Kaskus

Story

irazz1234Avatar border
TS
irazz1234
Dunia Para Monster [Zombie Apocalypse Story]
Hello kaskuser dan momod tercintah emoticon-heart

Gw mau coba share cerita yang bertema horor.
Tapi horor bukan sembarang horor. emoticon-EEK!
Horor kali ini temanya Zombie Apocalypse.
Mirip kyk resident evil, the last of us, the walking dead, dll.
Tema yg cukup jarang diulas ato dibuat threadnya di SFTH.

Apdet dirilis sesuka hati, tergantung moodnya TS emoticon-Malu
Kentang sih pasti ada, tapi gw usahain gak sampe busuk tuh kentang emoticon-Ngakak (S)

Ga perlu lama-lama dah intronya, semoga semua pada suka emoticon-Embarrassment

Selamat membaca emoticon-Blue Guy Peace

Quote:
Diubah oleh irazz1234 06-03-2019 20:55
rinnopiantAvatar border
indrag057Avatar border
Karimake.akunaAvatar border
Karimake.akuna dan 12 lainnya memberi reputasi
13
36.3K
264
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
irazz1234Avatar border
TS
irazz1234
#144
Chapter 19



Ketika mereka berdua tiba, tempat pusat perbelanjaan yang Gabriel tunjukkan lebih mirip seperti mall yang Alyssa pernah baca di buku. Ada banyak sekali toko-toko di dalam sana, tapi Gabriel memaksa Alyssa untuk pergi ke toko yang ia inginkan terlebih dahulu. Ia memberitahukan kepada Alyssa bahwa dibutuhkan waktu yang cukup lama bagi orang di bagian farmasi untuk memenuhi pesanan miliknya. Lalu selagi menunggu obat-obatannya siap, Alyssa bisa pergi ke toko yang ia suka untuk memenuhi barang kebutuhan yang ada di daftar, dan juga ia pun bisa membeli barang kebutuhan pribadi untuk dirinya dan Diane. Saat mereka berjalan menuju jendela kasir, pria yang memakai mantel putih panjang kaget setengah mati ketika ia melihat Gabriel.

"Gabriel?" Kata pria itu memelankan suaranya, seperti orang yang sedang berbisik.

"Franklin." Sapa Gabriel singkat sambil menyerahkan sebuah catatan kepadanya. "Aku punya tugas untukmu. Aku tidak peduli berapa pun harganya, masukkan semuanya kedalam tagihanku. Tambah juga sebagian untuk dirimu sebagai tip dariku."

"Kau tidak membutuhkan obat-obatan ini, Gabriel." Ucap Franklin, sambil mengamati tulisan yang ada di catatan itu.

"Itu semua bukan untukku." Balas Gabriel sambil mengarahkan wajahnya ke arah Alyssa yang sedang melihat-lihat bagian lain toko. "Itu untuknya."

"Ohh..." Balas Franklin sambil menghela nafas. "Semuanya masuk akal kalau begitu."

"Franklin." Kata Gabriel, merasakan sesuatu yang aneh. "Ada masalah?"

"Darimana gadis itu berasal?" Tanya Franklin.

"Dari sebuah kota kecil, arah selatan dari sini." Jawab Gabriel. "Kenapa kau menanyakannya?"

"Aku pikir tadi dia berasal dari Denver." Ucap Franklin terlihat gugup.

Gabriel lalu mendekat ke arah meja dan menarik kerah Franklin serta mengangkatnya. "Apa yang kau ketahui tentang Denver?"

"Seluruh penduduk kota tahu tentang Denver." Jawab Franklin. "Para serigala mengetahuinya beberapa malam yang lalu. Pendeta tertinggi Lycan bahkan harus mengeluarkan pernyataan resmi untuk membuat semua orang tenang. Seluruh kota berdengung saat para penduduk membicarakannya. Kau mungkin akan merasa seperti saat bulan purnama terjadi."

"Lalu kenapa kau bertanya jika dia berasal dari Denver?" Gabriel menatapnya dengan tatapan tajam, matanya seolah mengatakan jangan macam-macam denganku.

"Beberapa orang berhasil melarikan diri." Pria itu menjelaskan. "Ada rumor bahwa ada seorang vampire yang membantu mereka melarikan diri. Bangunan milikmu sudah di awasi dan di kepung malam kemarin. Hanya dapat di akses melalui atap."

"Bagaimana mereka mengetahui jika ada vampire yang membantunya?" Tanya Gabriel.

"Blokade jalan." Jawab Franklin. "Mereka seharusnya melapor setiap lima menit, dan hanya vampire lah yang dapat bergerak secepat itu."

"Jangan asal bicara." Gabriel membantahnya. "Kawanan siluman serigala juga dapat bergerak cepat sepertiku."

