- Beranda
- Stories from the Heart
URBAN LEGEND PANTAI TRISIK 1990
...
TS
breaking182
URBAN LEGEND PANTAI TRISIK 1990
URBAN LEGEND : PANTAI TRISIK 1990
Quote:
INDEX URBAN LEGEND PANTAI TRISIK 1990
Quote:
SERIES BARU
MUTILASI
MUTILASI
EPISODE 1 : MAYAT TERPOTONG DI HUTAN JATI
EPISODE 2 : EVAKUASI
EPISODE 3 : SANG DALANG
EPISODE 4 : KASIH TAK SAMPAI
EPISODE 5 : PENYUSUP
EPISODE 6 : LOLOS DARI MAUT
EPISODE 7 : DUKA TERDALAM
EPISODE 8 : PEMBUNUHNYA ADALAH ....
EPISODE 9 : PENYERGAPAN
CREDIT SCENE
TAMAT
EPISODE 2 : EVAKUASI
EPISODE 3 : SANG DALANG
EPISODE 4 : KASIH TAK SAMPAI
EPISODE 5 : PENYUSUP
EPISODE 6 : LOLOS DARI MAUT
EPISODE 7 : DUKA TERDALAM
EPISODE 8 : PEMBUNUHNYA ADALAH ....
EPISODE 9 : PENYERGAPAN
CREDIT SCENE
TAMAT
SERIES BARU
MAHKLUK DARI SEBERANG ZAMAN
MAHKLUK DARI SEBERANG ZAMAN
EPISODE 1 : SRITI WANGI
EPISODE 2 : PANGKAL BENCANA
EPISODE 3 : MAYAT DI DALAM PETI
EPISODE 4 : KECELAKAAN MAUT
EPISODE 5 : SANG DEWI
EPISODE 6 : KORBAN BERJATUHAN
EPISODE 7 : PENODONGAN DI MALIOBORO
EPISODE 8 : PENYERGAPAN DI BUKIT BINTANG
EPISODE 9 : K.O
EPISODE 10 : PETUNJUK?!
EPISODE 11 : KI AGENG BRAJAGUNA
EPISODE 12 : PERTEMPURAN TERAKHIR
STORY BRIDGE
TAMAT
EPISODE 2 : PANGKAL BENCANA
EPISODE 3 : MAYAT DI DALAM PETI
EPISODE 4 : KECELAKAAN MAUT
EPISODE 5 : SANG DEWI
EPISODE 6 : KORBAN BERJATUHAN
EPISODE 7 : PENODONGAN DI MALIOBORO
EPISODE 8 : PENYERGAPAN DI BUKIT BINTANG
EPISODE 9 : K.O
EPISODE 10 : PETUNJUK?!
EPISODE 11 : KI AGENG BRAJAGUNA
EPISODE 12 : PERTEMPURAN TERAKHIR
STORY BRIDGE
TAMAT
KUMPULAN CERPEN HORROR
INDEX
Diubah oleh breaking182 07-05-2018 06:16
rokendo dan 40 lainnya memberi reputasi
39
252.1K
Kutip
809
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.5KThread•42.2KAnggota
Tampilkan semua post
TS
breaking182
#601
EPISODE 3 : MAYAT DI DALAM PETI
Quote:
Pandangan mata datar Gatra menatap lubang menganga di depannya. Sebuah peti besar berwarna hitam tepat berada di lubang itu. Sejak tadi bulu kuduknya meremang. Hatinya bergetar dan cemas bercampur ketakutan yang entah darimana datangnya tiba –tiba datang menghinggapi. Mungkin firasat buruk terkait dengan tugas dan rencananya, yaitu menggali makam tua tersebut.
"Sudah bisa dimulai, Gat?! Segera angkat peti itu “
" Ya Pak. Tapi, rasa-rasanya ada sesuatu yang kurang enak di hati saya, Pak"
Gatra sengaja menatap mandornya dengan tajam. Tatapannya itu segera dapat dipahami oleh Pak Narto, mandornya itu. Seolah –olah lelaki paruh baya itu melihat hal yang janggal dari tatapan mata Gatra. Pak Narto segera melangkah mendekati Gatra, lalu berbisik pelan.
