Januari dan sisa-sisa musim penghujan. Seperti siang ini, hujan turun dalam rinai gerimis. Gw pecinta hujan. Kalau cuma gerimis aja, gw berani nerjang. Koridor sekolah penuh siswa kelas 3 yang berharap hujan segera reda. Ada yang menunggu jemputan, ada yang sibuk bercanda, ada pula yang berkeluh kesah. Gw lebih memilih angkat kaki dari situ daripada bergabung dengan aneka aroma sepulang sekolah.

"Woy La, ujan ini..mau kemana lu?", itu Via. Dia memang ogah sedikit basah. Selama musim hujan, via selalu gonta ganti payung. Dan itu payung lebih cocok untuk anak TK karena yang dia pakai payung karakter binatang dan telinganya.
"Nenek-nenek budeg juga paham ini ujan, Vi. Gw balik ah, laper. Daagh", gw cuma melambai dan berlalu.

Jarak antara sekolah gw ke jalan utama sekitar 300 meter. Terkadang ada angkot yang berbaik hati masuk dan berhenti di depan sekolah. Tapi siang ini mereka entah kemana. Huuuffft.

Suddenly...ada suara motor di samping gw.
"La..." Deg...tanpa menolehpun gw tau itu dia. Gw cuma melirik sebal.
"Naik,La.", itu Baboon,bukan tukang ojek.
"Ga, makasih." Gw mempercepat langkah kaki gw.
"Naik".
"Lu budek ya?gw bilang ga mau."
Seketika motor yang tadinya menjejeri langkah gw, dia arahkan memotong jalan gw. Motor itu berhenti tepat di hadapan gw. Meleset sedikiiit ajaaa...gubrak deh.
"Gila ya lu, Dit. Mau nabrak gw?"
"Gw bukan Shakhrukh Khan yang hobi jadi tontonan di bawah hujan. Naik, ada cara lebih cool buat ngomong atau ribut.", matanya ga bisa ditawar.

Gw naik ke motor f1zr nya. Gw hanya diam. Makhluk ajaib di depan gw juga diam. Kami berhenti di kedai bakso di perempatan sekolah. Tanpa bertanya, dia pesan makanan. Kami duduk di pojok. Dia duduk di hadapan gw, lagi-lagi matanya seperti punya daya laser. Gw cuma menunduk manyun. Tiba-tiba diulurkannya tissue, gw si bego cuma memandang smbil menaikkan sebelah alis gw.
"Lap sendiri atau gw yang lap?". Gw ambil tissuenya dengan gondok. Ughhh apa lagi sih maunya ini makhluk. Udah bikin gw mewek, bikin liburan gw ga asik...bangkeeeeee....
"Lu kenapa ngehindar?", Didit yaaa
"Sakit lu ya nanya gitu,Dit?"
Dia cuma diam, ekspresinya bingung.
"Lu kenapa sih?"
Pertanyaan dia terhenti mas-mas yang antar dua mangkuk bakso ke meja kami. Setelah masnya pergi, diulangi lagi pertanyaan retoris itu. Gw cuma angkat bahu gw.
"Dari sebelum ujian lu berubah," itu kata dia. Pokoknya dia jadi super bawel siang ini.
Gw masih diam...
"Ada yang salah?", Didit lagi itu.
Pertanyaan ini kudu menggantung karena mas-mas tadi balik lagi dan bertanya, "Maaf mas, alpukatnya habis...mau pesan yang lain?"
Muka Didit sewot banget.
"Jeruk deh."
"Panas atau dingin,mas?"
Makin sewot tuh muka
"Panas"
"Murni atau manis,mas?"
Didit cuma melirik mas-masnya dengan mata elangnya. Si mas masih ga sadar kalau cowok di depannya mulai naik darah.
"Manis," gw tau Didit nahan emosi banget untuk satu kata itu.
"Pakai kelapa ga,mas?"
"Masnya jual bakso atau petugas sensus? Jangan bikin gw hilang selera,ya". Akhirnya si mas kabur.
Gw ga bisa nahan senyum gw untuk adegan itu.
"Seneng ya liat gw marah?", itu dia smbil mengaduk baksonya.
"Rasain,"jawab gw.
Kami makan dalam diam. Mangkuk Didit habis lebih dulu.
"Kita perlu ngobrol,La"
Gw berhenti sebentar.
"Soal?", tanya gw.
"Soal lu kemana Rabu bulan Nopember kemarin?".. Deg...it was the day...
Lagi-lagi si mas datang di waktu yang ga tepat. Meletakkan pesanan.
"Ada lagi,mas?" Melihat wajah Didit yang super galak, si mas kabur dengan instan.
"Pertanyaan gw itu harusnya,Dit."
"Hah? Lu baca memo gw kan?". Gw cuma mengangguk.
"Terus kenapa lu ga datang?", wajahnya mendesak. Gw cuma diam.
"La,jawab"
"Ga usah putar balikin fakta.",kata gw.
"Hah? Dari jam terkhir gw cabut nunggu lu?",itu dia
"Jangan bohong, Dit." gw berhenti makan.
"Siapa yang bohong? Lu tanya Gilang."
"Gw balik sekolah langsung ke kantin, nunggu lu kaya orang bego sampai sekolah sepi. Tapi ga secuil daki lu pun yang nongol.", gw mulai emosi.
"Eh lu halu kali... Gw ga pernah biarin perempuan nunggu. Makanya gw cabut duluan, biar pas lu datang,gw udah ada."
"Lu yang halu... Lu tanya aja ke mbak Yati berapa lama gw nangkring disana hari itu."
"What?mbak yati?...", dia mulai senyum dan mulai ketawa...
"Apa lu ketawa-tawa?", gw makin panas dengar tawanya. Dia masih tenggelam dengan tawanya. Melihat gw berdiri...dia berhenti...
"Sori..sori..jadi gini,La. Lu sama gw,sama-sama nunggu di kantin. Tapi beda tempat. Lu di kantin depan, gw di kantin belakang.", dia ketawa lagi. Muka gw merah banget dengar penjelasannya. Duuh Gustiiiii....