- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Hidup Ibuku (RealStory)
...
TS
arsalna
Kisah Hidup Ibuku (RealStory)


Malam ini aku akan menceritakan pengalaman hidup seorang wanita yang sangat luar biasa, mulai dari beliau kecil sampai saat ini. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya ya agan dan agan wati. Ini 100% Real Story
Quote:
Part 1 Masa Kecil Nya
Selasa, 03 April 2018
Jam 22.02 Batam
Malam ini setelah shalat isa, aku diam termenung memikirkan mamah yang ada di Cianjur. Disetiap sujudku tadi pas shalat, entah kenapa malam ini aku sangat merindukannya, ingin rasanya segera pulang kampung.
Wajahnya masih terlihat jelas saat mengantarkan ku kepintu keberangkatan di Bandara Husein Bandung 4 bulan lalu. Dengan berat hati aku harus pulang ke Batam berdua saja dengan bayi kecilku, karena suami belum dapat libur kerja di Batam. Kaki rasanya hampa, sepanjang perjalanan air mataku tidak henti menetes, ingin rasanya loncat dari pesawat.

"Semoga mamah dikamung halaman sehat-sehat, bapak juga sehat." doaku dalam hati.
Quote:
Mau nelpon malam ini, tapi takutnya mamah dan bapak dirumah sudah terlelap tidur, biasanya mereka sudah tidur dari jam 9 malam. Jadinya aku cuma bisa ngthread dikaskus aja, sebagai penetral rasa rindu pada mereka.
Quote:

Bulan september tahun lalu.
Malam itu aku tidur disamping mamah, kebetulan aku sedang pulang kampung karena sebentar lagi mau lahiran anak pertama.
Kulihat mamah sudah tak semuda dulu, (Ya Allah, mamah uban mu sudah banyak, kulit dan fisikmu sudah tak muda lagi)aku hanya tersenyum saat mamah menoleh kearahku, mungkin dia sadar aku sedang memperhatikannya. Ingin rasanya terus tinggal menemani mamah dan bapak dihari tuanya, tapi nasib tak mendukungku, karena suami kerja di Batam, mau tidak mau aku harus ikut suami.
"kenapa neng? " tanya mamah sambil tersenyum.
"ah engga mah. Mamah cantik. " (dalam hati ingin rasanya menangis, kutahan air mata yg menggantung disudut mataku) "mah, cerita dong masa muda mamah." mencoba mengalihkan perhatian sambil mengusap-ngusap perutku yang sedang buncit.
"nanti gadang dong, kisah hidup mamah panjaaaaaaang berliku-liku." kata mamah.
"gak apa-apa mamah, mau dengerin. Sampe subuh juga boleh, hehehe. "
"ah engga ah." mamah membalikan badannya.
"ayo mah. " pintaku manja.
"cerita hidup mamah kalau dibikin sinetron pasti panjang episodenya. " kata mamah sambil tersenyum.
Quote:

Perkenalkan, nama ibuku Sofiah. Dia anak sulung dari 4 bersaudara, 1 sodara sekandung dan 2 sodara seayah. Mamah terlahir dari keluarga berkecukupan, semasa kecil mamah tinggal disebuah perkampungan di Cianjur Jawabarat, perkampungan yang dikelilingi persawahan, disana juga ada sungai yang besar tempat bermain semasakecilnya, dulu katanya disana banyak anak-anak kecil yang berenang sambil nyari ikan dan udang.
Mamah tinggal bersama ayahnya (Kake Sumpena), seorang duda muda yang sangat mapan dan berkecukupan. Kake sumpena adalah petani sukses yang memiliki banyak pembantu dan pegawai untuk mengurusi tanah-tanahnya, katanya dia juga memiliki tanah yang luas berhektar-hektar.
Sementara ibunya mamah (Nene Tita) , entah kemana perginya. Semenjak mereka resmi bercerai tak pernah lagi terlihat nenek tita datang mengunjungi mamah dan adiknya. Malahan mamah tidak ingat bagaimana wajah nenek Tita, karena mereka bercerai saat mamah masih kecil.
Hidup dengan bapak tanpa ibu, membuat mamah tak pernah merasakan indahnya kasih sayang seorang ibu.
Sementara kake Sumpena juga sibuk diluar dengan semua aktivitasnya, mulai dari mengurus pertanian dan mengontrol semua hasil tanah-tanahnya.