" Sebenarnya ada apa? Tidak biasanya kau bersikap seperti ini “
“ Menggali kuburan seperti ini memang sering saya lakukan Pak. Ya karena ini pekerjaan kita. Teman –teman lainnya pun juga sama seperti saya tidak masalah untuk menggali kuburan, memindahkan kerangka, menebang pohon besar yang katanya angker. Dan tidak pernah terjadi apa –apa “
Gatra tidak melanjutkan ucapannya. Lelaki ini menarik nafas panjang. Pandangannya menerawang jauh ke dasar lubang itu. Seperti ingin menembus isi di dalam peti. Sesaat kemudian lelaki ini berujar :
“Cuma..sepertinya pekerjaan kali ini mengandung resiko yang sangat serius Pak “
"Ah, resiko apa?! Sama saja dengan pekerjaan mu yang kemarin –kemarin. Sudah hampir puluhan makam tua kita bongkar untuk kemudian didirikan perumahan, gedung perkantoran ataupun hotel –hotel. Tidak perlu kau cemaskan hal yang tidak jelas seperti itu “
“ Ini naluri Pak. Sepertinya....” Gatra lalu cengar –cengir salah tingkah. Ia sangat tahu Pak Narto. Mandornya itu sangat tidak percaya dengan hal –hal yang berbau gaib.
"Makam ini beda dengan makam yang pernah kita bongkar Pak.”
"Apanya yang beda?!” desak Pak Narto seperti acuh tak acuh. Lalu lelaki paruh baya ini mengeluarkan bungkus rokok dari kantong kemejanya. Diambilnya satu batang lalu disulut dan dihisap perlahan –lahan. Menikmati aroma mentol dingin yang mulai menyesaki rongga hidung dan tenggorokannya.
“ Makam ini sudah tua, dan lebih tua dari makam yang pernah kita pindahkan isinya. Jadi menurut saya...”
"Alaaah... sudahlah, tidak usah banyak pikiran kamu. Buruan angkat peti itu lalu timbun lubang ini, sebelum Pak Edwin datang, kita harus sudah bisa membereskan tempat ini “
Gatra tarik napas dalam- dalam. Mengusap tengkuknya sekali lagi. Tengkuk itu terasa dingin. Padahal terik matahari masih menyengat kulit.
Namun agaknya Gatra harus membuang jauh –jauh perasaan tidak enaknya agar bisa segera mengerjakan tugasnya dengan baik. Maka, lelaki ini segera memberikan isyarat kepada rekan –rekannya untuk segera melanjutkan kembali semua pekerjaan yang tadi sempat terhenti.
Proyek pembangunan perumahan real estate itu mengambil lokasi di kaki gunung Kelir. Diharapkan para penghuni perumahan ini akan disuguhi pemandangan gunung yang menjulang di sampingnya. Selama pengerjaan perumahan real estate ini akan dipimpin seorang arsitek muda yang sudah sarat dengan pengalaman karena sudah sering mengerjakan proyek –proyek di luar negeri. Seperti Singapura, Jepang, Amerika dan beberapa negara di Eropa. Arsitek itu bernama Edwin Aldrin.
Pembangunan kawasan real estate itu tersebut selain menggusur sebuah perkampungan penduduk, juga harus meratakan beberapa tempat yang menyerupai perbukitan kecil di pinggiran sungai. Di atas tanah tersebut terdapat sebuah makam tua yang nyaris rata permukaan tanahnya. Akan tetapi, beberpa ciri makam itu masih tampak jelas. Pohon kamboja besar masih berdiri dengan kokoh di tiap sudut dan beberapa batu nisan lapuk berlumut masih tampak menonjol di sana – sini. Pohon besar yang sekiranya menghalangi sudah berhasil ditumbangkan hanya saja, satu makam yang telah menganga dengan sebuah peti hitam di dalamnya itu belum sempat dipindahkan.
Tugas Pak Narto dan anak buahnya termasuk memindahkan makam tua tersebut. Sementara itu, pihak sanak keluarga pemilik makam sudah dilacak beberapa kali, namun hasilnya nihil. Maka, diputuskan memindahkan makam itu ke tempat yang sudah disediakan. Mereka cukup mengantongi beberapa surat penting yang dikeluarkan oleh Pemda Bantul. Karena kawasan itu masuk di wilayah kabupaten Bantul. Konon, makam itu sudah sangat tua sehingga ahli warisnya tidak diketahui lagi dimana rimbanya.
