Kaskus

Story

inginmenghilangAvatar border
TS
inginmenghilang
The Battle Retains Of The Gates
The Battle Retains Of The Gates
(Action & Romance)


The Battle Retains Of The Gates

The Battle Retains Of The Gates







The Battle Retains Of The Gates


The Battle Retains Of The Gates

The Battle Retains Of The Gates

The Battle Retains Of The Gates



The Battle Retains Of The Gates




S i n o p s i s


Jin adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang terbuat dari api. Mereka memliki akal dan nafsu layaknya manusia. Ada yang berperilaku jahat dan ada pula yang berperilaku baik. Sebagian diantara mereka memiliki bentuk fisik yang tidak jauh berbeda dengan manusia. Hanya saja mereka diberi kelebihan dapat melihat dunia manusia sedangkan manusia sebaliknya. Hanya beberapa manusia saja yang diberikan keistimewaan untuk dapat berkomunikasi dengan bangsa jin. Secara umum derajat manusia berada diatas golongan jin dan malaikat. Manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan Tuhan setelah jin dan malaikat sehingga hal itu membuat iblis cemburu. Iblis adalah golongan jin pembangkang yang menolak untuk tunduk kepada manusia saat diperintahkan Tuhan dan pada akhirnya Tuhan mengharamkan iblis untuk menginjak surga. Akibat dari kutukan itu, membuat iblis mengibarkan bendera perang kepada manusia sampai akhir zaman.

Iblis menyadari manusia tidak dapat dikalahkan begitu saja karena malaikat dan jin yang masih bertawakal kepada Tuhan adalah sekutu manusia. Hal itu membuat iblis berpikir ulang untuk menyerbu manusia di medan terbuka. Akhirnya iblis mengirimkan beberapa penyusup ke dunia untuk menghasut dan menghancurkan kekuatan manusia sedikit demi sedikit secara perlahan. Mereka mengadu domba manusia dan menghasut para pemimpin untuk membuat rakyatnya menderita sampai putus asa. Di sisi lain, iblis berusaha menghancurkan para sekutu manusia yang tidak lain adalah para jin yang bertawakal dan malaikat. Semua dilakukan agar nanti saatnya tiba, iblis akan dengan mudah menghancurkan ras manusia yang ada di muka bumi.

Banyak manusia yang menyadari akan hal itu, tapi tidak banyak yang menyadari bahwa pergerakan iblis semakin begitu mendekat. Karena kelemahan manusia terdapat pada penglihatan mereka yang terbatas untuk melihat alam gaib, mereka tidak menyadari telah terjadi peperangan hebat antara malaikat, jin dan iblis di alam lain. Manusia sedang disibukkan oleh perang dengan sesamanya di bumi oleh hasutan iblis sementara kekuatan iblis semakin membesar.

Kisah ini bermula saat tiga orang sahabat diculik ketika berada di hutan. Ternyata ketiga sahabat itu dibawa oleh bangsa jin ke negeri mereka. Pada akhirnya ketiga orang sahabat itu terjebak dalam cukup waktu yang lama di sebuah kerajaan jin. Celakanya tempat mereka berada terancam oleh serbuan iblis yang bersiap meluluh lantakan kerajaan tersebut. 

Bojan, Giovardi dan Moreno adalah segelintir orang dari sekian banyak manusia yang ditawan oleh pasukan kerajaan jin. Ketiga sahabat ini terus berupaya menyelamatkan diri sebelum perang berkecamuk. Apakah ada kesempatan untuk mereka kembali ke dunianya? Dunia tempat dimana mereka berasal...




Spoiler for mulustrasi:




Spoiler for "Kerajaan-kerajaan di negeri jin":

The Battle Retains Of The Gates



Quote:


I N D E X

Spoiler for index:



Quote:

The Battle Retains Of The Gates



Spoiler for gambar:
Diubah oleh dipretelin 09-04-2018 08:16
0
34.9K
162
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
inginmenghilangAvatar border
TS
inginmenghilang
#101
Chapter 7. Perekrutan








"Mulai sekarang kalian tidak perlu membersihkan istana lagi." Ujar pria tersebut sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Oh, ya? Kami senang mendengarnya." Ujarku sambil menguap.

