- Beranda
- Stories from the Heart
Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]
...
TS
roni.riyanto
Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]
SELAMAT DATANG DI THREAD HORROR ANE YANG SEDERHANA
![Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]](https://dl.kaskus.id/i.pinimg.com/736x/ac/9e/c8/ac9ec8d17096742f52ebfbdcc70fa7e7--dark-art-photography-creepy-photography.jpg)
Assalamualaikum wr.wb
Spoiler for Pembukaan:
![Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]](https://dl.kaskus.id/3.bp.blogspot.com/-ne_rDQngRD8/Vk1ychXHIHI/AAAAAAAAJFs/GTFL1J3f6Mw/s1600/hantu%2Bpocong%2Bmenyeramkan.jpg)
Quote:
imut ya gan 

Quote:
PROLOG
Quote:
Kamu percaya hantu?
Atau kamu pernah Bertemu dengan mereka ?
ini adalah Kisahku.
Namaku Roni seorang berusia dua puluh satu tahun yang berprofesi sebagai penulis.
berawal dari rasa penasaranku melihat dunia lain untuk bahan tulisan dibuku baruku.
aku nekat membuka mata batinku sendiri dengan mencoba banyak ritual.
hingga suatu hari mendapati diriku mulai dapat melihat keberadaan MEREKA.
Siapa sangka ternyata setelah aku membuka mata batinku masalah demi masalah muncul,
dan ternyata masalah tersebut mengancam keselamatanku dan adikku Sheril . .
Atau kamu pernah Bertemu dengan mereka ?
ini adalah Kisahku.
Namaku Roni seorang berusia dua puluh satu tahun yang berprofesi sebagai penulis.
berawal dari rasa penasaranku melihat dunia lain untuk bahan tulisan dibuku baruku.
aku nekat membuka mata batinku sendiri dengan mencoba banyak ritual.
hingga suatu hari mendapati diriku mulai dapat melihat keberadaan MEREKA.
Siapa sangka ternyata setelah aku membuka mata batinku masalah demi masalah muncul,
dan ternyata masalah tersebut mengancam keselamatanku dan adikku Sheril . .
Quote:
FAQ:
Q: cerita dan karakter disini nyata gan ?
A: alur dan karakter disini fiksi, namun semua kejadian mistisnya diangkat dari pengalaman nyata TS dan kawan2 TS.
Q: TS pernah bibuka mata batin ?
A: pernah
, namun sekarang sudah ditutup karena alasan risih, bukan takut 
Q: risih kenapa gan ?
A: risih karena dikit2 kaget,dikit2 mual dan risih pas mandi ditongrongin neng kunti.
Q: jadi ini cuma karangan gan ?
A: cerita utama memang dikarang, namun kejadian mistis yang dialami oleh karakter sepenuhnya nyata pernah dialami TS dan kerabat TS
tapi untuk keseimbangan cerita ane tambahin unsur Fiksi biar ceritanya lebih dapet
Q: kapan update nya gan ?
A: biasanya saya update jam 20.00-24.00 Karena TS sedang sekolah bahasa updatenya cuma bisa seminggu sekali gansis. Update tiap malam minggu
Q: cerita dan karakter disini nyata gan ?
A: alur dan karakter disini fiksi, namun semua kejadian mistisnya diangkat dari pengalaman nyata TS dan kawan2 TS.
Q: TS pernah bibuka mata batin ?
A: pernah
, namun sekarang sudah ditutup karena alasan risih, bukan takut 
Q: risih kenapa gan ?
A: risih karena dikit2 kaget,dikit2 mual dan risih pas mandi ditongrongin neng kunti.
Q: jadi ini cuma karangan gan ?
A: cerita utama memang dikarang, namun kejadian mistis yang dialami oleh karakter sepenuhnya nyata pernah dialami TS dan kerabat TS
tapi untuk keseimbangan cerita ane tambahin unsur Fiksi biar ceritanya lebih dapetQ: kapan update nya gan ?
A: biasanya saya update jam 20.00-24.00 Karena TS sedang sekolah bahasa updatenya cuma bisa seminggu sekali gansis. Update tiap malam minggu
Quote:
Kalau agan dimari suka cerita saya, mohon untuk
share gan dan juga komengnya 
yang udah iso boleh timpuk ane pake
share gan dan juga komengnya 
yang udah iso boleh timpuk ane pake

Selamat Membaca
Quote:
PENTING
Just Info untuk Thread ini ane akan buat tamat di chapter 1, untuk lanjutan ceritanya bisa dibaca nanti di chapter 2 yang akan di posting di thread baru segera.
Terima Kasih
INDEX PART
Kesan Pertama (pengenalan bagi Roni )
1. Dunia lain
2. Buka Mata Batin
3. Penghuni Rumah
4. Hantu Penglaris
5. Hantu Anak Kecil
Sisipan sekilas Linda
POPI
6. Hantu Siswi
7. Hantu Penunggu Sekolah
8. Dijilat Hantu /
9. Hantu Toilet
SHERIL
10. Hantu Toilet 2
Biografi Karakter
11. Jurig Kincir 1..
12. Jurig Kincir 2 ..
Sisipan Real Story si Bray
13. Jurig Kincir (Sheril)
LINDA
14. Uyut Catam
15. Rumah Linda
16. Saingan Linda (Sheril)
17. Kematian Linda
GALIH
18. Kemah di Curug 18 Januari 2018
19. Sesajen 19 Januari 2018
20. Sesajen part Dua 20 Januari 2018
21. Sesajen part Tiga 21 Januari 2018
22. Buntelan kecil 27 Januari 2018
Cerpen Cheesecake
23. buntelan kecil dua 7 Februari 2018
24. Wanita ? 11 Februari 2018
25. Wanita Dua 24 Februari 2018
AYU
26. Kemah lagi 10 Maret 2018
27. Sareupna 17 Maret 2018
28. Bingung 24 Maret 2018
SHERIL (2)