Usianya mungkin sudah ratusan tahun lebih. Sebab, makam itu termasuk peninggalan masa kerajaan Mataram dahulu. Keberadaan makam itu sendiri sudah tidak menjadi pusat perhatian penduduk setempat. Bahkan, kata beberapa sesepuh desa makam tersebut tergolong keramat.
“ Dahulu, dizaman kakek saya masih hidup, memang sempat santer dikabarkan bahwa pekuburan di kaki Gunung Kelir itu sering sekali muncul bayangan aneh yang sangat mengerikan. Tapi sejak diberi sesajen oleh leluhur kami. Tidak ada lagi bayangan-bayangan itu “ Ujar Mbah Kromo salah seorang penduduk setempat yang usianya sudah mencapai tujuh puluh tahun.
Beberapa orang melompat ke dalam lubang yang menganga itu. Sembari membawa linggis dan tali tambang. Sesampainya di dasar lubang salah seorang pekerja dengan tangannya dia menggeser tumpukan tanah, kawannya ikut membantu. "Berikan linggis!" orang di dalam lobang berteriak pada kawannya.
Lelaki yang memegang linggis menyahuti : "Biar aku yang mengungkit peti!"
Dengan ujung linggis dia mulai mengungkit ujung peti. Dua orang kawannya dengan cekatan mengikat ujung peti itu dengan tali tambang. Begitu pula dengan ujung peti lainnya.
“ Gat, segera tarik peti ini “
Terdengar teriakan menggema dari dasar lubang. Sekitar tujuh orang menarik peti itu dari dasar lubang. Tidak berapa lama kemudian peti itu sudah terangkat ke permukaan. Sebuah peti berwarna hitam dengan panjang sekitar dua meter lebih. Ada tiga bagian dari badan peti itu melilit sebuah tali terbuat dari seperti pelepah tumbuhan tertentu. Saat itulah tiba –tiba udara yang jadi panas terik menyengat kulit berangsur –angsur menjadi sejuk. Hanya dalam waktu relatif singkat, langit yang terang menjadi remang –remang. Mendung hitam bergumpal –gumpal menggantung di langit. Suasana yang ada telah berubah menjadi ganjil dan aneh.
Kilatan cahaya guntur tampak berkelebat seiring dengan gelegar suaranya yang membuat suasana menjadi semakin menegangkan. Angin berhembus kencang. Benda –benda ringan beterbangan, sampah plastik, dedaunan kering dan debu bercampur tanah.
“ Astaga...” Pak Narto yang sedari tadi mengawasi pekerjaan itu setengah terkejut. Peti hitam itu masih sangat utuh seperti baru dipesan saja ke tukang pengrajinnya.
“ Peti ini masih sangat utuh. Tentulah kayu peti ini terbuat dari kayu pilihan “
Lelaki paruh baya itu berdecak kagum sembari menggeleng –gelengkan kepalanya.
“ Aku yakin di dalam peti itu ada sesuatu yang sangat berharga. Kalian lihat si pemilik bahkan memakai peti dengan kayu yang sangat bagus. Itu tujuannya agar barang yang ada di dalam peti itu tidak rusak “
Seorang lelaki muda berpakain rapi dengan rambut disisir licin ke belakang tiba –tiba menyeruak di sela –sela kerumunan. Pak Narto yang melihat lelaki muda itu buru –buru menghampiri lalu menyalami si pemuda.
“ Pak Edwin baru datang? Maaf saya tidak melihat kalau ada bapak. Ini anak –anak menemukan peti aneh di bekas makam “
Lelaki muda itu tersenyum. Lalu ia berkata :
“ Ayo jangan buang waktu segera bawa peti itu ke tempat yang telah kita persiapkan. Kita harus secepatnya mulai pembangunan. Tenggat waktunya sudah sangat mepet sekali “
“ Bagaimana Pak? Jika kita buka dulu peti ini. Terus terang saja kami sangat penasaran dengan isinya “
“ Bisa dibuka tutupnya? Kalu bisa, coba saja di buka agar kalian semua tidak penasaran “
“ Tampaknya harus merusak bagian penutupnya Pak “ Jawab Gatra
“ Wah, kalau harus merusaknya jangan. Sipa tahu itu peninggalan sejarah. Kita musti menjaganya “
“ Tapi ..tapi saya rasa, kita perlu melihat isinya dulu Pak...”
