- Beranda
- Stories from the Heart
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
...
TS
juraganpengki
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)

Cool Cover By Agan Linbara (Thanks, Bree)..
Prolog
Setelah bangun dari ‘Mati Suri’ karena memutuskan untuk mencoba membunuh diri sendiri untuk melindungi Kitab Langit dan melenyapkan Bayu Ambar, gw kembali ke dunia nyata.. Kehidupan gw sedikit jauh berbeda, karena pengalaman ‘Mati Suri’ itu berefek langsung pada kelebihan yang gw miliki.. Gw masih sama Anggie, meski ujian atas cinta kami masih saja mendera.. Ada musuh baru, tentu saja.. Tapi ada juga sahabat baru yang muncul.. Karena ini akhir dari cerita kami berempat..
Kembalinya Anak Ibu...
Pengorbanan Pedang Jagat Samudera...
Cintai Aku Sewajarnya, Yank...
Matinya Seorang Saudara (Versi Gw/Bimo)
Berkumpul Kembali...
Keanehan Yang Mulai Muncul...
Sambutan Ketiga Saudara Ke Reinata...
Sabar???
Cukup! Tinggalin Aku Sendiri!!!
Siapa Kau???
Aku Ikutin Kemauan Kamu...
Keputusan Sepihak Yang Pahit...
Semua Beban Menjadi satu
Semua Beban Menjadi Satu (2)...
Serangkum Rindu Untuk Ayah...
Munculnya Penguasa Laut Utara...
Bertemunya Dua Penguasa...
Sebuah Kesepakatan...
Ibu Kenapa Yah???
Lu Kenapa, Ka???
Wanted Dead Or Alive.. ANTON!!!
Mo 'Perabotan' Lu Hancur Apa Tanggung Jawab???
It's The End Of Us...
Di Kerjain Ibu...
Ridho!!!
Kelewatan!!!
Munculnya Dua Penjaga Gerbang Kerajaan Laut...
Dewi Arum Kesuma VS Dewi Ayu Anjani
Datangnya Sosok Seorang Pemisah Dan Shock Therapy Buat Gw...
Kerajaan Jin...
Terkuaknya Semua Jawaban...
Maafin Gw, Bree...
Pengakuan Suluh...
Akhirnya Boleh Gondrong...
Pernikahan Kak Silvi Yang Seharusnya Membuat Gw Bahagia...
Pernikahan Kak Silvi Yang seharusnya Membuat Gw Bahagia (2)...
Tunggu Pembalasan Gw!!!...
Ni Mas Linduri dan Banas Ireng...
Dua Sosok Penyelamat Misterius...
Ada Apa Sama Ridho?...
Kesalahan Fatal...
Kembalinya Jin Penjaga Ridho dan Suluh...
Akibat Terlalu Ikut Campur...
Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan...
Munculnya Viny Dan Sebuah Tantangan Bertarung...
Manusia Cabul...
Suara Penolong Misterius...
Bertemunya Kembali Sepasang Kekasih...
Terkuaknya Kebenaran...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar (2)...
Jaket Dan Celana Jeans Robek Serta Sweater Hitam Kumal...
She's My True Love...
Dilema...
Pertengkaran Dengan Ibu...
Rambe Lantak...
Gendewa Panah Pramesti...
Akan Ku Balaskan Dendam Mu, Arum Kesuma!!!
Yang Hilang dan Yang Kembali...
Jawaban Ayu...
Mati Gw!!!
Aku Makin Sayang...
Nasihat Om Hendra...
Jera Mencuri...
Ajian Segoro Geni...
Pilihan Sulit...
Keputusasaan Anggie...
Kabar Baik dari Ridho dan Suluh...
Perjalanan Menuju Pembalasan Dendam...
Rawa Rontek...
Rawa Rontek 2 (Terbayarnya Dendam)...
Kedatangan Pak Sugi...
Orang Titipan...
Hukuman Paling Berat...
Tidurlah Di Pangkuan Ku...
Menjajal Kesaktian...
Menjajal Kesaktian (2)...
Pengakuan Mengejutkan Babeh Misar...
Pengajaran Ilmu Silat Betawi...
Di Kepret Babeh Misar Lagi...
Tasya...
Naga Caglak dan Bajing Item...
Misteri Sebuah Dendam...
Kekuatan Sejati Kitab Langit Bagian Matahari...
Perpisahan...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera (2)...
Kembalinya Ibu...
Empat Bayangan Hitam...
Siapa Ni Mas Laras Rangkuti???
Dendam Seorang Sahabat...
Ini Keputusan Yang Harus Gw Ambil...
Semua Pengorbanan Ini Demi Ibu...
Rapuh...
Kabar Mengejutkan Sekar dan Sebuah Restu...
Siasat Braja Krama...
Munculnya Kitab Langit...
Si Pembuka Kitab langit dan Sosok Asli Pak Sugi...
Rencana Yang Matang...
Lamaran Pribadi...
Keingintahuan Anggie...
Perubahan Rencana...
Hampir Terjebak...
Kekecewaan Sekar...
Dua Syarat Reinata...
Aku Harap Kamu dan Anggie Bahagia, Mam...
Rahasia Sepasang Suami Isteri...
Menitipkan Amanah...
Berkumpulnya Para Pembela Kitab Langit...
Siasat Ki Purwagalih...
Raja Jin Raja Muslihat (Nyesek, Bree)...
Pertukaran Tawanan...
Perang Gaib PunTak Terelakkan...
Sang Penyelamat Dari Utara...
Pertempuran Awal Dua Penguasa Kerajaan Gaib...
Bertekuk Lututnya Sekutu Braja Krama...
Pertarungan Dua Putera (Gugurnya Satu Sahabat Gaib)...
Krama Raja...
Braja Krama Versus Krama Raja...
Raja Licik...
Aku Lah Sang Pembuka...
Siasat Krama Raja dan Bayu Ambar...
Terbukanya Semua Ilmu Terlarang...
Sebuah Pengecualian...
Sri Baduga Maharaja...
Hilangnya Sebuah Pengecualian...
Hilangnya Sebuah Pengecualian (2)...
Sebuah Pengorbanan...
Pahlawan...
Sumpah...
Ilmu Pamungkas yang Terlarang...
Kabar Yang Mengejutkan...
Pulang...
Pulang (2)...
Sedikit Kisah Rio Sebelum Kisah Ini Tamat...
Terhalang Sumpah...
Bantuan Sahabat Baik...
Bachelor Party...
Keturunan Lain Sang Prabu...
Pembalasan Dendam Singgih...
Sepenggal Kisah Nyi Mas Roro Suwastri...
Tawaran Yang Mengejutkan...
Lawan Atau Kawan???
