- Beranda
- Stories from the Heart
Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]
...
TS
roni.riyanto
Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]
SELAMAT DATANG DI THREAD HORROR ANE YANG SEDERHANA
![Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]](https://dl.kaskus.id/i.pinimg.com/736x/ac/9e/c8/ac9ec8d17096742f52ebfbdcc70fa7e7--dark-art-photography-creepy-photography.jpg)
Assalamualaikum wr.wb
Spoiler for Pembukaan:
![Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]](https://dl.kaskus.id/3.bp.blogspot.com/-ne_rDQngRD8/Vk1ychXHIHI/AAAAAAAAJFs/GTFL1J3f6Mw/s1600/hantu%2Bpocong%2Bmenyeramkan.jpg)
Quote:
imut ya gan 

Quote:
PROLOG
Quote:
Kamu percaya hantu?
Atau kamu pernah Bertemu dengan mereka ?
ini adalah Kisahku.
Namaku Roni seorang berusia dua puluh satu tahun yang berprofesi sebagai penulis.
berawal dari rasa penasaranku melihat dunia lain untuk bahan tulisan dibuku baruku.
aku nekat membuka mata batinku sendiri dengan mencoba banyak ritual.
hingga suatu hari mendapati diriku mulai dapat melihat keberadaan MEREKA.
Siapa sangka ternyata setelah aku membuka mata batinku masalah demi masalah muncul,
dan ternyata masalah tersebut mengancam keselamatanku dan adikku Sheril . .
Atau kamu pernah Bertemu dengan mereka ?
ini adalah Kisahku.
Namaku Roni seorang berusia dua puluh satu tahun yang berprofesi sebagai penulis.
berawal dari rasa penasaranku melihat dunia lain untuk bahan tulisan dibuku baruku.
aku nekat membuka mata batinku sendiri dengan mencoba banyak ritual.
hingga suatu hari mendapati diriku mulai dapat melihat keberadaan MEREKA.
Siapa sangka ternyata setelah aku membuka mata batinku masalah demi masalah muncul,
dan ternyata masalah tersebut mengancam keselamatanku dan adikku Sheril . .
Quote:
FAQ:
Q: cerita dan karakter disini nyata gan ?
A: alur dan karakter disini fiksi, namun semua kejadian mistisnya diangkat dari pengalaman nyata TS dan kawan2 TS.
Q: TS pernah bibuka mata batin ?
A: pernah
, namun sekarang sudah ditutup karena alasan risih, bukan takut 
Q: risih kenapa gan ?
A: risih karena dikit2 kaget,dikit2 mual dan risih pas mandi ditongrongin neng kunti.
Q: jadi ini cuma karangan gan ?
A: cerita utama memang dikarang, namun kejadian mistis yang dialami oleh karakter sepenuhnya nyata pernah dialami TS dan kerabat TS
tapi untuk keseimbangan cerita ane tambahin unsur Fiksi biar ceritanya lebih dapet
Q: kapan update nya gan ?
A: biasanya saya update jam 20.00-24.00 Karena TS sedang sekolah bahasa updatenya cuma bisa seminggu sekali gansis. Update tiap malam minggu
Q: cerita dan karakter disini nyata gan ?
A: alur dan karakter disini fiksi, namun semua kejadian mistisnya diangkat dari pengalaman nyata TS dan kawan2 TS.
Q: TS pernah bibuka mata batin ?
A: pernah
, namun sekarang sudah ditutup karena alasan risih, bukan takut 
Q: risih kenapa gan ?
A: risih karena dikit2 kaget,dikit2 mual dan risih pas mandi ditongrongin neng kunti.
Q: jadi ini cuma karangan gan ?
A: cerita utama memang dikarang, namun kejadian mistis yang dialami oleh karakter sepenuhnya nyata pernah dialami TS dan kerabat TS
tapi untuk keseimbangan cerita ane tambahin unsur Fiksi biar ceritanya lebih dapetQ: kapan update nya gan ?
A: biasanya saya update jam 20.00-24.00 Karena TS sedang sekolah bahasa updatenya cuma bisa seminggu sekali gansis. Update tiap malam minggu
Quote:
Kalau agan dimari suka cerita saya, mohon untuk
share gan dan juga komengnya 
yang udah iso boleh timpuk ane pake
share gan dan juga komengnya 
yang udah iso boleh timpuk ane pake

Selamat Membaca
Quote:
PENTING
Just Info untuk Thread ini ane akan buat tamat di chapter 1, untuk lanjutan ceritanya bisa dibaca nanti di chapter 2 yang akan di posting di thread baru segera.
Terima Kasih
INDEX PART
Kesan Pertama (pengenalan bagi Roni )
