- Beranda
- Stories from the Heart
Pengalaman Horor di Kapal ( Kisah dari seorang pelaut )
...
TS
kinuy
Pengalaman Horor di Kapal ( Kisah dari seorang pelaut )
Setelah sekian lama jadi SR disini, ane pengen bagiin cerita dari temen ane yg seorang pelaut. Pengalaman-pengalaman horor dia selama kerja di kapal.
OK semoga ceritanya bisa menghibur dan bisa diambil hikmahnya ya. Ane ga ngarep cendol tapi jangan dibata juga ya gan,,
Note : mohon bimbingannya ya kalau ada salah-salah, maklum baru belajar bikin thread.
############################################################################################
Prolog
Saya bekerja di perusahaan pelayaran, tepatnya saya bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) dengan posisi Juru mudi atau lebih dikenal sebagai A/B (Able Bodied). Saya bekerja 9 bulan di kapal, cuti 3 bulan di rumah lalu di rolling ke kapal lain. Saat itu saya dapat kapal yang bawa muatan LPG (Liqufied Petroleum Gas). Kalau buat yang belum tau, LPG ini adalah gas yang dicairkan.
Jadi saya jelasin dulu gimana bagian-bagian kapalnya ya,
Menurut saya kita sebagai manusia sangat berdekatan sekali dengan hal-hal gaib, mungkin hanya dipisahkan sebuah dimensi yang tipis yang hanya bisa ditembus apabila seseorang mempunyai penglihatan ‘lebih’. Di rumah, kantor, bangunan dan tempat lain kita bisa saja ‘dikunjungi’ mereka tanpa disangka-sangka termasuk juga di kapal. Banyak cerita kejadian2 tentang kehadiran mereka, mau itu dari mendengar suara, melihat bayangan bahkan bertatap antar muka. Biasanya kita ngga merasa takut, mungkin karena mereka ngga niat menakuti tapi banyak juga kejadian yang membuat bulu merinding sampai yang membuat kita lari seperti dikejar anjing.
Berikut ini, saya mau berbagi semua pengalaman horor yang menurut saya menakutkan yang pernah saya alami selama saya ada di kapal di tengah lautan luas. Saya tidak pernah menyangka bahwa saya akan mengalami kejadian-kejadian horor di kapal yang sedang berlayar di tengah lautan
Indeks :
Prolog
Part 1. Crew Tambahan
Part 2. Alarm Alam
Part 2.1. Denah sederhana kapal dan posisi di kapal + jam kerja nya
Part 3. Bridge / Ruang Navigasi
Part 4. Palsu
OK semoga ceritanya bisa menghibur dan bisa diambil hikmahnya ya. Ane ga ngarep cendol tapi jangan dibata juga ya gan,,

Note : mohon bimbingannya ya kalau ada salah-salah, maklum baru belajar bikin thread.
############################################################################################
Prolog
Saya bekerja di perusahaan pelayaran, tepatnya saya bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) dengan posisi Juru mudi atau lebih dikenal sebagai A/B (Able Bodied). Saya bekerja 9 bulan di kapal, cuti 3 bulan di rumah lalu di rolling ke kapal lain. Saat itu saya dapat kapal yang bawa muatan LPG (Liqufied Petroleum Gas). Kalau buat yang belum tau, LPG ini adalah gas yang dicairkan.
Jadi saya jelasin dulu gimana bagian-bagian kapalnya ya,
- Dek,
Di luar ruang akomodasi itu disebut dek yaitu tempat kerja orang dek dan muatan itu ada di dek. Ada dek depan atau haluan ada dek belakang yang disebut buritan. Sedikit gambaran, di bawah dek itu ada ruang buat muatan tergantung jenis kapal dan muatan. Kalau di kapal saya ini di deknya banyak pipa pipa yang diisi oleh muatan LPG. Disela ruang muatan ada ruang kosong yang disebut Hold Space - Ruang mesin itu adalah tempat kerja masinis. Ruang mesin terletak di bagian bawah ruang akomodasi
- Ruang akomodasi, akomodasinya ada 4 lantai :
Lt 1. Itu ada galley (dapur), mess room (ruang makan), recreation room (ruang nonton),dll
Lt 2. Lantai buat ABK. Kamar ane ada di lantai 2
Lt 3. Lantai buat perwira
Lt 4. Kamar untuk pilot/pandu dan ruang navigasi
Nah di tiap lantai itu ada
- toilet (tempat pipis, BAB)
- kamar mandi dan laundry
Menurut saya kita sebagai manusia sangat berdekatan sekali dengan hal-hal gaib, mungkin hanya dipisahkan sebuah dimensi yang tipis yang hanya bisa ditembus apabila seseorang mempunyai penglihatan ‘lebih’. Di rumah, kantor, bangunan dan tempat lain kita bisa saja ‘dikunjungi’ mereka tanpa disangka-sangka termasuk juga di kapal. Banyak cerita kejadian2 tentang kehadiran mereka, mau itu dari mendengar suara, melihat bayangan bahkan bertatap antar muka. Biasanya kita ngga merasa takut, mungkin karena mereka ngga niat menakuti tapi banyak juga kejadian yang membuat bulu merinding sampai yang membuat kita lari seperti dikejar anjing.
