- Beranda
- Stories from the Heart
THE BLUE COLLAR
...
TS
the.collega
THE BLUE COLLAR
THE BLUE COLLAR
INDEX
Quote:
- Chp 1
- Chp 2
- Chp 3
- Chp 4
- Chp 5
- Chp 6
- Chp 7
- Chp 8
- Chp 9
- Chp 10
- Chp 11
- Chp 12
- Chp 13
- Chp 14 & Chp 15
- Chp 16
- Chp 17
- Chp 18
- Chp 19
- Chp 20
- Chp 21
- Chp 22
- Chp 23
Side #
Quote:
Side Story
Quote:
Red Ruby Woman :
- Red Ruby Woman part 1
- Red Ruby Woman part 2
- Red Ruby Woman part 3
- Red Ruby Woman part 4
- Red Ruby Woman Final part
Frozen Butterfly :
- Frozen Butterfly part 1
- Frozen Butterfly part 2
- Frozen Butterfly part 3
- Frozen Butterfly Part 4
Encyloped
Quote:
Quote:

Quote:
Pemburu hadiah, sebuah pekerjaan yang sudah dilakoni olehnya beberapa tahun ini. padahal umurnya saja belum genap 20 tahun. Akibat tuntutan ekonomi yang berat dan susahnya mencari pekerjaan yang ‘normal’ menjadikannya harus terpaksa mengambil jalan ini. Suatu jalan di mana nyawa bisa jadi taruhannya, kadangkala seorang kriminal sangat sulit dijinakkan. Apalagi jika sudah menyangkut nama-nama besar. Namun semakin besar pelakunya maka nilai yang ditawarkan juga semakin indah dilihat.
Dia mendapatkan sebuah email yang berisi sebuah ‘tugas’, dia mendapatkannya dari orang dalam kepolisian. Biasanya polisi akan mengeluarkan daftar-daftar orang buron yang belum ditangkap atau keberadaannya tidak diketahui. Daftar-daftar ini lengkap dengan nilai hadiah masing-masing, nilai-nilai ini tidak akan dipublikasi di media. Dia juga tidak sendiri, banyak pemburu-pemburu hadiah lain yang dikirimkan email ini. Biasanya nilai paling besar yang akan paling dicari.
“Hm…,” menggeser layar ponselnya. “kebanyakan dari mereka perampok yang dibarengi dengan pembunuhan, apa tidak ada pelaku pencurian di mini market?” keluhnya.
“Mini market? Kalaupun ada nilainya hanya bisa untuk membeli soda yang kamu pegang Carlz,” ucap rekannya.
“Carlz? Tolong panggil saja aku Carou, Demuu,” berhenti di satu profil. “Katagiri Chousuke, 23 tahun. Ini dia! Informasi terakhirnya juga sudah ada, kita pergi Demuu.”
Demuu yang badannya lebih tegap dan berisi berada dibelakang, sedangkan Carou yang menujukkan arah tujuan mereka. Dengan menggunakan transportasi umum mereka sudah sampai ke rumah keluarga yang menjadi korban Chousuke. Demuu mengetuk pintu rumah ini, seseorang datang membuka pintunya.
“Iya…ada yang bisa saya bantu?” seorang nenek membukakan pintunya.
“Malam Bu, saya Kusaku dan rekan saya dari kepolisian. Apa saya boleh masuk sebentar, ada hal yang ingin saya tanyakan tentang Katagiri Chousuke. Jika anda tidak keberatan?”
Nenek itu mempersilahkan mereka berdua masuk, adapun niat mereka adalah untuk mengetahui cara kerja pelaku. Karena mereka tidak akan menangkap tanpa mengetahui kemampuan musuh terlebih dahulu, jika ada saksi mata tentunya. Seseorang yang mengaku pamannya menjelaskan, malam itu keluarganya sedang tertidur lelap. Entah dari mana suara sangat keras terdengar tiba-tiba, dia menyuruh istrinya diam.
Saat itu ruangan tengahnya sedang gelap, dan berdiri seseorang. Dia menyalakan lampunya, seorang anak muda berambut pirang dengan menggunakan kupluk melihatnya dengan senyuman yang lebar. Dia terkejut melihat seisi ruangan yang sudah sangat kacau dan hancur berantakan.
“Dia keponakan saya, Chousuke. Tidak banyak berbicara seingat saya dia hanya bilang, ‘paman beruntung, aku sudah melampiaskannya’ dan dia pergi.” Orang ini melanjutkan lagi, “saya tidak melaporkannya, karena dia keponakan saya dan mendiang ibunya adalah kakak saya. keesokan harinya saya terkejut mendapat kabar bahwa rumahnya hancur berantakan dan seseorang ditemukan tewas.”
