Kaskus

Story

anak86comeAvatar border
TS
anak86come
INTERVIEW WITH "TERAPIS"
[img]Downloads[/img]

Akhirnya Gue buat lagi nih cerita-cerita pendek yang sudah lama tidak terungkap dan ter-post, mudah-mudahan banyak yang minat membaca.

emoticon-Sundul

PROLOG


Karena diajak seorang sahabat membuat Gue pun terjerumus rasa "penasaran", apa sih enaknya, apa sih nikmatnya, apa sih faedah-nya, harus berapa duit yang harus Gue habiskan. Namun karena si Anis... ya si Anis yang merubah suasana di batin Gue, entah mungkin karena Gue sudah "bosan" sama cewek Gue atau emang Gue mulai "doyan" hal ini. Aneh.

Mendengar cerita, curhat, dan keluh kesahnya Anis gue cuma manggut-manggut tanda setuju dan kekaguman gue atas jerih payahnya Anis menjadi terapis. Gue sangat bersyukur terlahir dari keluarga yang meski tidak kaya raya namun cukup, tidak kurang dan tidak lebih meski semua hal harus di irit-irit. Berbanding terbalik dengan kondisi Anis yang terlahir dari keluarga yang bisa dibilang masih dibawah kondisi keluarga gue. Miris teramat miris.


Apakah hubungan Gue dengan Nisa cewek Gue akan berjalan mulus atau banyak hambatan ke depannya, siapakah Anis ini, orang yang bisa membuat perubahan "pemikiran" buat Gue.

emoticon-Shakehand2

INDEX
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7 Jilid I
PART 7 Jilid II
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
Diubah oleh anak86come 29-07-2019 13:31
lsenseyelAvatar border
redricesAvatar border
j4k4pnturaAvatar border
j4k4pntura dan 14 lainnya memberi reputasi
15
107K
302
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
anak86comeAvatar border
TS
anak86come
#88
PART 11


Semilir angin membuai Gue sepanjang perjalanan mengantar Anis pulang ke kosannya, udara semakin dingin pun membuat Anis memeluk Gue lebih kencang saat boncengan, tentu saja sebagai lelaki kalau sudah memasuki tahap-tahap seperti ini otomatis akan sangat senang dan bahagia, seolah-olah jalan raya yang dilalui adalah milik berdua saja.

“mas, kok tau sih arah aku pulang?” tanya Anis heran yang membuat dia melepaskan pelukan hangat yang sedari tadi dilakukannya

“loh… aku kan emang pulang ke arah sini” jawab Gue sok-sok yakin dan bokis-bokis dikit

“emang sebelumnya aku udah ngasih tau kalau pulangnya ke arah mana tadi?” tanya Anis sekali lagi

“tadi kan kamu bilang ke daerah T*******g, sekarang kan mau masuk nih, baru deh di depan kamu yang arahin” jawab Gue dengan pede-nya dan senyum seringai dibalik helm

“Kanan, lurus, ada pos belok kiri, lurus, pelan-pelan… dikit lagi” ucap Anis untuk mengarahkan jalan

“Gue juga tau kali arah ke kosan elo” batin Gue

“disini mas, udah sampe tuh di depan” ucap Anis

“jadi disini aku nge-kosnya mas…” ucap Anis

“bagus ya, bersih. Kalau cowok boleh gk sih nge-kos disini?” tanya Gue

“boleh kok ini campur, mau aku kenalin ke penjaga kosnya?” jawab Anis

“gak usah nis, lain kali aja” sergah Gue, kalau sampai ketemu yang jaga kos bisa-bisa Gue ketahuan kalau udah nge-kos disini.