Berikut ini, saya mau berbagi semua pengalaman horor yang menurut saya menakutkan yang pernah saya alami selama saya ada di kapal di tengah lautan luas. Saya tidak pernah menyangka bahwa saya akan mengalami kejadian-kejadian horor di kapal yang sedang berlayar di tengah lautan

Indeks :
Prolog
Part 1. Crew Tambahan
Part 2. Alarm Alam
Part 2.1. Denah sederhana kapal dan posisi di kapal + jam kerja nya
Part 3. Bridge / Ruang Navigasi
Part 4. Palsu
Diubah oleh kinuy 18-05-2018 23:58
emineminna dan 10 lainnya memberi reputasi
11
86.6K
291
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
kinuy
#66
Part 3
Bridge/ Ruang Navigasi
Hari demi hari gangguan-gangguan itu mulai ngga kerasa atau mungkin karena saya kurang menanggapi karena lelah. Sudah sekitar 2 mingguan kapal kami seperti setrikaan, di Belanda memuat muatan dan bongkar di salah satu pelabuhan di Inggris. Perjalanan hanya sekitar 1 hari tergantung kondisi laut. Proses bongkar atau muat pun cukup singkat. Misal kapal bersandar jam 8 pagi dengan proses bongkar atau muat yg hanya sekitar 10-12 jam berarti sekitar jam 8 malam kapal sudah berlayar kembali. Untuk saya yg berdinas jaga jam 00:00 – 04:00 / 12:00 – 16:00 jelas mengganggu waktu istirahat saya.
Malam itu saya terbangun oleh telepon “Dul, jam 12 kurang 15” sahut seseorang di telepon itu. Membangunkan lewat telepon atau ketuk pintu selalu dilakukan untuk memastikan petugas jaga selanjutnya ngga telat berdinas jaga.
Beberapa hari ini sepertinya alarm hand phone, waker dan si ‘penghembus angin dingin’ sepertinya kurang mempan untuk membangunkan saya tapi dering telepon bisa membuat saya terbangun. Padahal saat terbangun, alarm handphone dan waker saya benar-benar bising. Saya beranjak untuk cuci muka, sikat gigi dan langsung menuju Bridge (anjungan/ruang navigasi).
Dengan langkah lunglai kurang tidur, saya berjalan pelan menuju Anjungan dengan maksud ngga mengganggu orang yg sedang istirahat karena saya orang yg paham betul apa artinya istirahat terganggu.
Mulustrasi :
Setibanya di anjungan, saya disambut oleh lampu redup di ruang pemetaan yang tertutup rapat oleh tirai tebal yang menuju ruang radar. Di ruang radar hampir ngga ada cahaya sedikit pun, hal ini dimaksudkan agar cahaya navigasi dari kapal lain atau cahaya dari pyrotechnic (seperti smoke signal, hand flare, parachute signal – sinyal meminta tolong dari kapal lain) bisa terlihat jelas oleh kami.
“Selamat malam semuanya” salam saya.
“Malam, Dul. Gimana tidurnya?” Tanya seseorang, hmm entah dimana orang itu karena jika kita baru masuk ruang yang sangat gelap perlu beberapa saat agar mata kita terbiasa dan bisa melihat sedikit tata letak sesuatu di ruang radar. Tapi meski gelap gulita, saya tahu betul dimana posisi kulkas. Saya buka kulkas yang ada di pojok ruangan, mengambil minuman soda dan beberapa makanan yang sudah saya masukkan sore tadi.
