- Beranda
- Stories from the Heart
Burung Kertas Merah Muda
...
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
chrishana
#245
Chapter 43
Tak terasa waktu terus berlalu. Anna dan Rian terlihat semakin dekat. Rendy hampir setiap hari melihat Anna dan Rian datang dan pulang sekolah bersama-sama. Walaupun sekarang Rendy sedang dekat-dekatnya dengan Rheva, namun hatinya tetap tersimpan nama Anna di sana.
Fara juga tak mau kalah dengan Rheva. Dia juga mendekati Rendy dengan sedikit agresif. Kini Danu dan Fara bertukar tempat duduk. Bukan hanya ingin duduk di samping Rendy, tapi juga dia tidak suka dengan Anna karena telah merebut hati milik Rendy.
Bel masuk pelajaran sudah berbunyi. Walaupun pelajaran sudah dimulai, tetap saja tatapan Rendy masih kosong. Hanya memandang seorang perempuan berhijab putih yang sedang duduk se meja dengan temannya, Danu. Padahal, Fara sedang berada di sampingnya. Seakan-akan tak ingat bahwa sebelumnya, Rendy begitu menginginkan Fara menjadi kekasihnya.
Seorang pahlawan tanpa tanda jasa sedang memberikan ilmu yang bermanfaat di depan kelas. Tetapi, hanya sebuah papan tulislah yang seolah-olah memerhatikan dan mendengarnya dengan seksama. Tidak semua murid yang mendengarkan apa yang guru itu jelaskan. Tak terkecuali Rendy, masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan.
Cinta.
Pertanyaan semalam yang Rendy tanyakan kepada Anita. Masih terus teringat kalimat yang dilontarkan oleh Anita kepada Rendy tentang apa itu cinta. Apa yang dirasakan oleh Rendy apakah benar bahwa dia benar-benar mencintai Anna.
Di dalam hatinya terdapat nama Devianna Azzahra. Tak bisa diingkari lagi karena Rendy hampir memikirkannya sepanjang hari. Apa yang Rendy perbuat di hari-hari kemarin untuk Anna sudah cukup membuktikan bahwa Rendy mencintainya. Tapi, ada satu yang belum dia lakukan. Yaitu, diucapkan dengan lisan.
Tapi, ada satu kejadian di mana nama Anna di hati Rendy seolah menghilang bagai ditelan gelapnya malam. Yaitu, pada saat seorang perempuan dengan rambut panjang tergerai sedang menghampiri Rendy. Apa lagi, jika dia melemparkan senyumnya yang khas ke arah Rendy. Siapa lagi kalau bukan, Rheva Rahmadhani. Perempuan yang memberikan ciuman pertama untuk Rendy.
Rendy menghela napas panjang seraya menggeletakkan telepon genggamnya di atas meja. Beberapa detik kemudian, datanglah seorang laki-laki yang tak diharapkan kehadirannya menghampiri Anna. Siapa lagi kalau bukan Mario. Dia mengajak Anna untuk pergi makan siang bersama. Rendy ingin marah tapi tidak bisa. Karena dia tahu diri bahwa dia bukan siapa-siapa.
Fara beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kantin seorang diri. Hanya ada Rendy berada di kelas ini. Duduk di pojokan kelas dan menyendiri. Sambil mencoba menikmati kesendirian dengan cara merebahkan kepalanya ke atas meja. Memejamkan mata dan memikirkan sesuatu yang indah namun mustahil.
Lamunan Rendy seketika buyar karena ada yang menyentuh kepalanya dengan pelan. Rendy mengangkat kepalanya dan melihat sesosok murid perempuan dengan paras yang sangat cantik berhiaskan rambutnya yang hitam lurus hingga menyentuh bahu.
Siang itu, akhirnya Rendy dapat menyantap makan siangnya bersama Rheva. Seorang perempuan yang berhasil merubah suasana hati Rendy ketika sedang bersama. Seolah-olah nama Anna menghilang dari hati dan pikirannya. Hanya Rheva yang mampu melakukan itu. Tetapi, sayangnya itu hanya berlaku sesaat. Setelah Rheva pergi, semua kembali seperti sedia kala.
Senyawa putih yang menggumpal bagai kapas kini telah menyelimuti langit yang biru. Bahkan sinar sang mentari tak kuasa untuk menembusnya. Angin yang berhembus pelas membawa kesejukkan untuk seluruh makhluk yang ada. Tak terasa hari sudah menjelang sore. Sudah waktunya tanda jam pelajaran hari ini berakhir.