1. Dunia lain
2. Buka Mata Batin
3. Penghuni Rumah
4. Hantu Penglaris
5. Hantu Anak Kecil
Sisipan sekilas Linda
POPI
6. Hantu Siswi
7. Hantu Penunggu Sekolah
8. Dijilat Hantu /
9. Hantu Toilet
SHERIL
10. Hantu Toilet 2
Biografi Karakter
11. Jurig Kincir 1..
12. Jurig Kincir 2 ..
Sisipan Real Story si Bray
13. Jurig Kincir (Sheril)
LINDA
14. Uyut Catam
15. Rumah Linda
16. Saingan Linda (Sheril)
17. Kematian Linda
GALIH
18. Kemah di Curug 18 Januari 2018
19. Sesajen 19 Januari 2018
20. Sesajen part Dua 20 Januari 2018
21. Sesajen part Tiga 21 Januari 2018
22. Buntelan kecil 27 Januari 2018
Cerpen Cheesecake
23. buntelan kecil dua 7 Februari 2018
24. Wanita ? 11 Februari 2018
25. Wanita Dua 24 Februari 2018
AYU
26. Kemah lagi 10 Maret 2018
27. Sareupna 17 Maret 2018
28. Bingung 24 Maret 2018
SHERIL (2)
29.Mimpi (Sheril) 26 Maret 2018
30. Rumah Anggi (Sheril) 31 Maret 2018
31. Siapa? (Sheril) 15 April 2018
RONI1. Dunia lain
2. Buka Mata Batin
3. Penghuni Rumah
4. Hantu Penglaris
5. Hantu Anak Kecil
Sisipan sekilas Linda
POPI
6. Hantu Siswi
7. Hantu Penunggu Sekolah
8. Dijilat Hantu /
9. Hantu Toilet
SHERIL
10. Hantu Toilet 2
Biografi Karakter
11. Jurig Kincir 1..
12. Jurig Kincir 2 ..
Sisipan Real Story si Bray
13. Jurig Kincir (Sheril)
LINDA
14. Uyut Catam
15. Rumah Linda
16. Saingan Linda (Sheril)
17. Kematian Linda
GALIH
18. Kemah di Curug 18 Januari 2018
19. Sesajen 19 Januari 2018
20. Sesajen part Dua 20 Januari 2018
21. Sesajen part Tiga 21 Januari 2018
22. Buntelan kecil 27 Januari 2018
Cerpen Cheesecake
23. buntelan kecil dua 7 Februari 2018
24. Wanita ? 11 Februari 2018
25. Wanita Dua 24 Februari 2018
AYU
26. Kemah lagi 10 Maret 2018
27. Sareupna 17 Maret 2018
28. Bingung 24 Maret 2018
SHERIL (2)
29.Mimpi (Sheril) 26 Maret 2018
30. Rumah Anggi (Sheril) 31 Maret 2018
31. Siapa? (Sheril) 15 April 2018
32. Ikan? 22 April 2018
33. Bayangan 29 April 2018
34. Masa Lalu 7 mei 2018
35. HATI 16 Mei 2018 ( Late Post)
36. Kakak 7 Juli 2018(Sheril)
37. Kakak-2 14 Agustus 2018(Sheril)
38. Perjalanan 3 Oktober 2018(Sheril)
BEGINNING
39. Permulaan 27 Oktober 2018(Sheril)
Teaser Chapter 2
Selamat pagi/siang/malam gansis yang suka mampir ke Thread ini, ane cuma mau bilang maaf karena ane baka vacum di dunia perinternetan untuk waktu yang bakalan lama. sebenernya udah ada lanjutan chapter 2 cuma ane ngerasa sangsi buat postingnya karena belum selesai 100%. jadi buat agan dan sista yang nunggu kelanjutannya harus berlapang dada karena ane mau vacum karena suatu alasan.
Terimakasih
Salam Kentang
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 80 suara
Gimana Ceritanya Gan ?
Bagus Ceritanya Serem.
65%
Lumayan Seram,
28%
Boring Gan .
8%
Diubah oleh roni.riyanto 10-01-2019 16:41
sulkhan1981 dan 9 lainnya memberi reputasi
8
306.9K
Kutip
1.7K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
roni.riyanto
#1289
Quote:
Kami berpamitan kepada Galih dan mulai berjalan meninggalkan tenda, sekitar 20 langkah dari tenda entah ada dorongan apa tiba-tiba aku ingin menoleh kearah tenda tempat Galih dan Ratna berada. Ketika aku berbalik kearah tenda berada, aku melihat gerombolan pocong dan kuntilanak yang kulihat tadi subuh sedang mengerumuni tenda tempat Ratna terbaring.
Part 32
Langkahku terhenti melihat pemandangan yang untuk kedua kalinya membuat aku bergidik, mereka semua berdiam disekitar tenda Galih dan Ratna dan tidak melakukan hal yang berarti. Aku sungguh merasa penasaran dibuat oleh mereka, kenapa mereka mengerumuni Ratna? Apakah sakit yang dialami Ratna ada hubungannya dengan mereka?
“Bang Ron, ngapa kok berhenti? Ayo jalan bang !!” tegur Yana.
“Eh iya Yan sorry”
Akhirnya aku melanjutkan langkahku dan berusaha menikmati liburanku, kupikir Ratna akan baik-baik saja setelah minum obat. Yana dan Ipin menatapku dengan heran, mungkin karena aku bertingkah aneh tidak seperti dulu ketika kemah untuk pertama kali.
“Ron sini Ron foto yuk” teriak Ayu sambil mengacungkan Kamera SLR nya.
Seperti tak ingin kalah, Popi juga melakukan hal yang sama namun dia tidak berteriak seperti Ayu, melainkan dengan tanda isyarat dia menunjuk kearahku dan kedirinya lalu memanyunkan bibirnya. Jujur sebenarnya aku tidak begitu paham apa maksud gerakan tubuh Popi, hanya saja terpikir dibenakku bahwa dia merasa tidak ingin kalah oleh Ayu.
Aku tidak menjawab Ayu dan juga gerakan tubuh Popi, yang kulakukan hanyalah tersenyum ringan kearah mereka berdua. Mereka berdua tampak tersipu ketika aku tersenyum kearah mereka, dan yang kudapati selanjutnya adalah Yana dan Ipin yang merasa seperti “IRI” kepadaku.
“Udah ah ayuk lanjutin perjalanannya, nanti keburu siang terus jadi panas” ketus Ipin.