Terkuaknya Silsilah...
Sebuah Kebenaran...
Sebuah Kebenaran (2)...
Bertemunya Dua Keturunan Sang Prabu...
Pertempuran Dua Hati...
Cinta Pertama VS Cinta Terakhir Jagat Tirta...
Pengakuan Bayu Barata...
Ki Larang dan Nyi Mas Galuh Pandita???
Prana Kusuma...
Kau Benar Keturunan Kami, Ngger...
Our Big Day...
Insiden...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga (2)...
Dua Tamu Istimewa...
Semua Karena Cinta...
Keputusan Sekar Kencana...
Kena Gampar...
Bonyok!!!
RIBET!!!
Berdamai...
Keponakan Baru...
Malam Pertama dan Tiga Keanehan...
Ajian Warisan Para Leluhur (The Last Part/End Of All Chapters)
SIDE STORIES
Keturunan Yang Tersesat...
Keturunan Yang Tersesat (2)...

Cool Cover By Agan Linbara (Thanks, Bree)..
Prolog
Setelah bangun dari ‘Mati Suri’ karena memutuskan untuk mencoba membunuh diri sendiri untuk melindungi Kitab Langit dan melenyapkan Bayu Ambar, gw kembali ke dunia nyata.. Kehidupan gw sedikit jauh berbeda, karena pengalaman ‘Mati Suri’ itu berefek langsung pada kelebihan yang gw miliki.. Gw masih sama Anggie, meski ujian atas cinta kami masih saja mendera.. Ada musuh baru, tentu saja.. Tapi ada juga sahabat baru yang muncul.. Karena ini akhir dari cerita kami berempat..
Kembalinya Anak Ibu...
Pengorbanan Pedang Jagat Samudera...
Cintai Aku Sewajarnya, Yank...
Matinya Seorang Saudara (Versi Gw/Bimo)
Berkumpul Kembali...
Keanehan Yang Mulai Muncul...
Sambutan Ketiga Saudara Ke Reinata...
Sabar???
Cukup! Tinggalin Aku Sendiri!!!
Siapa Kau???
Aku Ikutin Kemauan Kamu...
Keputusan Sepihak Yang Pahit...
Semua Beban Menjadi satu
Semua Beban Menjadi Satu (2)...
Serangkum Rindu Untuk Ayah...
Munculnya Penguasa Laut Utara...
Bertemunya Dua Penguasa...
Sebuah Kesepakatan...
Ibu Kenapa Yah???
Lu Kenapa, Ka???
Wanted Dead Or Alive.. ANTON!!!
Mo 'Perabotan' Lu Hancur Apa Tanggung Jawab???
It's The End Of Us...
Di Kerjain Ibu...
Ridho!!!
Kelewatan!!!
Munculnya Dua Penjaga Gerbang Kerajaan Laut...
Dewi Arum Kesuma VS Dewi Ayu Anjani
Datangnya Sosok Seorang Pemisah Dan Shock Therapy Buat Gw...
Kerajaan Jin...
Terkuaknya Semua Jawaban...
Maafin Gw, Bree...
Pengakuan Suluh...
Akhirnya Boleh Gondrong...
Pernikahan Kak Silvi Yang Seharusnya Membuat Gw Bahagia...
Pernikahan Kak Silvi Yang seharusnya Membuat Gw Bahagia (2)...
Tunggu Pembalasan Gw!!!...
Ni Mas Linduri dan Banas Ireng...
Dua Sosok Penyelamat Misterius...
Ada Apa Sama Ridho?...
Kesalahan Fatal...
Kembalinya Jin Penjaga Ridho dan Suluh...
Akibat Terlalu Ikut Campur...
Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan...
Munculnya Viny Dan Sebuah Tantangan Bertarung...
Manusia Cabul...
Suara Penolong Misterius...
Bertemunya Kembali Sepasang Kekasih...
Terkuaknya Kebenaran...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar (2)...
Jaket Dan Celana Jeans Robek Serta Sweater Hitam Kumal...
She's My True Love...
Dilema...
Pertengkaran Dengan Ibu...
Rambe Lantak...
Gendewa Panah Pramesti...
Akan Ku Balaskan Dendam Mu, Arum Kesuma!!!
Yang Hilang dan Yang Kembali...
Jawaban Ayu...
Mati Gw!!!
Aku Makin Sayang...
Nasihat Om Hendra...
Jera Mencuri...
Ajian Segoro Geni...
Pilihan Sulit...
Keputusasaan Anggie...
Kabar Baik dari Ridho dan Suluh...
Perjalanan Menuju Pembalasan Dendam...
Rawa Rontek...
Rawa Rontek 2 (Terbayarnya Dendam)...
Kedatangan Pak Sugi...
Orang Titipan...
Hukuman Paling Berat...
Tidurlah Di Pangkuan Ku...
Menjajal Kesaktian...
Menjajal Kesaktian (2)...
Pengakuan Mengejutkan Babeh Misar...
Pengajaran Ilmu Silat Betawi...
Di Kepret Babeh Misar Lagi...
Tasya...
Naga Caglak dan Bajing Item...
Misteri Sebuah Dendam...
Kekuatan Sejati Kitab Langit Bagian Matahari...
Perpisahan...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera (2)...
Kembalinya Ibu...
Empat Bayangan Hitam...
Siapa Ni Mas Laras Rangkuti???
Dendam Seorang Sahabat...
Ini Keputusan Yang Harus Gw Ambil...
Semua Pengorbanan Ini Demi Ibu...
Rapuh...
Kabar Mengejutkan Sekar dan Sebuah Restu...
Siasat Braja Krama...
Munculnya Kitab Langit...
Si Pembuka Kitab langit dan Sosok Asli Pak Sugi...
Rencana Yang Matang...
Lamaran Pribadi...
Keingintahuan Anggie...
Perubahan Rencana...
Hampir Terjebak...
Kekecewaan Sekar...
Dua Syarat Reinata...
Aku Harap Kamu dan Anggie Bahagia, Mam...
Rahasia Sepasang Suami Isteri...
Menitipkan Amanah...
Berkumpulnya Para Pembela Kitab Langit...
Siasat Ki Purwagalih...
Raja Jin Raja Muslihat (Nyesek, Bree)...
Pertukaran Tawanan...
Perang Gaib PunTak Terelakkan...
Sang Penyelamat Dari Utara...
Pertempuran Awal Dua Penguasa Kerajaan Gaib...
Bertekuk Lututnya Sekutu Braja Krama...
Pertarungan Dua Putera (Gugurnya Satu Sahabat Gaib)...
Krama Raja...
Braja Krama Versus Krama Raja...
Raja Licik...
Aku Lah Sang Pembuka...