Pak Narto sepertinya masih ngotot ingin melihat isi dari peti itu. Di kepala lelaki paruh baya itu terbayang emas, intan berlian dan perhiasan mewah peninggalan kerajaan Mataram. Belum sempat Edwin mencegah rencana itu. Pak Narto sudah terlebih dulu memerintahkan Gatra dan beberapa orang lainnya untuk membuka peti tersebut. Edwin nampak ragu –ragu untuk melarangnya.
“ Usahakan jangan sampai merusak bagian manapun dari peti itu! “
Mendung tebal di langit tiba -tiba bergerak aneh. Berputar –putar membentuk pusaran kabut hitam. Sesekali dari pusaran itu kilatan cahaya petir menggelegar. Beberapa pekerja yang nyalinya kecil beberapa dari mereka melangkah mundur menjauhi peti. Mereka menangkap firasat buruk dengan perubahan cuaca yang sangat tiba –tiba. Edwin dan Pak Narto agak mundur juga. Namun masih bisa melihat ada apa di dalam peti berwarna hitam itu.
Gatra memotong tiga buah tali dari pelepah tumbuhan yang melilit di tiga bagian badan peti menggunakan pisau lipatnya. Setelah tali terpotong anehnya penutup peti itu tiba –tiba bergetar dan bergeser sendiri. Membuka!
Glegarrrr !!!
Tiba –tiba guntur besar menggetarkan bumi. Tanah sampai bergetar hebat. Gatra dan beberapa orang yang ditugaskan membuka peti itu tersentak mundur dengan wajah pucat dan tegang. Suasana mnyeramkan mencekam sesaat. Edwin dan Pak Narto semakin menjauhi peti yang sudah bergeser dan terbuka penutupnya itu.
Aroma wangi yang aneh keluar dari dalam peti. Hal itu telah membuat semua orang yang berada di sekitar tempat itu terheran –heran. Karena rasa heran itulah maka kecemasan dan ketakutan tadi yang sempat mencengkeram mereka berubah menjadi rasa penasaran yang teramat sangat. Pada akhirnya beberapa orang mendekati peti itu. Termasuk Pak Narto dan Edwin sang arsitek.
“ Ya, Tuhan... “
Pekik Gatra penuh rasa keterkejutan. Matanya terbelalak lebar. Dia orang pertama yang berani melihat dari isi peti itu.
“ Ada apa Gat ?! “
Pak Narto setengah berteriak karena kagetnya.
“ Jenazahnya masih utuh Pak. Lihat.......”
Pak Narto pun terbelalak tegang. Sementara itu, Edwin sudah melihat dengan jelas isi dari peti kayu berwarna hitam itu.
“ Luar biasa...?! Desisnya lirih sekali.
“ Apa iya jenazahnya masih utuh. Kata orang ini makam usianya ratusan tahun silam. Mana mungkin jenazah itu masih utuh?”
Salah seorang pekerja mendekat karena tidak percaya dengan semua yang didengarnya. Mayat yang ada di salam peti itu adalah mayat seorang gadis. Mungkin usianya tidak lebih dari duapuluh tiga tahun. Ia memiliki paras yang sangat cantik. Hidung mancung dan berkulit mulus kuning bersih. Tubuhnya yang mulus itu terbungkus oleh pakaian berwarna hijau pupus. Pakaian yang dikenakan gadis itu sangat rendah di bagian dada sehingga sebagian payudaranya tersembul padat di ujung atas pakaian bagian depan. Rambutnya yang panjang disanggul berhiaskan untaian bunga melati.
"Sudah bisa dimulai, Gat?! Segera angkat peti itu “
" Ya Pak. Tapi, rasa-rasanya ada sesuatu yang kurang enak di hati saya, Pak"
Gatra sengaja menatap mandornya dengan tajam. Tatapannya itu segera dapat dipahami oleh Pak Narto, mandornya itu. Seolah –olah lelaki paruh baya itu melihat hal yang janggal dari tatapan mata Gatra. Pak Narto segera melangkah mendekati Gatra, lalu berbisik pelan.