29.Mimpi (Sheril) 26 Maret 2018
30. Rumah Anggi (Sheril) 31 Maret 2018
31. Siapa? (Sheril) 15 April 2018
RONI1. Dunia lain
2. Buka Mata Batin
3. Penghuni Rumah
4. Hantu Penglaris
5. Hantu Anak Kecil
Sisipan sekilas Linda
POPI
6. Hantu Siswi
7. Hantu Penunggu Sekolah
8. Dijilat Hantu /
9. Hantu Toilet
SHERIL
10. Hantu Toilet 2
Biografi Karakter
11. Jurig Kincir 1..
12. Jurig Kincir 2 ..
Sisipan Real Story si Bray
13. Jurig Kincir (Sheril)
LINDA
14. Uyut Catam
15. Rumah Linda
16. Saingan Linda (Sheril)
17. Kematian Linda
GALIH
18. Kemah di Curug 18 Januari 2018
19. Sesajen 19 Januari 2018
20. Sesajen part Dua 20 Januari 2018
21. Sesajen part Tiga 21 Januari 2018
22. Buntelan kecil 27 Januari 2018
Cerpen Cheesecake
23. buntelan kecil dua 7 Februari 2018
24. Wanita ? 11 Februari 2018
25. Wanita Dua 24 Februari 2018
AYU
26. Kemah lagi 10 Maret 2018
27. Sareupna 17 Maret 2018
28. Bingung 24 Maret 2018
SHERIL (2)
29.Mimpi (Sheril) 26 Maret 2018
30. Rumah Anggi (Sheril) 31 Maret 2018
31. Siapa? (Sheril) 15 April 2018
32. Ikan? 22 April 2018
33. Bayangan 29 April 2018
34. Masa Lalu 7 mei 2018
35. HATI 16 Mei 2018 ( Late Post)
36. Kakak 7 Juli 2018(Sheril)
37. Kakak-2 14 Agustus 2018(Sheril)
38. Perjalanan 3 Oktober 2018(Sheril)
BEGINNING
39. Permulaan 27 Oktober 2018(Sheril)
Teaser Chapter 2
Selamat pagi/siang/malam gansis yang suka mampir ke Thread ini, ane cuma mau bilang maaf karena ane baka vacum di dunia perinternetan untuk waktu yang bakalan lama. sebenernya udah ada lanjutan chapter 2 cuma ane ngerasa sangsi buat postingnya karena belum selesai 100%. jadi buat agan dan sista yang nunggu kelanjutannya harus berlapang dada karena ane mau vacum karena suatu alasan.
Terimakasih
Salam Kentang
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 80 suara
Gimana Ceritanya Gan ?
Bagus Ceritanya Serem.
65%
Lumayan Seram,
28%
Boring Gan .
8%
Diubah oleh roni.riyanto 10-01-2019 16:41
sulkhan1981 dan 9 lainnya memberi reputasi
8
306.9K
Kutip
1.7K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
roni.riyanto
#1486
Sorry karena updatenya delay lama. selamat menikmati, part ini 600 kata lebih panjang daripada part biasanya
semoga part kali ini bisa membuat kalian puas ya gansis, sama kentangnya
Quote:
“Kamu kenapa Pop? Kok senyum? Kirain bakalan sebel si Galih gak lanjutin cerita” tanyaku.
“Karena Galih gak Lanjutin ceritanya, gimana kalo aku cerita masa SMA aku ke kamu? Tapi aku mau kita ngobrol Cuma berduaan, kamu mau tau kan Ron?”
Part 35
Setelah Popi berkata demikian, aku terdiam berpikir untuk beberapa saat. Bukannya aku tidak ingin tahu masa SMA Popi yang notabene ternyata dia satu SMA denganku, tapi aku hanya merasa aneh karena tiba-tiba dia menawarkan diri untuk bercerita.
“Hei Ron, kok diem?”
Popi bertanya sambil menoleh kearahku dengan badannya yang sedikit membungkuk kearah depan, rambutnya yang tidak diikat menggantung meski tidak sepanjang rambut Ayu namun Popi terlihat sangat manis.
“Eh apa Pop?” jawabku kaku.
Mendengar jawabanku kupikir dia akan cemberut,marah atau sejenisnya, namun dia malah memberikan senyuman yang sangat manis. Senyuman yang menurutku membuat dia terlihat cantik berlipat-lipat, bibirnya yang tipis berwarna merah muda, matanya yang sedikit menyipit karena sedang tersenyum, kepalanya yang miring sedikit memandangku, dan juga tangannya yang sedang memegang cangkir dengan kedua tangannya membuatnya dia terlihat sangat MANIS.
“Tadi aku kan bilang, Galih kan gak jadi cerita. Jadi kalo aku cerita masa SMA aku, kamu mau dengerinnya gak?” ujarnya dengan wajah yang terlihat tersipu.
“Cerita masa SMA kamu? Beneran Pop?”
Popi hanya tersenyum sambil menganggukan kepalanya dengan pelan, pertanda mengiyakan. Anehnya aku merasa tidak karuan, antara senang karena akhirnya dia mau cerita tentang masa lalunya yang membuatku penasaran, dan antara merasa heran kenapa dia tiba-tiba ingin bercerita.
“Iya Pop boleh deh” jawabku kaku.
“Tapi kamu yakin mau tau cerita masa SMA aku?”
“Iya Yakin Pop”
“jadi beneran mau tau nih?”
“Iya Mau”
“Mau tau apa mau tau banget?” ujar Popi dengan nada menggoda.
“Iya Popi sayang aku mau tau!”
Karena merasa greget aku tidak sadar berucap dengan suara agak keras, dan juga aku mengucapkan perkataan yang biasa kuucapkan kepada adikku ditambahi sayang. Kutoleh Kearah Popi, dia tersenyum lebar lalu tak lama menutup mulutnya dengan tangan kirinya dan terlihat sangat senang.
Rupanya perkataanku menarik perhatian yang lain, tatapan mereka semua tertuju kepadaku. Galih dan Ratna menatapku dengan tersenyum, sedangkan Yana dan Ipin malah terlihat keheranan sementara Ayu menatapku dengan ekspresi wajahnya yang datar.
Aku merasa malu sendiri, tapi aku berusaha bersikap “cool” dan tersenyum kepada mereka semua dengan senyuman ala sales yang biasa keliling kompleks. Kuraih dan kupegang tangan kiri Popi yang sedang menutupi mulutnya, kugenggam tangannya layaknya seorang kekasih.
“Ciuw Ciuw ada yang lagi lope-lopean lagi nih, kirain pas dirumah gue udah cukup” goda Galih kepadaku dan Popi.
“Emang Bang Ron sama Mba Popi jadian?” Tanya Yana dengan wajahnya yang sangat ingin tahu.
“Belum sih, tapi kayaknya sih bakalan tuh” Kali ini Ratna yang menggoda.
Semua terlihat penasaran dan juga mendukung tentang apa yang sedang terjadi dihadapan mereka, mereka semua tersenyum terutama Galih dan Ratna. Kualihkan pandangan kearah Ayu yang menatapku dengan tatapan kosongnya seperti orang benci, namun hanya beberapa detik saja karena tak lama dia juga tersenyum.
Kurasakan tangan Popi menggenggam tanganku lebih erat, terasa sangat lembut dan juga sangat hangat. Aku merasakan sensasi aneh, sensasi sama seperti ketika aku melihat Linda dulu.