Siasat Krama Raja dan Bayu Ambar...
Terbukanya Semua Ilmu Terlarang...
Sebuah Pengecualian...
Sri Baduga Maharaja...
Hilangnya Sebuah Pengecualian...
Hilangnya Sebuah Pengecualian (2)...
Sebuah Pengorbanan...
Pahlawan...
Sumpah...
Ilmu Pamungkas yang Terlarang...
Kabar Yang Mengejutkan...
Pulang...
Pulang (2)...
Sedikit Kisah Rio Sebelum Kisah Ini Tamat...
Terhalang Sumpah...
Bantuan Sahabat Baik...
Bachelor Party...
Keturunan Lain Sang Prabu...
Pembalasan Dendam Singgih...
Sepenggal Kisah Nyi Mas Roro Suwastri...
Tawaran Yang Mengejutkan...
Lawan Atau Kawan???
Terkuaknya Silsilah...
Sebuah Kebenaran...
Sebuah Kebenaran (2)...
Bertemunya Dua Keturunan Sang Prabu...
Pertempuran Dua Hati...
Cinta Pertama VS Cinta Terakhir Jagat Tirta...
Pengakuan Bayu Barata...
Ki Larang dan Nyi Mas Galuh Pandita???
Prana Kusuma...
Kau Benar Keturunan Kami, Ngger...
Our Big Day...
Insiden...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga (2)...
Dua Tamu Istimewa...
Semua Karena Cinta...
Keputusan Sekar Kencana...
Kena Gampar...
Bonyok!!!
RIBET!!!
Berdamai...
Keponakan Baru...
Malam Pertama dan Tiga Keanehan...
Ajian Warisan Para Leluhur (The Last Part/End Of All Chapters)
SIDE STORIES
Keturunan Yang Tersesat...
Keturunan Yang Tersesat (2)...
Diubah oleh juraganpengki 15-07-2018 20:23
iskrim dan 132 lainnya memberi reputasi
127
2.1M
8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#5814
Hilangnya Sebuah Pengecualian (2)...
“Kau ti..dak boleh ma..ti.. Be..ri aku wak..tu untuk meng..himpun sis..a –sis..a tena..ga yang akan ku be..ri kan ke..pada mu”
Untuk sekejap, suara Bayu Ambar tidak lagi terdengar.. Namun, gw masih bisa merasakan hawa dirinya di dalam tubuh..
“Kakang, kita tidak bisa terus berdiam diri melihat pemuda yang ku jaga menderita seperti itu.. Aku mohon lakukan sesuatu, Kakang” Kata Sekar Kencana yang terdengar begitu panik sambil memegangi lengan suami nya, Jagat Tirta..
Bersamaan dengan terdengarnya suara Sekar, gw kembali berteriak kesakitan sambil meremas dada sebelah kiri.. Tiba-tiba, Ridho menghampiri sosok Ki Suta dan berlutut tepat dihadapan beliau..
“Eyang, aku mohon sembuhkan saudara ku” Pinta Ridho dengan kepala tertunduk dan suara yang terdengar mengiba..
Ki Suta nampak terkejut melihat apa yang dilakukan Ridho.. Untuk sesaat, beliau melempar pandangan ke arah Ki Purwagalih.. Lalu, kembali dibuat kaget saat menyadari sosok Suluh dan Bimo juga sudah berlutut di sebelah kiri dan kanan Ridho..
“Aku rela melakukan apapun demi kesembuhan saudara ku, Eyang” Ucap Bimo yang memberanikan diri menatap wajah Ki Suta dengan kedua mata berkaca-kaca..
“Ambil semua kelebihan yang kami miliki, jika itu bisa menyembuhkan saudara kami, Eyang.. Kami tidak akan sanggup untuk kehilangan salah satu saudara dengan cara seperti ini” Tambah Suluh yang malah kedua matanya sudah dibanjiri air bening..
Untuk beberapa saat, lisan semua sosok sahabat gaib terbungkam.. Yang terdengar hanya suara isak tangis Sekar dan rintihan lirih yang keluar dari mulut gw..
“Maafkan aku, Ngger, Cah Ayu.. Aku tidak bisa memenuhi permintaan kalian.. Seluruh Hawa Sakti Kitab Langit yang menyatu dengan Ajian Sukma Geni, seharusnya digunakan saudara mu untuk melenyapkan Angkara Murka.. Tapi, kita lihat sendiri Braja Krama masih hidup dan dibawa pergi oleh junjungan kami Sri Baduga Maharaja.. Meski pun Bayu Ambar akan terus bersemayam dalam tubuh saudara mu selamanya, tapi mereka berdua sudah sama-sama terluka dan tak akan mampu menahan tekanan Hawa Sakti Kitab Langit yang telah menyatu.. Sebaiknya, kita sama-sama memohon ke Sang Khaliq akan sebuah keajaiban yang bisa menyelamatkan mereka berdua”
Ridho seketika bangkit dan menatap nanar wajah Kakek Moyang kami dan Nyi Mas Galuh Pandita serta Jagat Tirta secara bergantian.. Lalu menyeka airmata yang sudah kembali membasahi kedu indera penglihatan..
“Saudara ku adalah satu dari sekian keturunan mu, Eyang.. Didalam raga saudara ku ada sosok Bayu Ambar puteramu, Nyi.. Apa kalian tidak berniat untuk menyelamatkannya? Apa kau tidak mau menyelamatkan saudara kembar mu sendiri, Jagat Tirta?” Tanya Ridho dengan nada suara naik..
Baik Ki Suta, Nyi Mas Galuh Pandita dan Jagat Tirta sama terdiam tak mampu mengucapkan apapun sebagai balasan.. Sekar Kencana yang melihat suami nya hanya membungkam mulut tanpa melakukan sesuatu, langsung melepas pegangan tangan dan melayang mendekati sosok gw.. Sambil duduk bersimpuh disebelah kiri, Sekar Kencana terus menatap sayu dengan dua airmata berlinang memandangi gw yang sedang berjuang menghadapi rasa sakit yang sedang menggerogoti tubuh dari dalam..
Bayu Barata yang melihat Sekar Kencana bersimpuh, juga ikut melayang mendekat dengan wajah tak kalah sedihnya menatap, seolah memohon agar gw mau membagi segala rasa sakit padanya.. Babeh Misar juga berjalan cepat menghampiri Bayu Barata dan duduk bersila disebelahnya.. Kedua mata cekung kakek tua tersebut nampak dijejaki sisa-sisa airmata di bagian pelupuk bawah.. Bibirnya yang menghitam disebabkan ribuan hisapan rokok kretek, terlihat bergerak-gerak seperti sedang membaca do’a..