" Sebenarnya ada apa? Tidak biasanya kau bersikap seperti ini “
“ Menggali kuburan seperti ini memang sering saya lakukan Pak. Ya karena ini pekerjaan kita. Teman –teman lainnya pun juga sama seperti saya tidak masalah untuk menggali kuburan, memindahkan kerangka, menebang pohon besar yang katanya angker. Dan tidak pernah terjadi apa –apa “
Gatra tidak melanjutkan ucapannya. Lelaki ini menarik nafas panjang. Pandangannya menerawang jauh ke dasar lubang itu. Seperti ingin menembus isi di dalam peti. Sesaat kemudian lelaki ini berujar :
“Cuma..sepertinya pekerjaan kali ini mengandung resiko yang sangat serius Pak “
"Ah, resiko apa?! Sama saja dengan pekerjaan mu yang kemarin –kemarin. Sudah hampir puluhan makam tua kita bongkar untuk kemudian didirikan perumahan, gedung perkantoran ataupun hotel –hotel. Tidak perlu kau cemaskan hal yang tidak jelas seperti itu “
“ Ini naluri Pak. Sepertinya....” Gatra lalu cengar –cengir salah tingkah. Ia sangat tahu Pak Narto. Mandornya itu sangat tidak percaya dengan hal –hal yang berbau gaib.
"Makam ini beda dengan makam yang pernah kita bongkar Pak.”
"Apanya yang beda?!” desak Pak Narto seperti acuh tak acuh. Lalu lelaki paruh baya ini mengeluarkan bungkus rokok dari kantong kemejanya. Diambilnya satu batang lalu disulut dan dihisap perlahan –lahan. Menikmati aroma mentol dingin yang mulai menyesaki rongga hidung dan tenggorokannya.
“ Makam ini sudah tua, dan lebih tua dari makam yang pernah kita pindahkan isinya. Jadi menurut saya...”
"Alaaah... sudahlah, tidak usah banyak pikiran kamu. Buruan angkat peti itu lalu timbun lubang ini, sebelum Pak Edwin datang, kita harus sudah bisa membereskan tempat ini “
Gatra tarik napas dalam- dalam. Mengusap tengkuknya sekali lagi. Tengkuk itu terasa dingin. Padahal terik matahari masih menyengat kulit.
Namun agaknya Gatra harus membuang jauh –jauh perasaan tidak enaknya agar bisa segera mengerjakan tugasnya dengan baik. Maka, lelaki ini segera memberikan isyarat kepada rekan –rekannya untuk segera melanjutkan kembali semua pekerjaan yang tadi sempat terhenti.
Proyek pembangunan perumahan real estate itu mengambil lokasi di kaki gunung Kelir. Diharapkan para penghuni perumahan ini akan disuguhi pemandangan gunung yang menjulang di sampingnya. Selama pengerjaan perumahan real estate ini akan dipimpin seorang arsitek muda yang sudah sarat dengan pengalaman karena sudah sering mengerjakan proyek –proyek di luar negeri. Seperti Singapura, Jepang, Amerika dan beberapa negara di Eropa. Arsitek itu bernama Edwin Aldrin.
Pembangunan kawasan real estate itu tersebut selain menggusur sebuah perkampungan penduduk, juga harus meratakan beberapa tempat yang menyerupai perbukitan kecil di pinggiran sungai. Di atas tanah tersebut terdapat sebuah makam tua yang nyaris rata permukaan tanahnya. Akan tetapi, beberpa ciri makam itu masih tampak jelas. Pohon kamboja besar masih berdiri dengan kokoh di tiap sudut dan beberapa batu nisan lapuk berlumut masih tampak menonjol di sana – sini. Pohon besar yang sekiranya menghalangi sudah berhasil ditumbangkan hanya saja, satu makam yang telah menganga dengan sebuah peti hitam di dalamnya itu belum sempat dipindahkan.