“Ah lu pea banget Pin, kan disini pegunungan mana mungkin bakal panas” sahut Yana.
“Udah-udah ayo sekarang mah kita mending lanjutin aja perjalanannya” tegurku kepada mereka berdua.
Kamipun melanjutkan perjalanan dengan aku sebagai pemimpinnya, sementara para Ladies berjalan dibelakang kami. Sekarang kami harus menuju ke perkampungan dulu untuk bertanya kepada warga, karena aku tidak hafal kemana arah untuk menuju ke “SITU” yang Galih maksud.
Ketika dalam perjalanan turun aku mendengar Ayu dan Popi mengobrol, sesekali mereka tedengar seperti sedang berdebat. Aku mendengar Ayu berdalih jika saat seperti ini seharusnya menggunakan kamera LSR demi kualitas gambar, sementara Popi berdalih akan terasa ribet mengambil moment jika menggunakan kamera SLR dan akan lebih mudah jika menggunakan Camdig.
Aku tidak menghiraukan perdebatan mereka, selama mereka tidak bertengkar kupikir akan baik-baik saja. Ipin dan Yana tidak banyak bicara karena mereka sedang mendengarkan musik di HP masing-masing, sementara Ayu dan Popi sibuk beradu Argumen yang menurutku terasa tidak penting.
Ditengah perjalanan menuju desa, aku kembali mendengar suara bapak-bapak seperti menawarkan dagangan kepadaku. Kali ini suaranya sangat pelan sekali sehingga aku tidak langsung berhenti ditempat yang sama dan agak jauh, tapi demi kebaikan aku mengeluarkan uang dan kembali melemparkan kearah semak-semak.
“Abang ngapain?” Tanya Yana.
“Emang kamu gak dikasih tau sama Galih?” ujarku.
Mendengar aku berkata demikian mereka semua terlihat keheranan, apa mungkin mereka memang tidak tahu perihal ini. Akhirnya aku menjelaskan kepada mereka kenapa aku melakukan hal demikian, dan tak lupa aku menjelaskan kemungkinan yang akan terjadi jika kita mengacuhkan mitos itu.
“Jangan-jangan Mbak Ratna sakit gara-gara gak ngasih uang pas kemarin abis mandi sore?” Ayu berkata dengan nada penasaran.
“Tapi kan kalo emang alesannya gitu, kenapa kita berdua enggak ikutan sakit” Balas Popi.
Aku terkadang merasa heran dibuat mereka, mereka itu sering beradu argumen, bersaing hal yang tidak penting dll, tapi sekarang mereka terlihat akur.
“Udah jangan ngomong gitu, siapa tau Ratna emang kondisinya lagi gak sehat” Ujarku.
Mendengar aku berkata demikian, mereka langsung memahaminya dan tidak mengkomplein apapun. Kamipun melanjutkan perjalanan menuju desa. Disana banyak para warga yang sedang bersiap untuk pergi keladang sepertinya, karena ada diantara mereka yang membawa cangkul.
Akupun menghentikan salah satu warga yang sedang berjalan, adalah bapak paruh baya yang akan menuju ladang. Dia mungkin berumur sekitar 50an, tapi badannya terlihat sangat bugar diusianya.
(Bicara dalam bahasa sunda halus)
“Permisi pak, sama mau tanya boleh”
“Boleh dek, mau tanya apa ya?”
“Kalo mau ke Danau tempat aliran sungai ini berakhir lewat mana ya pak?”
“Oh adek mau ke Danau, mau mancing ya?”
“Iya pak, kami mau mancing ikan , ya siapa tau ada putri duyung nya” celetuk Yana Iseng.
Ingin aku menegur Yana karena kupikir tidak baik bercanda dengan orang yang baru pertama kita temui, apalagi ekspresi bapak itu terlihat menjadi serius. Suasana menjadi hening untuk sesaat, dan para ladies pun yang tadinya sibuk beradu debat hal yang tak penting ikut terdiam.
“Pak, maafin temen saya ya pak kalo nyinggung perasaan bapak” ujarku.
“Eh bapak gak marah kok dek, cuman agak kaget aja kirain adek emanga atau kalo di Danau itu mitosnya emang ada putri duyung”
Kami semua terperangah mendengar pernyataan bapak itu, apalagi Yana yang memang sangat terobsesi dengan yang namanya putri duyung. Dia terlihat sangat antusias mendengar penjelasan bapak tadi, akupun tertarik siapa tahu ini bisa menjadi referensi untuk tulisanku nanti.
“Yang bener pak ada putri duyung?” ujar Yana dengan semangat.
“Iya dek mitosnya begitu, ada beberapa warga sini yang pernah ngeliat penampakannya. Cantik banget dek, tapi kejadian itu udah puluhan
tahun yang lalu dek. Warga yang ngelihat aja umurnya udah tua banget”
“Puluhan tahun pak? Kalo gitu putri duyungnya udah nenek-nenek dong?” ujar Yana dengan nada kecewa.
“Ya enggak atuh dek, makhluk ghaib kan gak kaya manusia yang umurnya singkat. Mereka bisa berumur sampe ribuan tahun”
Mendengar ucapan bapak itu Yana masih terlihat kecewa, sementara Ipin terlihat bete mungkin karena tidak sabar untuk segera memancing, Popi dan Ayu hanya diam mendengarkan.
“Tapi pak, apa ada orang lain yang pernah ngelihat penampakan putri duyung itu selain warga sini?” tanyaku agar Yana tidak patah semangat.
“Ada dek”
“Yang bener pak?” sahut Yana semangat.