“Tewas? Jangan-jangan?’ ucap Carou.
“Iya, ayahnya tewas dan Chousuke belum ditemukan. Polisi memberitahu saya bahwa ayahnya menderita luka yang sangat serius, dan tidak ditemukan barang bukti di tkp lalu polisi menetapkannya menjadi tersangka setelah tetangganya melihat Chousuke menyerang ayahnya.”
Sesudah mendapatkan informasi yang cukup mereka berdua keluar, paman Chousuke meminta untuk segera mencari dan menangkapnya sebelum dia melakukannya lagi. Dengan terpaksa Carou mengatakan bahwa Chousuke sudah melakukannya lagi, dan pamannya terkejut bukan main. Mereka berdua melanjutkan dengan menemui tetangga yang melihat Chousuke menyerang ayahnya. Kali ini Carou yang menanyai tetangga yang untungnya mau di wawancara.
“Malam itu, saya mendengar suara ribut-ribut. Saya mengintip dari jendela, mereka melakukannya lagi.”
“Lagi? melakukan apa?” tanya Carou
“Mereka berdua selalu bertengkar, kadang saya kasihan melihat nak Chousuke dihajar sampai babak belur. Malam itu saya melihat Chousuke memegang sesuatu lalu memukul kepala ayahnya. Saya tidak berani melihatnya lagi, lingkungan di sini juga tidak perduli karena sikap ayahnya Chousuke sangat tempramen dan sering mabukk-mabukan.”
Setelah melakukan investigasi kedua mereka berjalan ke rumah Chousuke yang jaraknya hanya dua rumah dari rumah orang tadi. mereka mendekatinya, lalu terdengar suara.
“Demu, kamu mendengarnya?” tanya Carou.
“Ya..,” mereka berdua menerobos garis polisi dan masuk ke dalam.
Mereka melihat sesosok melompat keluar dari tembok samping, Carou dan Demu mengejarnya.
“Itu pasti Chousuke!” ucap Carou seraya mengejarnya.
Larinya Chousuke tidak terlalu cepat sehingga dia terkejar oleh Carou dan Demu. Mereka menyudutkan posisi Chousuke.
“Katagiri Chousuke…, bisakah kamu berlaku baik dan ikut dengan kami?” ucap Carou.
“Huh? Kalian siapa? Detektif?”
“Carou, kita lakukan hal seperti biasanya saja,” Demu sudah tidak sabar menangkapnya.
“Ya…,” mengeluarkan tongkat kecil berwarna hitam. Ketika ditekan tengahnya tongkat itu menjadi panjang, ujungnya mengeluarkan listrik.
Chousuke tertawa keras, “Apa itu?! Mainan anak-anak?!”
Demu dan Carou berlari mendekatinya, tiba-tiba dari pundak Chousuke keluar rantai. Dengan cepat menusuk bahu Demu sebelah kanan, darahnya sampai terciprat mengenai rambut Carou yang berwarna coklat.
“Demu! Apa-apaan ini Chousuke?!”
“Kekuatan ini…sungguh mengasyikan,” rantai lain keluar dari bahunya. Jumlahnya kini menjadi lima. “kalian akan mati di sini seperti si tua sialan itu!”
Demu menarik rantai yang menempel dibahunya ke atas, lalu membanting Chousuke ke sisi lainnya dengan keras. Chousuke terhempas begitu hebat, tanah dibawahnya meninggalkan bekas. Carou mencoba melepaskan rantai yang menempel di bahu Demu. Namun tidak bisa, rantai ini begitu kuat menempel dikulit Demu. Chousuke malah tertawa lagi.
“Kalian hanyalah manusia biasa, tidak mungkin mengalahkan manusia ‘SPECIAL’ sepertiku.,” rantai lain mulai keluar, sekarang jumlahnya menjadi delapan. “IRON CHAIN!” semua rantainya menyerang bersamaan ke arah Carou dan Demu.
Saat ujung rantai sudah dekat dengan mereka berdua, sebuah ledakan kecil menggagalkan serangan itu. Rantai-rantai itu kembali mendekati Chousuke.
“Apa?!”
Seseorang datang, mengenakan pakaian rapih berjas biru dengan kemeja hitam didalamnya.
“Siapa?” tanya Carou dalam keadaan tidak mengerti apapun.
Seseorang itu mendekatkan ujung pistolnya ke rantai yang masih menempel di bahu Demu, kilatan energy terlihat sesaat seseorang itu ingin menembaknya. Chousuke menarik kembali rantainya, Demu terjatuh ke bawah. Darahnya terus menetes, Demu menutup lukanya.
“Kamu,” menunjuk ke arah Carou. “bawa temanmu yang berbadan besar itu menjauh dari sini, di sini berbahaya,” Carou mengikuti arahannya. Dia sama sekali tidak mengerti situasi ini.