Sementara, Ridho seketika meludah ke samping sebagai gambaran sebuah kekecewaan karena tidak bisa mengandalkan ketiga sosok yang jelas-jelas memiliki hubungan darah dengan gw dan Bayu Ambar .. Lalu, pandangannya teralihkan ke arah Krama Raja yang sedang berdiri disebelah Ratu Laut Utara.. Kemudian kembali berlutut di hadapan kedua sosok berilmu paling tinggi diantara semua sosok sahabat gaib..
“Kanjeng Ratu dan Tuan Krama Raja, kalian berdua lah yang paling sakti diantara kami semua.. Aku yakin pasti kalian mempunyai cara untuk menyelamatkan saudara kami.. Aku yakin kalian lebih bisa menghargai dua nyawa yang sama-sama sedang kesakitan disana, dibanding mereka yang jelas mempunyai hubungan darah.. Aku sangat memohon dengan sepenuh hati, selamatkan lah saudara kami yang sedang meregang nyawa.. Aku mohon tolong lah” Pinta Ridho sambil menyeka matanya menggunakan punggung lengan kanan, dengan suara terdengar bergetar yang sengaja menyinggung sosok Ki Suta, Nyi Mas Galuh Pandita dan Jagat Tirta..
Sesaat, Penguasa Kerajaan Laut Utara melempar pandangan ke arah Krama Raja.. Tatapan mata sosok jelita yang dipenuhi kebingungan itu, seakan sedang melempar tanggung jawab ke Krama Raja untuk mengatakan sesuatu.. Akan tetapi, sosok saudara Raja Jin sendiri malah menggelengkan kepalanya sebagai pertanda ketidak mampuan diri memberi jawaban..
“Maafkan kami, Ngger.. Tidak semua yang berkaitan dengan Kitab Langit kami ketahui.. Kami berdua benar-benar tidak tahu bagaimana cara memisahkan Kitab Langit dari raga saudara mu itu atau mengurangi Hawa Saktinya.. Sebaiknya kalian turuti nasihat Ki Suta Dewa dan memohon lah pada Sang Maha Penyembuh.. Sekali lagi, kami meminta maaf tidak bisa mengabulkan permintaan mu” Jawab Krama Raja dengan nada suara tenang berwibawa, meski mengungkapkan sesuatu yang bukan menjadi tujuan berlututnya Ridho..
Setelah Krama Raja mematahkan harapan ketiga saudara, Ki Purwagalih terlihat melayang maju satu tombak ke depan menghampiri Ridho dan memegang bahunya..
“Sebenarnya ada satu sosok yang bisa membantu saudara mu, Ngger.. Pengecualian itu ada di tangannya” Kata Ki Purwagalih, membuat Ridho dan kedua saudara yang lain langsung bangkit berdiri dan memandang sosok Sang Penjaga Kitab Langit..
Jelas tersirat sebuah harapan baru dari wajah Ridho, Suluh dan Bimo.. Suluh bahkan langsung menyeka airmatanya dengan telapak tangan kiri dan mengulumkan senyum sumringah..
“Satu sosok itu adalah Sri Baduga Maharaja Padjadjaran sendiri yang dahulu berhasil mengunci semua Ilmu Terlarang dalam Kitab Langit.. Junjungan kami itu lah satu-satunya pengecualian yang mampu membantu saudara mu.. Beliau mampu menyerap seluruh Hawa Sakti Kitab Langit sekaligus memisahkan Kitab tersebut dan sosok Bayu Ambar dari diri saudara kalian.. Tapi kita sama-sama lihat dengan mata kepala masing-masing, bahwa Sang Paduka telah pergi membawa serta Braja Krama.. Dan tiada seorang pun disini yang bisa menemui dan memohonkan langsung bantuan kepadanya”
Sontak, ketiga pasang mata ketiga saudara membesar karena kaget mengetahui satu-satu nya harapan telah pupus setelah mendengar penuturan Ki Purwagalih.. Wajah Ridho yang nampak dipenuhi kepedihan menatap nanar semua sosok sahabat gaib satu persatu.. Kedua tangan nya yang terkepal nampak bergetar menahan luapan emosi..
“Kalian semua tidak berguna” Ucap Ridho dengan suara lirih, yang membuat setiap pasang mata semua sosok sahabat gaib terbelalak..
“PERCUMA KALIAN MEMILIKI KELEBIHAN BERUPA KESAKTIAN TINGGI TAPI TETAP TAK MAMPU MENOLONG SAUDARA KU!!!” Teriak Ridho dengan suara lantang sambil menujukkan jari telunjuk tangan kanannya ke arah gw yang sedang menggeliat merintih menahan panasnya jantung yang terbakar..
Wajah Ridho nampak memerah menahan gejolak emosi dan kepedihan hati yang menyatu dengan kedua mata basah, menatap nanar ke setiap wajah sosok sahabat gaib.. Dada bidang saudara gw itu terlihat naik turun, menandakan jalan nafasnya tidak beraturan karena emosi..
“Kalian lihat disana.. Seharusnya kalian berterima kasih kepada saudara ku yang saat ini sedang meregang nyawa demi keselamatan kalian.. Saudara ku itu telah rela menyatu dengan Kitab Langit, meminta semua hawa sakti dan mengorbankan diri bersama Bayu Ambar untuk menyelamatkan kita semua.. Tapi apa yang bisa kita lakukan sebagai balasan? Hah?” Ucap Ridho dengan suara bergetar..
Suluh dan Bimo langsung mendekati Ridho.. Sambil sama menatap nanar dengan kedua mata sama basah ke semua sosok sahabat gaib yang nampak menundukkan wajah, Suluh berusaha menenangkan Ridho dan mengajak suaminya itu mendekat ke arah gw.. Sementara, Bimo yang masih dirasuki Rampak Tantra nampak memandang tajam ke arah sekumpulan sahabat gaib.. Kedua telapak tangannya terlihat sudah terkepal dengan suara gigi bergemeratak..
Gw yang sempat membuka kedua mata saat mendengar suara Ridho berteriak barusan, mencoba mengumpulkan sisa-sisa tenaga untuk memanggilnya..
“Bree...” Panggil gw dengan suara lirih namun masih bisa ditangkap oleh telinga Ridho..
Seketika saudara gw itu berjalan lebih cepat dan langsung duduk bersimpuh di sebelah kanan kepala gw.. Disusul Suluh dan Bimo yang sama bersimpuh disebelah Ridho, berhadapan dengan Sekar Kencana, Bayu Barata serta Babeh Misar.. Tanpa ragu, Ridho mengangkat kepala gw dan memangkunya diatas kedua paha.. Tanpa banyak berfikir, ia juga menggenggam tangan kanan gw.. Sempat terlihat wajah Ridho meringis menahan sakit di tangannya yang sudah menggenggam tangan kanan ini..