“Iya bener ada dek, yang lihat malah temen kalian nak Galih”
Kami semua kembali terperangah mendengar ucapan bapak tadi, sungguh kami terkejut ditambah Galih tidak pernah bercerita mengenai ini. Aku jadi curiga apa Galih memiliki motif lain memilih tempat ini selain untuk berkemah, sepertinya bukan hanya aku saja yang berpikir demikian.
“Kalo gitu pak bisa tolong tunjukin jalan biar bisa sampe kesana?” Yana bertanya lagi, kali ini dengan nada yang tidak begitu bersemangat.
Bapak itupun menjelaskan kami harus berjalan kearah mana agar bisa sampai keDanau tersebut, Ipin mencatat perkataan bapak tersebut disebuah buku kecil. Kulihat Yana seperti sedang membayangkan sesuatu, dan aku tidak ingin tau karena aku yakin dia sedang berfantasi bertemu dengan putri duyung.
“Oh iya dek, kalo adek emang beneran mau ketemu putri duyung itu, adek harus sabar karena biasanya mereka munculnya pas matahari mau
terbenam. Kalo kata orang desa mah kita nyebutnya sareupna, itupun kalo emang adek beruntung kalo nampakin,kao enggak ya berarti bukan milik. Dan Nak Galih juga ngelihat nya sekitar 3 tahun yang lalu”
“Oh iya pak makasih buat infonya. Ya udah pak maaf kalo kami ganggu bapak yang mau ke-ladang” Ujarku dengan sopan.
“Ya udah kalo gitu bapak pergi dulu yah de”
Bapak itu akhirnya meninggalkan kami dengan info yang lebih dari cukup, info mengenai adanya makhluk ghaib yang sangat jarang orang lihat. Akupun merasa tidak begitu yakin akan bisa melihat sosok itu, karena menurut penuturan penduduk tidak sembarang orang bisa melihat sosok itu.
Setelah mengobrol sebentar kami akhirnya melanjutkan perjalanan sesuai dengan yang bapak tadi tunjukkan, kami menuju kearah yang lebih rendah dari desa. Jalan yang kami tempuh tidak semulus dengan jalan yang kami lalui ketika berangkat, mungkin karena pemerintah tidak memberikan bantuan kepada desa.
Sepanjang jalan kami menikmati pemandangan sekitar, sungguh indah disertai udara yang begitu segar. Matahari disini tidak terlalu terasa panas karena ditempat ini terasa selalu mendung, sehingga suasana sangat sejuk cenderung dingin.
Setelah menempuh jarak cukup jauh tak terasa kami tiba di Danau yang Galih maksud, Danau ini tidak begitu besar karena aku bisa melihat keujung Danau yang lain dengan jelas. Disini sangat sepi dan tidak nampak siapapun, hanya sesekali terlihat beberapa warga desa melintas.
“Hmmmm saya terlalu berharap kayaknya bang” ujar Yana pelan.
“Kecewa kenapa emangnya Yan?” tanyaku.
“Ya saya kira Danaunya bakalan gede gitu bang, terus ada batu karang gitu tempat putri duyung duduk. Kaya di pelem-pelem gitu bang”
“Ya elah Yan makanya jangan kebanyakan nontonp film, di film itu biasanya kan di lebih-lebihin” balas Ipin.
“Pin, gue rasa gak terlalu berlebihan deh kalo gue ngarep gitu. Masih wajar ah, kecuali kalo gue ngebayangin tuh Putri duyung nongkrong dipinggir Danau sambil ngisep rokok terus tangannya ngelambai-lambai godain cowok baru kagak wajar” Yana berkata dengan nada ketus kemudian mereka beradu argumen.
Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku melihat mereka berdua memperdebatkan hal yang tidak jelas, aku merasa akulah orang paling normal disini. Kualihakan pandanganku kearah dua gadis yang beberapa waktu lalu juga memperdebatkan hal yang tidak penting, mereka kali ini tidaj berdebat namun mereka sibuk berdandan, ya benar mereka sedang sibuk berdandan.
“Popi...Ayu..Kalian ngapain?” tanyaku.
“Keliatannya?” jawab mereka serempak.
Entah mengapa aku merasakan sensasi aneh mendengar jawaban dari mereka, apa mungkin karena mereka menjawab dengan mata yang sambil mendelik kearahku?. Aku tidak melanjutkan pertanyaannku dan membiarkan mereka berdua melanjutkan merias wajah mereka, sementara Ipin dan Yana sedang menyiapkan alat untuk memancing.
Disaat mereka sedang sibuk dengan kegiatan mereka, aku mencoba menulis hal yang kutemui sebagai bahan buku khawatir terlupa. Setelah beres menulis segera kuupload ke cloud, kemudian aku membantu menyiapkan alat pancing.
Pagi itu aku dan kedua lelaki menikmati kegiatan liburan kami dengan memancing, sementara para gadis sibuk memotret diri mereka masing-masing dengan berbagai macam pose. Ingin aku tertawa melihat tingkah mereka, tapi apadaya aku masih menyanyangi nyawaku dan tak ingin mati konyol.
Aku berusaha menikmati kegiatan memancingku, aku merasa tidak cukup yakin di Danau ini ada ikan yang hidup. Karena kupikir air disini sangatlah dingin, memang dinegara lain ada ikan yang hidup diair dingin, tapi di Indonesia aku sangat jarang melihat.
Air di Danau ini cukup keruh, sehingga aku tidak bisa melihat Ikan yang hidup disini, ditambah aku juga tidak melihat gerakan-gerakan ikan
yang menyapu air karena Permukaan Danau ini sangat tenang.