“eh, ngomong-ngomong mas namanya siapa sih?” tanya Anis

“Bima, panggil Bima aja” jawab Gue

“thanks ya mas Bima udah mau nganterin sampai sini” ucap Anis

“iya sama-sama” jawab Gue

Gue pun langsung pergi meninggalkan kosan Anis begitu saja, Gue lirik spion kiri terlihat Anis masih berdiri menatap Gue sampai tidak terlihat lagi di pertigaan jalan. senang sudah otomatis yang Gue rasakan. Hari sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari, edan Gue benar-benar sudah terlalu malam, tapi karena sudah “dipijat-pijat” Gue jadi gak merasa capek sama sekali terlebih saat dipijat Anis seluruh sendi-sendi Gue banyak yang “dirapihkan” sama Anis, terlebih “daerah rawan” sudah tidak bergejolak yang berlebih karena sudah “dikeluarkan” dengan baik sama Anis. Yaahh… memang seperti itu pijat-memijat, tanpa penetrasi dirasa saperti sayur kurang garam. Tapi anehnya cuma sama si Anis Gue gak terlalu malu “mempertontonkan” seluruh bagian tubuh dihadapannya, kalau sama terapis lain sudah otomatis Gue malu atau se-enggak-enggak-nya agak risih lah…

Gue pun sempat berhenti sebentar di warung nasi goreng pinggir jalan yang masih buka, soalnya perut Gue mulai kembung angin malam secara pas Anis makan Gue gak ikutan makan. Nasi goreng gila pilihan Gue satu-satunya untuk menghangatkan perut.

“bang nasgor gila seporsi pedas ya” pesan Gue ke tukang nasgor
“siap juragan” jawabnya semangat

Gue teramat kaget saat mulai membuka handphone, karena banyak sekali miscall dan beberapa pesan yang masuk, ya Nisa semua yang nelpon dan mengirim pesan. Dan sudah pasti kalimat-kalimat kasar yang tertulis dibeberapa pesannya. Gue pribadi merasa sudah terlalu lelah menghadapi Nisa, tapi entah kenapa Gue tetap mau bertahan dengannya secara Gue sudah ± 3 tahun berpacaran dengannya. Semakin lama semakin terlihat watak-watak buruknya, tapi harus bagaimana lagi akhirnya Gue gak tahu, biarlah waktu yang menajwab semuanya. Gue pun dengan lahap memakan nasi goreng gila yang sudah tersaji di depan Gue, lumayan mengganjal perut untuk perjalanan selanjutnya menuju kediaman.

…..


GEBYUURR….GEBYUURR….

Segar sekali badan ini saat disiram air setelah perjalanan malam ini, tepat pukul 03.30 wib Gue akhirnya sampai di rumah dan langsung mandi sekalian jun*b maksudnya. Kata orang sih gak terlalu bagus kalau mandi terlalu malam, tapi menurut Gue sih lebih tidak bagus bilamana sudah dari luar seharian terus tidak bersih-bersih atau mandi, bukannya itu makin kotor ya…

“tong… bangun tong… ada tamu noh…” teriak enyak yang membuat Gue terbangun kaget mendengar jeritannya

“iya nyak….” jawab Gue dan langsung buru-buru bangun dari Kasur dan melihat jendela ternyata sudah pagi menjelang siang

“siapa sih nyak…?” tanya Gue heran

“itu noh… si Nisa…” jawab lantang enyak Gue

DEEPPP… jantung Gue langsung berdegub kencang saat melihat wujud Nisa di seberang ruang yang terpisahkan meja makan. Pada saat itu Gue bingung apa kalimat apa yang pertama harus Gue ucapkan, gerakan apa yang harus lakukan pertama kali, cukup tercekat napas gue saat melihat Nisa. Gue pun merebahkan diri di sofa ruang tamu persis disebelah kanannya Nisa. Cukup terdengar suara napas Nisa, lubang hidung yang kembang kempis seperti ingin meluapkan sesuatu yang sangat teramat penting.