Setiap hari mamah hanya bersama ketiga pembantu kakek, kita sebut saja ceu edoh, ceu edah dan ceu titin. Ketika mereka sedang mengerjakan pekerjaan rumah, mamah selalu menguntil dari belakang, memperhatikan gerak-geriknya. Mamah sangat kesepian, walaupun mamah punya adik perempuan (bibi Farida), mamah jarang main dengannya karena masih bayi dan tinggal bersama kaka bapaknya (uwa Imas).
Setelah beberapa tahun, kake kembali menikah.
Kake Sumpena menikah dengan gadis keturunan tionghoa bernama ling. Ibu ling resmi menjadi ibu baru bagi mamahku, ibu ling orangnya baik. Hanya saja entah mengapa semenjak kehadiran ibu ling, kake sumpena berubah menjadi sangat keras dan galak pada mamah. Hampir setiap hari mamah mendapatkan siksaan dari kake Sumpena, bahkan setiap kali melakukan kesalahan kecil kake tidak pernah segan menyiksa mamah dengan ujung bambu kuning, siksaan yang mamah terima seakan-akan mamah sudah melakukan kesalahan fatal.

Siang itu mamah pulang sekolah, letak sekolahnya tidak begitu jauh, hanya terhalang beberapa rumah dan sungai. Sesampainya didepan gerbang rumah, dari kejauhan terlihat kake Sumpena sudah menunggunya diteras. Dengan langkah kecil mamah berusaha menguatkan langkahnya menuju kake Sumpena.
"Assalamualaikum pak?" mengucap salam dan mencium tangan bapaknya. Buru-buru masuk kedalam rumah
Belum sampai kedalam rumah. Kake Sumpena memanggil mamah.
"Walaikumsalam, fiah sini!"
"Iya"
"Ada PR gak? Mana sini lihat bukunya!! "
Mamah langsung membalik badan dan berjalan ke arah kake.
"ini bukunya pak. "
Setelah mamah memberikan buku tulisnya, wajah kake berubah merah padam. Tangannya dengan sigap menggenggam ujung bambu kuning.
"Mana pinsilnya? Mana!!?? "
Kake terlihat sangat marah.
"gak tahu pak, fiah lupa."
Mamah menunduk ketakutan.
"mana fiah!! Dasar anak nakal!!!"
("plak plak!!") suara bambu kuning mendarat dipunggung dan kaki mamah.
Habislah mamah saat itu, seluruh tubuhnya biru-biru. Seperti biasa mamah disiksa karena kesalahan kecil, mungkin bagi kakeku pinsil lebih berharga dari tubuh anaknya. Setelah itu mamah pergi kekamarnya, duduk termenung sambil menahan sakit dan luka bekas pukulan bambu.
Tubuh mungilnya sudah terlalu banyak menerima hadiah pilu. Dengan badan dan kaki yang masih gemetaran, mamah mengambil air wudhu lalu shalat. Didalam do'anya meminta agar segera meninggal, mamah sudah tidak kuat menerima siksaan dari kake.
Badan rasanya mau rontok semua, entah kemana harus mengadu. Semua hanya bisa ditangisi, terkadang didalam sepinya terlintas dimanakah ibu? Seperti apa dia? Apa ibu tidak merindukan aku? Bahkan bertanya kabarpun tidak pernah! Mengapa nasibku seperih ini?
Apa salahku?
Ditatapnya langit-langit kamar, disekelingnya hanya ada bantal guling. Tak ada peluk sebelum tidur.
Tak ada ciuman kasih sayang.
Tak ada dongeng.
Ibuku tidak tahu bagaimana rasanya kasih sayang kedua orangtua.
Yang dia tahu, jika dia nakal sedikit saja tubuhnya akan hancur lebab disana sini.
Dan siksaan ini hanya berlaku untuk nya, tidak untuk adiknya.
Sambil menarik napas panjang, berusaha memejamkan mata dan tidur, berharap esok hati dia tak bertemu si bambu kuning.