“Yan gimana nih keknya disini gak ada ikannya deh” celeteuk Ipin.
“Ya mana gue tau Pin, kan yang bilang bang Galih. Gimana nih Bang Ron?”
“Gak tau juga nih, tapi masa sih si Galih boongin kita”
Kami bertiga akhirnya bersabar dan melanjutkan memancing, sementara itu para Ladies masih sibuk memotret diri mereka dengan pose yang menurutku hanya itu-itu saja.
“Roni !! sini deh” teriak Popi.
“Apaan Pop?”
“Foto bareng yuk !”
Aku sedikit terkejut mendengar Popi memintaku berfoto dengannya, sungguh dia sangat misterius bagiku. Terkadang dia menatapku penuh kebencian, terkadang pula dia memelukku seolah dia menyukaiku.
“Ehem enak yah jadi orang populer diantara cewek-cewek, kita mah apa atuh dilirik juga enggak” celetuk Yana sambil menopang dagunya.
Aku tidak menghiraukan ucapan Yana dan menghampiri Popi, tak lupa kusimpan pancinganku lebih dulu. Ketika aku berfoto dengan Popi, aku merasakan tubuhku merinding.
Aku merasa seperti ada energi negatif yang tertuju kepadaku, aku mencoba tidak menghiraukannya. Setelah berfoto dengan Popi satu kali, kupikir akan selesai, namun ternyata Popi meminta lebih banyak foto.
Lagi-lagi aku merasakan tubuhku merinding, kupikir mungkin ada sosok yang sedang mendakatiku. Tapi aku merasa tidak yakin karena mata batinku sepertinya mulai tertutup lagi, kucoba untuk merasakan dan menebak darimana arah merinding ini.
Kututup mataku, kurasakan dengan sangat konsentrasi. Kurasakan ada seperti angin bertiup halus dari arah belakangku, perlahan kubalikan tubuhku untuk melihat ada apa dibelakangku, dan ternyata dibelakangku adalah Ayu yang sedang menatapku sambil mengembungkan pipinya.
“Apaan nih gue kira energi gaib, taunya energi cewek lagi ngembungin pipinya” gumamku dalam hati.
“Roni !! sini dong foto sama aku juga jangan sama Popi doang” ujar Ayu ketus.
“Iya ..Iya sekarang aku foto sama kamu deh” jawabku.
Akupun melangkah menuju tempat Ayu berada, dan ditengah langkah ku lagi-lagi aku merasaka punggungku tertiup angin tipis. Hanya saja kali ini hembusannya terasa hangat namun tetap merinding, dan begitu kutoleh kali ini giliran Popi yang cemberut.
“WTF apaan nih? Apa gue punya kekuatan baru gitu bisa ngerasain aura kesel cewek? Hadeuh unfaedah banget nih kekuatannya” gumamku kembali dalam hati.
Setelah berfoto dengan Ayu aku kembali ketempat aku menyimpan joranku, kulanjutkan memancing dengan spot yang berbeda. Aku berada cukup jauh dengan Ipin dan Yana, aku memilih memancing dibawah Pohon yang cukup besar namun tidak terlalu besar.
2 jam berlalu dan kami masih belum mendapatkan ikan satupun, sebenarnya kami tadi hampir berniat menghentikan kegiatan memancing. Namun karena joran Yana dan Ipin disantok seperti ikan, kami memutuskan melanjutkan meskipun kami tidak melihat yang menyantok itu ikan atau bukan.
“Slerp!!”
Sepertinya ada yang menyantok umpanku, terasa cukup berat. Perlahan tapi pasti kutarik-ulur benang joranku agar benangnya tidak putus, Ipin dan Yana disebrang menyoraki-ku dengan semangat.
“Bang tarik bang jangan ampe lepas!!” teriak Yana dan Ipin.
Aku fokus kepada ikan, setelah 1 menit aku menarik ulur nampaklah seekor ikan mas berwarna oranye seukuran telapak tangan yang menggigit umpanku. Aku merasa senang karena ini adalah ikan pertamaku setelah sekian lama, namun setelah cukup dekat aku merasa ganjil dengan ikan mas ini.
Sekitar 2 meter dari tempatku duduk, ikan itu masih berontak. Dengan seksama kuperhatikan ikan itu lebih teliti, dan alangkah terkejutnya diriku mendapati dikepala ikan itu ada sebuah benda seperti mahkota kecil dan samar-samar aku mendengar suara seperti anak kecil berteriak.
“Manusia, tolong lepaskan saya. Jangan makan saya”
BERSAMBUNG
Part 32
Langkahku terhenti melihat pemandangan yang untuk kedua kalinya membuat aku bergidik, mereka semua berdiam disekitar tenda Galih dan Ratna dan tidak melakukan hal yang berarti. Aku sungguh merasa penasaran dibuat oleh mereka, kenapa mereka mengerumuni Ratna? Apakah sakit yang dialami Ratna ada hubungannya dengan mereka?
“Bang Ron, ngapa kok berhenti? Ayo jalan bang !!” tegur Yana.
“Eh iya Yan sorry”
Akhirnya aku melanjutkan langkahku dan berusaha menikmati liburanku, kupikir Ratna akan baik-baik saja setelah minum obat. Yana dan Ipin menatapku dengan heran, mungkin karena aku bertingkah aneh tidak seperti dulu ketika kemah untuk pertama kali.
“Ron sini Ron foto yuk” teriak Ayu sambil mengacungkan Kamera SLR nya.