"Sebagai gantinya, kalian akan ikut bergabung dengan para prajurit kerajaan." Ujarnya santai.

Seketika aku langsung terdiam dengan telapak tangan yang masih menempel di mulutku. Apa itu artinya kami akan terlibat dalam peperangan? Batinku bertanya. Ketiga temanku pun tak kalah terhenyak ketika mendengar perintah dari orang asing tersebut. Tubuh mereka mematung di atas ranjang.

"Mulai sekarang panggil aku komandan Gurios, karena aku adalah komandan kalian. Cepat bersihkan diri kalian lalu segera berkumpul di depan istana." Perintahnya sembari berlalu dari hadapanku. Langkahnya yang tegap mengingatkanku pada Ayah.

Kami berempat berjalan menuju pintu istana. Beberapa ratus orang yang masih berpakaian sipil berbaris di sepanjang jalanan istana. Sepertinya mereka melakukan perekrutan tentara. Tapi kenapa secepat ini? Pikirku. Mungkin keadaan sudah semakin mendesak. Aku terus berjalan melewati pintu istana yang pernah ku lalui disaat pertama kali tiba disini. Dengan tergesa-gesa salah satu tentara berpakaian zirah menyuruh kami untuk bergabung ke dalam barisan. Untungnya pakaian kami sama dengan para orang sipil ditempat ini sehingga kami tidak terlalu mencolok di mata mereka.

Sejak keluar dari penjara bawah tanah, kami sudah diberikan beberapa potong pakaian. Kain pakaian di tempat ini rata-rata berwarna kusam. Tidak terlalu banyak kancing terdapat di pakaian yang kami kenakan. Sedikit demi sedikit barisan semakin penuh di isi oleh para pria yang mulai berdatangan. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bila aku akan berkumpul dengan bangsa jin dengan jumlah sebanyak ini. Aku yakin jumlahnya akan terus bertambah mencapai ribuan.

"Perhatian!!" Salah seorang tentara yang berdiri disamping panglima Khutr berteriak.

"Sekian tahun berjalan, kerajaan kita semakin bertambah pesat. Untuk melindungi sebuah kerajaan yang besar maka dibutuhkan juga kekuatan yang besar. Untuk itu kita akan meningkatkan kekuatan pasukan kerajaan terutama di divisi infanteri. Mulai hari ini kalian akan bergabung dengan pasukan kerajaan. Setiap hari akan diadakan latihan dari pagi sampai malam secara bergantian." Panglima Khutr berbicara di atas tangga halaman istana dengan lantang.

Setelah ia selesai berpidato, para rekrutan prajurit baru diminta untuk mengisi identitas pada buku pendaftaran yang disediakan lalu diperintahkan ke gudang persenjataan untuk mengambil perlengkapan, tak terkecuali kami berempat. Jalanan yang terbuat dari batu perlahan kembali lega. Ini pertama kalinya kami menginjakkan kaki di luar istana semenjak kami ditawan.

Kami berempat memasuki sebuah bangunan yang tidak begitu jauh dari istana. Bangunan bercat coklat yang begitu besar dilengkapi pintu besi dengan penjagaan yang sangat ketat. Aku melihat berbagai perlengkapan perang didalamnya seperti pedang, tombak, busur panah dan pakaian zirah polos yang sederhana. Setelah mengantri berjam-jam lamanya, kami berempat berhasil mendapatkan semua perlengkapan perang. Di tangan kami penuh dengan benda-benda yang terbuat dari besi. Tidak begitu berat. Entah kenapa semua material besi disini bobotnya begitu ringan. Aku bahkan tidak dapat merasakan perbedaan berat besi dengan alumunium. Apa karena ototku yang terlalu besar? Pikirku sambil melirik otot-otot lenganku.

"Aku tidak ingin mati disini..." Ujar Moreno sambil menatap perlengkapan tempur ditangannya.