“semalam aku ngeliat kamu di depan kos-kosan, itu benar kamu bukan ya?” tanya Nisa pada saat pembicaraan pertama, jantung Gue langsung berdegub kencang tak terarah

“apakah ini menjadi akhir dari semuanya…” gumam Gue dalam hati

“kenapa diam saja? Jadi itu benar kamu?” tanya Nisa kembali

“entah kenapa ya, makin hari kamu makin berubah, seperti ada sesuatu yang sudah kami rencanakan” ucap Nisa dan Gue hanya diam beribu bahasa

“eh Tong… kagak dikasih minum si Nisa? Buruan ambil minum” teriak enyak Gue menyelamatkan hidup Gue dari pertanyaan Nisa yang bertubi-tubi. Segera Gue bangkit dari sofa dan melangkahkan kaki menuju dapur untuk membuatkan Nisa minum. Sengaja Gue berlama-lama di dapur supaya amarah Nisa sedikit mereda, karena feeling Gue sudah tak enak

Alangkah kagetnya Gue saat membalikkan badan dan membawa segelas sirup dengan rasa kesukaan Nisa

PRAANNGGG…PPRAAANNGG (suara gelas pecah karena terjatuh dari gengaman tangan Gue)

“apaan tuh?!!??” teriak enyak Gue macam H. Jaja Miharja di suatu acara tv tempo dulu

“Nisa… ya ampun ngagetin aja sih kamu ini…?” spontan Gue berucap dan tanpa sadar Gue bisa berbicara dihadapannya yang sedari tadi terdiam

Nisa pun langsung mengambil kain lap dan sapu untuk membersihkan beberapa pecahan-pecahan beling disekeliling dapur, terdengar suara langkah kami enyak mencoba menghampiri kami berdua.

“ya ampun… neng… gak usah… sini biar enyak aja yang bersihin, eneng ke dalam lagi gih sana…” ucap enyak Gue sembari merebut kain lap dan sapu yang sedari tadi dipegang Nisa

“tong…tong… hati-hati donk… masa buat minum aja kudu mecahi gelas sih…” protes enyak Gue

Nisa pun kembali ke ruang tamu, nampat terlihat raut muka yang lempeng, Gue jadi makin deg-deg-an takut-takut malah jadi “kenapa-kenapa” disini. Setelah Gue beres-beres di dapur Gue pun menuju ke ruang tamu dimana ada Nisa di sana.

“Nis, nih…minum dulu, maaf yang tadi, aku gak sengaja” ucap Gue sambil menyodorkan segelas sirup dingin ke hadapan Nisa

“terima kasih…” ucap Nisa setelah itu menyeruput sedikit demi sedikit air sirup dingin ini sampai terdengar teramat jelas seteguk demi seteguk air sirup yang meluncur melalui tenggorakannya yang dari tadi seperti tercekat kekeringan. Gue pun hanya terdiam sebentar sembari memperhatikan Nisa minum

“segar kan…? Kamu dari rumah?” ucap dan tanya Gue

(diam sesaat)

“pertanyaan aku tadi kayaknya belum dijawab deh… jangan mengalihkan pembicaraan donk…” sanggah Nisa yang membuat lidah Gue kelu

Gue tidak tahu harus berkata apalagi, apakah harus berkata apa adanya atauu harus berbohong dengan konyol. Gue harus berpikir dan bertindak cepat, amat sangat teramat konyol bilamana Gue harus berantem di rumah, apa kata enyak Gue kalau Gue berantem sama cewek Gue terus dilerai sama enyak Gue, harga diri Gue sebagai lelaki akan luluh lantak.

“oke… begini sayang… kamu ngeliat aku, terus kamu ngapain lagi? Itu jujur aku cuma kebetulan ketemu teman lama, sekalian nganter pulang gak kenapa-kenapa donk…” terang Gue

“kebetulan ketemu dan kebetulan nganter pulang! Wajar kah? Dan satu lagi nganter bukan larut malam, tapi sudah mau pagi, wajar…???” nyolot Nisa

Serasa Gue tertimpa batu besar yang mengenai dada Gue dan menghancurkan seluruh organ-organ dalam tubuh Gue. Tenggorakan merasa tercekat dan makin tercekat sampai sesak napas terasa di dada. Butiran keringat langsung deras meluncur dari dahi ke alis mata, dari dagu turun ke leher, mulas perut, susah napas makin terasa.