Meski kobaran api biru dari Ajian Sukma Geni yang menyelimuti tubuh gw telah lenyap, tetap entah mengapa ada rasa sakit sama yang beberapa waktu lalu didapatkan Ridho, saat menyentuh punggung gw.. Gw sempat melempar pandangan dan sebuah senyuman kecil untuk sesaat ke arah Suluh dan Bimo yang sama berlutut di sebelah kanan.. Kemudian berganti menatap kedua Jin Penjaga dan sosok Kakek Tua yang sama-sama memaksakan diri untuk menyunggingkan senyuman balasan.. Namun, senyuman itu langsung lenyap berganti meringisnya kembali wajah yang mencoba menahan rasa sakit..
“Bree.. Udah.. Ga usah.. Maksa mereka. Gw ikhlas” Ucap gw dengan kalimat yang terpaksa terputus karena nafas terasa kian pendek..
Ridho menganggukkan kepala sambil menyeka air dimatanya dengan lengan kiri.. Gw sempat tersenyum melihat wajah Ridho yang nampak semrawut karena di basahi airmata.. Lalu, kembali mencoba mengumpulkan tenaga untuk berucap lagi..
“Jagain Ibu.. Sama Ayu.. Bree..” Pinta gw, dengan kalimat yang lebih lancar saat rasa sakit sedikit berkurang entah karena apa..
Ridho yang melihat gw menatap sendu dari atas pangkuannya, perlahan menggelengkan kepala dan menyeka kedua mata..
“Gw, Suluh, Bimo sama Lu yang bakal jaga Ibu dan Ayu, Bree.. Lu bakal pulang sama kita koq.. Iya kan, guys?” Tanya Ridho sambil melemparkan pandangan ke arah isterinya, Suluh dan Bimo..
Suluh nampak mengulum senyuman manis yang dipaksakan, meski gw tahu di dalam rongga mulutnya, ia sedang menggigit lidah sendiri untuk menahan duka..
“Iya, Mam.. Lu pasti bakal pulang bareng kita.. Ga ada yang perlu lu titipin ke kita” Tambah Bimo yang gw tahu hanya berusaha untuk menghibur diri ini..
Gw yang kembali merasakan sakit teramat sangat di jantung, menggenggam tangan Ridho sekuat mungkin.. Disusul suara teriakan Suluh yang langsung memegangi lengan kiri..
“Sa..kit bang..et, Bree.. Jan..tung gw ke ba..kaar” Ucap gw dengan suara terputus-putus sambil memejamkan kedua mata, bersamaan dengan jatuh mengalirnya setetes air bening di pinggir mata karena tak kuasa menahan rasa sakit..
“Mam.. Lu harus kuat.. Lu jangan nyerah.. Demi Ibu dan Ayu, Mam.. Mereka masih butuh lu” Kata Suluh sembari menangis histeris..
Tubuh gw menegang terangkat keatas untuk sesaat, seiring tergenggamnya tangan Ridho dengan sangat kuat, begitu sebuah tenaga kuat muncul menekan dan meremas jantung gw yang seperti sudah terpanggang dari dalam..
“Tung..gu seke..jap lagi, I..mam.. Selu..ruh tena..ga ku hampir ter..kumpul untuk mu” Ucap Bayu Ambar dengan suara terbata-bata dalam batin gw, bersamaan dengan kembali turunnya tubuh ini..
Baru saja suara Bayu Ambar menghilang kembali, tiba-tiba gw mendengar dua suara tak asing tertangkap memanggil di kedua indera penglihatan..
“Abang....”
Kedua mata gw terbuka perlahan mendengar dua suara yang sangat gw rindukan saat ini.. Ya! Suara Ibu dan satu-satunya adik kecil gw yang sedang beranjak remaja, terdengar menyebut panggilan khas mereka ke gw..
“Ibu.. Ade...” Ucap gw sambil meringis menahan sakit, ke seorang wanita berusia hampir paruh baya berhijab hitam yang duduk di sebelah kanan, disamping seorang gadis kecil berwajah manis dan tirus yang sama-sama sedang menyunggingkan senyuman paling indah..
Kedua sosok yang paling gw sayang melebihi apapun di dunia ini, nampak saling memandang untuk beberapa saat.. Lalu menganggukkan kepala secara bergantian.. Gw sendiri sempat tertegun mencoba membedakan antara yang nyata dan halusinasi, sambil terus mencoba menahan rasa sakit.. Benak gw sempat bertanya-tanya mengapa sosok Ibu dan Ayu bisa tiba-tiba berada di tempat ini.. Sebuah tempat yang seharusnya terlarang bagi mereka berdua..
“Abang, Ibu datang sama Ade jauh-jauh kesini koq malah didiemin” Ucap Ibu sambil membelai rambut gw dan mengecup kening dengan sangat lembut..
DEG..
Kedua mata gw yang sempat terpejam mencoba menikmati sebuah kecupan yang mungkin akan menjadi bentuk curahan kasih sayang terakhir dari Ibu, seketika terbuka saat merasakan suatu sensasi rasa berbeda..
Seraya meringis menahan rasa panas terbakar di jantung, gw mengamati lekat-lekat wajah Ibu dan Ayu.. Wajah kedua sosok yang paling berarti dalam hidup gw itu memang nampak menyunggingkan senyuman sama manis.. Namun, samar-samar pandangan mata gw sempat melihat kilatan jejak airmata di bawah pelupuk mata mereka.. Terlebih, saat gw mengetahui posisi bersimpuhnya Ibu dan Ayu, sama persis dengan posisi Sekar Kencana dan Bayu Barata..
Sambil mengulum senyuman yang terbit disela-sela rasa sakit karena mengetahui kedua Jin Penjaga mencoba menjelma menjadi Ibu dan Ayu, gw melepas genggaman tangan Ridho dan meraih tangan kanan Ibu, lalu mencium punggung tangan beliau.. Kemudian, genggaman tangan gw terlepas diiringi senyuman Ibu dan perlahan membelai rambut adik gw, Ayu.. Kedua sosok yang selalu menemani gw hingga di usia 21 tahun yang mungkin akan menjadi usia penutup, sama-sama menatap dengan penuh kasih..
“Kalian tidak perlu menjelma menjadi Ibu dan Adikku, Sekar, Bayu” Ucap gw dengan lirih namun tak lagi terbata-bata..
Sosok Ibu dan adik gw Ayu yang merupakan jelmaan Sekar Kencana serta Bayu Barata nampak sama terkejut dan saling memandang untuk beberapa saat.. Bersamaan dengan itu, rasa sakit akibat terbakarnya jantung dari dalam perlahan berkurang.. Benak gw langsung teringat akan ucapan Bayu Ambar yang mengatakan bahwa ia sedang mengumpulkan seluruh tenaganya untuk gw..
