Quote:
Aku bergegas menuju kamar mandi, ketika sampai dapur aku melihat dapurnya tidak begitu terang karena menggunakan lampo bohlam 5 watt. Aku merasa aneh karena hanya dapur saja yang menggunakan lampu bohlam sementara ruangan lain menggunakan lampu LED, aku tak ambil pusing dan membuka pintu kamar mandi, ketika kubuka pintunya
“Astagfirullah mamah !!!!!”
Part 31
Didepanku berdiri sosok pocong namun kali ini sangat dekat sehingga aku bisa melihat wajahnya, wajah seorang laki-laki utuh berhidung mancung dan kumis cukup tebal dengan kedua mata bolong. Aku sangat takut hingga ketika aku melihat wajahnya tak lama aku langsung menutup kedua mataku, aku merasakan tubuhku gemetar.
“Sher kenapa Sher?” teriak Anggi.
Aku masih merasa ketakutan dan tak sanggup membuka mataku, kudengar ada suara langkah kaki beserta suara Anggi yang sepertinya khawatir denganku. Kurasakan tangan Anggi memegangi bahuku, dan tak lama dia mengusap-usapnya dengan maksud agar aku lebih tenang.
“Kamu kenapa Sher kok diem? Jangan bikin aku khawatir dong” ujar Anggi pelan.
“Aku.....Aku tadi ngeliat... hiks hiks”
Tanpa sadar aku malah menangis, aku juga tidak begitu mengerti kenapa aku bisa sampai menangis. Apa karena efek takut yang kurasakan, ataukah mungkin tubuhku dengan refleks bereaksi karena tidak kuat? Entahlah.
Anggi tidak berucap apapun dan dia memapahku berdiri dan membawaku kembali kekamarnya,aku hafal kemana aku berbelok ditambah aroma pewangi ruangan kamar Anggi. Aku masih menutup mataku dengan air mata yang masih mengalir biarpun tidak begitu banyak, Anggi menuntunku untuk duduk diatas kasurnya.
“Udah Sher jangan nangis terus, gak apa-apa kok dia gak jahat”
Otomatis ucapan Anggi membuatku merasa kaget dan juga heran, dengan ringan dia bisa mengatakan hal demikian, akhirnya kutenangkan diriku dan segera membuka mataku. Anggi kulihat sedang duduk dikursi meja belajarnya, kulihat dia tersenyum kepadaku.
“Gak jahat, maksud kamu Nggi? Kamu tau tadi apa yang Aku liat?”
Seperti biasa Anggi tidak berucap dan hanya membalas pertanyaanku dengan senyuman, wajahnya tampak tenang sekali. Padahal jika aku perhatikan ketika disekolah Anggi terlihat seperti penakut, namun kenapa sekarang dia bisa begitu tenang.
“Ya udah sekarang kamu mandinya di seka aja yah, nanti aku siapin lap sama air anget nya Sher”
Aku hanya menganggukan kepalaku pertanda iya, kemudian Anggi pergi meninggalkanku dengan pertanyaan yang masih ada dikepalaku. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 17.30, dan diluar sudah menuju gelap karena matahari sudah mulai tenggelam.
Si Anggi kenapa tenang banget ya ngeliat aku kaya tadi, terus Tante juga gak nyamperin aku dan tetep diruang tengah. Apa hal kaya gini emang udah biasa dirumah ini? Ah enggak-enggal aku gak boleh mikirin urusan rumah oranggumamku dalam hati.
Beberapa menit kemudian Anggi datang dengan membawa baskom kecil berwarna pink, kulihat didalamnya ada handuk kecil. Jujur aku merasa tidak enak karena baru pertama kali aku dirawat dirumah orang lain ketika aku sakit, bahkan sampai dibawakan air hangat untuk menyeka tubuhku.
“Nggi maaf ya ampe ngerepotin kamu !”
“Apaan sih Sher, kita kan Friends...jadi gak usah segan lah”
Aku merasakan badanku tiba-tiba lemas, aku teringat akan artikel yang pernah kubaca bahwa jika seseorang yang tidak terbiasa dengan hal gaib, setelah mereka berkontak dengan makhluk gaib akan terasa lemas karena tenaga mereke terkuras, entahlah aku tidak begitu mengerti.
“Lemes ya Sher? Udah biarin aku aja yang nyeka badan kamu” ujar Anggi sambil tersenyum.