“nih… neng cobain pisang goreng buatan enyak” ucap Enyak tiba-tiba yang menyelamatkan hidup Gue lagi dari pertanyaan-pertanyaan Nisa

“terima kasih nyak” jawab Nisa dan kemudian enyak menjauh dari tempat Gue dan Nisa, mungkin melanjutkan gorengannya di dapur dan semakin menjauh Enyak dari pandangan Gue semakin ketar-ketir perasaan Gue

“ayo Nis, nih cobain buatan Enyak” seloroh Gue buat mendinginkan suasana yang sedari tadi sudah panas mendekati melepuh.

Gue pun langsung melahap pisang goreng yang sebenarnya masih panas, itu pun sengaja Gue lakukan buat mencari hal-hal yang lucu dari apa yang sudah Gue lakukan. Sembari mengunyah pisang goreng panas Gue pun melirik Nisa, nampak jelas tatapan mata yang kosong sedang meihat lurus ke sepiring pisang goreng panas disaat itulah Gue langsung berhenti melanjutkan kenikmatan pisang goreng ini.

“Nisa….” panggil Gue selirih mungkin dan tidak ada pergerakan sama sekali dari Nisa, Gue pun meebahkan diri ke sofa sambil menunggu suara yang keluar dari mulut Nisa

Gue pun hanya melihat wajah Nisa dari samping, Gue hanya bisa menatap dan terus menatap karena sudah bingung apalagi yang harus Gue lakukan sementara lawan bicara yang ada tidak ada komentar apapun juga. Namun tanpa sengaja Gue melihat ada tetasan air yang jatuh mengenai wajah Nisa, entah darimana Gue pun mendongak-kan kepala ke atas mencari apa ada plafon rumah yang bolong dan hasilnya tak ada, tadi malam saja tidak ada hujan pagi ini pun cerah cuacanya. Saat melihat-lihat sekeliling rumah tanpa sengaja Gue melihat lagi ada tetesan air dari jatuh dari pipi Nisa saat Gue tengok lebih dekat ternyata AIR MATA Nisa yang sedari tadi menetes. Bodohnya Gue.

“Nisa…” ucap Gue sembari mendekatkan wajah Gue.

Terlihat jelas kedua mata Nisa sedang membendung air mata, tinggal menunggu tumpahnya saja. Terlihat juga hidung Nisa sudah mulai memerah dikarenakan menahan napas atau mungkin Manahan sakit di hati dan tiba-tiba dia langsung berdiri dan melangkahkan kakinya ke dapur menuju lokasi dimana Enyak berada.

“Nyak… Nisa pamit dulu ya… terima kasih buat pisang gorengnya” ucap Nisa ke Enyak Gue

“loh… kok tumben cepet banget dimari? Mau kemana emang?” Tanya Enyak yang dijawab dengan senyuman saja dan kemudian segera berlalu ke pintu depan

“Nisa… kamu kenapa sih?” tanya Gue persis di depan pintu dan menarik perlahan tangannya yang menjuntai saat berjalan

“kenapa…? kamu tanya aku kenapa? Gak bisa mikir yang kamu dari tadi!” hardik Nisa

“kita kan belum bicara baik-baik dari tadi, please…. Ayo sini masuk kita duduk dan bahas bareng-bareng” ucap Gue

“emang gila ya kamu itu… brengsek!” ucap Nisa

“Nisa, ayo sini kita obrolin dulu sebentar, kamu kan dari tadi diam saja, kok tiba-tiba begini” ucap Gue

“emang dasar cowok brengsek, gak tau diri…” serapah Nisa dan saat itu bendungan air mata yang sedari tadi menumpuk langsung tumpah seketika dan lubang hidung yang memerah sudah kembang kempis meminta banyak oksigen masuk lebih banyak.

“KITA PUTUS!!!” teriak Nisa persis di depan muka Gue dan saat itu Gue tidak bisa berkata apa-apa.


. . . .

Diubah oleh anak86come 09-05-2018 14:17
mmuji1575
sormin180
joyanwoto
joyanwoto dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.