“Perasaan apa ini? Gue ngerasa seneng dan juga nyaman pas Popi megang tangan gue, padahal gue yang megang duluan dengan alasan biar keliatan cool” gumamku dalam hati.
“Ron, ke Tebing yuk. Kita berdua aja, ada yang mau aku omongin” ujar Popi.
“Mau ngomong apa Pop?”
“Ya ampun tadi kan aku bilang mau cerita, masa lupa?” Popi memasang wajah melas dengan bibir bawahnya yang sedikit maju kedepan.
Aku hanya menggaruk kepalaku dan memasang tampang bodoh, namun Popi dengan ramah kembali tersenyum dan menarik tanganku sambil meninggalkan ikan yang sebentar lagi matang. Kami berdua pergi kearah tebing tempat dimana aku mengobrol dengan arwah laki-laki, tempatnya beberapa puluh meter dan tidak terlihat dari tenda karena rimbun pepohonan.
“Awas Ron rudalnya dijaga jangan sampe bersiap diposisi nembak kayak dirumah” Kembali Galih meledekku.
“Gak usah khawatir Lih, kunci tombol kendalinya kan aku yang pegang” jawab Popi.
Mendengar jawaban Popi demikian, Galih langsung mematung seketika. Mungkin dia tidak menyangka bahwa Popi yang akan menjawab, begitupun dengan yang lain mereka ikut mematung untuk beberapa detik dan dilanjutkan dengan siulan “Suiit Suiiit ciuw ciuw” kecuali Ayu.
Dijalan menuju ketebing, Popi tidak melepaskan genggaman tangannya sejak dari kami berdiri dari tempat duduk. Aku merasa aneh karena mungkin biasanya lelaki yang memegang tangan dan menarik tangan perempuan, namun ini malah Popi yang menarik tanganku.
Popi berjalan dengan semangat dan dia berjalan sedikit cepat, sehingga dia berada didepanku dengan tangannya yang masih memegangi tanganku. Karena dia berada didepanku, aku bisa melihat dia dari belakang, rambutnya yang sedikit tertiup oleh hembusan angin kecil membuatnya terlihat sangat mempesona biarpun dilihat dari belakang.
Lagi-lagi aku merasakan sensasi senang, tapi dibalik itu aku merasa aneh karena kami baru saja beberapa hari bersama kami sudah sedekat ini. Memang Popi mengenalku sejak dari SMA, tapi lain halnya denganku yang notabene tidak tahu-menahu tentang Popi.
Sesampainya ditebing Popi melepaskan genggamannya dan berlari kecil kearah tebing, kupikir dia akan melompat dan aku hendak mengejarnya. Ternyata dia menghentikan langakahnya dan melebarkan kedua tanganku kesamping, kakinya merapat dan terlihat seperti adegan di film titanic.
“Ron disini enak banget ya suasananya sejuk, bersih, gak bising kaya ditempat kita yang deket sama kota. Disini masih asri banget, aku mau deh kalo disuruh bangun rumah disini”
Setelah berkata demikian Popi membalikan badannya dan kembali tersenyum kepadaku, akupun hanya bisa ikut tersenyum sambil menolak kedua pinggangku. Sekarang kami berdua bak pasangan kekasih yang sedang menikmati pemandangan, tak lama kemudian Popi duduk diujung tebing dengan kaki menjuntai kebawah dan akupun melakukan hal yang serupa.
Beberapa menit berlalu dan kami berdua belum mengobrol sepatah kata apapun, Popi masih terlihat asyik menikmati pemandangan dengan menggoyangkan kedua kakinya secara bergantian. Popi terlihat ceria hari ini, berbeda dengan pertama kali aku bertemu dengannya.
Jika aku ingat-ingat saat pertama bertemu dengannya beberapa hari yang lalu, Popi yang kuingat adalah gadis yang terlihat aneh. Aku berpikir demikian karena kadang dia sibuk dengan HP-nya, kadang terlihat elegan, kadang terlihat polos, kadang terlihat nakal dan terkadang terlihat parno, hal itu membuatku kesulitan menebak kepribadian Popi seperti apa.
Sudah dua hari ini Popi terlihat ceria dan juga ramah kepadaku, membuatku berpikir mungkin sebenarnya dia adalah gadis yang baik. Persepsiku sedikit menguat ketika ingat bahwa Popi pintar memasak, mungkin dia bisa menjadi istri yang baik suatu hari.
“Waduh, gue mikir apaan nih? Lu kenapa Ron kok bisa mikirin hal kayak gitu?aku bergumam dalam batinku yang sedang berkecamuk.
Aku berusaha menenangkan diriku dengan menarik nafas dalam-dalam, sambil memejamkan mataku aku terus menarik nafas dengan teratur. Setelah merasa cukup tenang, aku mengarahkan pandanganku kepada Popi.
“Kamu ngapain Ron?........kok narik nafas gitu banget? Kamu Asma?”
“Enggak Pop, Cuma lagi nyiapin diri aja buat ngedenger cerita kamu”
Popi hanya menganggukan kepalanya tanpa menaruh curiga kepadaku, wajahnya masih terlihat seperti tadi, wajah yang ceria berseri. Sedetik kemudian dia mengeluarkan HP dari dalam sakunya, terlihat olehku dia seperti sedang mencari sesuatu karena lumayan lama dia mengotak-atik HP nya.
“Ya udah sekarang aku bakalan cerita tentang diri aku pas aku SMA, pas dimana aku pertama ngenal kamu Ron”
Popi pun mulai bercerita tentang masa SMA nya, dimulai dari pertama kali dia MOS dan melihatku. Sambil memperlihatkan beberapa foto di HP nya dia terus bercerita dan ternyata dia adalah juara umum peringkat dua satu sekolah, yang dimana peringkat satunya diisi oleh Linda ketika kelas X.
Ternyata benar yang dikatakan oleh Ratna ketika berada dirumah Galih, tentang aku yang sudah bertemu sapa dengan Popi namun aku tidak mengenalinya. Wajar saja aku tidak mengenali Popi yang sekarang, selain penampilannya yang berubah jauh berbeda, bisa jadi karena aku terlalu mencintai Linda sehingga aku tidak menyadari keberadaan gadis lain.
Dari beberapa foto yang Popi tunjukkan kepadaku, aku mulai mengingat kejadian dimana aku dan dia bertemu dan mengobrol biarpun tidak banyak. Aku sungguh tidak menyangka bahwa gadis didalam foto itu adalah Popi, harus kulihat berkali-kali sampai aku merasa yakin itu adalah Popi.
Aku menikmati cerita yang disampaikan oleh Popi, cerita tentang masa-masa dia SMA. Cerita tentang kenangan indah disekolah sampai kenangan pahit yang dia alami, namun satu hal yang pasti yang aku rasakan setelah mendengar ceritanya.