Apakah lancarnya lisan yang berucap tak lagi terbata-bata dan berkurangnya rasa panas membakar di jantung saat ini, merupakan pertanda bahwa Bayu Ambar telah memberikan seluruh tenaganya ke gw? Jika memang benar, lalu bagaimana Bayu Ambar akan mampu menahan rasa sakit yang memang sama-sama kami rasakan? Mungkinkah Bayu Ambar mau mengorbankan diri demi gw?
Kedua mata gw terpejam sambil memanggil nama Bayu Ambar dalam batin.. Namun tak jua ada jawaban yang terdengar.. Tak jua ada tanda-tanda balasan dari sosok yang pernah menjadi musuh utama di masa silam, namun berbalik mengajak gw mengorbankan diri demi keselamatan semua sosok sahabat gaib..
“Kau ti..dak boleh ma..ti.. Be..ri aku wak..tu untuk meng..himpun sis..a –sis..a tena..ga yang akan ku be..ri kan ke..pada mu”
Untuk sekejap, suara Bayu Ambar tidak lagi terdengar.. Namun, gw masih bisa merasakan hawa dirinya di dalam tubuh..
“Kakang, kita tidak bisa terus berdiam diri melihat pemuda yang ku jaga menderita seperti itu.. Aku mohon lakukan sesuatu, Kakang” Kata Sekar Kencana yang terdengar begitu panik sambil memegangi lengan suami nya, Jagat Tirta..
Bersamaan dengan terdengarnya suara Sekar, gw kembali berteriak kesakitan sambil meremas dada sebelah kiri.. Tiba-tiba, Ridho menghampiri sosok Ki Suta dan berlutut tepat dihadapan beliau..
“Eyang, aku mohon sembuhkan saudara ku” Pinta Ridho dengan kepala tertunduk dan suara yang terdengar mengiba..
Ki Suta nampak terkejut melihat apa yang dilakukan Ridho.. Untuk sesaat, beliau melempar pandangan ke arah Ki Purwagalih.. Lalu, kembali dibuat kaget saat menyadari sosok Suluh dan Bimo juga sudah berlutut di sebelah kiri dan kanan Ridho..
“Aku rela melakukan apapun demi kesembuhan saudara ku, Eyang” Ucap Bimo yang memberanikan diri menatap wajah Ki Suta dengan kedua mata berkaca-kaca..
“Ambil semua kelebihan yang kami miliki, jika itu bisa menyembuhkan saudara kami, Eyang.. Kami tidak akan sanggup untuk kehilangan salah satu saudara dengan cara seperti ini” Tambah Suluh yang malah kedua matanya sudah dibanjiri air bening..
Untuk beberapa saat, lisan semua sosok sahabat gaib terbungkam.. Yang terdengar hanya suara isak tangis Sekar dan rintihan lirih yang keluar dari mulut gw..
“Maafkan aku, Ngger, Cah Ayu.. Aku tidak bisa memenuhi permintaan kalian.. Seluruh Hawa Sakti Kitab Langit yang menyatu dengan Ajian Sukma Geni, seharusnya digunakan saudara mu untuk melenyapkan Angkara Murka.. Tapi, kita lihat sendiri Braja Krama masih hidup dan dibawa pergi oleh junjungan kami Sri Baduga Maharaja.. Meski pun Bayu Ambar akan terus bersemayam dalam tubuh saudara mu selamanya, tapi mereka berdua sudah sama-sama terluka dan tak akan mampu menahan tekanan Hawa Sakti Kitab Langit yang telah menyatu.. Sebaiknya, kita sama-sama memohon ke Sang Khaliq akan sebuah keajaiban yang bisa menyelamatkan mereka berdua”
Ridho seketika bangkit dan menatap nanar wajah Kakek Moyang kami dan Nyi Mas Galuh Pandita serta Jagat Tirta secara bergantian.. Lalu menyeka airmata yang sudah kembali membasahi kedu indera penglihatan..
“Saudara ku adalah satu dari sekian keturunan mu, Eyang.. Didalam raga saudara ku ada sosok Bayu Ambar puteramu, Nyi.. Apa kalian tidak berniat untuk menyelamatkannya? Apa kau tidak mau menyelamatkan saudara kembar mu sendiri, Jagat Tirta?” Tanya Ridho dengan nada suara naik..
Baik Ki Suta, Nyi Mas Galuh Pandita dan Jagat Tirta sama terdiam tak mampu mengucapkan apapun sebagai balasan.. Sekar Kencana yang melihat suami nya hanya membungkam mulut tanpa melakukan sesuatu, langsung melepas pegangan tangan dan melayang mendekati sosok gw.. Sambil duduk bersimpuh disebelah kiri, Sekar Kencana terus menatap sayu dengan dua airmata berlinang memandangi gw yang sedang berjuang menghadapi rasa sakit yang sedang menggerogoti tubuh dari dalam..
Bayu Barata yang melihat Sekar Kencana bersimpuh, juga ikut melayang mendekat dengan wajah tak kalah sedihnya menatap, seolah memohon agar gw mau membagi segala rasa sakit padanya.. Babeh Misar juga berjalan cepat menghampiri Bayu Barata dan duduk bersila disebelahnya.. Kedua mata cekung kakek tua tersebut nampak dijejaki sisa-sisa airmata di bagian pelupuk bawah.. Bibirnya yang menghitam disebabkan ribuan hisapan rokok kretek, terlihat bergerak-gerak seperti sedang membaca do’a..
Sementara, Ridho seketika meludah ke samping sebagai gambaran sebuah kekecewaan karena tidak bisa mengandalkan ketiga sosok yang jelas-jelas memiliki hubungan darah dengan gw dan Bayu Ambar .. Lalu, pandangannya teralihkan ke arah Krama Raja yang sedang berdiri disebelah Ratu Laut Utara.. Kemudian kembali berlutut di hadapan kedua sosok berilmu paling tinggi diantara semua sosok sahabat gaib..
“Kanjeng Ratu dan Tuan Krama Raja, kalian berdua lah yang paling sakti diantara kami semua.. Aku yakin pasti kalian mempunyai cara untuk menyelamatkan saudara kami.. Aku yakin kalian lebih bisa menghargai dua nyawa yang sama-sama sedang kesakitan disana, dibanding mereka yang jelas mempunyai hubungan darah.. Aku sangat memohon dengan sepenuh hati, selamatkan lah saudara kami yang sedang meregang nyawa.. Aku mohon tolong lah” Pinta Ridho sambil menyeka matanya menggunakan punggung lengan kanan, dengan suara terdengar bergetar yang sengaja menyinggung sosok Ki Suta, Nyi Mas Galuh Pandita dan Jagat Tirta..