“Biar aku aja sendiri Nggi”
“Udah kan kamu lagi lemes, malah lagi sakit juga. Udah biar aku yang nyeka”
Aku pun mengalah dan membiarkan Anggi menyeka tubuhku, aku merasa tidak enak karena merepotkan Anggi. Sebenarnya bisa saja aku memberi tahu kakak aku sedang sakit, pasti dia akan langsung pulang, tapi aku merasa tidak tega jika harus mengganggu acara kemahnya.
“Biasanya kalo aku sakit kakak yang ngurusin, yang nyeka juga kadang kakak” aku berucap tanpa sadar.
“Hah?” Anggi berkata dengan nada terkejut.
“Eh enggak Nggi, gak kaya yang kamu bayangin kok”
Aku menjawab dengan gugup, kulihat Anggi menatapku dengan matanya yang setengah menyipit seperti yang pernah dilakukan dirumahku tadi sore. Kucoba menghadapi tatapan Anggi dengan menatapnya balik, aku berusaha setenang mungkin namun pada akhirnya aku merasakan telingaku terasa hangat.
“Ya ampun Sher ampe merah gitu wajah kamu, berarti yang aku denger tadi gak salah soal kak Roni yang nyeka kamu?”
Aku hanya menganggukan kepalaku karena sudah tidak ada alasan untuk mengelak, Anggi masih memandangiku seperti tak percaya.
“Ya mau gimana lagi Nggi, Cuma kakak yang sekarang aku punya. Kalo dulu mah sama mamah” jawabku kikuk.
“Seluruh badan?”
Anggi bertanya dengan semangat, wajahnya terlihat sangat berbinar. Aku tidak mengerti dengan temanku yang satu ini, apa dia menyukai hal-hal erotis seperti ini.
“Nganu..nganu....”
Pada akhirnya aku malah menutup wajahku dengan kedua tanganku, entahlah tubuhku refleks melakukannya karena malu. Sebenarnya jika aku mengingat-ngingat disaat kakak merawatku ketika sedang sakit parah, dia pernah menyeka seluruh badanku secara menyeluruh.
“Wah jadi bener Sher kamu pernah diseka seluruh badan sama kakak kamu?”
Aku hanya tertunduk malu dan tanpa sadar aku juga malah tersenyum kecil, entahlah aku juga tidak mengerti dengan apa yang kurasakan saat ini.
“Sher...hellow?”
Anggi masih menunggu jawabanku, dan dengan memberanikan diriku aku menganggukan kepalaku.
“Yang bener kamu Sher? Sampe kebagian miss V juga? Woh”
Anggi memasang wajah terkejut dengan menutup bagian mulutnya dengan kedua tangannya, tapi jika kulihat lebih jeli wajah terkejutnya lebih kerasa seperti takjub bukan kearah negatif.
“Ya enggak lah Nggi, Cuma.....Cuma......”
Aku malah malu sendiri dan menempelkan jari telunjukku dengan jari telunjuk yang lainnya sambil tertunduk.
“Cuma?” Anggi menungguku jawabanku dengan antusias.
“Cuma nyampe ke Dada doang kok Nggi, gak nyampe ke bagian bawah” jawabku setengah teriak malu dan kikuk.
(Nah terjawab kan Dada siapa yang Roni pegang pas dia bilang bukan pertama kali megang Dada cewek pas dia ketemu sama Popi di Chapter 6)
Untuk beberapa detik suasana menjadi hening karena Anggi terdiam sambil memandangiku dengan tatapan kosong, aku merasa gusar jangan-jangan Anggi hanya memancingku untuk berkata hal itu denagn memasang wajah tertarik, namun pada hakikatnya dia merasa illfeel tentang aku dan kakakku.
“Hemh!!” ujar Anggi sambil mengarahkan jempolnya kepadaku.
“Kamu gak illfeel sama aku Nggi?”
“illfeel kenapa emangya Sher, lagian kamu kan adik kakak sama kak Roni, ya wajar sih kalo dia berani sama kamu. Soalnya dia kan..... eh ..eh ..eh napa kamu masang wajah Blushing kek gitu?”
Aku sungguh terkejut dan malu karena tanpa sadar aku malah tersipu tanpa alasan yang jelas, atau mungkin karena aku teringat moment disaat kakak merawatku dan perasaan aneh yang menyambangiku saat ini.
“Jangan-jangan kamu suka sama kakak kamu yah?”
Aku menjadi salting karena dengan tiba-tiba Anggi memberikan pertanyaan seperti itu kepadaku, entah kenapa aku tidak bisa mengontrol emosi dan tubuhku. Jujur aku merasakan ketertarikan kepada kakak-ku secara seksual, tapi mungkin dimata orang lain akan terasa tabu jika mengetahui aku menyukai kakak-ku biarpun hakikatnya kami tidak ada keterikatan darah.