“Gue jadi Yakin kalo Popi itu emang gadis yang baik, pintar dan tidak banyak tingkah” gumamku dalam hati.
Popi masih sibuk bercerita tentang kejadian yang dia alami semasa muda, meskipun ada beberapa cerita yang membuatku merasa simpati, namun secara garis besar dia memiliki kehidupan yang cukup keras.
“Pop kamu mau gak jadi pacar aku?”
Tanpa sadar aku mengatakan hal demikian kepada Popi, dan itu sungguh berada diluar kendaliku. Bibirku dengan sendirinya mengutarakan hal yang sedang kurasakan dalam hatiku, sepertinya yang kurasakan adalah perasaan cinta.
Mendengar aku berkata demikian Popi langsung terdiam menatapku seolah tak percaya, terlihat olehku matanya mulai berkaca-kaca. Sedetik kemudian dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya, air matanya perlahan mengalir.
“Pop kamu kenapa kok nangis?” ujarku sambil memegangi pundaknya.
Popi masih terdiam dan menundukan kepalanya, sekarang kedua tangannya menutupi seluruh wajahnya. Sekarang aku dilanda kebingungan karena melihat Popi menangis setelah aku berkata demikian, namun aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu Popi bicara dengan sendirinya.
Beberapa saat kemudian Popi mengusap air mata diwajahnya, namun wajahnya tetap menunduk. Jantungku berdebar-debar, bingung melihat keadaan Popi yang menangis setelah dengan seenaknya aku mengutarakan perasaanku kepadanya, kini Popi sudah sedikit tenang.
“Bisa kamu ulangi lagi Ron tadi kamu ngomong apa?” pinta Popi pelan.
“Pop, aku mau kamu jadi pacar aku. Aku ngerasa kamu gadis yang baik dan pas seperti wanita ideal yang aku mau. Aku mau kita berdua ngejalin hubungan serius, Ever After”
Aku menyadari kenapa aku berkata demikian, aku teringat perkataan Sheril mengenai dia bertemu dengan Linda di mimpinya dan Linda meminta aku untuk segera mencari penggantinya. Kupikir mungkin sekaranglah saatnya aku merelakan Linda dan mulai mencintai wanita lain, wanita yang aku rasa adalah wanita yang memang baik yaitu Popi.
Setelah aku mengulangi perkataanku kepada Popi, beberapa detik kemudian Popi memelukku dari samping karena posisi kami berdua sedang duduk dipinggir Tebing. Ketika dia memelukku dengan erat, aku mendengar Popi membisikan sesuatu yang membuatku merasa tidak salah mengutarakan perasaanku kepadanya.
Popi akhirnya melepaskan pelukannya, wajahnya terlihat sangat bahagia biarpun rambutnya sedikit basah karena terkena air matanya. Kami berdua saling memandang satu sama lain, saling tersenyum hingga tanpa sadar kami berdua saling mendekatkan wajah kami dan hendak berciuman.
“Ehem”
Aku dan Popi sangat kaget mendengar suara dari arah belakang kami dimana itu adalah suara Ayu, Aku dan Popi dengan refleks menjauhkan wajah kami dan duduk bergeser menjaga jarak.
“Sorry kalo ganggu. Tapi itu ikannya udah pada mateng, kalian berdua disuruh buat cepet makan”
Setelah mengatakan hal demikian dengan wajah yang sangat datar, Ayu berlalu meninggalkan kami berdua. Dia berjalan cukup cepat sehingga dalam beberapa detik saja, dia sudah hilang dari pandangan.
Aku segera berdiri dan mengulurkan tanganku kepada Popi agar dia juga ikut berdiri, kami berdua merasa canggung setelah hampir “Tercyduk” oleh Ayu. Tiba-tiba tangan Popi menunjuk kearah suatu tempat, yang jika kuperhatikan mengarah kesebuat mata air yang terlihat dari tebing.
“Besok kita kesana ya Ron, kalo bisa kita berdua aja kesananya”
“Mau ngapain emangnya Pop?”
Bukannya menjawab pertanyaanku, Popi malah memasang senyumannya. Tanpa kusadari dia dengan cepat mendekatkan wajahnya kepadaku dan menyambar bibirku, sekarang bibir kami saling bersentuhan. Bibir Popi yang lembut disertai aroma lipgloss yang dipakainya terasa sangat nyaman bagiku, beberapa detik lamanya kami berciuman sampai Popi melepaskan bibirnya dari bibirku.
“Udah yah sekarang kita makan dulu yuk!”
Usai berkata demikian Popi berlalu meninggalkanku, aku hanya bisa menunduk sambil tersenyum mengingat hal yang baru saja terjadi. Kuambil HP dari dalam sakuku dan segera mengetik pesan untuk seseorang, orang yang sangat berharga bagiku.
Dek, makasih udah nyaranin Kakak buat rerfreshing. Sekarang kakak nemuin hal yang bisa bikin Kakak semangat lagi
Aku bergegas meninggalkan tebing dan kembali ke tenda, sesampainya disana teman yang lain sedang menikmati makan siang mereka. Popi terlihat sedang menyiapkan piring dan juga lauknya, begitu aku duduk Popi langsung menyodorkan piring berisi nasi dan juga ikan bakar.
“Wah wah keknya ada yang baru jadian nih, harus cepet ngebooking rumah makan nih” ujar Ratna.
Popi tersenyum sambil membereskan rambut yang ada disekitar telinganya, akupun ikut-ikutan tersenyum dengan sendirinya. Semua tampak menyambut kami dengan sukaria, bahkan Ayu pun terlihat tersenyum berbeda dengan saat dia memergoki kami tadi dan memasang wajah datar.
Siang itu sambil menikmati makan siang kami, Galih mulai bercerita tentang penampakan putri duyung. Ternyata cerita itu hanya bohong belaka, karena sebenarnya Galih dan Ratna bertemu saat mendaki gunung bersama.
“Lah itu terus bapak-bapak tadi pagi bilang abang liat putri duyung? Gimana tuh?” tanya Yana kesal.
“Ya mungkin bapak-bapak yang kalian temuin itu sodara gue disini. Emang Ipin kagak bilang yah? Dia kan tau tuh” jawab Galih sambil tertawa.
“Pantes aja Pin lu diem aja pas bapak-bapak tadi cerita, napa lu kagak ngomong?” kembali Yana kesal.
“Ya abisnya gue mau kasih tau, kasian elunya keliatan seneng banget Yan. Gue gak mau ngerusak kesenangan elu Yan” jawab Ipin santai.
