gerak-gerik dia, kata-kata didalam surat yang hanya bertuliskan kata they, itu jelas bisa menjadi bukti kuat bahwa mereka yang dimaksud di surat itu adalah Ben dan Tommy tegas Ronald.
"Ron. Yang masih menganggu otak ku adalah mengapa ia bisa masuk ke dalam kamarku? Dan jika ia tahu semua hal mengenai kejadian ini, mengapa tidak digamblangkan saja di depan kita, agar kasus ini selesai, ini bisa menjadi hanyalah pengalihan isu saja Ronald, agar pembunuh yang sebenernya tidak ditemukan" kataku

"Hei, mengapa kau sekarang jadi nampak cerdas sekali, well, menurutku kau bakal sangat membantu dalam kasus ini Anna, apa kau tetap ingin ikut lebih dalam tentang kasus ini?" tanya Ronald
"Ya, aku ingin terlibat lebih dalam di kasus ini, dan aku hanya butuh jaminan keselamatan" kataku
"Tenanglah, keselamatanmu akan selalu kujamin" kata Ronald

Ronald pun tampak terlihat merenung untuk memikirkan kembali kata-kataku tentang surat tersebut.

"Hei, lalu bagaimana dengan Darwin?Bagaimana fisiknya? Gerak-geriknya? kata Ronald
"Fisiknya standar, tidak kurus tidak juga gemuk, gerak-geriknya nampak tenang" kataku
"Hei begini. Apa sang pembunuh sempat menatap wajahmu dengan jelas?" tanya Ronald dengan penuh penasaran
"Yang kutahu dia hanya menatap wajahku dan membuat gestur seperti sedang menghitung lantai yang membuatku terancam, untuk apakah ia melihatku dengan jelas, kayanya gamungkin deh, secara lampu kamarku kumatikan" kataku

"Jika begitu, sang pembunuh tidak tahu siapa saksi tersebut, oh ya, siapakah yang mengetahui bahwa kamu adalah saksi?" tanya Ronald lagi
"Hanyalah polisi, detektif, Agen CSI, sudah itu saja" kataku
"Syukurlah, kecurigaanku terhadap Ben mulai menurun" kata Ronald
"Apa yang membuat kecurigaanmu menurun?" tanyaku
"Begini, jika Ben adalah sosok pelakunya bersama Tommy, dia pasti langsung akan membunuhmu, tapi meskipun kecurigaanku menurun, aku tetap waspada terhadapnya, bisa jadi ini merupakan akal-bulusnya agar bisa membunuhmu di lain waktu, yanh membuatku bingung dan terus menghantuiku selama ini adalah kartu nama ini!" katanya sambil menunjukan kartu nama Edward Fasser yang sebelumnya telah dia tunjukkan kepadaku

Pandangan Ronald pun nampak terfokus pada kartu nama yang dipegangnya, kartu nama Edward Fasser. Mungkin itu salah satu kunci dari ribuan kunci yang bisa menghantarkan kita pada kebenaran kasus ini.

Beberapa menit kemudian, datanglah Tommy menghampiri kita
"Ben sedang menginterogasi lebih lanjut" katanya
Tommy pun menyuruh agar kita segera menyusul Ben. Ben menginterogasi Darwin di sebuah ruangan meeting Hotel yang kedap suara, dan dijadikan tempat interogasi untuk sementara waktu, para tersangka sebelumnya yang terdiri dari 5 orang pun nampak terlihat disana. Ruangan interogasi itu dipenuhi banyak penyelidik dan polisi, terlihat Ben saat itu diluar sedang melihat Darwin diinterogasi.
"Lho, katanya kamu menginterogasi?" tanyaku
"Bad cop and Nice cop, aku jadi Bad cop, giliranku setelah ini" katanya
"Aku sudah menyelidiki dia dan dia sangat mencurigai sekali, dia tinggal di hotel ini, dan saat kulihat kamarnya, dipenuhi dengan poster pembantaian dan pembunuhan menempel di dinding tersebut. Dan benar katamu Anna, pria itu mengoleksi pisau tumpul diantara beberapa pisau lancipnya" lanjut Ben

Setelah interogasi selesai, giliran Ben yang masuk untuk menginterogasinya
"Hei Ben, ingat, jangan bawa-bawa nama Anna, jangan sampai ada pihak hotel yang tahu bahwa saksinya adalah Anna" kata Ronald sambil memperingatkan
"Tentu saja" kata Ben dengan tenang sambil memasuki ruangan tersebut.

Pria itu nampak ketakutan dan aneh.
"Hei men, tenanglah, aku hanya ingin menanyakan beberapa hal saja, bukan membunuhmu, jadi jangan takut dan bersikaplah layaknya pria" kata Ben
"Aku mulai dari awal. Apa maksud dari poster nazi, peperangan, dan pembantaian lainnya?"

Darwin tampak melamun saat Ben mengajukan pertanyaan itu.
"Hei bajingan, jawab!!!" bentak Ben sambil memukul meja
"A..a..aku hanya senang melihat Peperangan dan sebagainya" kata Darwin sambil setengah tergugup

"Dia bilang senang, itu merupakan sebuah kesenangan bagi dia, berarti benar kataku, pelakunya adalah orang yang mengalami kepuasan saat melihat penyiksaan atau pembantaian" kata Ronald yang daritadi serius memerhatikan interogasinya.

"Kesenangan? Itu menurutmu sebuah kesenangan? Oke, bagus, Darwin" kata Ben
"Lalu, apa maksud dari pisau tumpulmu itu? Apa ada sebuah filosofi bagi hidupmu? lanjut Ben
"Pisau tumpul hanyalah sebuah koleksiku saja, tidak ada hal yang menarik dari pisau tumpul bagiku" kata nya
"Well, apa yang kau pikirkan tentang seorang pembunuh ini?" tanya Ben semakin penasaran dengan pandangan sosok Darwin
"Kurasa pembunuh itu merupakan sosok yang kejam..bagaimana mungkin dia mencekiknya sampai mati"
"Apa yang kau katakan!?Bingo!!! Apa aku daritadi memberi tahu mu tentang bagaimana pembunuhan di hotel? Hah?"

Darwin pun nampak gugup disitu, seisi ruangan interogasi pun mulai hening ketika mendengarkan penjelasan Darwin itu

"Ulangi kata katamu Darwin, ulangi!!! bentak Ben
Darwin pun mengeleng-gelengkan kepalanya, sambil merasa takut
"Hey kupikir dia orang yang idiot, daritadi terlihat betapa idiotnya dia" kata Ronald berbisik kepadaku saat melihat Darwin menggeleng-gelengkan kepala sambil merasa takut

"Kau tahu darimana hal itu Darwin? Korban dicekik? Bahkan kita sama sekali tidak memberi tahu bagaimana korban dibunuhh!!" bentak Ben lagi
"Ayo, kuingin kau mengulangi kata-katamu tadi!" teriak Ben penuh emosi sambil mendorong jidat Darwin.

0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.