Seperti tak ingin kalah, Popi juga melakukan hal yang sama namun dia tidak berteriak seperti Ayu, melainkan dengan tanda isyarat dia menunjuk kearahku dan kedirinya lalu memanyunkan bibirnya. Jujur sebenarnya aku tidak begitu paham apa maksud gerakan tubuh Popi, hanya saja terpikir dibenakku bahwa dia merasa tidak ingin kalah oleh Ayu.
Aku tidak menjawab Ayu dan juga gerakan tubuh Popi, yang kulakukan hanyalah tersenyum ringan kearah mereka berdua. Mereka berdua tampak tersipu ketika aku tersenyum kearah mereka, dan yang kudapati selanjutnya adalah Yana dan Ipin yang merasa seperti “IRI” kepadaku.
“Udah ah ayuk lanjutin perjalanannya, nanti keburu siang terus jadi panas” ketus Ipin.
“Ah lu pea banget Pin, kan disini pegunungan mana mungkin bakal panas” sahut Yana.
“Udah-udah ayo sekarang mah kita mending lanjutin aja perjalanannya” tegurku kepada mereka berdua.
Kamipun melanjutkan perjalanan dengan aku sebagai pemimpinnya, sementara para Ladies berjalan dibelakang kami. Sekarang kami harus menuju ke perkampungan dulu untuk bertanya kepada warga, karena aku tidak hafal kemana arah untuk menuju ke “SITU” yang Galih maksud.
Ketika dalam perjalanan turun aku mendengar Ayu dan Popi mengobrol, sesekali mereka tedengar seperti sedang berdebat. Aku mendengar Ayu berdalih jika saat seperti ini seharusnya menggunakan kamera LSR demi kualitas gambar, sementara Popi berdalih akan terasa ribet mengambil moment jika menggunakan kamera SLR dan akan lebih mudah jika menggunakan Camdig.
Aku tidak menghiraukan perdebatan mereka, selama mereka tidak bertengkar kupikir akan baik-baik saja. Ipin dan Yana tidak banyak bicara karena mereka sedang mendengarkan musik di HP masing-masing, sementara Ayu dan Popi sibuk beradu Argumen yang menurutku terasa tidak penting.
Ditengah perjalanan menuju desa, aku kembali mendengar suara bapak-bapak seperti menawarkan dagangan kepadaku. Kali ini suaranya sangat pelan sekali sehingga aku tidak langsung berhenti ditempat yang sama dan agak jauh, tapi demi kebaikan aku mengeluarkan uang dan kembali melemparkan kearah semak-semak.
“Abang ngapain?” Tanya Yana.
“Emang kamu gak dikasih tau sama Galih?” ujarku.
Mendengar aku berkata demikian mereka semua terlihat keheranan, apa mungkin mereka memang tidak tahu perihal ini. Akhirnya aku menjelaskan kepada mereka kenapa aku melakukan hal demikian, dan tak lupa aku menjelaskan kemungkinan yang akan terjadi jika kita mengacuhkan mitos itu.
“Jangan-jangan Mbak Ratna sakit gara-gara gak ngasih uang pas kemarin abis mandi sore?” Ayu berkata dengan nada penasaran.
“Tapi kan kalo emang alesannya gitu, kenapa kita berdua enggak ikutan sakit” Balas Popi.
Aku terkadang merasa heran dibuat mereka, mereka itu sering beradu argumen, bersaing hal yang tidak penting dll, tapi sekarang mereka terlihat akur.
“Udah jangan ngomong gitu, siapa tau Ratna emang kondisinya lagi gak sehat” Ujarku.
Mendengar aku berkata demikian, mereka langsung memahaminya dan tidak mengkomplein apapun. Kamipun melanjutkan perjalanan menuju desa. Disana banyak para warga yang sedang bersiap untuk pergi keladang sepertinya, karena ada diantara mereka yang membawa cangkul.
Akupun menghentikan salah satu warga yang sedang berjalan, adalah bapak paruh baya yang akan menuju ladang. Dia mungkin berumur sekitar 50an, tapi badannya terlihat sangat bugar diusianya.
(Bicara dalam bahasa sunda halus)
“Permisi pak, sama mau tanya boleh”
“Boleh dek, mau tanya apa ya?”
“Kalo mau ke Danau tempat aliran sungai ini berakhir lewat mana ya pak?”
“Oh adek mau ke Danau, mau mancing ya?”
“Iya pak, kami mau mancing ikan , ya siapa tau ada putri duyung nya” celetuk Yana Iseng.
Ingin aku menegur Yana karena kupikir tidak baik bercanda dengan orang yang baru pertama kita temui, apalagi ekspresi bapak itu terlihat menjadi serius. Suasana menjadi hening untuk sesaat, dan para ladies pun yang tadinya sibuk beradu debat hal yang tak penting ikut terdiam.
“Pak, maafin temen saya ya pak kalo nyinggung perasaan bapak” ujarku.
“Eh bapak gak marah kok dek, cuman agak kaget aja kirain adek emanga atau kalo di Danau itu mitosnya emang ada putri duyung”
Kami semua terperangah mendengar pernyataan bapak itu, apalagi Yana yang memang sangat terobsesi dengan yang namanya putri duyung. Dia terlihat sangat antusias mendengar penjelasan bapak tadi, akupun tertarik siapa tahu ini bisa menjadi referensi untuk tulisanku nanti.
“Yang bener pak ada putri duyung?” ujar Yana dengan semangat.