"Memang benar, kami sanggup melakukannya." Jawab Franklin. "Tapi kami tidak berubah jika bukan bulan purnama. Itu adalah berkah jika pendeta tinggi mengijinkannya."

"Masuk akal." Kata Gabriel mulai rileks. "Aku datang kesini bukan untuk membuat keributan. Dan kau tahu aku selalu membayar lebih. Seberapa cepat kau dapat memenuhi pesananku?"

Franklin melihat isi catatan tersebut. "Berikan aku beberapa jam."

"Aku akan kembali lagi setelah tiga jam." Kata Gabriel. "Jangan tutup tokonya sebelum pesananku selesai."

"Kami tidak pernah tutup." Franklin mengkoreksinya.

"Oh, bagus kalau begitu." Balas Gabriel lalu berjalan menjauh. Ia melambaikan tangannya ke arah Alyssa untuk memanggilnya.

"Ada apa?" Tanya Alyssa.

"Kita punya beberapa jam untuk dihabiskan." Jawab Gabriel. "Jadi mari kita mengunjungi toko-toko yang ada dan membeli barang-barang yang bagus.

Mereka pun mengunjungi beberapa toko, tapi ada satu toko yang membuat Alyssa kegirangan begitu melihatnya. Gabriel tidak mengerti apa bagusnya toko ini, karena sepertinya sama seperti yang lainnya. Alyssa pun menatap ke arah Gabriel dengan tatapan yang begitu gembira saat ia melihat ke arah suatu barang, Gabriel pun menganggapnya menarik.

"Itu hanya sebuah gaun." Kata Gabriel merasa tidak peka. "Aku pernah melihat wanita yang kegirangan saat melihat pakaian yang bagus. Tapi tidak sesenang dirimu yang sekarang."

"Maaf..." Jawab Alyssa lalu memandang kearah lain.

"Kamu tidak perlu meminta maaf." Ucap Gabriel menghiburnya. "Kupikir rasa kegiranganmu barusan sangat menginspirasiku. Aku tidak pernah melihat hal itu dari seseorang untuk waktu yang sangat lama sekali. Aku tidak yakin mengapa, tapi aku sangat senang melihatnya, dan aku tidak bermaksud untuk merusak kegembiraanmu barusan."

"Aku tidak pernah punya gaun yang bagus." Ucap Alyssa. "Maksudku kami memang membuat gaun di kota, tapi kualitasnya tidak ada yang sebagus ini. Aku tidak pernah melihat sesuatu yang begitu indah dan bisa kupakai."

"Cukup masuk akal." Ucap Gabriel mengerti maksud Alyssa. Gadis itu lahir saat kiamat zombie ini terjadi, dan trend fashion berada di satu dekade sebelum Alyssa lahir. Dia tidak pernah membeli gaun selama lebih dari satu abad, dan perasaan yang asing menyelimuti dirinya. Bukan suatu perasaan yang ia ingin lenyapkan, tapi perasaan itu tertutup oleh insting bertahan hidup dan untuk menyelamatkan hidup semua orang, bahkan dirinya sendiri.

"Kalau begitu kita beli satu." Kata Gabriel. "Hanya satu saja karena aku tidak bisa membawa semua keranjang pakaian. Sebenarnya bisa, tapi pasti nanti akan ada banyak pertanyaan untuk itu."

"Apa kamu yakin?" Tanya Alyssa, merasa tidak enak. "Itu semua terlihat mahal."

"Aku sanggup membelinya." Ucap Gabriel meyakinkan gadis itu. "Percaya padaku, aku punya tumpukan harta dari hasil kerjaku dulu. Jadi kamu tidak perlu khawatir, Lagi pula kita masih punya banyak waktu. Kamu bisa memilih gaun yang kamu suka."

"Oke." Jawab Alyssa, senyum lebar terbentuk di wajahnya yang imut. Dia pun berlari ke arah penjaga toko sehingga ia bisa bertanya tentang gaun yang akan dipilihnya. Gabriel hanya tersenyum melihatnya, ia memainkan peran yang diberikan Pablo sebagai pacar Alyssa. Dirinya ingat seperti apa rasanya pergi berbelanja dengan wanita menggunakan uangnya, dan bagian dirinya merindukan hal itu dan rasanya sudah lama sekali. Meskipun sekarang dunia sedang terjadi kiamat, tapi rasanya menyenangkan melihat materialisme belum sepenuhnya mati.

Setelah selesai memilih, Alyssa akhirnya pergi menuju ruang ganti untuk mencoba beberapa gaun, Gabriel pun duduk di bangku dan dengan sabar menunggu gadis itu mencoba pakaian yang telah dipilihnya. Beberapa saat kemudian setelah Alyssa memutuskan untuk mengenakan gaun yang ia sukai, gadis itu keluar dari kamar ganti dengan mengenakan gaun pilihannya untuk melihat apa yang orang-orang akan katakan saat mereka melihatnya. Ketika Alyssa keluar dari kamar ganti, gadis itu mengenakan gaun pesta berwarna merah yang memperlihatkan bahunya. Gaun itu lebih terlihat seperti yang ada di film romance daripada gaun untuk pesta. Rambutnya yang terurai panjang dan bergelombang membuat dirinya terlihat menakjubkan, dan ini adalah kali pertama Gabriel melihatnya dengan tatapan seorang pria, dan bukan tatapan seorang vampire yang membutuhkan darah dari korbannya.