Tugas Pak Narto dan anak buahnya termasuk memindahkan makam tua tersebut. Sementara itu, pihak sanak keluarga pemilik makam sudah dilacak beberapa kali, namun hasilnya nihil. Maka, diputuskan memindahkan makam itu ke tempat yang sudah disediakan. Mereka cukup mengantongi beberapa surat penting yang dikeluarkan oleh Pemda Bantul. Karena kawasan itu masuk di wilayah kabupaten Bantul. Konon, makam itu sudah sangat tua sehingga ahli warisnya tidak diketahui lagi dimana rimbanya.
Usianya mungkin sudah ratusan tahun lebih. Sebab, makam itu termasuk peninggalan masa kerajaan Mataram dahulu. Keberadaan makam itu sendiri sudah tidak menjadi pusat perhatian penduduk setempat. Bahkan, kata beberapa sesepuh desa makam tersebut tergolong keramat.
“ Dahulu, dizaman kakek saya masih hidup, memang sempat santer dikabarkan bahwa pekuburan di kaki Gunung Kelir itu sering sekali muncul bayangan aneh yang sangat mengerikan. Tapi sejak diberi sesajen oleh leluhur kami. Tidak ada lagi bayangan-bayangan itu “ Ujar Mbah Kromo salah seorang penduduk setempat yang usianya sudah mencapai tujuh puluh tahun.
Beberapa orang melompat ke dalam lubang yang menganga itu. Sembari membawa linggis dan tali tambang. Sesampainya di dasar lubang salah seorang pekerja dengan tangannya dia menggeser tumpukan tanah, kawannya ikut membantu. "Berikan linggis!" orang di dalam lobang berteriak pada kawannya.
Lelaki yang memegang linggis menyahuti : "Biar aku yang mengungkit peti!"
Dengan ujung linggis dia mulai mengungkit ujung peti. Dua orang kawannya dengan cekatan mengikat ujung peti itu dengan tali tambang. Begitu pula dengan ujung peti lainnya.
“ Gat, segera tarik peti ini “
Terdengar teriakan menggema dari dasar lubang. Sekitar tujuh orang menarik peti itu dari dasar lubang. Tidak berapa lama kemudian peti itu sudah terangkat ke permukaan. Sebuah peti berwarna hitam dengan panjang sekitar dua meter lebih. Ada tiga bagian dari badan peti itu melilit sebuah tali terbuat dari seperti pelepah tumbuhan tertentu. Saat itulah tiba –tiba udara yang jadi panas terik menyengat kulit berangsur –angsur menjadi sejuk. Hanya dalam waktu relatif singkat, langit yang terang menjadi remang –remang. Mendung hitam bergumpal –gumpal menggantung di langit. Suasana yang ada telah berubah menjadi ganjil dan aneh.
Kilatan cahaya guntur tampak berkelebat seiring dengan gelegar suaranya yang membuat suasana menjadi semakin menegangkan. Angin berhembus kencang. Benda –benda ringan beterbangan, sampah plastik, dedaunan kering dan debu bercampur tanah.
“ Astaga...” Pak Narto yang sedari tadi mengawasi pekerjaan itu setengah terkejut. Peti hitam itu masih sangat utuh seperti baru dipesan saja ke tukang pengrajinnya.
“ Peti ini masih sangat utuh. Tentulah kayu peti ini terbuat dari kayu pilihan “
Lelaki paruh baya itu berdecak kagum sembari menggeleng –gelengkan kepalanya.
“ Aku yakin di dalam peti itu ada sesuatu yang sangat berharga. Kalian lihat si pemilik bahkan memakai peti dengan kayu yang sangat bagus. Itu tujuannya agar barang yang ada di dalam peti itu tidak rusak “
Seorang lelaki muda berpakain rapi dengan rambut disisir licin ke belakang tiba –tiba menyeruak di sela –sela kerumunan. Pak Narto yang melihat lelaki muda itu buru –buru menghampiri lalu menyalami si pemuda.