Rendy masih sibuk merapihkan barang-barangnya. Satu per satu barangnya dimasukan ke dalam tas miliknya. Tak ketinggalan burung kertas berwarna merah muda yang selalu dia bawa ke mana dia pergi. Rendy mengeluarkan burung kertas itu dan melihat kembali tulisan yang ada di dalamnya satu per satu. Tapi, ada satu untaian kalimat yang tak bisa membuat Rendy berhenti memikirkannya.
I Love You, Rendy!
Sebuah seruan keras terdengar dari atas podium upacara yang terletak di pinggir lapangan. Terlihat para murid mengerumuni podium tersebut. Ternyata, ada sang ketua OSIS sedang berdiri di atasnya. Sambil memegang seuntai bunga mawar berwarna merah muda di tangan kanannya dan tangan kirinya menggenggam tangan Anna.
Rendy yang sedang berjalan menuju tempat di mana dia memarkirkan motornya, tiba-tiba terhenti karena seruan yang mengalihkan perhatian penjuru sekolah. Rendy melihat Rian dan Anna sedang di atas podium. Rendy pun langusng mendekati podium tersebut untuk melihat lebih jelas.
Tiba-tiba saja Rendy menjadi sesak sesaat setelah mendengar ucapan yang diucapkan oleh Rian kepada Anna. Rian meminta perempuan yang ada di hati Rendy untuk menjadi kekasihnya. Bahkan, lutut Rendy gemetaran tak bisa digerakkan. Bibirnya seolah-olah terkunci rapat tanpa mengeluarkan kata-kata.
Anna yang sedang tersipu malu pun sadar akan kehadiran Rendy di tengah-tengah gemuruh murid-murid yang bersorak. Anna dan Rendy saling bertatapan satu sama lain tanpa mengedipkan mata mereka sedetik pun. Anna menjadi bingung untuk memberi jawaban atas permintaan Rian. Tak bisa diingkari bahwa Anna memang mencintai Rendy. Bahkan bisa dibilang benar-benar mencintainya.
Yakin bahwa Anna mencintai Rendy dari dalam hati. Diucapkan melalu perantara burung kertas merah muda. Serta pengorbanan yang cukup mendalam. Bahkan sampai dibilang, apapun yang seluruh perempuan lakukan untuk Rendy tak sebanding dengan apa yang Anna lakukan.
Fara juga tak mau kalah dengan Rheva. Dia juga mendekati Rendy dengan sedikit agresif. Kini Danu dan Fara bertukar tempat duduk. Bukan hanya ingin duduk di samping Rendy, tapi juga dia tidak suka dengan Anna karena telah merebut hati milik Rendy.
****
“Hei.” Fara menyenggol bahu Rendy dengan pelan yang saat itu, Rendy sedang merebahkan kepalanya di atas meja.
“Kenapa, Far?”
“Lo yang kenapa. Dari kemarin gue perhatiin, lo kayak gak punya semangat gitu, Ren.” ujar Fara.
“Gue gak apa-apa kok.”
“Ren, gue berasa loh. Lo gak kayak biasanya.”
“Gue cuma bete doang. Nanti juga biasa lagi.”
“Ya sudah kalau begitu.”
“Hei.” Fara menyenggol bahu Rendy dengan pelan yang saat itu, Rendy sedang merebahkan kepalanya di atas meja.
“Kenapa, Far?”
“Lo yang kenapa. Dari kemarin gue perhatiin, lo kayak gak punya semangat gitu, Ren.” ujar Fara.
“Gue gak apa-apa kok.”
“Ren, gue berasa loh. Lo gak kayak biasanya.”
“Gue cuma bete doang. Nanti juga biasa lagi.”
“Ya sudah kalau begitu.”
Bel masuk pelajaran sudah berbunyi. Walaupun pelajaran sudah dimulai, tetap saja tatapan Rendy masih kosong. Hanya memandang seorang perempuan berhijab putih yang sedang duduk se meja dengan temannya, Danu. Padahal, Fara sedang berada di sampingnya. Seakan-akan tak ingat bahwa sebelumnya, Rendy begitu menginginkan Fara menjadi kekasihnya.
Seorang pahlawan tanpa tanda jasa sedang memberikan ilmu yang bermanfaat di depan kelas. Tetapi, hanya sebuah papan tulislah yang seolah-olah memerhatikan dan mendengarnya dengan seksama. Tidak semua murid yang mendengarkan apa yang guru itu jelaskan. Tak terkecuali Rendy, masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan.
****
Cinta.
Pertanyaan semalam yang Rendy tanyakan kepada Anita. Masih terus teringat kalimat yang dilontarkan oleh Anita kepada Rendy tentang apa itu cinta. Apa yang dirasakan oleh Rendy apakah benar bahwa dia benar-benar mencintai Anna.