“Iya dek mitosnya begitu, ada beberapa warga sini yang pernah ngeliat penampakannya. Cantik banget dek, tapi kejadian itu udah puluhan
tahun yang lalu dek. Warga yang ngelihat aja umurnya udah tua banget”
“Puluhan tahun pak? Kalo gitu putri duyungnya udah nenek-nenek dong?” ujar Yana dengan nada kecewa.
“Ya enggak atuh dek, makhluk ghaib kan gak kaya manusia yang umurnya singkat. Mereka bisa berumur sampe ribuan tahun”
Mendengar ucapan bapak itu Yana masih terlihat kecewa, sementara Ipin terlihat bete mungkin karena tidak sabar untuk segera memancing, Popi dan Ayu hanya diam mendengarkan.
“Tapi pak, apa ada orang lain yang pernah ngelihat penampakan putri duyung itu selain warga sini?” tanyaku agar Yana tidak patah semangat.
“Ada dek”
“Yang bener pak?” sahut Yana semangat.
“Iya bener ada dek, yang lihat malah temen kalian nak Galih”
Kami semua kembali terperangah mendengar ucapan bapak tadi, sungguh kami terkejut ditambah Galih tidak pernah bercerita mengenai ini. Aku jadi curiga apa Galih memiliki motif lain memilih tempat ini selain untuk berkemah, sepertinya bukan hanya aku saja yang berpikir demikian.
“Kalo gitu pak bisa tolong tunjukin jalan biar bisa sampe kesana?” Yana bertanya lagi, kali ini dengan nada yang tidak begitu bersemangat.
Bapak itupun menjelaskan kami harus berjalan kearah mana agar bisa sampai keDanau tersebut, Ipin mencatat perkataan bapak tersebut disebuah buku kecil. Kulihat Yana seperti sedang membayangkan sesuatu, dan aku tidak ingin tau karena aku yakin dia sedang berfantasi bertemu dengan putri duyung.
“Oh iya dek, kalo adek emang beneran mau ketemu putri duyung itu, adek harus sabar karena biasanya mereka munculnya pas matahari mau
terbenam. Kalo kata orang desa mah kita nyebutnya sareupna, itupun kalo emang adek beruntung kalo nampakin,kao enggak ya berarti bukan milik. Dan Nak Galih juga ngelihat nya sekitar 3 tahun yang lalu”
“Oh iya pak makasih buat infonya. Ya udah pak maaf kalo kami ganggu bapak yang mau ke-ladang” Ujarku dengan sopan.
“Ya udah kalo gitu bapak pergi dulu yah de”
Bapak itu akhirnya meninggalkan kami dengan info yang lebih dari cukup, info mengenai adanya makhluk ghaib yang sangat jarang orang lihat. Akupun merasa tidak begitu yakin akan bisa melihat sosok itu, karena menurut penuturan penduduk tidak sembarang orang bisa melihat sosok itu.
Setelah mengobrol sebentar kami akhirnya melanjutkan perjalanan sesuai dengan yang bapak tadi tunjukkan, kami menuju kearah yang lebih rendah dari desa. Jalan yang kami tempuh tidak semulus dengan jalan yang kami lalui ketika berangkat, mungkin karena pemerintah tidak memberikan bantuan kepada desa.
Sepanjang jalan kami menikmati pemandangan sekitar, sungguh indah disertai udara yang begitu segar. Matahari disini tidak terlalu terasa panas karena ditempat ini terasa selalu mendung, sehingga suasana sangat sejuk cenderung dingin.
Setelah menempuh jarak cukup jauh tak terasa kami tiba di Danau yang Galih maksud, Danau ini tidak begitu besar karena aku bisa melihat keujung Danau yang lain dengan jelas. Disini sangat sepi dan tidak nampak siapapun, hanya sesekali terlihat beberapa warga desa melintas.
“Hmmmm saya terlalu berharap kayaknya bang” ujar Yana pelan.
“Kecewa kenapa emangnya Yan?” tanyaku.
“Ya saya kira Danaunya bakalan gede gitu bang, terus ada batu karang gitu tempat putri duyung duduk. Kaya di pelem-pelem gitu bang”
“Ya elah Yan makanya jangan kebanyakan nontonp film, di film itu biasanya kan di lebih-lebihin” balas Ipin.
“Pin, gue rasa gak terlalu berlebihan deh kalo gue ngarep gitu. Masih wajar ah, kecuali kalo gue ngebayangin tuh Putri duyung nongkrong dipinggir Danau sambil ngisep rokok terus tangannya ngelambai-lambai godain cowok baru kagak wajar” Yana berkata dengan nada ketus kemudian mereka beradu argumen.
Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku melihat mereka berdua memperdebatkan hal yang tidak jelas, aku merasa akulah orang paling normal disini. Kualihakan pandanganku kearah dua gadis yang beberapa waktu lalu juga memperdebatkan hal yang tidak penting, mereka kali ini tidaj berdebat namun mereka sibuk berdandan, ya benar mereka sedang sibuk berdandan.
“Popi...Ayu..Kalian ngapain?” tanyaku.
“Keliatannya?” jawab mereka serempak.
Entah mengapa aku merasakan sensasi aneh mendengar jawaban dari mereka, apa mungkin karena mereka menjawab dengan mata yang sambil mendelik kearahku?. Aku tidak melanjutkan pertanyaannku dan membiarkan mereka berdua melanjutkan merias wajah mereka, sementara Ipin dan Yana sedang menyiapkan alat untuk memancing.
Disaat mereka sedang sibuk dengan kegiatan mereka, aku mencoba menulis hal yang kutemui sebagai bahan buku khawatir terlupa. Setelah beres menulis segera kuupload ke cloud, kemudian aku membantu menyiapkan alat pancing.