Sesaat, Penguasa Kerajaan Laut Utara melempar pandangan ke arah Krama Raja.. Tatapan mata sosok jelita yang dipenuhi kebingungan itu, seakan sedang melempar tanggung jawab ke Krama Raja untuk mengatakan sesuatu.. Akan tetapi, sosok saudara Raja Jin sendiri malah menggelengkan kepalanya sebagai pertanda ketidak mampuan diri memberi jawaban..
“Maafkan kami, Ngger.. Tidak semua yang berkaitan dengan Kitab Langit kami ketahui.. Kami berdua benar-benar tidak tahu bagaimana cara memisahkan Kitab Langit dari raga saudara mu itu atau mengurangi Hawa Saktinya.. Sebaiknya kalian turuti nasihat Ki Suta Dewa dan memohon lah pada Sang Maha Penyembuh.. Sekali lagi, kami meminta maaf tidak bisa mengabulkan permintaan mu” Jawab Krama Raja dengan nada suara tenang berwibawa, meski mengungkapkan sesuatu yang bukan menjadi tujuan berlututnya Ridho..
Setelah Krama Raja mematahkan harapan ketiga saudara, Ki Purwagalih terlihat melayang maju satu tombak ke depan menghampiri Ridho dan memegang bahunya..
“Sebenarnya ada satu sosok yang bisa membantu saudara mu, Ngger.. Pengecualian itu ada di tangannya” Kata Ki Purwagalih, membuat Ridho dan kedua saudara yang lain langsung bangkit berdiri dan memandang sosok Sang Penjaga Kitab Langit..
Jelas tersirat sebuah harapan baru dari wajah Ridho, Suluh dan Bimo.. Suluh bahkan langsung menyeka airmatanya dengan telapak tangan kiri dan mengulumkan senyum sumringah..
“Satu sosok itu adalah Sri Baduga Maharaja Padjadjaran sendiri yang dahulu berhasil mengunci semua Ilmu Terlarang dalam Kitab Langit.. Junjungan kami itu lah satu-satunya pengecualian yang mampu membantu saudara mu.. Beliau mampu menyerap seluruh Hawa Sakti Kitab Langit sekaligus memisahkan Kitab tersebut dan sosok Bayu Ambar dari diri saudara kalian.. Tapi kita sama-sama lihat dengan mata kepala masing-masing, bahwa Sang Paduka telah pergi membawa serta Braja Krama.. Dan tiada seorang pun disini yang bisa menemui dan memohonkan langsung bantuan kepadanya”
Sontak, ketiga pasang mata ketiga saudara membesar karena kaget mengetahui satu-satu nya harapan telah pupus setelah mendengar penuturan Ki Purwagalih.. Wajah Ridho yang nampak dipenuhi kepedihan menatap nanar semua sosok sahabat gaib satu persatu.. Kedua tangan nya yang terkepal nampak bergetar menahan luapan emosi..
“Kalian semua tidak berguna” Ucap Ridho dengan suara lirih, yang membuat setiap pasang mata semua sosok sahabat gaib terbelalak..
“PERCUMA KALIAN MEMILIKI KELEBIHAN BERUPA KESAKTIAN TINGGI TAPI TETAP TAK MAMPU MENOLONG SAUDARA KU!!!” Teriak Ridho dengan suara lantang sambil menujukkan jari telunjuk tangan kanannya ke arah gw yang sedang menggeliat merintih menahan panasnya jantung yang terbakar..
Wajah Ridho nampak memerah menahan gejolak emosi dan kepedihan hati yang menyatu dengan kedua mata basah, menatap nanar ke setiap wajah sosok sahabat gaib.. Dada bidang saudara gw itu terlihat naik turun, menandakan jalan nafasnya tidak beraturan karena emosi..
“Kalian lihat disana.. Seharusnya kalian berterima kasih kepada saudara ku yang saat ini sedang meregang nyawa demi keselamatan kalian.. Saudara ku itu telah rela menyatu dengan Kitab Langit, meminta semua hawa sakti dan mengorbankan diri bersama Bayu Ambar untuk menyelamatkan kita semua.. Tapi apa yang bisa kita lakukan sebagai balasan? Hah?” Ucap Ridho dengan suara bergetar..
Suluh dan Bimo langsung mendekati Ridho.. Sambil sama menatap nanar dengan kedua mata sama basah ke semua sosok sahabat gaib yang nampak menundukkan wajah, Suluh berusaha menenangkan Ridho dan mengajak suaminya itu mendekat ke arah gw.. Sementara, Bimo yang masih dirasuki Rampak Tantra nampak memandang tajam ke arah sekumpulan sahabat gaib.. Kedua telapak tangannya terlihat sudah terkepal dengan suara gigi bergemeratak..
Gw yang sempat membuka kedua mata saat mendengar suara Ridho berteriak barusan, mencoba mengumpulkan sisa-sisa tenaga untuk memanggilnya..
“Bree...” Panggil gw dengan suara lirih namun masih bisa ditangkap oleh telinga Ridho..
Seketika saudara gw itu berjalan lebih cepat dan langsung duduk bersimpuh di sebelah kanan kepala gw.. Disusul Suluh dan Bimo yang sama bersimpuh disebelah Ridho, berhadapan dengan Sekar Kencana, Bayu Barata serta Babeh Misar.. Tanpa ragu, Ridho mengangkat kepala gw dan memangkunya diatas kedua paha.. Tanpa banyak berfikir, ia juga menggenggam tangan kanan gw.. Sempat terlihat wajah Ridho meringis menahan sakit di tangannya yang sudah menggenggam tangan kanan ini..
Meski kobaran api biru dari Ajian Sukma Geni yang menyelimuti tubuh gw telah lenyap, tetap entah mengapa ada rasa sakit sama yang beberapa waktu lalu didapatkan Ridho, saat menyentuh punggung gw.. Gw sempat melempar pandangan dan sebuah senyuman kecil untuk sesaat ke arah Suluh dan Bimo yang sama berlutut di sebelah kanan.. Kemudian berganti menatap kedua Jin Penjaga dan sosok Kakek Tua yang sama-sama memaksakan diri untuk menyunggingkan senyuman balasan.. Namun, senyuman itu langsung lenyap berganti meringisnya kembali wajah yang mencoba menahan rasa sakit..
“Bree.. Udah.. Ga usah.. Maksa mereka. Gw ikhlas” Ucap gw dengan kalimat yang terpaksa terputus karena nafas terasa kian pendek..