“Kok apple pie saya tinggal 1 potong?” tanya saya sambil menghiraukan pertanyaannya.
“Tadi Bosun dan saya makan 1” jawab Andre (Mualim 3)
“Harusnya masih ada 2 potong lagi donk” Keluh saya sambil menghampiri mereka.
“Ini lagi saya makan 1” Jawab Markus sang Mualim 2 yang berdinas jaga 00-04 seperti saya.
“Oh, ya udah ngga apa-apa . Ntar ganti keripik pring*es ya” , jawab saya sambil tertawa kecil.
Kami berempat berbincang beberapa saat sambil bertukar info untuk dinas jaga sampai akhirnya 2 orang yang berdinas jaga jam 20:00 – 24:00 pergi meninggalkan ruangan untuk istirahat. Hanya tersisa saya dan Mualim 2, perbincangan kami berdua bertahan ngga sampai 10 menit. Saya dan Markus berlayar bersama di kapal sebelum ini yang membuat topik pembicaraan jadi sempit. Pemmbicaraan tentang film, musik sampai gosip artis pun sudah kami bahas. Topik-topik baru pun sudah kami bahas beberapa hari ini.
“Dul, team sepak bola favorit siapa?”, tanya Markus.
“Ngga tau, jarang nonton bola” , jawab saya sambil sibuk mengunyah.
“Sama. Ya udah, saya mau koreksi peta dulu”, ungkap Markus seraya membuka tirai menuju ruang pemetaan.
Anjungan kami terdiri dari 2 ruangan, ruang radar yang gelap gulita dan ruang pemetaan yang terang cahaya nya dapat diatur tergantung keperluan. Artinya, Markus susah melihat saya dari ruang bercahaya.
Tugas saya sebagai ABK jaga adalah melaporkan posisi kapal lain dan menekan tombol Dead man Alarm setiap sekitar 10 menit. Jika dalam 15 detik ngga saya tekan maka ada alarm di alarm panel di kamar Kapten. Jika kapten ngga cepat merespon maka akan ada general alarm yang bunyinya terdengar di seisi kapal. Tugas markus sebagai Mualim 2 di Anjungan adalah memastikan kami berlayar dengan aman dan selamat, dan tugas2 lainnya. Memakan Pie saya bukanlah salah satu tugasnya.
Setiap 30 menit, Markus mengecek radar dan menanyakan situasi di laut (kapal lain) dan kembali ke ruang pemetaan mengerjakan ‘PR’nya ataupun memplotting peta (menentukan posisi kapal saat ini) yang dilakukan tiap 1 jam. Diapun terkadang berbincang dengan saya beberapa saat. Jam 03:30 Markus menelepon Chief Officer dan saya membangunkan Niko (Juru Mudi) yang akan berdinas jaga 04:00 – 08:00. Setelah itu Markus menghampiri saya dan berbincang.
Mulustrasi:
“Dul, ngga bosen?” Tanyanya.
“Bosen sih ngga, kalau ngantuk – iya” jawab saya
“Bukan, maksud saya, tiap saya sedang di ruang pemetaan kamu itu tiap jaga ngga bosen-bosen gerak-gerakin tirai, biar apa? biar seolah-olah ada tangan dibalik tirai ya? Saya sih sering denger dari orang-orang disini tapi saya ngga pernah tuh lihat yang gituan. Kurang ibadah kali mereka atau ngibul aja kayaknya”, Ucap Markus.
Mendengar perkataan Markus membuat saya terhenyak dan seketika merasa merinding tapi saya hanya bisa diam ngga menjawab, seolah mengiyakan ucapan Markus. Dalam hati, jangankan beberapa hari, sekalipun saya ngga pernah ngelakuin itu. Hmm, mungkin dia yang berusaha menakuti saya, karena kalau itu sudah terjadi beberapa hari, seharusnya dia sudah berkata tentang ini dari kemarin-kemarin.
Saya langsung terbayang beberapa omongan crew lain, di anjungan ini ada mesin espresso, katanya suka ada orang yang lagi disana kaya lagi bikin kopi, dan didekat jendelanya selalu terlihat orang yang sedang berdiri serta tirai di jendela itu suka bergerak-gerak padahal ga ada angin sama sekali. Kalau dinas berdua di malam hari, kita bisa lihat 2 bentuk manusia , yang 1 dekat dan yang satunya lagi jauh, ternyata saat kita ajak ngobrol yang jauh itu nyahut (ini sosok yang asli), lalu yang deket siapa?.