“Siapa orang ini?” tanyanya dalam hati sambil memapah temannya menjauh.
Kini Chousuke dan seseorang misterius ini bertarung satu lawan satu. Tidak ada yang penghalang diantara mereka berdua.
“Hei kau…kau juga orang ‘SPECIAL’ kah?” rantainya seperti kaki laba-laba. “percuma, kekuatan ‘SPECIAL’ku lebih kuat. IRON CHAIN!” bersamaan kedelapan rantainya menyerang orang misterius, asap putih mengepul akibat serangan rantai Chousuke. “AHAHAHAH, tidak ada yang bisa mengalahkan ku,” asap putih perlahan menghilang, sosok misterius tidak ada di sana.
“Soft Bullet,” orang misterius itu sudah ada dibelakang Chousuke. Dia menarik pelatuknya dan tembakannya menembus kepala Chousuke lalu terjatuh. Rantai mulai masuk kembali ke punggung Chousuke.
Carou yang melihat semua itu merasa takjub, dia tidak berpikir ada kekuatan hebat seperti itu. Tidak pernah sekalipun dia melihatnya, dia menaruh Demuu di tanah. Lalu menghampiri seseorang misterius ini lengkap dengan tongkat listriknya.
“Sebenarnya tadi itu apa? Kenapa bisa keluar rantai dari tubuh Chousuke?” menodong senjata ke orang misterius itu. “kau sendiri siapa? Pemburu hadiah juga kah?” menatapnya dengan tajam.
Diubah oleh the.collega 08-08-2018 20:38
banditos69 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
15.2K
Kutip
111
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
the.collega
#71
THE BLUE COLLAR SIDE - FROZEN BUTTERFLY PART 3
Quote:

Quote:
Detektif Magdalane sampai keapartemennya, dia ingin menyamar agar keberadaannya tidak terlalu mencurigakan jika memakai setelan formal seperti yang dia kenakan sekarang. Selagi dia mencari setelan yang cocok dia menggunakan smartphonenya untuk mencari lokasi toko yang menjual merek fashion ternama yang menjadi incaran Vionett selanjutnya.
“Armano, Balguri, Channol, Dolca Gabona,” mencoba mengurutkan merek-merek yang telah Vioneet curi. “selanjutnya adalah Esdaca…,” matanya fokus menatap layar. “lokasi yang berada dipinggir jalan…hm..,” mengecek lokasi tokonya satu-satu dan akhirnya dia menemukannya. Lalu bergegas menuju tempat yang dimaksud.
Sesampainya di lokasi detektif Magdalane memakirkan mobilnya diseberang jalan, posisinya berseberangan dengan toko Escada. Dia membuka jendela mobilnya lalu mulai memantau, kondisi siang ini tidak terlalu ramai. Namun ada beberapa pejalan kaki yang lewat.
“Ayolah…aku tahu kalian akan ke sini,” ucap detektif Magdalane dengan penuh percaya diri. Saat sedang mengawasi pandangannya tertuju ke seseorang, yang sedang duduk dipelataran toko sebelahnya. Dengan sebuah Koran ditangan. “bukan kah itu...apa?!” yang dia lihat adalah Antoine, yang ternyata sama dengannya sedang mengawasi disekitar toko ini. Hanya saja posisi Antoine terlalu dekat, jaraknya hanya satu toko dan dia duduk dipelatarannya dengan Koran. Penyamarannya juga sederhana, hanya menggunakan kumis dan janggut palsu. Sedangkan warna rambutnya yang khas tidak dia tutupi.
Sambungan komunikasi masuk dari intercom yang dipakai oleh Antoine, “Kamu sudah di sana?” suara pak Gino yang berbicara. Antoine menjawab singkat. “baiklah, kamu terus awasi di sana. Jika mereka datang pasti kamu mengetahuinya, sesama pengguna ‘Special’ dapat merasakan kehadiran masing-masing,” saat sedang menjelaskan Antoine memberitahu bahwa detektif wanita yang barusan ikut rapat ada di sini. “detektif Magdalane kah? Hm…dia cukup pintar juga, awasi dia juga jangan sampe dia melakukan hal yang gegabah,” sambungan terputus sementara.
Selain atasan Antoine ternyata atasan detektif Magdalane membuat panggilan telepon juga, dia hanya menanyakan di mana posisinya sekarang. Detektif Raveen memberitahunya bahwa detektif Magdalane akan menangkap pelakunya sendirian. Hal ini membuat atasannya sedikit terkejut dan meminta Magdalane memberitahu lokasinya sekarang agar bisa diberikan bala bantuan. Namun detektif Magdalane menolaknya karena yang dia lakukan hanya memantau, tetapi lokasi dirinya sudah dikirimkan keatasannya untuk berjaga-jaga jika kondisi menjadi buruk.