Ridho menganggukkan kepala sambil menyeka air dimatanya dengan lengan kiri.. Gw sempat tersenyum melihat wajah Ridho yang nampak semrawut karena di basahi airmata.. Lalu, kembali mencoba mengumpulkan tenaga untuk berucap lagi..
“Jagain Ibu.. Sama Ayu.. Bree..” Pinta gw, dengan kalimat yang lebih lancar saat rasa sakit sedikit berkurang entah karena apa..
Ridho yang melihat gw menatap sendu dari atas pangkuannya, perlahan menggelengkan kepala dan menyeka kedua mata..
“Gw, Suluh, Bimo sama Lu yang bakal jaga Ibu dan Ayu, Bree.. Lu bakal pulang sama kita koq.. Iya kan, guys?” Tanya Ridho sambil melemparkan pandangan ke arah isterinya, Suluh dan Bimo..
Suluh nampak mengulum senyuman manis yang dipaksakan, meski gw tahu di dalam rongga mulutnya, ia sedang menggigit lidah sendiri untuk menahan duka..
“Iya, Mam.. Lu pasti bakal pulang bareng kita.. Ga ada yang perlu lu titipin ke kita” Tambah Bimo yang gw tahu hanya berusaha untuk menghibur diri ini..
Gw yang kembali merasakan sakit teramat sangat di jantung, menggenggam tangan Ridho sekuat mungkin.. Disusul suara teriakan Suluh yang langsung memegangi lengan kiri..
“Sa..kit bang..et, Bree.. Jan..tung gw ke ba..kaar” Ucap gw dengan suara terputus-putus sambil memejamkan kedua mata, bersamaan dengan jatuh mengalirnya setetes air bening di pinggir mata karena tak kuasa menahan rasa sakit..
“Mam.. Lu harus kuat.. Lu jangan nyerah.. Demi Ibu dan Ayu, Mam.. Mereka masih butuh lu” Kata Suluh sembari menangis histeris..
Tubuh gw menegang terangkat keatas untuk sesaat, seiring tergenggamnya tangan Ridho dengan sangat kuat, begitu sebuah tenaga kuat muncul menekan dan meremas jantung gw yang seperti sudah terpanggang dari dalam..
“Tung..gu seke..jap lagi, I..mam.. Selu..ruh tena..ga ku hampir ter..kumpul untuk mu” Ucap Bayu Ambar dengan suara terbata-bata dalam batin gw, bersamaan dengan kembali turunnya tubuh ini..
Baru saja suara Bayu Ambar menghilang kembali, tiba-tiba gw mendengar dua suara tak asing tertangkap memanggil di kedua indera penglihatan..
“Abang....”
Kedua mata gw terbuka perlahan mendengar dua suara yang sangat gw rindukan saat ini.. Ya! Suara Ibu dan satu-satunya adik kecil gw yang sedang beranjak remaja, terdengar menyebut panggilan khas mereka ke gw..
“Ibu.. Ade...” Ucap gw sambil meringis menahan sakit, ke seorang wanita berusia hampir paruh baya berhijab hitam yang duduk di sebelah kanan, disamping seorang gadis kecil berwajah manis dan tirus yang sama-sama sedang menyunggingkan senyuman paling indah..
Kedua sosok yang paling gw sayang melebihi apapun di dunia ini, nampak saling memandang untuk beberapa saat.. Lalu menganggukkan kepala secara bergantian.. Gw sendiri sempat tertegun mencoba membedakan antara yang nyata dan halusinasi, sambil terus mencoba menahan rasa sakit.. Benak gw sempat bertanya-tanya mengapa sosok Ibu dan Ayu bisa tiba-tiba berada di tempat ini.. Sebuah tempat yang seharusnya terlarang bagi mereka berdua..
“Abang, Ibu datang sama Ade jauh-jauh kesini koq malah didiemin” Ucap Ibu sambil membelai rambut gw dan mengecup kening dengan sangat lembut..
DEG..
Kedua mata gw yang sempat terpejam mencoba menikmati sebuah kecupan yang mungkin akan menjadi bentuk curahan kasih sayang terakhir dari Ibu, seketika terbuka saat merasakan suatu sensasi rasa berbeda..
Seraya meringis menahan rasa panas terbakar di jantung, gw mengamati lekat-lekat wajah Ibu dan Ayu.. Wajah kedua sosok yang paling berarti dalam hidup gw itu memang nampak menyunggingkan senyuman sama manis.. Namun, samar-samar pandangan mata gw sempat melihat kilatan jejak airmata di bawah pelupuk mata mereka.. Terlebih, saat gw mengetahui posisi bersimpuhnya Ibu dan Ayu, sama persis dengan posisi Sekar Kencana dan Bayu Barata..
Sambil mengulum senyuman yang terbit disela-sela rasa sakit karena mengetahui kedua Jin Penjaga mencoba menjelma menjadi Ibu dan Ayu, gw melepas genggaman tangan Ridho dan meraih tangan kanan Ibu, lalu mencium punggung tangan beliau.. Kemudian, genggaman tangan gw terlepas diiringi senyuman Ibu dan perlahan membelai rambut adik gw, Ayu.. Kedua sosok yang selalu menemani gw hingga di usia 21 tahun yang mungkin akan menjadi usia penutup, sama-sama menatap dengan penuh kasih..
“Kalian tidak perlu menjelma menjadi Ibu dan Adikku, Sekar, Bayu” Ucap gw dengan lirih namun tak lagi terbata-bata..
Sosok Ibu dan adik gw Ayu yang merupakan jelmaan Sekar Kencana serta Bayu Barata nampak sama terkejut dan saling memandang untuk beberapa saat.. Bersamaan dengan itu, rasa sakit akibat terbakarnya jantung dari dalam perlahan berkurang.. Benak gw langsung teringat akan ucapan Bayu Ambar yang mengatakan bahwa ia sedang mengumpulkan seluruh tenaganya untuk gw..
Apakah lancarnya lisan yang berucap tak lagi terbata-bata dan berkurangnya rasa panas membakar di jantung saat ini, merupakan pertanda bahwa Bayu Ambar telah memberikan seluruh tenaganya ke gw? Jika memang benar, lalu bagaimana Bayu Ambar akan mampu menahan rasa sakit yang memang sama-sama kami rasakan? Mungkinkah Bayu Ambar mau mengorbankan diri demi gw?
Kedua mata gw terpejam sambil memanggil nama Bayu Ambar dalam batin.. Namun tak jua ada jawaban yang terdengar.. Tak jua ada tanda-tanda balasan dari sosok yang pernah menjadi musuh utama di masa silam, namun berbalik mengajak gw mengorbankan diri demi keselamatan semua sosok sahabat gaib..
dodolgarut134 dan 13 lainnya memberi reputasi
14