Kejadian-kejadian itu selalu terjadi dan sudah banyak yang mengalami.
Ga berapa lama setelah melamun singkat, saya menghampiri pojok Anjungan bermaksud untuk mencuci piring kecil yang saya pakai untuk apple pie tadi.
“Dul.. Dul.. Dul” Sahut Markus.
“Ya, kenapa?” ,tanya saya sambil menaruh piring kecil yang sudah saya cuci. Markus ngga menjawab.
“Kita sudah nyampe mana sih? Saya lihat peta ya”, tanya saya sembari menuju ruang pemetaan. Tapi Markus menarik tangan saya seolah ngga membiarkan saya kesana.
“Dul.. Dul..” Ulang Markus. Saya ngga bisa lihat mukanya dengan jelas karena di kegelapan tapi wajahnya samar terlihat menghadap kearah ruang pemetaan. Saya pikir ini cuman akal-akalannya saja. Saya menuju ruang pemetaan dan membuka tirai itu dengan cepat dan...
ngga ada apa2 dan ngga ada siapa-siapa disana, sesuai perkiraan saya, dia hanya mau menakuti saya.
Sembari saya melihat peta yang ngga ada pulau terdekat, hanya lautan di sekitar kapal kami. Markus menghampiri saya dengan pelan, wajahnya lebih jelas dan terlihat pucat, agak wajar untuk yang berdinas jaga 00-04, dikarenakan kurang tidur dan ngantuk berat. Tepat saat dia di samping saya, seolah Markus mengelak dari sesuatu lalu berlari dan keluar melalui pintu Anjungan, tak berkata-kata.
Saya memandang dengan kebingungan lalu mengikutinya dan berdiri diantara pintu Anjungan. Markus beberapa meter dari saya, wajahnya sekarang benar-benar pucat, terlihat sangat ketakutan dan seperti ngga bisa menopang berat badannya sendiri. Sedikit demi sedikit badannya yg bersandar di dinding mulai merosot.
“Dul.. Dul.. Dul.. be-be-belakang”, Ucapnya bergetar sambil berjalan ngga beraturan, ngga bertenaga, sangat berusaha untuk pergi dari sana dan menuruni tangga.
Bulu kuduk saya berdiri hebat, saya pun berlari hingga ujung lorong, tepat lurus dari pintu anjungan. Mata saya hanya tertuju ke pintu itu yang menutup sendirinya dengan pelan, serasa sangat pelan dan ruang redup itu pun serasa sangat jauh dan menakutkan.
Saya tetap menatap pintu itu. Ngga ada apa-apa disana, hanya pintu yang tertutup tapi sejuta curiga dipikiran saya, apa mungkin akan ada yang menembus pintu itu, atau apa? Sampai akhirnya saya mendengar suara pintu terbuka dari lantai 3, itu pasti Chief Officer yang keluar kamar menuju kesini.
Ngga ada siapa-siapa di Anjungan saat ini, karena saya khawatir nantinya Markus dan saya akan ditegur karena kurang bertanggung jawab meninggalkan Anjungan kosong, juga khawatir jadi bahan bercandaan satu kapal dan pastinya bisa jadi bahan candaan selanjutnya di kapal-kapal lain sehingga saya memberanikan diri masuk kesana.
“Assalammu alaikum, permisi” Saya membuka pintu pelan-pelan seraya salam. Dengan sedikit gemetaran, saya buka sedikit tirai agar cahaya masuk ke ruang radar, antisipasi kalau saja melihat ‘sesuatu’ bisa lebih jelas dan saya bisa langsung mengambil jurus kaki seribu.
Saya memandangi setiap centi ruangan, setiap pojokan hingga akhirnya pintu anjungan terbuka dan Markus dengan wajah yang bahagia, tersenyum seperti menahan tawa masuk. Dia berjalan lurus melewati ruang peta ke ruang radar, matanya melihat sekitar lautan, menoleh pada saya seperti mengejek lalu berbalik dan menuju ruang peta.
“Arrgghhh, bener kan perkiraan saya. Saya dikerjain”, gerutu saya kesal dan juga ada rasa sedikit lega.
Pintu Anjungan terbuka, terlihat Niko sambil membawa sweater di pundaknya “Pagi, Dul”
“Pagi juga”, Jawab saya agak kesal dengan kejadian tadi.