“Aku dukung kamu Sher !!”
“Eh...?”
Aku merasa bingung saat Anggi berkata demikian, apa maksudnya dia berkata seperti itu? Wajah Anggi terlihat bersemangat mengetahui tentang aku dan kakakku.
“Kamu gak illfeel Nggi punya temen yang suka sama kakaknya sendiri?”
“Eh...emang kamu suka sama kak Roni beneran?”
Dih ini anak ngeselin banget, aku kira udah tau aku suka sama kakak, taunya kok dia belum tau. Hadeuh harus gimana sekarang aku ngejelasinnya
“Aku dukung kamu Sher !!!” Anggi berkata sambil mengacungkan jempolnya.
“Maksudnya Nggi?”
Aku mencoba berlagak polos khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan, dan aku akan mencoba untuk menyaring hal yang akan kukatakan.
“Incest is Wincest!!!”
“Hah?” aku keheranan sendiri.
“Ya ampun Sher aku ngebayangin kamu sama kak Roni, pacaran,terus rumah tangga terus punya anak. Eh tapi kayaknya kamu kalo nikah
sama kak Roni gak bisa lewat KUA soalnya kan haram nikah sedarah Sher”
“Kamu mikir apa sih Nggi?”
“Ah tapi kalo cinta mah semua rintangan pasti teratasi,kamu sama kak Roni nikah, incest is the best!!”
Aku tidak mengerti dengan temanku ini, aku sedikit terkejut mengetahui Anggi menyukai hal erotis dan juga incest, terlihat dari expressinya yang kegirangan. Apa mungkin dia kebanyakan menonton Anime bergenre incest? Karena aku pernah melihatnya menonton Anime di Smartphonenya dan sepintas terdengar kalimat “oni-chan daisuki”.
“Kamu gak keberatan Nggi kalo aku suka sama kakak aku?”
“Keberatan kenapa? Cinta itu buta sher, aku ngerti kok” jawabnya dengan wajah seperti menghayal.
“Tapi....aku sama kakak bukan saudara kandung sedarah Nggi”
“Hah, gak sedarah? Maksudnya?”
“Anggi ini ada temen kamu nak, keluar dulu!!!” teriak Tante Tuti memanggil Anggi.
Lantas Anggipun beranjak keluar menghampiri temannya yang menurutku mungkin adalah intan, karena Intan sudah berkata akan datang kemari. Akupun segera menyeka tubuhku karena badanku sudah sangat terasa lengket, dan tiba-tiba aku teringat akan sosok pocong tadi.
“Apa mungkin itu sosok ayahnya Anggi?” gumamku pelan.
Aku melanjutkan menyeka tubuhku, Anggi cukup lama diluar dan terdengar suara obrolan kecil sesekali terdengar suara tawa. Setelah dirasa cukup aku segera berganti pakaian dengan baju yang kubawa sebelumnya, rasanya badanku sudah mulai kembali pulih meskipun masih terasa pusing.
Kulihat jam di dinding kamar Anggi menunjukkan pukul 18.00, lumayan lama juga Anggi mengobrol dengan temannya. Aku mulai merasakan perutku lapar, sepertinya tenagaku banyak terkuras hari ini.
“Tok...Tok...”
“Sher..Tante boleh masuk?”
“Iya Tante boleh”
“Sher makan dulu yuk, atau mau shalat dulu?” tanya Tante Tuti pelan.
“Aku lagi ada tamu Tante, belum beres”
“Wah kok bisa barengan yah, Tante sama Anggi juga lagi ada Tamu bulanan”
(jangan tanya gue kenapa karakter disini datang bulannya bareng, suka-suka gue yang nulis kan
)
“Wah gak tau deh Tante kalo itu mah..hehe”
“Ya udah sini Tante Papah kamu kemeja makan”
Akhirnya aku dipapah oleh Tante Tuti, ketika aku keluar kamar Anggi rupanya sudah selesai mengobrol dengan temannya. Menurutnya itu adalah teman SMP nya yang ingin meminta file foto kenangan, akhirnya kami bertiga menyantap makan malam kami.
Seusai makan malam aku dan Anggi kembali kedalam kamar, dan sekarang sudah menunjukkan pukul 19.00. cukup lama kami makan karena sambil mengobrol, maklum jika perempuan kalo ngobrol suka gak inget waktu.
“Nggi aku mau tanya sesuatu boleh gak?”