“ Pak Edwin baru datang? Maaf saya tidak melihat kalau ada bapak. Ini anak –anak menemukan peti aneh di bekas makam “
Lelaki muda itu tersenyum. Lalu ia berkata :
“ Ayo jangan buang waktu segera bawa peti itu ke tempat yang telah kita persiapkan. Kita harus secepatnya mulai pembangunan. Tenggat waktunya sudah sangat mepet sekali “
“ Bagaimana Pak? Jika kita buka dulu peti ini. Terus terang saja kami sangat penasaran dengan isinya “
“ Bisa dibuka tutupnya? Kalu bisa, coba saja di buka agar kalian semua tidak penasaran “
“ Tampaknya harus merusak bagian penutupnya Pak “ Jawab Gatra
“ Wah, kalau harus merusaknya jangan. Sipa tahu itu peninggalan sejarah. Kita musti menjaganya “
“ Tapi ..tapi saya rasa, kita perlu melihat isinya dulu Pak...”
Pak Narto sepertinya masih ngotot ingin melihat isi dari peti itu. Di kepala lelaki paruh baya itu terbayang emas, intan berlian dan perhiasan mewah peninggalan kerajaan Mataram. Belum sempat Edwin mencegah rencana itu. Pak Narto sudah terlebih dulu memerintahkan Gatra dan beberapa orang lainnya untuk membuka peti tersebut. Edwin nampak ragu –ragu untuk melarangnya.
“ Usahakan jangan sampai merusak bagian manapun dari peti itu! “
Mendung tebal di langit tiba -tiba bergerak aneh. Berputar –putar membentuk pusaran kabut hitam. Sesekali dari pusaran itu kilatan cahaya petir menggelegar. Beberapa pekerja yang nyalinya kecil beberapa dari mereka melangkah mundur menjauhi peti. Mereka menangkap firasat buruk dengan perubahan cuaca yang sangat tiba –tiba. Edwin dan Pak Narto agak mundur juga. Namun masih bisa melihat ada apa di dalam peti berwarna hitam itu.
Gatra memotong tiga buah tali dari pelepah tumbuhan yang melilit di tiga bagian badan peti menggunakan pisau lipatnya. Setelah tali terpotong anehnya penutup peti itu tiba –tiba bergetar dan bergeser sendiri. Membuka!
Glegarrrr !!!
Tiba –tiba guntur besar menggetarkan bumi. Tanah sampai bergetar hebat. Gatra dan beberapa orang yang ditugaskan membuka peti itu tersentak mundur dengan wajah pucat dan tegang. Suasana mnyeramkan mencekam sesaat. Edwin dan Pak Narto semakin menjauhi peti yang sudah bergeser dan terbuka penutupnya itu.
Aroma wangi yang aneh keluar dari dalam peti. Hal itu telah membuat semua orang yang berada di sekitar tempat itu terheran –heran. Karena rasa heran itulah maka kecemasan dan ketakutan tadi yang sempat mencengkeram mereka berubah menjadi rasa penasaran yang teramat sangat. Pada akhirnya beberapa orang mendekati peti itu. Termasuk Pak Narto dan Edwin sang arsitek.
“ Ya, Tuhan... “
Pekik Gatra penuh rasa keterkejutan. Matanya terbelalak lebar. Dia orang pertama yang berani melihat dari isi peti itu.
“ Ada apa Gat ?! “
Pak Narto setengah berteriak karena kagetnya.
“ Jenazahnya masih utuh Pak. Lihat.......”
Pak Narto pun terbelalak tegang. Sementara itu, Edwin sudah melihat dengan jelas isi dari peti kayu berwarna hitam itu.
“ Luar biasa...?! Desisnya lirih sekali.
“ Apa iya jenazahnya masih utuh. Kata orang ini makam usianya ratusan tahun silam. Mana mungkin jenazah itu masih utuh?”
Salah seorang pekerja mendekat karena tidak percaya dengan semua yang didengarnya. Mayat yang ada di salam peti itu adalah mayat seorang gadis. Mungkin usianya tidak lebih dari duapuluh tiga tahun. Ia memiliki paras yang sangat cantik. Hidung mancung dan berkulit mulus kuning bersih. Tubuhnya yang mulus itu terbungkus oleh pakaian berwarna hijau pupus. Pakaian yang dikenakan gadis itu sangat rendah di bagian dada sehingga sebagian payudaranya tersembul padat di ujung atas pakaian bagian depan. Rambutnya yang panjang disanggul berhiaskan untaian bunga melati.
Diubah oleh breaking182 27-04-2018 07:54
itkgid dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas
Tutup