Pagi itu aku dan kedua lelaki menikmati kegiatan liburan kami dengan memancing, sementara para gadis sibuk memotret diri mereka masing-masing dengan berbagai macam pose. Ingin aku tertawa melihat tingkah mereka, tapi apadaya aku masih menyanyangi nyawaku dan tak ingin mati konyol.
Aku berusaha menikmati kegiatan memancingku, aku merasa tidak cukup yakin di Danau ini ada ikan yang hidup. Karena kupikir air disini sangatlah dingin, memang dinegara lain ada ikan yang hidup diair dingin, tapi di Indonesia aku sangat jarang melihat.
Air di Danau ini cukup keruh, sehingga aku tidak bisa melihat Ikan yang hidup disini, ditambah aku juga tidak melihat gerakan-gerakan ikan
yang menyapu air karena Permukaan Danau ini sangat tenang.
“Yan gimana nih keknya disini gak ada ikannya deh” celeteuk Ipin.
“Ya mana gue tau Pin, kan yang bilang bang Galih. Gimana nih Bang Ron?”
“Gak tau juga nih, tapi masa sih si Galih boongin kita”
Kami bertiga akhirnya bersabar dan melanjutkan memancing, sementara itu para Ladies masih sibuk memotret diri mereka dengan pose yang menurutku hanya itu-itu saja.
“Roni !! sini deh” teriak Popi.
“Apaan Pop?”
“Foto bareng yuk !”
Aku sedikit terkejut mendengar Popi memintaku berfoto dengannya, sungguh dia sangat misterius bagiku. Terkadang dia menatapku penuh kebencian, terkadang pula dia memelukku seolah dia menyukaiku.
“Ehem enak yah jadi orang populer diantara cewek-cewek, kita mah apa atuh dilirik juga enggak” celetuk Yana sambil menopang dagunya.
Aku tidak menghiraukan ucapan Yana dan menghampiri Popi, tak lupa kusimpan pancinganku lebih dulu. Ketika aku berfoto dengan Popi, aku merasakan tubuhku merinding.
Aku merasa seperti ada energi negatif yang tertuju kepadaku, aku mencoba tidak menghiraukannya. Setelah berfoto dengan Popi satu kali, kupikir akan selesai, namun ternyata Popi meminta lebih banyak foto.
Lagi-lagi aku merasakan tubuhku merinding, kupikir mungkin ada sosok yang sedang mendakatiku. Tapi aku merasa tidak yakin karena mata batinku sepertinya mulai tertutup lagi, kucoba untuk merasakan dan menebak darimana arah merinding ini.
Kututup mataku, kurasakan dengan sangat konsentrasi. Kurasakan ada seperti angin bertiup halus dari arah belakangku, perlahan kubalikan tubuhku untuk melihat ada apa dibelakangku, dan ternyata dibelakangku adalah Ayu yang sedang menatapku sambil mengembungkan pipinya.
“Apaan nih gue kira energi gaib, taunya energi cewek lagi ngembungin pipinya” gumamku dalam hati.
“Roni !! sini dong foto sama aku juga jangan sama Popi doang” ujar Ayu ketus.
“Iya ..Iya sekarang aku foto sama kamu deh” jawabku.
Akupun melangkah menuju tempat Ayu berada, dan ditengah langkah ku lagi-lagi aku merasaka punggungku tertiup angin tipis. Hanya saja kali ini hembusannya terasa hangat namun tetap merinding, dan begitu kutoleh kali ini giliran Popi yang cemberut.
“WTF apaan nih? Apa gue punya kekuatan baru gitu bisa ngerasain aura kesel cewek? Hadeuh unfaedah banget nih kekuatannya” gumamku kembali dalam hati.
Setelah berfoto dengan Ayu aku kembali ketempat aku menyimpan joranku, kulanjutkan memancing dengan spot yang berbeda. Aku berada cukup jauh dengan Ipin dan Yana, aku memilih memancing dibawah Pohon yang cukup besar namun tidak terlalu besar.
2 jam berlalu dan kami masih belum mendapatkan ikan satupun, sebenarnya kami tadi hampir berniat menghentikan kegiatan memancing. Namun karena joran Yana dan Ipin disantok seperti ikan, kami memutuskan melanjutkan meskipun kami tidak melihat yang menyantok itu ikan atau bukan.
“Slerp!!”
Sepertinya ada yang menyantok umpanku, terasa cukup berat. Perlahan tapi pasti kutarik-ulur benang joranku agar benangnya tidak putus, Ipin dan Yana disebrang menyoraki-ku dengan semangat.
“Bang tarik bang jangan ampe lepas!!” teriak Yana dan Ipin.
Aku fokus kepada ikan, setelah 1 menit aku menarik ulur nampaklah seekor ikan mas berwarna oranye seukuran telapak tangan yang menggigit umpanku. Aku merasa senang karena ini adalah ikan pertamaku setelah sekian lama, namun setelah cukup dekat aku merasa ganjil dengan ikan mas ini.
Sekitar 2 meter dari tempatku duduk, ikan itu masih berontak. Dengan seksama kuperhatikan ikan itu lebih teliti, dan alangkah terkejutnya diriku mendapati dikepala ikan itu ada sebuah benda seperti mahkota kecil dan samar-samar aku mendengar suara seperti anak kecil berteriak.
“Manusia, tolong lepaskan saya. Jangan makan saya”
BERSAMBUNG
sulkhan1981 dan redbaron memberi reputasi
3
Kutip
Balas