Mungkin jika ibu lahir dijaman sekarang, kake ku sudah habis di bui karena kasus kekerasan terhadap anak.
Quote:
Keesokan harinya, mamah kecil bangun pagi sekali. Badannya masih sakit, obatnya hanya sabar. Kakinya melangkah hati-hati sambil mengintip dari balik pintu berharap tidak ada kake disana. Mengendap-ngendap ke arah dapur mencari makanan. Disantapnya sayur dan nasi seadanya dengan lahap dan penuh syukur. Untunglah hari ini libur sekolah, setelah makan mamah pergi mandi, kucuran air seakan-akan jarum yang tajam menghujam tubuhnya.Dilihatnya biru-biru lebam dibetis dan kaki, kulitnyapun ada yg mengelupas, perih rasanya.
Terdengar suara mesin jahit menyala, larilah mamah mengintip kembali dibalik pintu. Disana ada ibu lin sedang menjahit, dari kejauhan terlihat baju berrenda. Mamah tetap lah anak-anak, dia senang melihat baju berenda itu. Perlahan menghampiri ibu lin.
"bu bajunya bagus sekali, itu buat fiah ya?"
Ibu lin tak menjawab, dia hanya diam dan terus menatap mesin jahitnya yang sedang menyala. Jangankan menjawab, menolehpun tidak. Mamah ikut diam dan hanya bisa berdiri disampingnya. Dan tidak disangka, kake Sumpena dari kejauhan memperhatikan yang dilakukan mamah.
"fiaaaaah!!! " panggil kake dengan nada marah
Jantung rasanya mau loncat, badan gemetar mendengar panggilan itu.
Di seretnya mamah oleh kake sumpena yang sedang marah.
"jadi anak jangan banyak tanya!! " sambil mengangkat bambu kuningnya.
"ampun pak ampun.. " rintih mamah
Tak ada raut wajah belaskasihan disana, yang terlihat hanya amarah. Mamah berusaha meminta perlindungan dikaki ibu lin. Sayangnya ibu lin malah lari, mamahpun mengejar ibu lin.
"ibu, ibu tolong fiah bu.. Ibuuuu ibuuuu... " mamah menangis merintih
Ibu lin makin jauh berlari kearah kamar lalu menguncinya.
"ibuuuuu... Tolongg ibuu... "
Mendaratlah bambu kuning dibadannya, dia hanya bisa tersungkur dilantai menahan sakit. Setelah itu kake sumpena pergi meninggalkan mamah yang terkapar.
Setelah beberapa jam, kake sumpena datang menghampiri mamah yang masih lemas disana, dia tampak kaget melihat mamah, lalu digendonglah kekamar sambil memperhatikan setiap luka anaknya.
Setelah kejadian ini, mamah jatuh sakit dan harus dibawa kerumah sakit. Kurang lebih 1 bulan mamah dirawat, dan selama itu juga mamah tidak ditemani oleh bapak atau sodara-sodaranya, selama disana hanya dititipkan pada perawat yang sedang berjaga.
Mamah seperti anak yang dibuang, makan ya makan sendiri seadanya yang disediakan petugas rumah sakit. Setiap hari diperhatikannya arah pintu berharap bapaknya datang menjenguk dan merawatnya, tapi tak kunjung datang. Sementara pasien lain ada yg merawat penuh kasih sayang.
Walaupun kondisi mamah setengah dibuang, urusan makan mamah selalu lahap. Menu yang disiapkan rumah sakit selalu habis dimakannya.
30 hari sudah mamah dirawat, datanglah salah satu pembantu mamah untuk menjemput. Mamah senang, difikirannya saat itu bapaknya datang menjemput, sayangnya bi edoh hanya datang seorang diri.
"bi, bapak mana? " tanyanya sambil melihat kesekeliling.
"bapak lagi sibuk jadi gak bisa ikut. Ayo kita pulang, bibi gendong ya. "
Digendong lah mamah menuju pulang. Bi edoh juga hanya berjalan kaki, tidak pakai mobil atau sepeda atau angkot. Sepanjang jalan rel kereta api ciranjang bi edoh dengan susah payah menggendong tubuh kurus mamah sambil menelusuri jalan kereta api, melintasi persawahan dan sungai-sungai kecil.
Bersambung... Tunggu besok lusa ya.
Mau nangis dulu.
Lanjutan part 1 LANJUTAN PART 1 MASA KECILNYA
Diubah oleh arsalna 10-04-2018 22:47
anasabila memberi reputasi
1
2.5K
20
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
arsalna
#18
Lanjutan Part 1 Masa Kecilnya