Tak selang berapa lama, Chief Officer masuk Anjungan dan berdiri diantara ruang peta dan ruang radar sehingga cahaya lebih banyak masuk.
“Selamat pagi. Markus kemana?”, Salam dan tanya Chief Officer.
“Di ruang peta kan, Chief”, Jawab saya agak heran.
“Ngga ada. Ah, paling dia ke kamar mandi”, Ucap Chief seraya berjalan ke arah radar untuk melihat kalau ada kapal di sekitar kami.
Beberapa saat kemudian, Markus masuk ke Anjungan dengan badan terlihat bergemetar hebat, wajahnya sangat pucat.
(Bersambung ke Part 4)
Bridge/ Ruang Navigasi
Hari demi hari gangguan-gangguan itu mulai ngga kerasa atau mungkin karena saya kurang menanggapi karena lelah. Sudah sekitar 2 mingguan kapal kami seperti setrikaan, di Belanda memuat muatan dan bongkar di salah satu pelabuhan di Inggris. Perjalanan hanya sekitar 1 hari tergantung kondisi laut. Proses bongkar atau muat pun cukup singkat. Misal kapal bersandar jam 8 pagi dengan proses bongkar atau muat yg hanya sekitar 10-12 jam berarti sekitar jam 8 malam kapal sudah berlayar kembali. Untuk saya yg berdinas jaga jam 00:00 – 04:00 / 12:00 – 16:00 jelas mengganggu waktu istirahat saya.
Malam itu saya terbangun oleh telepon “Dul, jam 12 kurang 15” sahut seseorang di telepon itu. Membangunkan lewat telepon atau ketuk pintu selalu dilakukan untuk memastikan petugas jaga selanjutnya ngga telat berdinas jaga.
Beberapa hari ini sepertinya alarm hand phone, waker dan si ‘penghembus angin dingin’ sepertinya kurang mempan untuk membangunkan saya tapi dering telepon bisa membuat saya terbangun. Padahal saat terbangun, alarm handphone dan waker saya benar-benar bising. Saya beranjak untuk cuci muka, sikat gigi dan langsung menuju Bridge (anjungan/ruang navigasi).
Dengan langkah lunglai kurang tidur, saya berjalan pelan menuju Anjungan dengan maksud ngga mengganggu orang yg sedang istirahat karena saya orang yg paham betul apa artinya istirahat terganggu.
Mulustrasi :
Spoiler for lorong sepi:
Setibanya di anjungan, saya disambut oleh lampu redup di ruang pemetaan yang tertutup rapat oleh tirai tebal yang menuju ruang radar. Di ruang radar hampir ngga ada cahaya sedikit pun, hal ini dimaksudkan agar cahaya navigasi dari kapal lain atau cahaya dari pyrotechnic (seperti smoke signal, hand flare, parachute signal – sinyal meminta tolong dari kapal lain) bisa terlihat jelas oleh kami.
“Selamat malam semuanya” salam saya.
“Malam, Dul. Gimana tidurnya?” Tanya seseorang, hmm entah dimana orang itu karena jika kita baru masuk ruang yang sangat gelap perlu beberapa saat agar mata kita terbiasa dan bisa melihat sedikit tata letak sesuatu di ruang radar. Tapi meski gelap gulita, saya tahu betul dimana posisi kulkas. Saya buka kulkas yang ada di pojok ruangan, mengambil minuman soda dan beberapa makanan yang sudah saya masukkan sore tadi.
“Kok apple pie saya tinggal 1 potong?” tanya saya sambil menghiraukan pertanyaannya.
“Tadi Bosun dan saya makan 1” jawab Andre (Mualim 3)
“Harusnya masih ada 2 potong lagi donk” Keluh saya sambil menghampiri mereka.
“Ini lagi saya makan 1” Jawab Markus sang Mualim 2 yang berdinas jaga 00-04 seperti saya.
“Oh, ya udah ngga apa-apa . Ntar ganti keripik pring*es ya” , jawab saya sambil tertawa kecil.
Kami berempat berbincang beberapa saat sambil bertukar info untuk dinas jaga sampai akhirnya 2 orang yang berdinas jaga jam 20:00 – 24:00 pergi meninggalkan ruangan untuk istirahat. Hanya tersisa saya dan Mualim 2, perbincangan kami berdua bertahan ngga sampai 10 menit. Saya dan Markus berlayar bersama di kapal sebelum ini yang membuat topik pembicaraan jadi sempit. Pemmbicaraan tentang film, musik sampai gosip artis pun sudah kami bahas. Topik-topik baru pun sudah kami bahas beberapa hari ini.