Sudah lama sekali semenjak Gabriel melihat seorang gadis yang terlihat begitu anggun dan elegan saat mengenakan gaun. Perasaan yang sudah lama tidak ia rasakan lagi, dan itu sangat membuatnya bersemangat.

"Jadi, kamu suka gaun ini?" Tanya Alyssa saat ia melihat tatapan Gabriel.

"Sangat mengagumkan." Jawab Gabriel dengan jujur. "Tidak pernah aku melihat gaun yang begitu menakjubkan untuk waktu yang lama sekali."

"Saya setuju sekali." Ucap wanita penjaga toko, mencoba menggunakan wajah cantiknya untuk bisa menjual gaun itu. "Apakah Nona juga suka gaun ini?"

"Suka sekali, tapi harganya sangat mahal." Kata Alyssa saat ia melihat label harganya. Dia dapat membeli banyak sekali makanan untuk persediaan di kotanya dengan satu gaun yang ia inginkan. Ia pun merasa tidak enak hati untuk membeli gaun ini.

"Aku tidak perduli" Ujar Gabriel, lalu ia berdiri dari kursi dan memperhatikan gaun yang Alyssa kenakan dari dekat.

Semakin ia memperhatikan gaun itu, semakin ia menyukainya. Khususnya dengan orang yang mengenakannya yang membuat gaun itu terlihat lebih indah. Sesuatu yang membuat Gabriel tidak bisa mengantisipasinya.

"Kami akan mengambilnya." Ucap Gabriel kepada wanita penjaga toko.

"Yang benar?" Tanya Alyssa, merasa tidak percaya.

"Ya." Jawab Gabriel tersenyum. "Ganti pakaianmu dengan yang sebelumnya jadi kita bisa menempatkan gaun itu dalam kotak yang bagus."

"Baiklah." Kata Alyssa terkejut. "Terima kasih."

"Terima kasih kembali." Kata Gabriel, ia juga merasa senang. "Jangan terlalu lama, karena kita juga harus mencari sepatu yang cocok dengan gaun itu."

"Ada toko bagus yang terletak di ujung lorong ini, lalu belok ke kiri." Wanita penjaga toko itu menjawab. "Mereka memiliki banyak sekali barang yang akan melengkapi gaun-gaun yang kami jual. Jika ini untuk acara penting, tas tangan dengan warna senada akan terlihat sangat cocok dengan gaun ini."

"Terima kasih atas sarannya." Jawab Gabriel. Merasa terkejut karena para penjaga toko masih sama menyebalkannya seperti saat sebelum kiamat terjadi.

Setelah mereka membeli gaun itu, Gabriel menyadari bahwa Alyssa berjalan dengan perlahan saat pergi dari toko itu seolah ia enggan untuk meninggalkannya. Gabriel tidak mengatakan apapun dan berpura-pura tidak melihatnya, dan ia menganggap lucu hal tersebut. Perasaan senangnya hilang saat mereka berjalan mengelilingi mall. Beberapa orang yang mengenakan baju pelindung seperti para penjaga di gedung vampire berjalan di dalam mall, dan pria berjas memimpin mereka. Butuh beberapa detik bagi Gabriel untuk menyadari bahwa para petugas itu sedang berjalan kearah mereka.

"Alyssa, kita harus berhenti." Kata Gabriel tiba-tiba.

"Ada apa?" Kata Alyssa yang lalu berhenti dan berputar arah. Ketika ia melihat pasukan berpelindung berjalan kearah mereka, dengan perlahan ia berjalan ke belakang Gabriel karena tidak suka melihat tatapan dari petugas itu.

"Tuan Vladimirescu." Pria yang mengenakan jas memanggil Gabriel.

"Gabriel saja cukup." Gabriel mengkoreksi pria itu. "Ada yang bisa saya bantu?"

"Kami harus berbicara dengan anda dan manusia itu juga." Pria berjas itu menjawab. "Kami memiliki pertanyaan mendesak yang tidak bisa ditunda. Pemimpin New Lycan ingin sekali berbicara dengan anda berdua terkait masalah yang sangat mendesak."

"Tentu saja." Ucap Gabriel sambil menggandeng tangan Alyssa. "Kami akan bekerja sama."

"Terima kasih, tuan." Pria berjas itu membalas. "Silahkan lewat sini."
kudo.vicious
kudo.vicious memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.