Kami bertujuh menikmati hari itu, kami saling bercerita tentang kehidupan kami dan juga masa kecil kami. Aku baru tahu jika ternyata Popi adalah seorang Yatim Piatu biarpun dia tidak memberi tahu sejak kapan, sebenarnya aku merasa pernah ada orang yang mengatakannya namun aku tidak mengingatnya.
Malam harinya kami kembali berbagi cerita ditemani kue yang dibagikan oleh Ayu kepada kami, dia berkata kue itu Populer di Australia. Namun karena kue itu hanya berjumlah lima buah, dia memintaku untuk mengalah dan mau mengerti. Akhirnya hanya Aku dan Ayu yang tidak makan kue yang kelihatan enak itu.
-----------------------------------00---------------------------00-----------------------------------
Esoknya Pukul 02.00 dini hari.
Aku terbangun dari tidurku karena merasakan kantung kemihku bergejolak, aku yang tidur sendiri didalam tenda kaget begitu mengetahui ada wanita yang ikut tidur didalam tenda. Wanita itu adalah Popi, ingin aku menegurnya agar kembali ketendanya, namun karena dia terlihat sangat pulas kupikir nanti saja jika dia bangun.
Aku keluar dari tenda untuk menunaikan panggilan alam, diluar tenda api unggun sudah mati dan tinggal cahaya dari lampu darurat saja yang menerangi dan sinar rembulan. Kuputuskan untuk menunaikannya dibawah pohon yang berada cukup jauh dan tidak menuju sungai, meskipun mata batinku kelihatannya tertutup lagi namun aku merasa tidak enak jika harus pipis dihadapan arwah hantu punggung bolong.
Setelah beres kencing entah ada dorongan apa aku merasa ingin melihat pemandangan malam ditebing, aku berjalan kearah tebing dan melihat lampu diperkampungan yang sangat indah. Disaat aku menikmati pemandangan, tiba-tiba saja dari arah belakang ada orang yang menutup hidungku dengan sapu tangan yang berbau obat yang membuatku pusing.
Aku berusaha berontak namun mungkin karena efek obat yang kuhirup di kain sapu tangan, badanku terasa lemas dan terkulai ketanah. Disaat terkulai aku melihat orang yang membiusku ternyata adalah Ayu, aku bisa melihat wajahnya karena cahaya bulan cukup terang.
“Harusnya gue ngakhirin hidup lu dari dulu Ron, biar gak usah liat pemandangan kayak waktu siang”
“Maksud kamu apa Yu?” tanyaku dengan terengah-engah karena pengaruh obat.
“Gue kasih tau, gue butuh nyawa lu buat tumbal. Biar gue bisa dapet kecantikan sama percaya diri, sama kaya dua orang cowok yang udah gue tumbalin. Biarpun mereka itu pacar-pacar gue dan gue sayang sama mereka”
“Tapi kenapa kamu ngelakuin hal kaya gini Yu?”
Tanpa menjawab pertanyaanku, Ayu menyeret tubuhku dan menendangku hingga aku terjatuh dari tebing. Tubuhku terjatuh dengan bebas hingga tubuhku menghantam dahan dan ranting pepohonan yang berada dibawah tebing, hal tersebut ternyata menahan laju tubuhku sehingga ketika tubuhku terjatuh ketanah aku masih dalam keadaan sadar biarpun seluruh badanku sakit dan sikuku berdarah cukup banyak.
Beberapa saat kemudian aku mendengar suara Ayu berteriak “Aaaaaahh” dan tak lama ranting pohon diatasku mulai berbunyi menandakan ada benda yang akan jatuh.
“BRUG!!”
Aku melihat dengan jelas tubuh Ayu tergeletak karena masih terpapar sinar rembulan, berbeda denganku yang masih hidup. Mungkin Ayu tidak selamat karena aku mencium bau amis darah, kucoba menyoroti tubuh Ayu dengan senter HP-ku.
Dengan susah payah aku menggunakan sisa tenagaku untuk mengeluarkan HP-ku, setelah kusorot kondisi Ayu sungguh mengenaskan. Dilehernya tertancap ranting pohon yang mungkin sebelumnya patah olehku, kemudian mengenai leher Ayu dan juga mungkin karena posisi jatuhnya kepala terlebih dahulu hingga dia tidak selamat.
Aku merasa shock hingga tidak mampu berkata apapun, sedetik kemudian aku mendengar kembali ranting pohon bersuara seperti ada benda lain yang akan jatuh.
“BRUG!!”
Mungkin aku merasakan benda keras seukuran batu bata jatuh dari atas dan menimpa kepalaku hingga aku tak sadarkan diri.
BERSAMBUNG.
“Karena Galih gak Lanjutin ceritanya, gimana kalo aku cerita masa SMA aku ke kamu? Tapi aku mau kita ngobrol Cuma berduaan, kamu mau tau kan Ron?”
Part 35
Setelah Popi berkata demikian, aku terdiam berpikir untuk beberapa saat. Bukannya aku tidak ingin tahu masa SMA Popi yang notabene ternyata dia satu SMA denganku, tapi aku hanya merasa aneh karena tiba-tiba dia menawarkan diri untuk bercerita.
“Hei Ron, kok diem?”
Popi bertanya sambil menoleh kearahku dengan badannya yang sedikit membungkuk kearah depan, rambutnya yang tidak diikat menggantung meski tidak sepanjang rambut Ayu namun Popi terlihat sangat manis.
“Eh apa Pop?” jawabku kaku.
Mendengar jawabanku kupikir dia akan cemberut,marah atau sejenisnya, namun dia malah memberikan senyuman yang sangat manis. Senyuman yang menurutku membuat dia terlihat cantik berlipat-lipat, bibirnya yang tipis berwarna merah muda, matanya yang sedikit menyipit karena sedang tersenyum, kepalanya yang miring sedikit memandangku, dan juga tangannya yang sedang memegang cangkir dengan kedua tangannya membuatnya dia terlihat sangat MANIS.
“Tadi aku kan bilang, Galih kan gak jadi cerita. Jadi kalo aku cerita masa SMA aku, kamu mau dengerinnya gak?” ujarnya dengan wajah yang terlihat tersipu.
“Cerita masa SMA kamu? Beneran Pop?”
Popi hanya tersenyum sambil menganggukan kepalanya dengan pelan, pertanda mengiyakan. Anehnya aku merasa tidak karuan, antara senang karena akhirnya dia mau cerita tentang masa lalunya yang membuatku penasaran, dan antara merasa heran kenapa dia tiba-tiba ingin bercerita.
“Iya Pop boleh deh” jawabku kaku.
“Tapi kamu yakin mau tau cerita masa SMA aku?”
“Iya Yakin Pop”
“jadi beneran mau tau nih?”
“Iya Mau”
“Mau tau apa mau tau banget?” ujar Popi dengan nada menggoda.