“Dul, team sepak bola favorit siapa?”, tanya Markus.
“Ngga tau, jarang nonton bola” , jawab saya sambil sibuk mengunyah.
“Sama. Ya udah, saya mau koreksi peta dulu”, ungkap Markus seraya membuka tirai menuju ruang pemetaan.
Anjungan kami terdiri dari 2 ruangan, ruang radar yang gelap gulita dan ruang pemetaan yang terang cahaya nya dapat diatur tergantung keperluan. Artinya, Markus susah melihat saya dari ruang bercahaya.
Tugas saya sebagai ABK jaga adalah melaporkan posisi kapal lain dan menekan tombol Dead man Alarm setiap sekitar 10 menit. Jika dalam 15 detik ngga saya tekan maka ada alarm di alarm panel di kamar Kapten. Jika kapten ngga cepat merespon maka akan ada general alarm yang bunyinya terdengar di seisi kapal. Tugas markus sebagai Mualim 2 di Anjungan adalah memastikan kami berlayar dengan aman dan selamat, dan tugas2 lainnya. Memakan Pie saya bukanlah salah satu tugasnya.
Setiap 30 menit, Markus mengecek radar dan menanyakan situasi di laut (kapal lain) dan kembali ke ruang pemetaan mengerjakan ‘PR’nya ataupun memplotting peta (menentukan posisi kapal saat ini) yang dilakukan tiap 1 jam. Diapun terkadang berbincang dengan saya beberapa saat. Jam 03:30 Markus menelepon Chief Officer dan saya membangunkan Niko (Juru Mudi) yang akan berdinas jaga 04:00 – 08:00. Setelah itu Markus menghampiri saya dan berbincang.
Mulustrasi:
Spoiler for ruang peta:
Spoiler for ruang radar:
“Dul, ngga bosen?” Tanyanya.
“Bosen sih ngga, kalau ngantuk – iya” jawab saya
“Bukan, maksud saya, tiap saya sedang di ruang pemetaan kamu itu tiap jaga ngga bosen-bosen gerak-gerakin tirai, biar apa? biar seolah-olah ada tangan dibalik tirai ya? Saya sih sering denger dari orang-orang disini tapi saya ngga pernah tuh lihat yang gituan. Kurang ibadah kali mereka atau ngibul aja kayaknya”, Ucap Markus.
Mendengar perkataan Markus membuat saya terhenyak dan seketika merasa merinding tapi saya hanya bisa diam ngga menjawab, seolah mengiyakan ucapan Markus. Dalam hati, jangankan beberapa hari, sekalipun saya ngga pernah ngelakuin itu. Hmm, mungkin dia yang berusaha menakuti saya, karena kalau itu sudah terjadi beberapa hari, seharusnya dia sudah berkata tentang ini dari kemarin-kemarin.
Saya langsung terbayang beberapa omongan crew lain, di anjungan ini ada mesin espresso, katanya suka ada orang yang lagi disana kaya lagi bikin kopi, dan didekat jendelanya selalu terlihat orang yang sedang berdiri serta tirai di jendela itu suka bergerak-gerak padahal ga ada angin sama sekali. Kalau dinas berdua di malam hari, kita bisa lihat 2 bentuk manusia , yang 1 dekat dan yang satunya lagi jauh, ternyata saat kita ajak ngobrol yang jauh itu nyahut (ini sosok yang asli), lalu yang deket siapa?.
Kejadian-kejadian itu selalu terjadi dan sudah banyak yang mengalami.
Ga berapa lama setelah melamun singkat, saya menghampiri pojok Anjungan bermaksud untuk mencuci piring kecil yang saya pakai untuk apple pie tadi.
“Dul.. Dul.. Dul” Sahut Markus.
“Ya, kenapa?” ,tanya saya sambil menaruh piring kecil yang sudah saya cuci. Markus ngga menjawab.
“Kita sudah nyampe mana sih? Saya lihat peta ya”, tanya saya sembari menuju ruang pemetaan. Tapi Markus menarik tangan saya seolah ngga membiarkan saya kesana.