Quote:
Quote:




Quote:







Lanjutan Part 1 Masa Kecilnya
Malam itu, waktu menunjukan jam 20:15 wib. Aku masih larut dalam cerita kisah hidupnya, membayangkan setiap kejadian yang dialami mamah, rasanya tak akan sanggup.
"hmmmm.... " mamah menghela nafas panjang. Lalu terdiam sejenak sambil meletakan kacamatanya diatas meja.
"(Mamah,
Setiap kata yang keluar dari mulut mu adalah doa dan kunci keberkahan bagi kami anak-anakmu.
Pelukan mu adalah obat dari segala obat bagi kami.
Ingin rasanya aku kembali menjadi anak kecil, akan ku tebus segala kesalahanku pada mu, aku yang nakal, susah diatur, susah makan, pemalas dan tukang tidur)". kataku dalam hati sambil tertunduk malu atas kesalahanku dimasalalu.
Aku baru tahu seberat itu ujian hidup mamah dimasa kecil, dibalik senyumannya selama ini ternyata banyak bekas luka dihatinya. Tapi, sedalam apapun luka yang dibuat kake Sumpena, tidak pernah 1 haripun mamah lupa untuk mendoakannya, disetiap sujudnya, tidak henti mamah memohon pada Allah agar segala kesalahan dan kekhilafan Keke di ampuni. Karena, bagaimanapun dia adalah ayahnya.

