Halo penikmat kopi sekaskus raya. Dan juga selamat membaca tuan dan nyonya yang sembari ngopi, ngeteh maupun nyusu ketika membaca thread arbib kali ini. Para penikmat kopi semuanya, yang sempat luangkan sedikit waktunya, untuk sekedar membaca, arbib ucapkan terima kasih.

Khususnya para thread maker yang suka seruput kopi mari buka mata sejenak, untuk melihat sekilas, perjalanan kopi dari masa ke masa silih berganti. Kopi, konon katanya, pada zaman dahulu kala, dianggap sebagai makanan setan. Sungguh sangat mengerikan sekali ya sisgan. Anggapan tentang sesuatu hal yang menggemparkan, terkadang memang membuat siapapun bisa berpikiran negatif. Nampaknya ini lumrah. Karena kita manusia merupakan mahluk yang protektif terhadap hal yang mencurigakan.

Alkisah di suatu negeri yang bernama Abyssinia, menyebar cerita rakyat, yang menganggap kopi adalah makanan setan. Abyssinia kini di kenal dengan nama Ethiopia. Ceritanya begini ; pada zaman itu, ada seorang anak gembala domba, bernama kaldi. Suatu hari, saat melaksanakan rutinitasnya bekerja sebagai gembala domba yang profesional dan mungkin bersertifikat, kaldi melihat domba gembalanya, memakan buah berbentuk seperti pentil merah, setelah memakan buah pentil merah tersebut, ia melihat sedikit keanehan.

Dalam kesendiriannya, berteman dengan sepi, sembari menggembalakan dombanya saban hari, kaldi kaget. Domba yang memakan buah pentil merah yang sedikit bulat menawan itu, ternyata terlihat lebih segar dan bertenaga, setelah memakan buah tersebut. Kaldi yang juga seorang manusia, tentu memiliki rasa penasaran, akibatnya ia pun tergoda oleh rasa penasaran yang ada. Lalu kaldi pun mencicipi buah pentil merah tersebut.

Hasilnya ya gitu deh. Setelah mencicipi buah pentil merah tersebut iapun merasa segar. Rasa kantuk di karenakan lelah menggembala perlahan pudar berganti dengan rasa raganya yang sedikit lebih segar. Kok happy ya , dalam pikirannya berkali kali. Pikiran kok bisa happy tadilah, yang berulang melintas dalam pikirannya mungkin di peringkat menjadi kata cofee atau kopi. Kok bisa happy. * cuma perkirakan ts aja*

Apa yang dirasakan kaldi, setelah memakan buah kopi tadi, di ceritakan lah kepada teman temannya dan warga sekitar tempat dia menetap dalam kehidupan duniawi ini. Kalo jaman now mungkin langsung update status di Facebook, Twitter Instagram, bikinthread di Kaskus dan lain sebagainya. Mungkin begitulah kira kira, jika itu cerita kejadian terjadinya di era kekinian. Namun karena itu terjadi pada jaman dahulu kala, yang dilakukan kaldipun hanyalah bercerita dari mulut ke mulut, alias pakai teknik MLM.

Akibat cerita MLM ( menceritakan lewat mulut) itu, beberapa temannya dan warga juga mencicipi buah pentil merah itu. Orang yang mencicipi buah itupun, mendapatkan rasa dan perasaan yang sama sebagai insan manusia, setelah memakan buah itu. Alhasil, konon kabarnya cerita tentang buah pentil merah pun viral. Viral versi zaman dahulu kala alias masa waktu itu. Dan cerita inipun sampailah ke telinga para tokoh besar, dari tokoh masyarakat hingga ke tokoh agama.

Nah, kehebohan itu terus menyebar. Banyak tokoh agama di kala itu, menganut asas praduga tak bersalah, memperkirakan itu perbuatan setan. Dan buah itupun sempat mendapatkan sentimen negatif sebagai buah setan atau makanan setan. Sungguh sangat mengerikan gan.

Seiring dengan perjalanan waktu, detik berganti menit menuju jam dan melewati hari demi hari. Lalu Minggu bertambah hingga cukup memenuhi hitungan harian bulanan dan bulanan berjalan berganti tahun ada asumsi yang mengubah opini tentang buah itu. Buah yang sebelumnya dianggap sebagai makanan setan, kemudian beralih pemikiran menjadi buah untuk ibadah. Hal tersebut mengacu pada kebiasaan warga setempat yang tetap segar bugar, bila melaksanakan ibadah di malam hari, setelah menkonsumsi buah tersebut.

Dan akhirnya, konon kabarnya, setelah sidang paripurna pleno khusus, tokoh masyarakat dan pemuka agama setempat, melegalkan buah tersebut untuk di konsumsi. Josh,,,, senanglah warga sepertinya. Stigma kopi sebagai makanan setan pun berganti. Karena tidak cukup barang bukti..

Demikianlah cerita ini TS buat. Link sumber TS sertakan pada postingan #2. Tentunya cerita ini di bumbui micin sebanyak dan sesuai dengan selera TS. Jadi kebenaran cerita ini, yang sebenarnya hanyalah sebatas cerita saja. Bukan untuk di jadikan sebagai rujukan yang bersifat baku.