“Iya Popi sayang aku mau tau!”
Karena merasa greget aku tidak sadar berucap dengan suara agak keras, dan juga aku mengucapkan perkataan yang biasa kuucapkan kepada adikku ditambahi sayang. Kutoleh Kearah Popi, dia tersenyum lebar lalu tak lama menutup mulutnya dengan tangan kirinya dan terlihat sangat senang.
Rupanya perkataanku menarik perhatian yang lain, tatapan mereka semua tertuju kepadaku. Galih dan Ratna menatapku dengan tersenyum, sedangkan Yana dan Ipin malah terlihat keheranan sementara Ayu menatapku dengan ekspresi wajahnya yang datar.
Aku merasa malu sendiri, tapi aku berusaha bersikap “cool” dan tersenyum kepada mereka semua dengan senyuman ala sales yang biasa keliling kompleks. Kuraih dan kupegang tangan kiri Popi yang sedang menutupi mulutnya, kugenggam tangannya layaknya seorang kekasih.
“Ciuw Ciuw ada yang lagi lope-lopean lagi nih, kirain pas dirumah gue udah cukup” goda Galih kepadaku dan Popi.
“Emang Bang Ron sama Mba Popi jadian?” Tanya Yana dengan wajahnya yang sangat ingin tahu.
“Belum sih, tapi kayaknya sih bakalan tuh” Kali ini Ratna yang menggoda.
Semua terlihat penasaran dan juga mendukung tentang apa yang sedang terjadi dihadapan mereka, mereka semua tersenyum terutama Galih dan Ratna. Kualihkan pandangan kearah Ayu yang menatapku dengan tatapan kosongnya seperti orang benci, namun hanya beberapa detik saja karena tak lama dia juga tersenyum.
Kurasakan tangan Popi menggenggam tanganku lebih erat, terasa sangat lembut dan juga sangat hangat. Aku merasakan sensasi aneh, sensasi sama seperti ketika aku melihat Linda dulu.
“Perasaan apa ini? Gue ngerasa seneng dan juga nyaman pas Popi megang tangan gue, padahal gue yang megang duluan dengan alasan biar keliatan cool” gumamku dalam hati.
“Ron, ke Tebing yuk. Kita berdua aja, ada yang mau aku omongin” ujar Popi.
“Mau ngomong apa Pop?”
“Ya ampun tadi kan aku bilang mau cerita, masa lupa?” Popi memasang wajah melas dengan bibir bawahnya yang sedikit maju kedepan.
Aku hanya menggaruk kepalaku dan memasang tampang bodoh, namun Popi dengan ramah kembali tersenyum dan menarik tanganku sambil meninggalkan ikan yang sebentar lagi matang. Kami berdua pergi kearah tebing tempat dimana aku mengobrol dengan arwah laki-laki, tempatnya beberapa puluh meter dan tidak terlihat dari tenda karena rimbun pepohonan.
“Awas Ron rudalnya dijaga jangan sampe bersiap diposisi nembak kayak dirumah” Kembali Galih meledekku.
“Gak usah khawatir Lih, kunci tombol kendalinya kan aku yang pegang” jawab Popi.
Mendengar jawaban Popi demikian, Galih langsung mematung seketika. Mungkin dia tidak menyangka bahwa Popi yang akan menjawab, begitupun dengan yang lain mereka ikut mematung untuk beberapa detik dan dilanjutkan dengan siulan “Suiit Suiiit ciuw ciuw” kecuali Ayu.
Dijalan menuju ketebing, Popi tidak melepaskan genggaman tangannya sejak dari kami berdiri dari tempat duduk. Aku merasa aneh karena mungkin biasanya lelaki yang memegang tangan dan menarik tangan perempuan, namun ini malah Popi yang menarik tanganku.
Popi berjalan dengan semangat dan dia berjalan sedikit cepat, sehingga dia berada didepanku dengan tangannya yang masih memegangi tanganku. Karena dia berada didepanku, aku bisa melihat dia dari belakang, rambutnya yang sedikit tertiup oleh hembusan angin kecil membuatnya terlihat sangat mempesona biarpun dilihat dari belakang.
Lagi-lagi aku merasakan sensasi senang, tapi dibalik itu aku merasa aneh karena kami baru saja beberapa hari bersama kami sudah sedekat ini. Memang Popi mengenalku sejak dari SMA, tapi lain halnya denganku yang notabene tidak tahu-menahu tentang Popi.
Sesampainya ditebing Popi melepaskan genggamannya dan berlari kecil kearah tebing, kupikir dia akan melompat dan aku hendak mengejarnya. Ternyata dia menghentikan langakahnya dan melebarkan kedua tanganku kesamping, kakinya merapat dan terlihat seperti adegan di film titanic.
“Ron disini enak banget ya suasananya sejuk, bersih, gak bising kaya ditempat kita yang deket sama kota. Disini masih asri banget, aku mau deh kalo disuruh bangun rumah disini”
Setelah berkata demikian Popi membalikan badannya dan kembali tersenyum kepadaku, akupun hanya bisa ikut tersenyum sambil menolak kedua pinggangku. Sekarang kami berdua bak pasangan kekasih yang sedang menikmati pemandangan, tak lama kemudian Popi duduk diujung tebing dengan kaki menjuntai kebawah dan akupun melakukan hal yang serupa.
Beberapa menit berlalu dan kami berdua belum mengobrol sepatah kata apapun, Popi masih terlihat asyik menikmati pemandangan dengan menggoyangkan kedua kakinya secara bergantian. Popi terlihat ceria hari ini, berbeda dengan pertama kali aku bertemu dengannya.
Jika aku ingat-ingat saat pertama bertemu dengannya beberapa hari yang lalu, Popi yang kuingat adalah gadis yang terlihat aneh. Aku berpikir demikian karena kadang dia sibuk dengan HP-nya, kadang terlihat elegan, kadang terlihat polos, kadang terlihat nakal dan terkadang terlihat parno, hal itu membuatku kesulitan menebak kepribadian Popi seperti apa.
Sudah dua hari ini Popi terlihat ceria dan juga ramah kepadaku, membuatku berpikir mungkin sebenarnya dia adalah gadis yang baik. Persepsiku sedikit menguat ketika ingat bahwa Popi pintar memasak, mungkin dia bisa menjadi istri yang baik suatu hari.
“Waduh, gue mikir apaan nih? Lu kenapa Ron kok bisa mikirin hal kayak gitu?aku bergumam dalam batinku yang sedang berkecamuk.
Aku berusaha menenangkan diriku dengan menarik nafas dalam-dalam, sambil memejamkan mataku aku terus menarik nafas dengan teratur. Setelah merasa cukup tenang, aku mengarahkan pandanganku kepada Popi.