Di dalam hatinya terdapat nama Devianna Azzahra. Tak bisa diingkari lagi karena Rendy hampir memikirkannya sepanjang hari. Apa yang Rendy perbuat di hari-hari kemarin untuk Anna sudah cukup membuktikan bahwa Rendy mencintainya. Tapi, ada satu yang belum dia lakukan. Yaitu, diucapkan dengan lisan.
Tapi, ada satu kejadian di mana nama Anna di hati Rendy seolah menghilang bagai ditelan gelapnya malam. Yaitu, pada saat seorang perempuan dengan rambut panjang tergerai sedang menghampiri Rendy. Apa lagi, jika dia melemparkan senyumnya yang khas ke arah Rendy. Siapa lagi kalau bukan, Rheva Rahmadhani. Perempuan yang memberikan ciuman pertama untuk Rendy.
****
“Hai, jagoan! Lagi di kelas apa di kantin?” received.
“Hai, Va! Aku lagi di kelas. Lagi gak pengen makan.” sent.
“Hei, jangan begitu. Aku ke sana ya.” received.
“Hai, jagoan! Lagi di kelas apa di kantin?” received.
“Hai, Va! Aku lagi di kelas. Lagi gak pengen makan.” sent.
“Hei, jangan begitu. Aku ke sana ya.” received.
Rendy menghela napas panjang seraya menggeletakkan telepon genggamnya di atas meja. Beberapa detik kemudian, datanglah seorang laki-laki yang tak diharapkan kehadirannya menghampiri Anna. Siapa lagi kalau bukan Mario. Dia mengajak Anna untuk pergi makan siang bersama. Rendy ingin marah tapi tidak bisa. Karena dia tahu diri bahwa dia bukan siapa-siapa.
“Kenapa, Ren?” tanya Fara.
“Gak tau.” jawab Rendy ketus.
“Kantin, yuk!” Fara mencoba mengajak Rendy.
“Duluan aja, Far. Gue masih mau di sini.”
“Lupain aja soal Anna, Ren. Terima aja kalau dia lebih milih Rian.” ujar Fara sambil memegan tangan Rendy. “Yuk, kita makan.”
“Duluan aja, Far. Gue lagi gak pengen makan.”
“Hhmm... Ya udah deh.”
“Gak tau.” jawab Rendy ketus.
“Kantin, yuk!” Fara mencoba mengajak Rendy.
“Duluan aja, Far. Gue masih mau di sini.”
“Lupain aja soal Anna, Ren. Terima aja kalau dia lebih milih Rian.” ujar Fara sambil memegan tangan Rendy. “Yuk, kita makan.”
“Duluan aja, Far. Gue lagi gak pengen makan.”
“Hhmm... Ya udah deh.”
Fara beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kantin seorang diri. Hanya ada Rendy berada di kelas ini. Duduk di pojokan kelas dan menyendiri. Sambil mencoba menikmati kesendirian dengan cara merebahkan kepalanya ke atas meja. Memejamkan mata dan memikirkan sesuatu yang indah namun mustahil.
Lamunan Rendy seketika buyar karena ada yang menyentuh kepalanya dengan pelan. Rendy mengangkat kepalanya dan melihat sesosok murid perempuan dengan paras yang sangat cantik berhiaskan rambutnya yang hitam lurus hingga menyentuh bahu.
“Hai, Rendy!” sapa Rheva dengan senyuman manis khasnya.
“Kamu, Va. Senyumnya biasa aja kali.”
“Hehehe... Ini aku bawain makanan.”
“Ada apa aja?” Rendy membuka isi kantong plastik.
“Aku beli mie ayam nih.” Rheva mengambil sebuah kotak styrofoam untuk Rendy.
“Loh? Bisa dibungkus makanan di kantin?” tanya Rendy.
“Ya bisa, lah. Kamu baru tau ya. Hahahaha. Norak kamu, Ren.”
“Yee... Aku kan gak pernah bungkus makanan di kantin, Va.”
“Ya udah. Mari kita makan!”
“Kamu, Va. Senyumnya biasa aja kali.”
“Hehehe... Ini aku bawain makanan.”
“Ada apa aja?” Rendy membuka isi kantong plastik.
“Aku beli mie ayam nih.” Rheva mengambil sebuah kotak styrofoam untuk Rendy.
“Loh? Bisa dibungkus makanan di kantin?” tanya Rendy.
“Ya bisa, lah. Kamu baru tau ya. Hahahaha. Norak kamu, Ren.”
“Yee... Aku kan gak pernah bungkus makanan di kantin, Va.”