“Dul.. Dul..” Ulang Markus. Saya ngga bisa lihat mukanya dengan jelas karena di kegelapan tapi wajahnya samar terlihat menghadap kearah ruang pemetaan. Saya pikir ini cuman akal-akalannya saja. Saya menuju ruang pemetaan dan membuka tirai itu dengan cepat dan...
ngga ada apa2 dan ngga ada siapa-siapa disana, sesuai perkiraan saya, dia hanya mau menakuti saya.
Sembari saya melihat peta yang ngga ada pulau terdekat, hanya lautan di sekitar kapal kami. Markus menghampiri saya dengan pelan, wajahnya lebih jelas dan terlihat pucat, agak wajar untuk yang berdinas jaga 00-04, dikarenakan kurang tidur dan ngantuk berat. Tepat saat dia di samping saya, seolah Markus mengelak dari sesuatu lalu berlari dan keluar melalui pintu Anjungan, tak berkata-kata.
Saya memandang dengan kebingungan lalu mengikutinya dan berdiri diantara pintu Anjungan. Markus beberapa meter dari saya, wajahnya sekarang benar-benar pucat, terlihat sangat ketakutan dan seperti ngga bisa menopang berat badannya sendiri. Sedikit demi sedikit badannya yg bersandar di dinding mulai merosot.
“Dul.. Dul.. Dul.. be-be-belakang”, Ucapnya bergetar sambil berjalan ngga beraturan, ngga bertenaga, sangat berusaha untuk pergi dari sana dan menuruni tangga.
Bulu kuduk saya berdiri hebat, saya pun berlari hingga ujung lorong, tepat lurus dari pintu anjungan. Mata saya hanya tertuju ke pintu itu yang menutup sendirinya dengan pelan, serasa sangat pelan dan ruang redup itu pun serasa sangat jauh dan menakutkan.
Saya tetap menatap pintu itu. Ngga ada apa-apa disana, hanya pintu yang tertutup tapi sejuta curiga dipikiran saya, apa mungkin akan ada yang menembus pintu itu, atau apa? Sampai akhirnya saya mendengar suara pintu terbuka dari lantai 3, itu pasti Chief Officer yang keluar kamar menuju kesini.
Ngga ada siapa-siapa di Anjungan saat ini, karena saya khawatir nantinya Markus dan saya akan ditegur karena kurang bertanggung jawab meninggalkan Anjungan kosong, juga khawatir jadi bahan bercandaan satu kapal dan pastinya bisa jadi bahan candaan selanjutnya di kapal-kapal lain sehingga saya memberanikan diri masuk kesana.
“Assalammu alaikum, permisi” Saya membuka pintu pelan-pelan seraya salam. Dengan sedikit gemetaran, saya buka sedikit tirai agar cahaya masuk ke ruang radar, antisipasi kalau saja melihat ‘sesuatu’ bisa lebih jelas dan saya bisa langsung mengambil jurus kaki seribu.
Saya memandangi setiap centi ruangan, setiap pojokan hingga akhirnya pintu anjungan terbuka dan Markus dengan wajah yang bahagia, tersenyum seperti menahan tawa masuk. Dia berjalan lurus melewati ruang peta ke ruang radar, matanya melihat sekitar lautan, menoleh pada saya seperti mengejek lalu berbalik dan menuju ruang peta.
“Arrgghhh, bener kan perkiraan saya. Saya dikerjain”, gerutu saya kesal dan juga ada rasa sedikit lega.
Pintu Anjungan terbuka, terlihat Niko sambil membawa sweater di pundaknya “Pagi, Dul”
“Pagi juga”, Jawab saya agak kesal dengan kejadian tadi.
Tak selang berapa lama, Chief Officer masuk Anjungan dan berdiri diantara ruang peta dan ruang radar sehingga cahaya lebih banyak masuk.
“Selamat pagi. Markus kemana?”, Salam dan tanya Chief Officer.
“Di ruang peta kan, Chief”, Jawab saya agak heran.
“Ngga ada. Ah, paling dia ke kamar mandi”, Ucap Chief seraya berjalan ke arah radar untuk melihat kalau ada kapal di sekitar kami.
Beberapa saat kemudian, Markus masuk ke Anjungan dengan badan terlihat bergemetar hebat, wajahnya sangat pucat.
(Bersambung ke Part 4)
emineminna dan 5 lainnya memberi reputasi
6