Aku mencoba memulai pembicaraan dengan topik lain, sebelum Anggi memulai topik tentang incest is wincest-nya. Aku merasa belum saatnya menceritakan tentang perasaanku kepada kakak lebih jauh, cukup lah Anggi tau bahwa aku suka kepada kakak-ku.
“Mau nanya apa Sher? Nanyain yang kamu liat tadi di kamar mandi bukan?”
Aku merasa sedikit terkejut dan juga penasaran mendengar Anggi berkata demikian, sepertinya ini bukan pertama kalinya terjadi kepada tamu. Anggi kemudian berdiri dan mengambil Hpnya, sepintas aku bisa melihat dia sedang membuka file manager dengan folder yang sangat ter-rinci, tak lama kemudian dia menunjukan layar Smartphonenya kepadaku.
“Coba kamu liat foto ini Sher !”
Kulihat foto yang ada di smartphone Anggi, ternyata benar dugaanku bahwa sosok pocong tadi adalah arwah ayah Anggi. Difoto tersebut terdapat foto Anggi yang masih berusia SD menurutku yang sedang diapit oleh Tante Tuti dan juga suaminya, wajah Ayah Anggi sangat jelas mirip dengan sosok pocong yang kulihat tadi.
“Kamu ngerti kan Sher?”
“Ngerti apa Nggi?”
“Hmmmm....ya pocong yang kamu liat tadi itu arwahnya Ayah aku Sher”
Anggi berkata dengan sangat tenang,seolah hal ini bukanlah hal yang aneh untuknya. Dia terdiam untuk sesaat, tatapannya tertuju kearah jendela kamar.
“Jadi kamu tau Nggi kalo tadi aku tuh ngeliat pocong pas dikamar mandi?” tanyaku.
“Ya tau lah Sher, sebeneranya bukan pertama kali Ayah aku nunjukkin sosoknya keorang lain selain kamu. Dia suka nunjukkin dirinya ke aku, kadang kita suka kaya ngobrol, tapi aku ga bisa denger ayah ngomong apa”
Samar-samar aku melihat mata Anggi tampak berkaca-kaca, mungkin dia sangat merindukan sosok ayahnya. Aku bisa mengerti karena akupun kadang merindukan sosok papa dan mama, hanya saja aku tidak pernah didatangi arwah mama maupun papa semenjak mereka meninggal.
“Gak bisa denger maksudnya gimana Nggi?”
“Ya mulut dia kaya ngomong, tapi aku gak bisa denger suaranya. Kadang Ayah nampakin dirinya gak selalu dalam wujud pocong, kalo pas nampakin diri ke aku dia pake baju sama kemeja, Cuma yang ngebedain kulitnya pucet sama matanya bolong”
Air mata Anggi mengalir, aku bisa melihatnya dengan jelas. Aku jadi merasa bersalah mengajak Anggi untuk membicarakan sosok ayahnya, akupun mencoba mengalihkan pembicaraan agar suasana menjadi sedikit cair.
“Maaf Nggi aku malah nanyain yang enggak-enggak”
“Gak apa-apa kok Sher, kan aku yang ngasih tau. Kamu gak nanya soal Ayah, kamu kan nanyainnya soal pocong”
“Ya udah sekarang mendingan bahas hal lain aja yuk Nggi, ngomong-ngomong kok Intan belum dateng yah Nggi?”
“Nak ini ada temen kamu nak, keluar dulu” terdengar suara Tante Tuti.
Anggi segera bergegas keluar dan mengajakku pula, sepertinya Anggi lupa bahwa aku sekarang sedang dalam kondisi yang tidak Fit. Aku mengalah dan mengikuti Anggi keluar kamar ditambah tanganku memang dipegang oleh Anggi.
Aku dan Anggi berjalan menuju pintu depan untuk segera menyambut Intan, karena aku dan Anggi sangat yakin itu adalah Intan. Sebelum pintu benar-benar terbuka Anggi sudah berkata duluan kepada orang yang sedang menunggu diluar yang menurutku tidak terlihat seperti Anggi.
“Tan kamu kok lama banget sih....nyam...pe..nya....”
Ternyata yang sedang berdiri didepan pintu bukanlah Intan
BERSAMBUNG
maaf updatenya telat banget, ditambah gak bisa nepatin janji double part, TS lagi pusing mikirin ujian yang bentar lagi dengan kuota yang cuma 700 orang jah dari tahun lalu yang 5000an. jadi TS lebih banyak ngabisin waktu buat belajar. mohon pengertiannya para reader. untuk update selanjutnya ane usahain nempel akhir pekan. tapi kalo misal telat harap maklum