“Ya udah. Mari kita makan!”
Siang itu, akhirnya Rendy dapat menyantap makan siangnya bersama Rheva. Seorang perempuan yang berhasil merubah suasana hati Rendy ketika sedang bersama. Seolah-olah nama Anna menghilang dari hati dan pikirannya. Hanya Rheva yang mampu melakukan itu. Tetapi, sayangnya itu hanya berlaku sesaat. Setelah Rheva pergi, semua kembali seperti sedia kala.
****
Senyawa putih yang menggumpal bagai kapas kini telah menyelimuti langit yang biru. Bahkan sinar sang mentari tak kuasa untuk menembusnya. Angin yang berhembus pelas membawa kesejukkan untuk seluruh makhluk yang ada. Tak terasa hari sudah menjelang sore. Sudah waktunya tanda jam pelajaran hari ini berakhir.
“Gue balik duluan ya, Ren.” ujar Fara.
“Oh, iya. Hati-hati ya.”
“Besok jangan lupa senyum ya. Dah, Rendy!”
“Dah, Fara!”
“Oh, iya. Hati-hati ya.”
“Besok jangan lupa senyum ya. Dah, Rendy!”
“Dah, Fara!”
Rendy masih sibuk merapihkan barang-barangnya. Satu per satu barangnya dimasukan ke dalam tas miliknya. Tak ketinggalan burung kertas berwarna merah muda yang selalu dia bawa ke mana dia pergi. Rendy mengeluarkan burung kertas itu dan melihat kembali tulisan yang ada di dalamnya satu per satu. Tapi, ada satu untaian kalimat yang tak bisa membuat Rendy berhenti memikirkannya.
I Love You, Rendy!
****
“Devianna Azzahra!”
“Devianna Azzahra!”
Sebuah seruan keras terdengar dari atas podium upacara yang terletak di pinggir lapangan. Terlihat para murid mengerumuni podium tersebut. Ternyata, ada sang ketua OSIS sedang berdiri di atasnya. Sambil memegang seuntai bunga mawar berwarna merah muda di tangan kanannya dan tangan kirinya menggenggam tangan Anna.
Rendy yang sedang berjalan menuju tempat di mana dia memarkirkan motornya, tiba-tiba terhenti karena seruan yang mengalihkan perhatian penjuru sekolah. Rendy melihat Rian dan Anna sedang di atas podium. Rendy pun langusng mendekati podium tersebut untuk melihat lebih jelas.
“Anna.”
“...” Anna hanya bisa diam dengan menahan malu.
“Sudah sekian lama kita jalan bersama. Pergi bersama, pulang bersama. Sampai-sampai aku gak bisa berhenti memikirkan senyummu sepanjang hari.” ujar Rian dengan lantang.
“Cieee...” seluruh murid bersorak.
“...”
“Anna, aku sayang sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacarku?”
“Terima! Terima!” seluruh murid bersorak mendukung Rian.
“...” Anna hanya bisa diam dengan menahan malu.
“Sudah sekian lama kita jalan bersama. Pergi bersama, pulang bersama. Sampai-sampai aku gak bisa berhenti memikirkan senyummu sepanjang hari.” ujar Rian dengan lantang.
“Cieee...” seluruh murid bersorak.
“...”
“Anna, aku sayang sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacarku?”
“Terima! Terima!” seluruh murid bersorak mendukung Rian.
Tiba-tiba saja Rendy menjadi sesak sesaat setelah mendengar ucapan yang diucapkan oleh Rian kepada Anna. Rian meminta perempuan yang ada di hati Rendy untuk menjadi kekasihnya. Bahkan, lutut Rendy gemetaran tak bisa digerakkan. Bibirnya seolah-olah terkunci rapat tanpa mengeluarkan kata-kata.
Anna yang sedang tersipu malu pun sadar akan kehadiran Rendy di tengah-tengah gemuruh murid-murid yang bersorak. Anna dan Rendy saling bertatapan satu sama lain tanpa mengedipkan mata mereka sedetik pun. Anna menjadi bingung untuk memberi jawaban atas permintaan Rian. Tak bisa diingkari bahwa Anna memang mencintai Rendy. Bahkan bisa dibilang benar-benar mencintainya.
Yakin bahwa Anna mencintai Rendy dari dalam hati. Diucapkan melalu perantara burung kertas merah muda. Serta pengorbanan yang cukup mendalam. Bahkan sampai dibilang, apapun yang seluruh perempuan lakukan untuk Rendy tak sebanding dengan apa yang Anna lakukan.
jenggalasunyi dan 12 lainnya memberi reputasi
13
Tutup