“Si bodoh Raveen! Siapa yang bilang ingin menangkapnya,” melempar smartphonenya ke bangku sebelah.
Tidak lama kemudian dua sosok yang dicurigai Vionett dan Rolland datang, detektif Magdalane menyadari dari sosok Rolland yang jalannya bungkuk dan rambut yang terurai kedepan sehingga menutupi matanya sebelah.
“Gawat! Jika mereka mendekati agent itu maka penyamarannya akan terbongkar,” detektif Magdalane ingin keluar dan menghampiri Antoine. Namun dikejauhan Antoine memberinya tanda agar tidak mendekat. “eh…dia sudah tahu aku berada di sini? Padahal aku menutup rapat jendela mobil,” detektif Magdalane semakin cemas karena dua pelaku semakin mendekat, namun kecemasannya hilang saat mereka berdua tidak menyadari keberadaan Antoine. “bagaimana bisa?” sesaat setelah mereka berdua masuk, detektif Magdalane keluar. Dia mendapatkan perhatian dari Antoine.
Detektif Magdalane sudah menyebrang dan sudah ada di depan toko Escada, Antoine meliriknya. “berhati-hatilah,” lalu kembali melanjutkan membaca korannya. Detektif Magdalane hanya memberikan tatapan dingin kepadanya.
Suasana toko cukup sepi, hanya terlihat beberapa pengunjung termasuk detektif Magdalane dan dua orang pelaku. Toko ini cukup luas dan banyak kamera pengintai dibeberapa sudut. Detektif Magdalane terus mengawasi mereka.
“Hi…hi….,” Vionett histeris melihat koleksi baju di sini, dia memegangi dan mengelus-elus baju yang dipajang.
Seorang pegawai toko menghampirinya, “Maaf dik, ada yang bisa kaka bantu?” panggilan dik membuat Vionett geram.
“Huh! Dik!” mengeluarkan dompetnya lalu memperlihatkan koleksi kartu kredit yang dia punya. “APA INI BISA MEMBUATMU PERGI DARI HADAPANKU?!” pegawai toko yang seorang perempuan terkejut, lalu mundur secara perlahan. “argghh, dia membuatku kesal!” suaranya terdengar sampai ke telinga detektif Magdalane.
“Ada apa dengannya, akankah ini berakhir buruk?” pikir detektif Magdalane.
Kejadian tadi membuat mood Vionett memburuk, dia mengeluarkan alat lukisnya lalu mulai menggambar seekor binatang. Seekor Gorilla besar muncul dan langsung mengobrak-abrik ruangan ini. detektif Magdalane dengan sigap mengeluarkan pengunjung dan pegawai yang ada di sini.
“Eh?” dia tidak melihat Antoine di luar. “memang tidak bisa diandalkan!” geramnya.
Gorilla merah itu masih mengamuk, dia memukul-mukul lantai toko hingga hancur. Lalu Vionett yang masih kesal melihat detektif Magdalane yang sekarang sudah menodongkan senjatanya kepada Gorilla merah. “Po..li…si! bagus! Akan kubuat dia merasakan amarahku! Hei monyet besar! Hancurkan gadis itu sekarang!” Rolland hanya diam saja sambil memadangi detektif Magdalane dengan sebelah matanya.
Gorilla merah itu melompat, mengepalkan kedua tanganya. Siap menghancurkan detektif Magdalane. Di saat seperti itu sang detektif masih sempat mengeluarkan satu dua tembakan, namun tidak mempan walaupun mengenai kepala dan dada Gorilla itu.
“Tidak!” detektif Magdalane berhasil menghindarinya namun dampak serangannya membuat tubuh Magdalane terpental. “ugh!” darah segar mengalir dari kepalanya. Namun dia tetap berdiri dan mulai menembaki lagi.
“Percuma!” Vionett meneriakinya. Kepalan besar tangan gorilla merah meluncur deras.
“Sial, peluruku habis…bantuan belum datang…nampaknya perjalananku berakhir di sini…,” detektif Magdalane menutup matanya. Lalu semua menjadi begitu dingin, “dingin sekali…apakah aku sudah mati…,” pelahan membuka matanya. “apa?” sebuah bongkahan es besar berbentuk Gorilla dengan tangan siap meninju, dengan jarak yang hanya sejengkal. “ini...”
Antoine memegang bagian belakang Gorilla yang kini sudah menjadi es, “kamu tidak apa-apa detektif?” melihat ke arah detektif Magdalane dengan tatapan dingin.
banditos69 memberi reputasi
2
Kutip
Balas