“Kamu ngapain Ron?........kok narik nafas gitu banget? Kamu Asma?”
“Enggak Pop, Cuma lagi nyiapin diri aja buat ngedenger cerita kamu”
Popi hanya menganggukan kepalanya tanpa menaruh curiga kepadaku, wajahnya masih terlihat seperti tadi, wajah yang ceria berseri. Sedetik kemudian dia mengeluarkan HP dari dalam sakunya, terlihat olehku dia seperti sedang mencari sesuatu karena lumayan lama dia mengotak-atik HP nya.
“Ya udah sekarang aku bakalan cerita tentang diri aku pas aku SMA, pas dimana aku pertama ngenal kamu Ron”
Popi pun mulai bercerita tentang masa SMA nya, dimulai dari pertama kali dia MOS dan melihatku. Sambil memperlihatkan beberapa foto di HP nya dia terus bercerita dan ternyata dia adalah juara umum peringkat dua satu sekolah, yang dimana peringkat satunya diisi oleh Linda ketika kelas X.
Ternyata benar yang dikatakan oleh Ratna ketika berada dirumah Galih, tentang aku yang sudah bertemu sapa dengan Popi namun aku tidak mengenalinya. Wajar saja aku tidak mengenali Popi yang sekarang, selain penampilannya yang berubah jauh berbeda, bisa jadi karena aku terlalu mencintai Linda sehingga aku tidak menyadari keberadaan gadis lain.
Dari beberapa foto yang Popi tunjukkan kepadaku, aku mulai mengingat kejadian dimana aku dan dia bertemu dan mengobrol biarpun tidak banyak. Aku sungguh tidak menyangka bahwa gadis didalam foto itu adalah Popi, harus kulihat berkali-kali sampai aku merasa yakin itu adalah Popi.
Aku menikmati cerita yang disampaikan oleh Popi, cerita tentang masa-masa dia SMA. Cerita tentang kenangan indah disekolah sampai kenangan pahit yang dia alami, namun satu hal yang pasti yang aku rasakan setelah mendengar ceritanya.
“Gue jadi Yakin kalo Popi itu emang gadis yang baik, pintar dan tidak banyak tingkah” gumamku dalam hati.
Popi masih sibuk bercerita tentang kejadian yang dia alami semasa muda, meskipun ada beberapa cerita yang membuatku merasa simpati, namun secara garis besar dia memiliki kehidupan yang cukup keras.
“Pop kamu mau gak jadi pacar aku?”
Tanpa sadar aku mengatakan hal demikian kepada Popi, dan itu sungguh berada diluar kendaliku. Bibirku dengan sendirinya mengutarakan hal yang sedang kurasakan dalam hatiku, sepertinya yang kurasakan adalah perasaan cinta.
Mendengar aku berkata demikian Popi langsung terdiam menatapku seolah tak percaya, terlihat olehku matanya mulai berkaca-kaca. Sedetik kemudian dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya, air matanya perlahan mengalir.
“Pop kamu kenapa kok nangis?” ujarku sambil memegangi pundaknya.
Popi masih terdiam dan menundukan kepalanya, sekarang kedua tangannya menutupi seluruh wajahnya. Sekarang aku dilanda kebingungan karena melihat Popi menangis setelah aku berkata demikian, namun aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu Popi bicara dengan sendirinya.
Beberapa saat kemudian Popi mengusap air mata diwajahnya, namun wajahnya tetap menunduk. Jantungku berdebar-debar, bingung melihat keadaan Popi yang menangis setelah dengan seenaknya aku mengutarakan perasaanku kepadanya, kini Popi sudah sedikit tenang.
“Bisa kamu ulangi lagi Ron tadi kamu ngomong apa?” pinta Popi pelan.
“Pop, aku mau kamu jadi pacar aku. Aku ngerasa kamu gadis yang baik dan pas seperti wanita ideal yang aku mau. Aku mau kita berdua ngejalin hubungan serius, Ever After”
Aku menyadari kenapa aku berkata demikian, aku teringat perkataan Sheril mengenai dia bertemu dengan Linda di mimpinya dan Linda meminta aku untuk segera mencari penggantinya. Kupikir mungkin sekaranglah saatnya aku merelakan Linda dan mulai mencintai wanita lain, wanita yang aku rasa adalah wanita yang memang baik yaitu Popi.
Setelah aku mengulangi perkataanku kepada Popi, beberapa detik kemudian Popi memelukku dari samping karena posisi kami berdua sedang duduk dipinggir Tebing. Ketika dia memelukku dengan erat, aku mendengar Popi membisikan sesuatu yang membuatku merasa tidak salah mengutarakan perasaanku kepadanya.
Popi akhirnya melepaskan pelukannya, wajahnya terlihat sangat bahagia biarpun rambutnya sedikit basah karena terkena air matanya. Kami berdua saling memandang satu sama lain, saling tersenyum hingga tanpa sadar kami berdua saling mendekatkan wajah kami dan hendak berciuman.
“Ehem”
Aku dan Popi sangat kaget mendengar suara dari arah belakang kami dimana itu adalah suara Ayu, Aku dan Popi dengan refleks menjauhkan wajah kami dan duduk bergeser menjaga jarak.
“Sorry kalo ganggu. Tapi itu ikannya udah pada mateng, kalian berdua disuruh buat cepet makan”
Setelah mengatakan hal demikian dengan wajah yang sangat datar, Ayu berlalu meninggalkan kami berdua. Dia berjalan cukup cepat sehingga dalam beberapa detik saja, dia sudah hilang dari pandangan.
Aku segera berdiri dan mengulurkan tanganku kepada Popi agar dia juga ikut berdiri, kami berdua merasa canggung setelah hampir “Tercyduk” oleh Ayu. Tiba-tiba tangan Popi menunjuk kearah suatu tempat, yang jika kuperhatikan mengarah kesebuat mata air yang terlihat dari tebing.
“Besok kita kesana ya Ron, kalo bisa kita berdua aja kesananya”
“Mau ngapain emangnya Pop?”
Bukannya menjawab pertanyaanku, Popi malah memasang senyumannya. Tanpa kusadari dia dengan cepat mendekatkan wajahnya kepadaku dan menyambar bibirku, sekarang bibir kami saling bersentuhan. Bibir Popi yang lembut disertai aroma lipgloss yang dipakainya terasa sangat nyaman bagiku, beberapa detik lamanya kami berciuman sampai Popi melepaskan bibirnya dari bibirku.
“Udah yah sekarang kita makan dulu yuk!”
Usai berkata demikian Popi berlalu meninggalkanku, aku hanya bisa menunduk sambil tersenyum mengingat hal yang baru saja terjadi. Kuambil HP dari dalam sakuku dan segera mengetik pesan untuk seseorang, orang yang sangat berharga bagiku.