"Kita tidak punya banyak pilihan. Mungkin takdir mengharuskan kita berada disini." Ujar Giovardi.

Berbeda dengan Amang. Ia terlihat cengar cengir tak karuan.

"Ini baru laki!" Ujar Amang tampak takjub sambil memperhatikan baju zirah yang di pegangnya.

"Sudahlah, ayo kita kembali ke kamar. Aku sudah lapar. Nikmati sisa hidup kita selagi sempat..." Ajakku.

Hari semakin siang. Matahari berada tepat di atas kepala kami. Terik panas cahayanya tidak mempengaruhi langkah kaki kami di sepanjang jalan. Saat baru saja aku menapakkan kaki pada tangga, tiba-tiba seorang tentara memanggil.

"Hey, siapa diantara kalian yang bernama Bojan?" Tanyanya.

"Aku Bojan. Ada apa?" Aku bertanya balik.

"Kau diperintahkan untuk ke ruangan panglima Khutr. Lekaslah..." Pintanya sambil menyuruhku bergegas.

Aku pun langsung menuju ke lantai atas istana untuk menyambangi ruangan panglima Khutr. Setelah menaiki beberapa tangga, aku hampir sampai di ruangan tersebut. Dengan cepat aku melangkahkan kaki menuju pintu yang terbuat dari kayu tebal berwarna hitam pekat. Tapi langkahku terhenti saat mendengar ada suara wanita didalamnya. Aku pikir sepertinya itu suara tuan puteri Arsikana. Lagi-lagi aku menguping sambil berdiri di balik tembok.

"Khutr, mereka manusia. Ini bukanlah pertempuran mereka, kenapa kau tempatkan mereka dalam resiko besar?" Ujar tuan puteri terdengar gelisah.

"Kami butuh semua sumber daya yang ada, tuan puteri..." Jawab Khutr.

"Apabila kerajaan kita berhasil diruntuhkan, maka ini akan jadi pertempuran para manusia. Karena seperti yang kita ketahui, di kerajaan inilah portal menuju dunia manusia berada. Kami mencium adanya propaganda dari iblis dalam rencana penyerangan ke Yerlam dan Bargum. Para iblis akan dengan leluasa mengirimkan pasukannya untuk menyerang manusia melalui portal itu bila berhasil mengalahkan semua kerajaan." Ujar Gurios.

"Ini baru permulaan wahai tuan puteri. Akan ada pertempuran yang lebih besar lagi bila kita lambat bertindak." Ujar Khutr pelan.

Beberapa saat tidak ada suara obrolan.

"Setidaknya jangan tempatkan mereka di barisan depan. Aku mohon Khutr..." Pinta sang tuan puteri yang terdengar sangat berharap.

Dan suasana kembali sunyi tak terdengar suara apapun didalam.

"Lama sekali anak itu. Waktu sangatlah berharga saat ini." Ujar Gurios.

Mendengar ucapan itu lantas aku pun mundur beberapa langkah lalu berjalan memasuki ruangan dan ku buat seolah-olah aku baru saja tiba.

"Ehm, hai... Ada keperluan apa aku dipanggil kesini?" Tanya ku sambil tersenyum lepas.

"Coba kita lihat nanti, saat kematian berada satu jengkal di depan matamu, apa kau masih bisa tersenyum bahagia seperti itu?" Ujar Khutr yang berdiri dibelakang mejanya dengan wajah datar. Hmm... Sepertinya aku mulai terbiasa dengan sikapnya yang seperti itu.

Puteri Arsikana menatapku dengan ekspresi penuh kecemasan. Aku melihat kedua bola matanya yang indah seolah sedang menghipnotisku. Dengan tatapan seperti itu, ia berhasil membuat tubuhku bergeming dan tampak salah tingkah.

"Aku permisi dulu, ada banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan..." Puteri Arsikana mengalihkan pandangannya pada Khutr lalu pergi begitu saja keluar dari ruangan.

