skydaveeAvatar border
TS
skydavee
Bullying di Sekolah? Salah Anak atau Orangtua?


Bullying, menurut wikipedia adalah "penindasan" yang secara sederhana dapat saya artikan dengan kata "mengganggu". Hal ini sepertinya sekarang menjadi sebuah trend baru di dalam dunia pengasuhan anak. Permasalahan yang kerap terjadi saat anak keluar dari lingkungan keluarga untuk bersosialisasi dengan orang lain.

Biasanya interaksi sosial setelah keluarga,terjadi di lingkungan pertemanan anak, terutama bagi yang masih SD. Seperti pertemanan di sekitar lingkungan rumah, tempat les atau di sekolah. Dan bullyingbisa terjadi di antaranya. Apabila hal ini terjadi di lingkungan rumah, mungkin lebih mudah mengambil tindakan antisipatif seperti penghindaran, begitupun dengan di tempat les yang bisa lebih mudah ditinggalkan. Tapi berbeda halnya dengan lingkungan sekolah yang sudah "binding" atau mengikat si anak untuk berada di dalamnya.

Secara garis besar, bullying ini bisa dikegorikan pada dua hal, yaitu bullying yang bersifat fisik dan verbal. Sebelum akhirnya berkembang ke bentuk yang lainnya. Pada tataran fisik, penindasan ini mencakup segala aktifitas yang diakibatkan oleh benturan secara fisik yang dapat menimbulkan rasa sakit, memar ataupun cedera.

Kemudian pada tataran verbal, penindasan ini bisa mencakup ejekan, perubahan mimik muka yang intimidatif, pengucapan kata-katayang tidak pantas, hingga penekanan psikis atas kondisi sosial seseorang.

Lalu mengapa seorang anak bisa menjadi pelaku tunggal atau berkelompok atas bullying di lingkungan sekolah?

Menurut pemantauan saya ada dua faktor internal yang terkait dengan hal ini, yaitu:

1. Faktor Anak
Spoiler for ilustrasi:


Kecenderungan ingin mendapatkan perhatian berlebihan adalah perilaku yang biasanya dilakukan oleh mereka yang tidak diperhatikan dengan baik oleh orangtua atau keluarga intinya. Sehingga mereka berupaya untuk mencari perhatian secara negatif dengan menjadi "sok kuat".

Pengaruh lingkungan yang buruk, banyak berperilaku negatif secara otomatis akan ter-copydalam ingatan anak dan mengubah perilakunya menjadi serupa. Karena anak usia dibawah 12 tahun adalah peniru yang ulung. Mereka tidak belum tahu mana yang benar dan mana yang salah apabila tidak ada batasan kuat dari keluarga yang bisa menjadi penyaringnya.

Perilaku tontonan yang sarat akan kekerasan dan tindakan asusila, perlahan tapi pasti akan mengubah cara bepikir mereka dan menariknya menjadi tokoh tanpa karakter yang gampang tergerus arus premanisme dan narsistik untuk menjadi yang terkuat tanpa berpikir rasional.

Pernah menjadi korban bullying juga bisa membuat anak menjadi dendam kemudian ingin membalaskannya kepada orang lain yang tidak bersalah, seperti bagaimana dulu dia diperlakukan.

2. Faktor Orang tua
Spoiler for ilustrasi:


Berangkat dari pola pengasuhan yang terlalu keras, cenderung menuntut akan membuat anak tidak nyaman berada di lingkungan keluarganya sendiri. Sejatinya keluarga adalah tempat pulang yang nyaman untuk berkeluh kesah akan tetapi tidak didapatkan oleh si anak.

Kecenderungan untuk takut berkata jujur saat dia bersalah akan diterapkan oleh anak dengan pola asuhan seperti ini. Karena ketakutannya akan mendapatkan hukuman fisik ataupun verbal membuat si anak manjadi rebellistdi luar rumah dan mulai mengancam teman temannya yang dilihatnya lemah. Jadi anak mulai membangkang atau terlalu takut pada orangtuanya. Sebaiknya kesampingkan ego dan ciptakan iklim kondusif serta mulai cari tahu penyebabnya.

Perilaku yang dilakukan oleh orang tua secara sadar ataupun tidak merupakan contoh bagi keseharian anak. Jadi apabila sang ibu tidak bisa lepas dari gosip dan kata kata umpatan terhadap orang lain, bisa jadi si anak juga akan meng-copy nya dan mulai mengumpat pada orang lain. Ada perilaku si anak mengejek status sosial temannya, karena secara tidak sengaja dia mendengar kata-kata itu keluar dari lingkungan parenting-nya. Sangat mengejutkan bukan?

Lalu bagaimana dengan peran lembaga Sekolah?

Menurut saya akan sangat salah apabila lembaga sekolah dituding sebagai penyebab utama dari kasus bullying anak di sekolah. Karena lembaga sekolah ibaratnya adalah penjalan tanggung jawab dalam meluruskan peraturan, itu saja.

Tanggung jawab utamanya tetap berada di tangan kita sebagai orang tua. Jadi jangan asal mengalihkan tanggung jawab karena kesibukan dan lain sebagainya. Anak tetaplah amanah kita, jadi jaga dan rawatlah dengan hati bukan dengan emosi.

Dan ada baiknya menggali banyak informasi mengenai perilaku anak kita saat di sekolah dan bersikap waspada. Jadi kalau dapat laporan anak kita melanggar aturan atau bersikap kasar padab temannya, jangan acuh tak acuh atau cuek dan menganggap itu angin lalu saja.

Bersikaplah peduli, tabayyun, bertanya sebaik baiknya tanpa emosi baik ke pihak sekolah, teman-temannya atau bahkan orangtua wali karena bisa jadi anak kita menjadi pelaku atau bahkan korbannya.

Jangan pernah meremehkan kasus bullying. Ia nyata dan ada disekitar lingkungan anak-anak sekolah. Kejadian ini saya amati dan saya dapatkan langsung didepan mata. Bagaimana umpatan dan tindakan intimidasi dilakukan oleh anak kecil yang seharusnya belum pantas dilakukan dan ia belum memahami konsekuensi dari tindakannya.

Bagi anak korban bullying, dampak yang dirasakan sangat berakibat buruk bagi perkembangan anak. Selain nilai prestasi yang menurun drastis, kondisi psikis anak juga sangat terganggu. Misal timbulnya dendam, rasa minder, dan enggan berangkat ke sekolah karena trauma. Seperti yang diceritakan oleh salah satu orangtua yang anaknya menjadi korban kasus ini ke saya.

Be wise parents...

©Skydavee

Sumber gambar: google
Diubah oleh skydavee 17-04-2018 03:13
0
9.5K
109
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.3KAnggota
Tampilkan semua post
reenegadesAvatar border
reenegades
#20
parents please be aware jangan sampai anak ente jadi tukang bully.
Bisa runyam urusan ganemoticon-Frown
1
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.