Dek, makasih udah nyaranin Kakak buat rerfreshing. Sekarang kakak nemuin hal yang bisa bikin Kakak semangat lagi
Aku bergegas meninggalkan tebing dan kembali ke tenda, sesampainya disana teman yang lain sedang menikmati makan siang mereka. Popi terlihat sedang menyiapkan piring dan juga lauknya, begitu aku duduk Popi langsung menyodorkan piring berisi nasi dan juga ikan bakar.
“Wah wah keknya ada yang baru jadian nih, harus cepet ngebooking rumah makan nih” ujar Ratna.
Popi tersenyum sambil membereskan rambut yang ada disekitar telinganya, akupun ikut-ikutan tersenyum dengan sendirinya. Semua tampak menyambut kami dengan sukaria, bahkan Ayu pun terlihat tersenyum berbeda dengan saat dia memergoki kami tadi dan memasang wajah datar.
Siang itu sambil menikmati makan siang kami, Galih mulai bercerita tentang penampakan putri duyung. Ternyata cerita itu hanya bohong belaka, karena sebenarnya Galih dan Ratna bertemu saat mendaki gunung bersama.
“Lah itu terus bapak-bapak tadi pagi bilang abang liat putri duyung? Gimana tuh?” tanya Yana kesal.
“Ya mungkin bapak-bapak yang kalian temuin itu sodara gue disini. Emang Ipin kagak bilang yah? Dia kan tau tuh” jawab Galih sambil tertawa.
“Pantes aja Pin lu diem aja pas bapak-bapak tadi cerita, napa lu kagak ngomong?” kembali Yana kesal.
“Ya abisnya gue mau kasih tau, kasian elunya keliatan seneng banget Yan. Gue gak mau ngerusak kesenangan elu Yan” jawab Ipin santai.
Kami bertujuh menikmati hari itu, kami saling bercerita tentang kehidupan kami dan juga masa kecil kami. Aku baru tahu jika ternyata Popi adalah seorang Yatim Piatu biarpun dia tidak memberi tahu sejak kapan, sebenarnya aku merasa pernah ada orang yang mengatakannya namun aku tidak mengingatnya.
Malam harinya kami kembali berbagi cerita ditemani kue yang dibagikan oleh Ayu kepada kami, dia berkata kue itu Populer di Australia. Namun karena kue itu hanya berjumlah lima buah, dia memintaku untuk mengalah dan mau mengerti. Akhirnya hanya Aku dan Ayu yang tidak makan kue yang kelihatan enak itu.
-----------------------------------00---------------------------00-----------------------------------
Esoknya Pukul 02.00 dini hari.
Aku terbangun dari tidurku karena merasakan kantung kemihku bergejolak, aku yang tidur sendiri didalam tenda kaget begitu mengetahui ada wanita yang ikut tidur didalam tenda. Wanita itu adalah Popi, ingin aku menegurnya agar kembali ketendanya, namun karena dia terlihat sangat pulas kupikir nanti saja jika dia bangun.
Aku keluar dari tenda untuk menunaikan panggilan alam, diluar tenda api unggun sudah mati dan tinggal cahaya dari lampu darurat saja yang menerangi dan sinar rembulan. Kuputuskan untuk menunaikannya dibawah pohon yang berada cukup jauh dan tidak menuju sungai, meskipun mata batinku kelihatannya tertutup lagi namun aku merasa tidak enak jika harus pipis dihadapan arwah hantu punggung bolong.
Setelah beres kencing entah ada dorongan apa aku merasa ingin melihat pemandangan malam ditebing, aku berjalan kearah tebing dan melihat lampu diperkampungan yang sangat indah. Disaat aku menikmati pemandangan, tiba-tiba saja dari arah belakang ada orang yang menutup hidungku dengan sapu tangan yang berbau obat yang membuatku pusing.
Aku berusaha berontak namun mungkin karena efek obat yang kuhirup di kain sapu tangan, badanku terasa lemas dan terkulai ketanah. Disaat terkulai aku melihat orang yang membiusku ternyata adalah Ayu, aku bisa melihat wajahnya karena cahaya bulan cukup terang.
“Harusnya gue ngakhirin hidup lu dari dulu Ron, biar gak usah liat pemandangan kayak waktu siang”
“Maksud kamu apa Yu?” tanyaku dengan terengah-engah karena pengaruh obat.
“Gue kasih tau, gue butuh nyawa lu buat tumbal. Biar gue bisa dapet kecantikan sama percaya diri, sama kaya dua orang cowok yang udah gue tumbalin. Biarpun mereka itu pacar-pacar gue dan gue sayang sama mereka”
“Tapi kenapa kamu ngelakuin hal kaya gini Yu?”
Tanpa menjawab pertanyaanku, Ayu menyeret tubuhku dan menendangku hingga aku terjatuh dari tebing. Tubuhku terjatuh dengan bebas hingga tubuhku menghantam dahan dan ranting pepohonan yang berada dibawah tebing, hal tersebut ternyata menahan laju tubuhku sehingga ketika tubuhku terjatuh ketanah aku masih dalam keadaan sadar biarpun seluruh badanku sakit dan sikuku berdarah cukup banyak.
Beberapa saat kemudian aku mendengar suara Ayu berteriak “Aaaaaahh” dan tak lama ranting pohon diatasku mulai berbunyi menandakan ada benda yang akan jatuh.
“BRUG!!”
Aku melihat dengan jelas tubuh Ayu tergeletak karena masih terpapar sinar rembulan, berbeda denganku yang masih hidup. Mungkin Ayu tidak selamat karena aku mencium bau amis darah, kucoba menyoroti tubuh Ayu dengan senter HP-ku.
Dengan susah payah aku menggunakan sisa tenagaku untuk mengeluarkan HP-ku, setelah kusorot kondisi Ayu sungguh mengenaskan. Dilehernya tertancap ranting pohon yang mungkin sebelumnya patah olehku, kemudian mengenai leher Ayu dan juga mungkin karena posisi jatuhnya kepala terlebih dahulu hingga dia tidak selamat.
Aku merasa shock hingga tidak mampu berkata apapun, sedetik kemudian aku mendengar kembali ranting pohon bersuara seperti ada benda lain yang akan jatuh.
“BRUG!!”
Mungkin aku merasakan benda keras seukuran batu bata jatuh dari atas dan menimpa kepalaku hingga aku tak sadarkan diri.
BERSAMBUNG.
semoga part kali ini bisa membuat kalian puas ya gansis, sama kentangnya

Diubah oleh roni.riyanto 11-09-2018 01:02
sulkhan1981 memberi reputasi
2
Kutip
Balas