Saat kami berdua berpas-pasan, sekali lagi tuan puteri menatapku dengan matanya yang sayu nan menggoda. Aku tidak tahu apa makna dibalik tatapannya yang syahdu itu.

Kini tinggal aku, Khutr dan Gurios di dalam ruangan gelap dimana hanya ada rak buku saja yang menghiasi dinding beton berwarna abu-abu. Mereka berdua hanya menatapku tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Apa aku diundang kesini hanya untuk jadi tontonan?" Tanyaku sambil mengelus daguku.

"Kau sekarang adalah prajurit maka bersikaplah layaknya prajurit didepan atasanmu." Ujar Gurios.

"Aku yakin kau sudah mengenal tangan kananku, Gurios. Ia baru tiba di Kar Amut beberapa hari yang lalu." Ujar Khutr sambil menatapku.

Aku hanya mengangguk namun dalam hatiku tidak akan pernah aku tunduk pada mereka yang merupakan bangsa jin.

"Bojan, kau akan di tempatkan dalam divisi infantri bersama para teman manusiamu yang lain." Ujar Gurios.

"Hanya kami berempat?" Tanyaku.

"Tentu saja tidak, selain kalian, ada banyak tawanan manusia di negeri ini. Ku pikir jumlahnya hampir seribu orang. Sebagian dari mereka memilih menetap disini meskipun sudah kami ijinkan untuk pulang ke dunianya." Gurios menjawab sambil mengupas apel ditangannya dengan pisau. Wajahnya terlihat santai saat menyebutkan jumlah sebanyak itu.

Aku cukup terhenyak mendengar perkataan Gurios. Ternyata ada banyak manusia yang terperangkap disini selain aku dan teman-temanku. Setelah kami bertiga berdiskusi dan mebicarakan beberapa hal rahasia, aku kembali ke kamar dan menceritakan semua hasil pembicaraanku dengan Khutr dan Gurios pada teman-temanku. Mereka pun tampak terkejut saat mengetahui ternyata ada banyak manusia yang bernasib sama seperti kami disini.

Hari menjelang sore. Seperti biasa, aku pergi ke dapur untuk mengambil makan malam bersama Moreno. Dapur istana terletak di lantai dasar. Karena seringnya kami keluar masuk kesana, akhirnya hampir semua koki mengenal kami. Aku berteman dengan mereka. Seringkali aku bercengkerama dengan mereka di dapur saat mengambil makanan. Koki yang paling aku kenal adalah Fatir. Tubuhnya sangat gemuk dan berwajah menyeramkan. Mungkin karena pekerjaannya selain memasak adalah makan. Pertama kali bertemu dengannya, aku mengurungkan niat untuk mengambil jatah makan kami. Tapi ternyata ia baik hati dan senang sekali dengan keberadaan kami di istana ini. Menurutnya semua orang disini membosankan.

"Hey, kau belum melanjutkan ceritamu yang kemarin..." Ujar Fatir sambil memegang pisau daging berukuran besar. Ia sedang sibuk memotong daging di atas meja dapur.

"Maaf teman, tapi perutku sudah lapar. Besok aku janji akan melanjutkan ceritanya." Ujarku berusaha menolak.

"Ayolah, aku sangat penasaran dengan pembunuh yang kau ceritakan itu." Fatir memohon padaku untuk melanjutkan cerita sebuah film yang pernah ku tonton saat masih di rumah.

Tiba-tiba perutku mengeluarkan bunyi keroncongan.

"Baiklah, tapi besok kau harus berjanji untuk melanjutkan ceritanya... Hey, tunggu, ini ku beri daging tambahan untukmu." Fatir mengambil daging asap dari panggangan lalu memberikannya padaku.

"Terima kasih, teman..." Aku tersenyum padanya lalu melanjutkan langkah menuju pintu keluar dapur.

Saat aku dan Moreno berjalan di koridor yang menuju ke kamar kami, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil namaku. Aku menoleh ke asal sumber suara tersebut dan mendapati seseorang berjalan ke arahku.
Diubah oleh inginmenghilang 06-04-2018 22:14
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.