"Mamah, sabar ya. " ku tatap wajahnya yang sudah semakin tua, garis-garis dan plek sudah terlihat jelas disana. (apa yang bisa aku lakukan untuk membahagiakannya) jeritku dalam hati.
"Jangan menangis gitu ah. Semuakan sudah lewat." tersenyum seraya menyeka air mataku.
Aku dan mamah berbeda. Mamah selalu kuat dalam segala hal, jarang nangis lebay. Sementara aku sebaliknya, ada hal sedih sedikit saja langsung nangis sesenggukan berderai airmata, lebay dan cengeng banget. (hehehe jadi malu)
"Abisnya sedih banget mah, gak habis fikir aja kok tega banget". Airmataku tak bisa dibendung lagi.
Membayangkan jika aku ada diposisi mamah rasanya tak akan sanggup. Hidup tanpa ibu, disiksa, melihat bapak dengan ibu tiri, sendirian, kesepian, dan ketika sakit hanya dirawat perawat yang berjaga disana.
(subhanallah berat sekali ujian hidup mu mah..)
Lalu?
Kemana mereka?
Apa sesibuk itu?
Jika benci, benci karena apa?
Apa alasan mamah diperlakukan seperti itu?
Tak ada jawaban yang pasti.
Bagi mamah ini adalah kehendak Allah, Allah tidak akan pernah menguji umatNya melebihi batas kemampuannya, dan dengan kehendak Allah juga mamah bisa hidup sampai sekarang. Karena ujian hidup adalah tanda cinta Allah bagi kita.
"Mah, terus ceritanya gimna lagi? Setelah mamah sama bibi edoh sampai dirumah disana ada kake gak??" tanyaku penasaran.
Mamah hanya tersenyum kecil. "Gimana kalau kita cerita yang lain saja." pintanya.
"Lho? Kan belom selesai, mamah ih." makin penasaran.
Lagi-lagi mamah hanya tersenyum padaku, senyuman yang mengisyaratkan bahwa dia benar-benar tak ingin mengingat hal itu, kejadian yang membuatnya sangat terluka.
"Hmm.. Yaudah cerita yang lain aja deh mah. " akupun mengangguk dan membalas senyuman mamah."Makanya neng selalu bersyukur, karena terlahir dengan orangtua yang lengkap, ada mamah bapak yang setiap saat menjaga dan merawat neng siang dan malam. Bahkan sekarang aja udah mau jadi ibu neng masih sering ngerepotin mamah, makasih ya mamah." ku peluk dan ku ciumin tangannya tanpa henti.
"Udah jangan nangis lagi, neng gak boleh ceneng yah. Kan bentar lagi mau jadi ibu. Neng harua jadi ibu yang kuat juga yah." mamah mencoba memberiku semangat.
"Ia mamah.. Jadi malu.. Hehehehe.. " Aku tertawa kecil, malu rasanya. Sudah besar masih cengeng kaya anak SD.
"Oia mamah mau cerita lagi, dulu mamah pernah mati suri loh.. Orang-orang udah pada ngelayad kerumah. Eh mamah bangun lagi.. " mamah melanjutkan ceritanya.
"ih masa mah, serem banget ih. "
Dulu waktu mamah kecil, katanya pernah mati suri. Saat itu mamah sakit keras karena terlalu banyak siksaan dan tekanan. Badannya ditutipi kain batik buat menutupi orang meninggal (orang sunda bilang sarung kebat) , seluruh keluarga dan tetangga sudah datang bergantian untuk melayad, ketika mamah dimandikan dan akan dikafani tiba-tiba badannya bergerak hidup kembali. Orang-orang disana yang menyaksikan ketakuan. Dan Alhamdulillah, dengan kebesaran Allah sampai saat ini mamah hidup sehat walafiat.
Setelah kejadian mati surinya mamah, tak lama kake sumpena jatuh sakit, kurang lebih 3 tahun lamanya. Dokter memvonis kake mengidap kanker darah atau leukemia, penyakit itu lah yang menggerogoti kake sampai akhir hayatnya.
Sebelum meninggal, kake meminta mamah untuk memijit kakinya. Kake tersenyum, terlihat genangan air mata disudut matanya. Kakepun sempat meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukannya. Mamah hanya mengganguk, antara sedih dan kecewa bercampur aduk.
Dalam ingatan mamah, terbayang saat disiksa sibambu kuning, katanya sempat bambu itu mamah sembunyikan supaya kake berhenti menyiksanya. Tapi na'as memang na'as bagi mamah, sore itu ketika mamah melakukan kesalahan saat mengerjakan PR membuat kake marah. Dicarilah sibambu itu tapi tak ditemukan kake, "Alhmdulillah gak ketemu, aman. " katanya dalam hati. Tak disangka, "plak..! " hantaman keras mendarat dipunggung mamah, mamah kaget sampai membuka mulut menahan sakit, saat menoleh kearah belakang, sudah berdiri kake dengan mata merah sambil memegang sabuk (gesper) kulit. Gemetarlah tubuh mamah sore itu, ingin mengangis tapi pasti kake akan semakin marah, "Ampun pak, ampun" pinta mamah pada kake, kake tidak banyak berkata apa-apa. Mamah berusaha lari untuk menyelamatkan diri, dikejarnya sampai dapat, mamah hanya bisa pasrah sampai ujung ibu jarinya membengkak sebesar telur burung puyuh, sakit rasanya.
"Fiah... " panggil kake memecahkan lamunan mamah.
"Iya.. " mamah menggangguk lemas.
"Maaf, maafin bapak ya.. " kake menatapnya tulus.
Melihat kake yang sudah tidak berdaya, mamah hanya bisa mendoakan yang terbaik. Dipijitnya tangan kake yang sudah tinggal tulang dan kulit, wajah yang dulu gagah sekarang terlihat pucat dan cekung. Ntah ini ujian atau hukuman bagi kake, sampailah kake menemui ajalnya. Kake dengan segala kenangannya bersama mamah, berpulang untuk selamanya di usia 28 tahun.
Sepeninggal kake, mamah dan adik sekandungnya tinggal bersama nenek. Sementara ke dua adik tirinya dibawa ibu lin. Tak lama dari kepergian kake sumpena, ibu dari kake sumpena (nenek ibuku) juga meninggal menyusul anak bungsunya itu.
kelanjutan kisahnya? Tunggu postingan thread selanjutnya ya
Quote:
Diubah oleh arsalna 10-04-2018 23:12
0
